Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Wudhu

Secara bahasa, Wudhu (‫ )الوض ؤ‬diambil dari kata (‫ )الوض اءة‬yang berarti

keindahan dan kebersihan. Secara syariat adalah menggunakan air pada empat

anggota badan, yaitu: wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki dengan tata cara

tertentu dalam rangka beribadah kepada Allah.1

Wudhu merupakan ritual bersuci yang paling banyak dilakukan oleh umat

Islam karena Wudhu erat kaitannya dengan ibadah salat. Oleh karena itu, perintah

wajib Wudhu bersamaan dengan perintah untuk mendirikan salat lima waktu, yang

turun satu setengah tahun sebelum Hijriyah. Hukum Wudhu wajib atas orang yang

berhadas bila dia hendak salat seperti pula tawaf dan menyentuh mushaf.

Bila melihat kitab – kitab dan skripsi klasik dan kontenporer ulama kita,

maka anda akan menjumpai bahwa para ahli ilmu telah membahas defenisi dan

batasan wudhu dari sisi lain maupun istilah dalam syara’.

Keutamaan wudhu adalah bahwa wudhu bisa mensucikan sang mutawadhdhi’

{orang yang wudhu } dari kesalahan dan dosa, serta membersihkan anggota tubuh

yang dibasuhnya dari kotoran-kotoran yang menempel.

1
Abdul Muiz, 2011, Pintar Shalat Terlengkap, Cibubur-Jakarta Timur, Basmallah. h. 23

7
8

2. Pengertian secara bahasa

Al-Iman Ibnu Atsir Al-Jazari– rahimahullah- (seorang ahli bahasa) menjelaskan

bahwa jika dikatakan wudhu maka yang di maksud adalah air yang digunakan

berwudhu. Bila dikatakan wudhu maka yang diinginkan disitu adalah

perbuatannya. Jadi, wudhu adalah perbuatan, sedang wadhu’ adalah air wudhu’.

Dikitab An-Nihayah fi Ghoribil Hadist {5/428}

Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy –rahimahullah- berkata, “kata wudhu”

terambil dari kata al-wadho’ah/kesucian. Wudhu disebut demikian, karena orang

yang sholat membersihkan diri dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang ysng

suci”. Didalam kitab Fathul Bariy

3. Pengertian secara Syariat

Defenisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk

peribadatan kepada Allah ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan

tata cara yang khusus. Dalam kitab asy-Syarhu Mumti’.

a. Pensyariatan dan hukum wudhu

Wudhu adalah suatu ibadah wajib yang ditetapkan oleh Allah ta’ala di

dalam al-Qur’an dan ditetapkan oleh Rasul-Nya dalam hadits beliau

shallallahu ‘alaihi wassallam yang mulia. Allah ta’ala berfirman dalam QS.

Al-Maidah/5 : 6

‫ِب ِس‬ ‫ِف‬ ‫ِد ِا‬ ‫ِة ِس‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬ ‫ِذ‬
‫ٰيَاُّيَه ا اَّل ْيَن ٰاَم ُنْو ا َذا ُقْم ُتْم ىَل الَّص ٰل و َفاْغ ُلْو ا ُوُجْو َه ُك ْم َو َاْي َيُك ْم ىَل اْلَمَر ا ِق َو اْم َس ُحْو ا ُر ُءْو ُك ْم‬
‫ٰل‬ ‫ۗا ِا‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬
‫َو َاْر ُج َلُك ْم ىَل اْلَك ْع َبْي َو ْن ُك ْنُتْم ُج ُنًبا َفاَّطَّه ُر ْو َو ْن ُك ْنُتْم َّم ْر ٰضى َاْو َع ى َس َف ٍر َاْو َج ۤاَء َاَح ٌد ِّم ْنُك ْم ِّم َن‬
‫اْلَغۤإِى ِط َاْو ٰلَمْس ُتُم الِّنَس ۤاَء َفَلْم ِجَتُد ْو ا َم ۤاًء َفَتَيَّم ُمْو ا َص ِعْيًد ا َطِّيًبا َفاْم َس ُحْو ا ِبُو ُجْو ِه ُك ْم َو َاْيِد ْيُك ْم ِّم ْنُهۗ َم ا ُيِر ْيُد‬
‫الّٰل ُه ِلَيْجَعَل َعَلْيُك ْم ِّم ْن َح َر ٍج َّو ٰلِكْن ُّيِر ْيُد ِلُيَطِّه َر ُك ْم َو ِلُيِتَّم ِنْع َم َتهٗ َعَلْيُك ْم َلَعَّلُك ْم َتْش ُك ُر ْو َن‬
9

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.2

Ayat tersebut menetapkan adanya kewajiban wudhu bagi seseorang yang hendak

mengerkajan shalat.

Pengertian wudhu juga tak selamanya berkaitan dengan ritual bersuci sebelum

sholat atau beribadah yang lain, tergantung konteks kalimatnya artinya yang dimaksud

dengan kata berwudhu adalah membasuh tangan dan mulut agar terbebas dari bau.

