PENGANTARKATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah seru sekian alam. Shalawat dan salam
semoga tetap dicurahkan kepada Rasulullah Rahmat bagi alam semesta, para sahabat,
keluarga dan umatnya.
Makalah ini berjudul Wudhu’, Mandi dan Tayammum. Di dalamnya disajikan dari bab I
sampai bab III. Bab I yaitu pendahuluan di dalamnya latar belakang, mengambarkan secara
umum makalah ini dan tujuan adalah menjelaskan keinginan yang akan dicapai dalam
penulisan makalah ini, ruang lingkup pembahasan yaitu membatasi permasalahan wudhu’,
mandi dan tayammum yang akan dibahas dalam makalah ini. Untuk Bab II yaitu membahas
tentang wudhu’, mandi dan tayammum secara detail, untuk kesimpulan pada makalah ini
disajikan pada Bab IIIyaitu menyimpulkan isi dari makalah ini dan menjawab. Tujuan
Makalah wudhu’, mandi dan tayammum ini semoga bermamfaat, terutama bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………
1.1 Latar Belakang …………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………
……………
BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………………….
2.1 Wudhu’……………………………………………………………………………
…………..
2.2 Tayamum
2.3 Mandi
3.1 Kesimpulan
……….. ………………………………………………………………………………
………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ibadah adalah sesuatu pekerjaan yang dicintai Allah Swt dan diridhaoi-Nya, perkataan,
perbuatan lahir dan bathin. Untuk melaksanakan sebagian ibadah dan amalan-amalan tertentu
haruslah bersuci sebagai mana yang telah di jelaskan dalam Al-quran surat Al-Ma’idah ayat :
6, surat An-Nisa ayat : 43 dan beberapa Sabda Rasulullah SAW. (Rasid, S. 1964) dalam
hukum islam, soal bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk bagian ilmu dan amalan yang
penting, terutama syarat-syarat sah Shalat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
mengerjakan abadah shalat diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan pakaiyan dan
tempatnya dari najis. Firman Allah Swt dalam Al-quran Surat -Baqoroh ayat 222 yang
artinya “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri”
Thaharah atau bersuci ialah mengangkat atau menghilangkan hadats dan najis dari tubuh.
Nasution, L. (1997) thaharah dari hadats ada tiga macam yaitu whudu’, mandi dan
tayammum. Alat yang digunakan untuk bersuci ialah air untuk wudhu’ dan mandi; tanah
untuk tayammum. Dalam hal ini air yang digunakan haruslah memenuhi persaratan, suci dan
mensucikan atau disebut air mutlak. Demikian pula tanah untuk tayammum harus
mempunyai persaratan yang ditentukan.
2. Tujuan
BAB II
1. Wudhu
1. Pengertian Wudhu’
Menurut lughat wudhu’ adalah perbuatan yang mengunakan air pada anggota tubuh
tertentu (Lahmuddin nasution, 1997) Sedangkan menurut hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majah, wudhu’ diwajibkan sebelum hijrah, pada malam isra’ mi’raj, bersamaan dengan shalat
wajib lima waktu, tetapi kewajiban itu dikaitkan dengan keadaan berhadats (Nasution. L,
1997). Selain itu pendapat lain mengatakan wudhu’ adalah suatu syarat untuk sahnya shalat
yang dikerjakan sebelum seseorang mengerjakan shalat. (H. Sulaiman Rasjid, 1987, hal:24).
Jadi wudhu’ adalah perbuatan yang mengunakan air pada anggota tubuh tertentu, untuk
syarat sahnya shalat yang dikerjakan sebelim mengerjakan shalat.
1. Dasar hukum
Ø Ayat alqur’an.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah
kakimu sampai dengan kedua mata kakimu…. (al-Ma’idah/5:6)
Artinya: Allah tidak menerima Shalat seseorang kamu bila ia berhadats, sampai ia
berwudhu’. (HR. Bayhaqi, Abu Daud dan Tirmizi)
1. Syarat sah wudhu’
1. Islam, karena wudhu’ itu termasuk ibadah, maka tentu saja ia tidak sah kecuali dilakukan
oleh orang muslim,
2. Tamyiz, artinya orang yang sudah dapat membedakan antara baik dan buruk dari pekerjaan
yang dikerjakannya.
3. Air mutlak,
4. Tidak yang menghalangi baik hissy maupun syar’i, dan
5. Masuk waktu shalat (khusus bagi orang yang hadatsnya berkepanjangan).
6. Rukun wudhu’
Di dalam buku Drs. Lahmuddin Nasution, M. Ag, rukun wudhu’ ada enam yaitu:
1. Niat
Niat adalah salah satu rukun wudhu’ dan merupakan bagian daripadanya. Tanpa niat
bearti wudhu’ itu tidak lengkap sehingga tidak sah. Kewajiban niat didasarkan atas:
Firman Allah.