Kesimpulan dari penjelasan diatas, berbagai dari derivasi pengertian wudhu, jelas

bahwa yang diinginkan oleh Allah dngan wudhu adalah kebersihan dan keindahan.

maka wudhu sebagai amalan, wudhu pada hakikatnya adalah sarana yang sangat baik

bagi seorang hamba untuk menjaga kesucian diri baik fisik maupun psikis. Oleh karena

itu, Allah menjanjikan bahwa yang berkenaan menghapuskan dosa orang yang

mengerjakan wudhu secara sungguh- sungguh dan khusyuk, jika dilakukan dengan

mengikuti sunnah Nabi. Akan tetapi, jika diperhatikan lebih seksama, semua perintah

Allah itu tidak ada yang sia-sia.

Wudhu adalah amalan ringan tapi pengaruhnya luar biasa, selain menghapuskan
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata, (Bekasi
: Cipta Bagus Segara, 2012), h. 108.
10

dosa kecil, wudhu juga mengangkat derajat dan kedudukan seseorang dalam surga.

Dengan berwudhu, selain bisa membersihkan diri kita dari kotoran, bakteri, dan kuman

penyakit, juga bisa membersihkan diri kita dari kesalahan dan dosa.

Menurut UU. No. 36 Tahun 2009 dijelaskan bahwa, dalam pasal 1 Undang-

undang ini yang dimaksud dengan:

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.

Hal ini berarti, wudhu merupakan kegiatan pembersihan diri yang berkorelasi

dengan kesehatan jasmani dan rohani manusia sebagai penyempurnaan atas nikmat

Allah yang diberikan kepada manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena

itu, salah satu solusi untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani manusia adalah

dengan berwudhu dengan sempurna. Berikut contoh hadis sebagai penelitian dalam

skripsi ini mengenai wudhu yang berhubungan terhadap kesehatan tubuh manusia

dalam perspektif hadis.

”Telah menceritakan kepada Malik, dari suhail bin abi salih dari bapaknya
dari abi Hurairah dari Nabi SAW bersabda: ‚Jika seorang hamba muslim atau mukmin
berwudhu lalu menggosok wajahnya maka dosanya itu keluar lewat wajahnya
bersamaan dengan air sampai air itu habis menjulur. Jika ia menggosok tangannya
maka dari tangannya keluar juga dosa-dosanya bersamaan dengan air yang terakhir
keluar. Jika digosokkan kakinya maka keluarlah pula semua dosanya lewat kakinya
bersamaan dengan air. Semua ini diperuntukkan dengan keluarnya dosa.3

Hadis riwayat Malik Ibn Anas di atas, dijelaskan bahwa air wudhu sendiri

mempunyai efek kesehatan, yang mana dikatakan ‚menggosok wajahnya maka dosanya
3
Malik Ibn Anas, Muwatta al-Imam Malik, juz. I, (Beirut: Dar Ihya, t.t.), h. 32.
11

itu keluar lewat wajahnya bersamaan dengan air sampai air itu habis menjulur‛ yaitu

ketika menggosok wajah pada aliran darah diseluruh tubuh (dan juga termasuk pada

bagian kulit) akan membuat kelenjar kulit bekerja.

Tugas kelenjar kulit adalah menyedot darah-darah kotor dan membuangnya

keluar tubuh melalui pembuluh-pembuluh halus yang terletak di permukaan kulit. Maka

begitu darah itu keluar, air wudhu akan berlangsung membersihkannya. Efek dari

proses ini adalah kulit disekitar wajah dan bagian tubuh yang lain akan selalu tampak

segar dan berseri-seri. Inilah alasan ilmiahnya disunnahkan membasuh bagian tubuh

yang terkena air wudhu sebanyak tiga kali.

Dalam kesehatan wudhu mempunyai banyak manfaat, menurut penelitian Dr. Syahathah

dari Universitas Alexandria menemukan bahwa wudhu yang benar mampu mencegah 17 macam

penyakit serius, antara lain penyakit mata, penyakit telinga, penyakit hidung (termasuk sinusitis),

radang tenggorokan, penyakit jiwa,dan penyakit kulit. Terlebih lagi, wudhu dilakukan

minimal lima kali dalam sehari.4

Belakangan ini tidak sedikit ditemukan oleh berbagai penelitian moderen yang

membuktikan tentang kebenaran dan manfaat praktis ajaran-ajaran islam secara ilmiah.

Banyak ajaran islam yang dahulu hanya dinyakini kebenarannya secara normatif namun

sekarang bisa dinyakini secara empiris dan hal ini merupakan salah satu bukti bahwa

islam adalah agama yang tidak bertentangan dengan fitrah manusia.

Penelitian Ilmu moderen yang dilakukan oleh Dr. Majda Amir, menemukan

bahwa wudhu merupakan sarana yang sangat efektif untuk menghilangkan rasa lelah,

selain itu juga dapat meningkatkan kebugaran manusia. 5 Dengan demikian wudhu yang

4
Mohammad Ali Toha Assegaf, Buku Pintar Sehat Islam (Cet. I; Bandung: Mizania, 2011), h.
396.
5
Musbikin Imam, Wudlu Sebagai Terapi.(Yogyakarta: Nusa Media,2008), h 210

5
12

dilakukan orang muslim dapat mengembalikan keseimbangan energi yang menjalar

diseluruh tubuh manusia dan dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi pada energi

setelah seseorang bersih dari dosa dan kesalahan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik

dan kejiwaannya.

Wudhu barangkali dipandang sebagai ritual rutin bagi seorang muslim yang

akan menunaikan sholat atau menjadi aktivitas seseorang yang selalu berusaha menjaga

kesucian dan kebersihannya. Karena kerutinannya, seringkali kita lupa memaknai dan

meneliti aktivitas wudhu bukan semata-mata alat bersuci untuk melaksanakan ibadah

atau sebagai alat pembersih tubuh saja. Tetapi ada rahasia selain untuk tujuan ibadah

yang terkandung di dalamnya.6 Dari sudut fiqhiyah wudhu adalah serangkaian perbuatan

(gerakan) membasuh dan mengusap anggota-anggota tubuh tertentu, yang diawali

dengan niat dan tertib dilakukan semata-mata demi mengharap keridhaan Allah SWT. 7

Berikut penjelasan makna setiap perbuatan (gerakan) membasuh dan mengusap dalam

berwudhu:

1) Syariat wudhu mengandung hikmah yang sangat dalam.

Diantara himah wudhu, seorang dibimbing agar ia memulai aktifitas

ibadah dan kehidupannya dengan kesucian dan keindahan. Sebab wudhu itu

sebenarnya bermakna keindahan, dan kesucian. Kitab Ash-Shahah Fil Lughoh

karya Al-Jauhariy

2) Wudhu adalah sebuah syariat kesucian yang Allah Azza wa jalla tetapkan kepada

kaum muslimin sebgai pendahuluan bagi sholat dan ibadah lainnya. Di dalamnya

6
Arfah M. HAP, “The Power Of Wudhu: Menyingkap Rahasia Wudhu Rasulullah”
dalamfile://localhost/H:/Mase%20Farhan/buku-power-of-wudhu-menyingkap-rahasia.html, diakses 17
April 2018
7
Muhyidin Muhammad, Cahaya- Cahaya Air Wudhu. (Jogjakarta: Garailmu, 2009), h.70
Kitab Ash-Shahhah Fil lughoh karya Al-jauhariy
13

terkandung sebuah hikmah yang mengisyaratkan bahwa hendaknya seorang

muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan kesucian lahir dan batin.

Sebab asal kata ini sendiri berasal dari kata yang mengandung makna

kebersihan dan keindahan.

4. Syarat dan gerakan Wudhu

Syarat Wudhu merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi oleh seseorang

yang akan melaksanakan Wudhu. Adapun syarat-syarat Wudhu, sebagai berikut :8

a. Islam

Wudhu hanya diwajibkan kepada orang Islam. Hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam QS al-Maidah/5: 6.

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apakah kamu hendak melaksanakan salat,

maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu

d(basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki dan jika kamu junub maka mandilah,

dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)

atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah

dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan

menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.9


8
Jamal Muhammad Elzaky. Fushu>l fi> Thibb al-Rasu>l, terj. Dedi Slamet Riyadi, Buku Pintar
Mukjizat Kesehatan Ibadah (Cet. I; Jakarta: Zaman, 2015), h. 84.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
14

Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah swt. memerintahkan Wudhu hanya

kepada orang-orang Islam, khususnya orang-orang yang beriman. Apabila orang non-

Islam melakukan Wudhu, mereka hanya mendapat manfaat lahiriah.

b. Mumayyiz

Mumayyiz adalah anak yg sudah mencapai usia dimana anak tersebut sudah

bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.10 Misalnya ketika seseorang

telah mampu membedakan bahwa bohong adalah perbuatan buruk, sedangkan jujur adalah

perbuatan baik.

c. Tidak mempunyai hadas besar

Orang yang mempunyai hadas besar, baik karena berhubungan suami istri, keluar mani,

haid, nifas, atau karena wiladah, tidak disyaratkan untuk berWudhu, melainkan harus

melakukan mandi besar. Wudhu hanya dapat menghilangkan hadas kecil seperti keluar

sesuatu dari qubul dan dubur, tidur, bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan dan lain-

lain.11

Hadas adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikannya tidak syah

dalam melakukan ibadah tertentu.

d. Dengan air suci dan menyucikan

Air yang suci dan mensucikan adalah air yang dapat digunakan untuk bersuci,

baik untuk berWudhu, mandi, maupun untuk mencuci dan membersihkan sesuatu

kotoran dan najis. Sulaiman Rasjid mengatakan bahwa, ‚Air yang suci dan

mensucikan adalah air yang jatuh dari langit atau air yang terbit dari bumi dan masih

tetap (belum berubah) keadaannya, seperti air hujan, air laut, air sumur, air es yang

sudah hancur kembali, air embun, dan air yang keluar dari mata air‛. Penggunaan air

yang suci dan mensucikan ini dimaksudkan agar air tersebut tidak membahayakan
2010), h. 108.
10
Andini T. Nirmala dan Aditya A. Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 454
11
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Cet. LXVI; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), h.24.
15

bagi kita dan untuk menjaga kesehatan kita.12

e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi sampainnya air dikulit, seperti getah, cat, kutek

dan sebagainya yang melekat di atas kulit anggota wudhu.