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
menurunkan ketaatan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama dengan
lurus. (Al-Bayyinah/98:5).
2. Membasuh muka
Membasuh muka diwajibkan berdasarkan perintah membasuh muka pada surat Al-Ma’idah.
Basuhan ini mesti merata keseluruh wajah yaitu bagian depan kepala. Batas yang wajib
dibasuh ketika berwudhu’ ialah memanjang dari tempat tumbuh rambut sampai dengan ujung
dagu dan melintang dari daun telinga kedaun telinga lainya. Dalam membasuh muka air harus
mengalir pada bagian luar kulit maupun rambut yang terdapat pada wajah.
3. Membasuh tangan
Basuhan itu meliputi keseluruhan tangan dari ujung-ujung jari sampai dengan kedua siku.
4. Menyapu kepala
Yang dimaksud dengan menyapu kepala ialah sekedar menyampaikan air tanpa mengalir,
dengan meletakan tangan yang basah pada kepala. Kewajiban menyapu kepala pada wudhu’
didasarkan atas firman Allah:
5. Membasuh kaki
Dalam membasuh kaki, kedua mata kaki mesti ikut terbasuh sampai kedua mata kaki.
Kewajiban membasuh kaki pada wudhu’ didasarkan atas firman Allah:
Artinya: ……..dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (Al-Ma’idah/5:6).
Hadits Mughirah mengatakan bahwa ketika Nabi saw berwudhu’ beliau menyapu ubun-ubun
dan sorbanya, kemudian menyapu kedua khufnya (H. R. Muslim).
6. Tertib
Yang dimaksud dengan tertib ialah melakukan rukun-rukun wudhu’ itu sesuai dengan urutan
yang tersebut pada ayat wudhu’ diatas dimulai dengan muka, tangan, kepala, dan kemudian
kaki.
Mengenai ini ada juga yang mengatakan bahwa tertib itu tidak wajib, melainkan sunnah saja.
Pendapat ini dikemukan oleh Abu Hanifah, Sawry, Daud Al Zahiry dan sebagian ulama
malikiyah. Dalil yang mereka kemukakan iyalah bahwa ayat berwudu’ itu tidak mengandung
ketentuan tentang tertib. Walaupun rukun-rukun wudhu’ itu memang disebutkan berurutan
akan tetapi, ‘athaf yang menyambungkan antara satu dengan yang lainnya adalah ‘waw’ yang
tidak mengandung arti berurutan. Dengan begitu kata mereka, tidak ada kewajiban tertib
hanya sunnah sebab Nabi selalu melakukannya demikian.
Orang-orang yang telah berwudhu’ dipandang suci dari hadats, akan tetapi ada beberapa hal
yang dapat menghilangkan kesuciannya itu dan menyebabkan berhadats kembali. Yang
membatalakan wudhu’ ada lima yaitu:
1. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur, berupa apapun benda padat, angin, atau cairan kecuali
maninya sendiri, baik yang biasa maupun tidak, keluar dengan sendirinya atau
dikeluarkan daripadanya.Dalil-dalil yang berkenaan dengan ini antara lain:
2. Firman Allah
Artinya: Allah tidak akan menerima shalat orang yang berhadats sampai ia berwudhu’.
Artinya: kedua mata adalah pengikat bagi dubur, maka barang siapa yang tidur hendaklah ia
berwudhu’. (HR. Abu Daud).
3. Hilang akal dengan sebab gila, mabuk, pitam, penyakit atau lain-lain. Batalnya wudhu’
dengan hilang akal adalah berdasarkan qiyas kepada tidur, dengan kehilangan kesadaran
sebagai persamaan.
4. Bersentuh kulit laki-laki dan perempuan. Hal ini didasarkan atas firman Allah:
Dalam ayat ini hal menyentuh perempuan disebut bersama-sama dengan buang air besar dan
dihubungkan dengan perintah bertayammum jika tidak ada air. Ini menunjukkan bahwa
menyentuh perempuan adalah hadats seperti buang air.
5. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan tanpa alas, berdasarkan sabda rasul
saw:
1. Mandi (al- Ghusl)
1. Pengertian Mandi
Menurut lughat, mandi disebut al-ghasl bearti mengalir air pada sesuatu. Sedangkan
dalam istilah syara’ ialah mengalir air keseluruh tubuh disertai dengan niat (Drs. Lahmuddin
Nasution, 1997).