Adapun gerakan wudhu meliputi :13

1) Membasuh kedua telapak tangan 3x

2) Berkumur 3x

3) Isap air ke hidung dan membasuh 3x

4) Niat wudhu lalu membasuh muka 3x

5) Cuci tangan hingga siku 3x (Mendahulukan tangan kanan)

6) Usap kepala dengan mengusap kedua telapak tangan dari ujung muka hingga

ujung tekuk dan dikembalikan lagi kepermulaan , kemudian usap telinga

7) Membasuh kaki dimulai dari kedua mata kaki sampai ke ujung jari.

Jika dilihat secara seksama gerakan wudhu adalah gerakan membasuh dan

mengusap anggota tubuh baik bagian kanan maupun anggota tubuh bagian kiri.

5. Rukun Wudhu

Dalam Wudhu terdapat beberapa fardu d a n rukun, yang darinya tersusun

sebuah hakikat Wudhu, yaitu (1) niat, (2) membasuh wajah, (3) membasuh kedua

tangan, (4) mengusap kepala, (5) membasuh kedua kaki dan (6) tertib. 11 Jika ada satu

dari fardu-fardu Wudhu tersebut hilang, maka hakikat Wudhu tidak tampak dan tidak

dianggap sah oleh syarak.14


12
Syaikh S}a>lih bin ‘Abdul ‘Azi>z ‘Alu Asy-Syaikh, al-Fiqh al-Muyassar, terj. Izzuddin
13
Ariany Syurfah, buku Multiple Intelligences for Islamic Teaching. (Bandung :
Syamil Publising,2007), h.110
14
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, al- Wasi>t} fi> al- Fiqh
al-‘iba>da>t, terj. Karman As’at Irsyady dan Ahsan Taqwim, Fikih Ibadah (Cet. IV; Jakarta: Amzah,
16

a. Niat.

Secara bahasa, niat berarti menyengaja. Sedangkan menurut istilah syarat niat

merupakan kehendak sengaja melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk, taat

kepada hukum Allah disertai dengan pengharapan agar meraih keridho’an – Nya.15

Hendaklah orang yang berwudhu berniat yakni menyengaja berwudhu untuk menghilangkan

hadas kecil. Waktunya niat adalah berbarengan dengan pembasuh anggota wudhu yang

pertama yaitu muka. Tempat niat adalah di dalam hati. Sedangkan menglafalkan atau

mengucapkan niat dengan mengeluarkan suara merupakan pekerjaan baik (sunnah) karna

dapat menghadirkan ke khusu’an dalam berwudhu.

Begitu pula dengan wudhu yang dibaca pada saat mau melakukan wudhu

yang bertepatan sebelum membasuh muka, supaya apa yang telah dikerjakan itu syah

menurut syariat Islam. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah yang berniat

menghilangkan hadas dengan berwudhu, beliau ketika berniat itu berlangsung hingga

membasuh muka, kemudian mengambil air segenggam untuk mulutnya dengan

tangannya yang kanan lalu berkumur sampai tiga kali.

b. Membasuh muka.

Maksudnya, mengalirkan air keseluruh muka. Batas muka yang wajib

dibasuh adalah tempat tumbuhnya rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang

dagu sebelah bawah. Sedangkan dari sisi samping adalah dari telinga bagian kiri

ke telinga kanan. Untuk menjaga agar seluruh bagian muka terbasuh seluruhnya,

maka hendaklah kita melebihkan batasan – batasan seperti yang telah disebutkan

diatas. Pasalnya, apabila seluruh muka tidak dapat disentuh secara sempurna maka

tentu saja tidak memenuhi syarat. Sehingga, whudu menjadi batal.

2015), h. 35.
15
Andini T. Nirmala dan Aditya A. Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 454.
17

Pemijatan ataupun usapan anda ketika membasuh muka saat berwudhu

pun juga bisa mengandung terapi untuk kesehatan. Sebab dengan melakukan

pemijatan bagian-bagian yang ada diwilayah muka saat berwudhu diantaranya bisa

meringankan ketegangan dan ketenangan jiwa, meningkatkan konsentrasi.

Sebagai contoh, ketika kedua telapak tangan anda membasuh muka dengan

posisi telapak tangan menutup muka, kondisi itu mampu meningkatkan konsentrasi.

Sementara itu tatkala anda memegang atau menyentuh pelipis anda, maka hal itu

dapat mengurangi rasa sakit kepala. Saat jari-jari memberi tekanan pada pelipis dan

melakukan gerakan pemijatan dengan gerakan memutar, disertai mata memejam dan

aturan pernapasan, insyaallah akan memberikan efek yang menenangkan sekaligus

memberi rasa lega. Sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Insan/76/11 :

Artinya : “ Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan
memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati”

Ketenangan pikiran itu akan semakin anda peroleh apabila saat anda mulai

mengambil air wudhu menyatukan kedua jari ataupun ketika membasuh tangan.

Dengan tekanan pada ujung jari anda dapat menemukan kembali ketenangan pikiran.

Karena itu bila pikiran anda sudah mulai tegang, maka pertemukan ujung- ujung jari

tangan satu dengan yang lain, pejamkan mata dan lakukan latihan pernapasan.
18

c. Membasuh kedua tangan sampai siku dan sebagian kepala.

Siku adalah “engsel” yang menghubungkan tangan dengan lengan. Kedua siku

merupakan bagian tubuh yang wajib kena basuhan. Oleh sebab itu, supaya lebih

memastikan bahwa siku seluruhnya terbasuh, maka diupayakan dalam membasuh

tangan dimulai dari tengah lengan tangan bagian atas.

Batasan siku adalah batas antara dzira’ {dari siku sampai ke ujung jari} dan’adhud

{lengan atas}

d. Mengusap sebagian kepala dalam madzhab Imam Syafi’i yaitu mengusap bagian

depan pada kepala jika rambutnya panjang maka cukup dengan mengusap rambut

yang letaknya pada kepala bagian depan, mengusap sebagian kepala disunnahkan

sampai tiga kali usapan, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah meletakkan kedua

tangannya dan meletakkan ujung – ujung jari kanan dengan jari kirinya, kemudian

meletakkan di ujung kepalanya dan menyempurnakannya ke belakang.16

e. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki.

Untuk menjaga supaya mata kaki betul-betul terbasuh, maka hendaklah kita

melebihkan pencucian seperti sampai diatas mata kaki. Membasuh kedua telapak

kaki ketika berwudhu dengan memijat secara baik, insyaallah akan mendatangkan

perasaan tenang dan nyaman, karena telapak kaki merupakan cerminan seluruh

perangkat tubuh.17

Selain dapat memperlancar peredaran darah, ternyata pemijatan yang

dilakukan ketika berwudhu dapat membuat perasaaan menjadi tenang. Sebagai

contoh ketika membasuh kedua telapak kaki dengan memijat secara baik, hal itu

dapat mendatangkan perasaan tenang dan nyaman, karena telapak kaki merupakan
16
Ariany Syurfah, Multiple Intelligences for Islamic Teaching. (Bandung : Syamil
Publising,2007), h.110
17
Musbikin Imam, op.cit., h.180
19

cerminan seluruh perangkat tubuh. Orang yang berwudhu seakan-akan memijat

seluruh tubuhnya satu persatu, padahal ia hanya membasuh kedua telapak kakinya

dengan air dan memijatnya dengan baik. Ini merupakan salah satu rahasia timbulnya

perasaan tenang dan nyaman yang dirasakan oleh seorang muslim setelah berwudhu.

Beberapa penelitian menemukan bahwa efek pijatan itu mungkin bisa

dihubungkan dengan diproduksinya sejenis hormon yang dinamakan serotonin ketika

seseorang dipijat. Serotonin ini kemudian mempengaruhi bagian otak lain dan

menimbulkan perasaan gembira dan rileks.

Penelitian ilmiah membuktikan bahwa peredaran darah pada ujung kedua

telapak tangan serta ujung kedua telapak kaki dan betis lebih lemah dibanding

peredaran darah pada anggota tubuh yang lain, karena ujung kedua telapak tangan

dan lengan serta ujung kedua telapak kaki betis adalah anggota tubuh yang paling

jauh dari pusat peredaran darah, yaitu jantung. Oleh karena itu, membasuh semua

ujung ujung anggota tubuh yang disebutkan tadi pada setiap kali wudhu dan

memijatnya dengan baik akan memperkuat peredaran darah sehingga dapat

menambah aktivitas dan kebugaran tubuh.

f. Menertibkan rukun – rukun diatas.

Keseluruhan rangkaian anggota – anggota tubuh itu harus diurutkan dengan

teknik pembasuhan tidak bisa dilakukan sekaligus dibasuh seperti dengan

menceburkan diri, atau urutan – urutannya di loncat – loncat atau dibalik.

6. Beberapa Sunat Wudhu


20

Terdapat beberapa anjuran dalam berwudhu sebagai mana dijelaskan berikut:

a. Membaca basmalah pada permulaan wudhu, berdasarkan hadis Abu Daud:

“Berwudhulah kamu dengan menyebut nama Allah.”

b. Membersihkan gigi baik dengan memakai sikat gigi dan pasta gigi, bersiwak

dengan kayu iraq (kayu yang biasa digunakan untuk gosok gigi) maupun degan

benda kesat lainnya yang dapat membersihkan gigi. Membasuh kedua telapak

tangan sampai pergelangan sebelum berkumur – kumur.

c. Berkumur – kumur sebanyak tiga kali

d. Memasukan (mengisap) air kedalam hidung untuk kemudian mengeluarkannya

kembali.

e. Membasuh seluruh kepala

f. Membasuh kedua telinga termasuk bagian dalam dan luar telinga

g. Menyilang – nyilang jari kedua tangan cara mengkros jari tangan kiri ke yang

kanan.

h. Menyilang – nyilang jenggot bagi orang yang memiliki jenggot lebat.

i. Mendahulukan anggota badan yang kanan dari pada anggota kiri

j. Membasuh setiap anggota wudhu tiga kali. Hal ini untuk menjaga terbasuhnya

anggota wudhu secara sempurna, dimana kalau hanya satu basuhan kemungkinan

tidak sempurnanya basuhan masih ada.