1. Dasar hukum
Artinya: Janganlah kamu sekalian kerjakan shalat dilaka kamu sedang mabuk hingga kamu
mengetahui apa yang kamu katakan, dan jangan pula kamu kerjakan shalat ketika kamu
sedang junub kecuali lewar mandi lebih dahulu. (An-nisa ayat:43)
Artinya: Sabda Rasulullah saw: apabila bertemu dua penyunatan (khitan) maka
sesungguhnya telah diwajibkan mandi, meskipun tidak keluar mani.(Riwayat Muslim)
1. Rukun mandi
Drs. H. Moh. Rifa’i dalam buku fikih islam lengkap mengatakan rukun mandi sebagai
berikut:
Selain itu Drs. Lahmuddin Nasution, M.Ag membagi rukun mandi sebagai berikut:
1. Niat, karena mandi adalah ibadah maka diwajibkan melakukan dengan niat. Niat itu dianggap
sah dengan:
2. Berniat untuk mengangkat hadats besar, hadats janabah, haid, nifas, dan lainnya dari seluruh
tubuh.
3. Berniat untuk membolekan shalat, thawaf, atau pekerjaan lain yang hanya boleh dilakukan
dengan thaharah.
4. Berniat mandi wajib, berniat menunaikan mandi, berniat thaharah untuk shalat.
2. Menyampaikan air keseluruh tubuh, meliputi rambut dan permukaan kulit. Kewajiban
membasuh rambut pada waktu mandi didasarkan kepada hadits Nabi saw:
Artinya: Sesungguhnya dibawah tiap-tiap rambut itu ada janabah, maka basahilah rambut
dan bersihkanlah kulit. (HR. Bukhari).
1. Tayammum
1. Pengertian tayammum
Tayammum adalah mengusap tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku dengan
beberapa syarat. Tayammum adalah penganti wudhu’ dan mandi,
sebagairukhsah(keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan(uzur) yaitu:
1. Uzur karena sakit, kalau memakai air bertambah sakitnya atau lambat sembuhnya.
2. Karena dalam perjalanan
3. Karena tidak ada air. (H. Sulaiman Rasjid, 1987)
1. Dasar hukum
1. Al-ma’idah/5:6)
Artinya: Dan apabila kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat dari buang
air(kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik(bersih), sapulah mukamu dan kedua tanganmu
dengan tanah itu. (Al-Ma’idah/5:6).
2. An-nisa’/ 4:43
3. Syarat tayammum
Tayammum disyariatkan untuk orang yang terpaksa, sebelum masuk waktu shalat ia belum
terpaksa, sebab shalat belum wajib atasnya ketika itu.
1. Sudah diusahakan mencari air tetapi tidak dapat, sedangkan waktu shalat sudah masuk.
2. Dengan tanah yang suci dan berdebu.
3. Menghilangkan najis.
1. Ada ‘uzur, sehingga tidak dapat menggunkan air. ‘uzur menggunkan iar itu terjadi oleh sebab
musafir, sakit atau hajad.
2. Masuk waktu sholat. Tayammum untuk shalat yang berwaktu, baik fardhu maupun sunnat,
hanya dibenarkan setalah masuknya waktu. Alasannya tayammum adalah thaharah darurat
dan tidak ada keadaan darurat sebelum masuknya waktu sholat
3. Mencari air setelah masuknya waktu, sesuai ketentuan pada no satu diatas
4. Tidak dapat menggunakan air karena ‘uzur sayr’i seperti takut akan pencuri atau ketinggalan
dari rombongan.
Tanah yang murni (khalis) dan suci. Tayammum hanya sah dengan menggunakan ‘turab’
tanah yang suci dan berdebu.
1. Rukun Tayammum
Dalam buku fiqh islam karang H. Sulaiman Rasjid, 1987. Rukun tayammum ada empat yaitu:
1. Niat, orang yang melakukan tayammum hendaklah berniat karena mengerjakan shalat. Bukan
semata-mata untuk menghilangkan hadats saja, sebab sifat tayammum tidak dapat
menghilangkan hadats hanya diperbolehkan karena darurat.
2. Mengusap muka dengan tanah.
3. Mengusap dua tangan sampai kesiku dengan tanah.
4. Menertibkan rukun-rukun.
5. Hal-hal yang membatalkan tayammum (H. Sulaiman Rasjid, 1987) adalah :
6. Tiap-tiap hal yang membatalakan wudhu’ juga membatalkan tayammum.
7. Ada air, mendapat air sebelum shalat batallah tayammum, bagi oarang yang bertayammum
karena ketiadaan air bukan karena sakit. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Dari Abu zar. Rasulullah telah berkata: tanah itu cukup bagimu untuk bersuci
walau engkau tidak mendapat air sampai sepuluh tahun. Tetapi apabila engkau memperoleh
air, hendak engkau sentuhkan air kekulitmu. (Riwayat Tirmizi).
BAB III
KESIMPULAN
Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas kecil dan
hadas besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu’, mandi dan tayammum. Wudhu’ adalah
salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara mencuci sebahagian anggota tubuh dengan air
dengan sarat dan rukun sebagai syarat sah sholat yang dilaksanakan sebelum melaksanakan
sholat dan ibadah yang lainnya.
Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air yang
disertai dengan rukun mandi.
DAFTAR PUSTAKA