k. Tertib atau berturut – turut anggota demi anggota. Maksudnya tidak terselingi

dengan pekerjaan lain selain wudhu.

l. Tidak boros dalam menggunakan air bahkan diupayakan menggunakan air secara

efisien.

m. Jangan meminta pertolongan kepada orang lain kecuali dalam keadaan sakit
21

n. Tidak diseka atau dilap. Kecuali situasi dan kondisi tidak memungkinkan seperti

cuaca yang dingin atau sedang melaksanakan pesta.

o. mengosok – gosok anggota wudhu ketika membasuh

p. Menjaga supaya percikan air jangan kembali (memercik) ke badan

q. Tidak bercakap – cakap atau ngobrol ketika berwudhu, kecuali dalam

keadaan darurat

r. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika berwudhu

s. Berdoa sudah selesai wudhu

t. membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai berwudhu

u. Shalat dua rakaat yang dinamai shalat sunnah wudhu

7. Hal-hal yang membatalkan Wudhu

Wudhu bisa rusak atau batal disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :18

a. Ada sesuatu yang keluar dari salah satu pintu pembuangan baik berupa benda padat,

benda cair maupun gas seperti tinja, air kencing, mani, madzi wadhi maupun kentut

atau yang tidak biasa seperti cacing, darah, nanah, daging, batu. Darah yang keluar

dengan jalan yang tidak lazim seperti karena luka maupun mimisan, tidak

membatalkan wudhu.

b. Hilang akal. Hilang akal ini bisa disebabkan karena tidur, mabuk, ayan, gila atau

keserupan. Perlu diperhatikan bahwa tidak bisa semua tidur dapat membatalkan

wudhu. Kalau tidur itu dilakukan dengan cara duduk, dan duduknya itu tidak geser

atau posisi duduk berubah sehingga tempat keluar terhimpit atau terhalangi, dan

tidak ada kemungkinan ada yang keluar dari dubur: Oleh karena itu, para ulama

memandang bahwa posisi tidur seperti itu tidak membatalkan wudhu. Keterangan
18
Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah. Lebanon-Bairut. Darul Fikri. h 35-36
22

lain juga memperkuat hadis diatas, yakni hadis yang diriwayatkan oleh muslim

yang menerangkan bahwa para sahabat Rasulullah tertidur (dalam keadaan

terduduk) kemudian mereka shalat tanpa berwudhu lagi.

c. Bersentuhan antara kulit laki – laki dan kulit perempuan yang sudah dewasa dan

bukan mahram. Dalam hal menyentuh ini terjadi perbedaan pendapat. Sumber

perselisihan pendapat adalah pemahaman terhadap firman Allah dalam surat an –

Nisa 43 “atau kamu telah menyentuh perempuan.” Apa yang di maksud dengan

laamastum (menyentuh) itu? Apakah makna haqiqi (sesungguhnya) atau makna

majazi (tidak sesungguhnya) ? Imam Syafi’i menafsirkan menyentuh itu dengan

makna sesungguhnya, oleh karena itu konsekuensinya adalah setiap persetuhan

antara kulit laki – laki dan perempuan yang sudah dewasa dan bukan muhrim, baik

disengaja maupun tidak di sengaja dan tidak ada penghalang antara keduanya

(sentuhan langsung) maka membatalkan wudhu. Namun Imam Maliki dan Imam

Hambali berpendapat lain. makna menyentuh itu maksudnya adalah majazi yakni

persetubuhan. Sedangkan Imam Hanafi menafsirkan menyentuh itu dengan

persetuhan yang disengaja dan menimbulkan syahwat (birahi).

d. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan. Baik kemaluan atau

dubur sendiri maupun milik orang lain, dewasa maupun anak – anak. Tentu saja yang

batal hanya orang yang menyentuh saja, orang yang disentuh tidak batal wudhunya.

8. Pekerjaan yang Mempersyaratkan Adanya Wudhu

Ada tiga hal yang untuk melaksanakannya seseorang harus suci dari hadas
23

dan karenanya harus berwudhu terlebih dahulu, yaitu:

a) Shalat, baik shalat fardhu maupun sunnat. Termasuk pula shalat jenazah dan

shalat gerhana.

b) Thawaf di Baitullah, baik tawaf fardhu maupun thawaf sunat

c) Menyentuh Al Quran. Adapun membaca Al Quran tanpa menyentuh adalah boleh.

Sedangkan hal – hal yang diutamakan berwudhu sebelum mengerjakannya

adalah : berzikir, ketika kehendak tidur, orang junub yang hendak makan, minum atau

mengulangi persetubuhan, sebelum melakukan mandi wajib atau mandi sunnat serta

memperbaharui wudhu untuk setiap shalat.

9. Tata Cara Pelaksanaan Wudhu’

Adapun tata cara berwudhu adalah : 19

1.) Membaca basmalah sambil membasuh kedua telapak tangan dengan membaca :

‫احلمداهلل الذي جعل املاء طهورا‬.

2.) Berkumur-kumur dengan membaca:

‫اللهم أسقىن من حوض نبيك حممد صلى ااهلل عليه وسلم كأسا ال أظماء بعدها أبدا‬.

3.) Membasuh hidung dengan membaca :

‫اللهم ال حترمىن رائحة جنتك‬.

4.) Membasuh muka dengan membaca :

19
Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah. Lebanon-Bairut. Darul Fikri. h 47
‫‪24‬‬

‫‪.‬اللهم بيض وجهى يوم تبيض وجوه و تسود وجوه‬

‫‪5.) Membasuh tangan kanan dengan membaca:‬‬

‫‪.‬اللهم أعطىن كتاىب بيمىن و حاسبىن حسابا يسريا‬

‫‪6.) Membasuh tangan kiri dengan membaca:‬‬

‫‪.‬اللهم ال تعطىن كتايب من يسارى وال من ظهرى‬

‫‪7.) Menyapu sebagian rambut kepala dengan membaca:‬‬

‫‪.‬اللهم حرم شعرى و بشرى من النار و أظلىن حتت عرشك يوم ال ظل إال ظلك‬

‫‪8.) Membasuh dua telinga dengan membaca :‬‬

‫‪.‬اللهم اجعلىن من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه‬

‫‪9.) Membasuh dua kaki dengan membaca :‬‬

‫‪.‬اللهم ثبتىن قدمي على صراط يوم تزل فيه األقدام‬

‫‪10.) Membaca do’a sesudah berwudhu’ sebagai berikut :‬‬

‫أشهد أن ال إله إال ااهلل وحده ال شريك له و أشهد أن حممدا عبده و رسوله أللهم اجعلىن من التو ابني و اجلعلىن من‬

‫‪.‬املتطهرين و اجلعلىن من عبادك الصاحلني‬

‫‪B. Pembahasan Tentang Kesehatan Mental‬‬


25

1. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental merupakan salah satu macam kesehatan yang

dibutuhkan manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Secara etimologis kata

mental berasal dari kata latin, yaitu mens atau mentis yang berarti jiwa, nyawa,

sukma, ruh dan semangat.Dan secara etimologis juga, disebut mental hygiene

yaitu nama dewi kesehatan yunani kuno yang mempunyai tugas mengurus

masalah kesehatan manusia didunia. Dan munculnya kata hygiene untuk

menunjukan suatu kegiatan yang bertujuan mencapai kesehatan.20

Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-

sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk

menghadapi problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif

kebahagian dan kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa yang dimaksud diatas

ialah seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup, harus

dapat membantu satu sama lain, sehingga dapat menjauhkan orang lain dari

perasaan ragu dan bimbang.21

Dalam kehidupannya ada orang yang terlihat selalu gembira dan bahagia,

walau apapun keadaan yang dihadapi. dan sebaliknya ada orang yang sering

mengeluh dan bersedih hati, tidak bersemangat, serta tidak dapat memikul

tanggung jawab. Hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan dan ketidakpuasan.

Kesehatan mental seseorang setiap saat bisa berubah karena adanya faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Agar kesehatan mental tetap terjaga dengan baik,

hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, misalnya

seorang siswa terlihat murung, kurang bergairah untuk belajar, cemas, merasa

20
Syamsu Yusuf, Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018), h. 10
21
Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: PT Gunung Agung, 2016), h. 13
26

rendah diri, badan terasa lesu tidak bersemangat dan gangguan psikologis lainnya.

Hal-hal ini dapat disebabkan oleh adanya masalah yang sedang dihadapi

siswa tersebut sehingga berpengaruh terhadap mental kejiwaannya. Untuk itu

kesehatan mental siswa sebaiknya diupayakan dengan dukungan berbagai pihak,

baik itu pihak sekolah, masyarakat maupun keluarga sehingga gangguan kesehatan

mental siswa dapat segera teratasi. Kelabilan unsur-unsur mental anak seperti

perasaan, minat dan pikiran sangat rentan terhadap pengaruh positif ataupun

negatif dari luar dirinya sehingga perlu adanya bimbingan, perhatian dan kasih

sayang orang tua secara kontinu. Kedekatan orang tua dengan anak memberikan

pengaruh yang paling besar dalam proses pembentukan kepribadian dibanding

pengaruh yang diberikan oleh komponen pendidikan lainnya.Orang tua yang

membiarkan anaknya tumbuh dan mengerjakan apa pun sekehendaknya,

merupakan perlakuan yang kurang adil, dan kurang pada tempatnya.Perlakuan

yang seperti itu sangatlah kurang bijaksana, demikian pula, perlakuan yang serba

ketat dan keras akan membentuk mental anak yang selalu ragu-ragu dan penuh

kecemasan. Beberapa pengertian kesehatan mental menurut para ahli psikologi

sebagaimana pendapat Zakiyah Darodjat berpendapat bahwa “kesehatan mental

adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi

kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri

dan lingkungannya”.

Kartini Kartono berpendapat bahwa “orang yang memiliki mental yang

sehat ialah orang yang ditandai dengan sifat-sifat khas antara lain: memiliki

kemampuan untuk bertindak secara efisien, mempunyai tujuan hidup, memiliki

koordinasi antara segenap potensi diri dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi


27

dan integrasi kepribadian dan selalu tenang hatinya”.22

Seorang psikolog, HB. English, menyatakan sehat mental merupakan

keadaan yang secara relatif menetap dimana seseorang dapat menyesuaikan diri

dengan baik, memiliki semangat hidup yang tinggi, dan terpelihara, serta berusaha

untuk mencapai aktualisasi diri yang optimal. Keadaan yang positif dan bukan

sekedar tidak adanya gangguan mental.23

Sedangkan Jalaluddin mendefinisikan “orang yang sehat mentalnya ialah

orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan

tentram”.24

Berbeda dengan pendapat yang telah di paparkan, pendapat dari Sikun

Pribadi menyatakan bahwa Sikun tidak menggunakan istilah mental hygiene

karena menurutnya pengertian "mental" hanya menitik beratkan pada kerohanian

manusia, sedangkan istilah psiko-higienie memandang manusia sebagai

keseluruhan psiko fisik atau psiko-somatis, yaitu kesatuan jiwa raga. Istilah psiko-

somatis menunjukan bahwa kesehatan jiwa tidak bisa dipisahkan dari kondisi

kesehatan jasmani. Apabila pendapat sikun dibandingkan dengan pendapat-

pendapat para ahli, ternyata kajiannya sama dan tidak ada perbedaan yang

mendasar antara penggunaan istilah mental hygiene dan psiko-higiene dalam

pembahasan kesehatan mental.25

Jadi berpijak dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kesehatan mental ialah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam

keadaan tenang, aman dan tentram dan terhindar dari berbagai penyakit mental

seperti rendah diri, cemas, ketakutan, gelisah, dan ketegangan batin lainnya.
22
Kartini Kartono, Mental Hygiene (Bandung : Alumni,1983), h. 2.
23
Syamsu Yusuf, Op.Cit,. h. 27
24
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 154 10Ibid.h.10-11
25
Ibid.h.10-11
28

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kesehatan Mental

Diantara cara menjaga kesehatan mental khususnya pada anak remaja adalah

dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, adapun faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kesehatan mental itu ada dua macam. Yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri (ekstern).

a) Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) meliputi: sikap

Independent( berdiri sendiri), rasa harga diri, rasa bebas, rasa kekeluargaan,

terlepas dari rasa ingin menyendiri, bebas dari segala neuroses (gangguan

jiwa ).

b) Faktor yang berasal dari luar diri (ekstern) meliputi: Faktor keluarga,

pendidikan di sekolah.

3. Tolak Ukur dan Indikator-indikator Kesehatan Mental

a) Tolak Ukur Kesehatan Mental dalam menentukan sehat atau tidaknya dalam

perspektif kesehatan mental, terdapat kriteria-kriteria yang digunakan. Menurut

Hasan Langgulung ada empat kriteria yang biasa digunakan dalam menentukan

sehat atau normal.26 Pertama, Kaidah Statistik. Dalam kaidah ini sehat tidaknya

mental seseorang diukur dengan angka-angka statistik yang berdasarkan pada

fakta dari sifat yang menyatakan seseorang baik dari segi jasmani atau dari segi

intelektual atau dari segi emosi yang kemudian fakta-fakta itu dituangkan dalam

tabel statistik.

Kedua, Kriteria Norma Sosial. Kriteria ini menyatakan orang normal atau

sehat mental adalah orang yang mengikuti pola-pola tingkah laku, sikap-sikap
26
Achmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Qur'an (PARAMADINA, 2014. Cet.Ke--8), h.15-17
29

sosial dan nilai-nilai lain yang telah disepakati oleh masyarakat.

Ketiga, Tingkah Laku Ikut-ikutan.Menurut kriteria ini orang yang sehat

mental tidak diukur dengan kepatuhannya pada norma sosial melainkan pada

keseimbangannnya menentukan pilihan untuk mengikuti, atau pura-pura

mengikuti bahkan menentang dengan alasan bahwa sikap-sikap itu menumbuhkan

potensi-potensi dirinya dan potensi masyarakatnya. Seseorang mengikuti atau

menentang norma-norma sosial bukan hanya dipengaruhi oleh faktor

kepribadiannya tetapi juga dipengaruhi oleh faktor interaksi antar individu,

individu dengan kelompok dan interaksi dengan masalah yang menjadi tumpuan

dimana ia mengikuti atau menentang.

Keempat, Kriteria lain. Terdapat sifat-sifat yang dapat digunakan untuk

mengukur kesehatan mental seseorang, antara lain:

1. Seseorang menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya

2. Jarak antara aspirasi dan potensi dimiliki oleh orang itu sesuai.

3. Seseorang memiliki keluwesan dalam hubungannya dengan orang lain.

4. Seseorang memiliki keseimbangan emosi.

5. Seseorang memiliki sifat spontanitas yang sesuai.

6. Seseorang berhasil menciptakan hubungan sosial yang dinamis dengan orang

lain.

Pertarungan psikologis tidak bisa dihindari pada orang yang tidak memiliki

kemampuan penyesuaian diri, dan kegagalan seseorang itu dapat berakibat pada

timbulnya rasa kecewa dan risau.

Kesehatan mental yang terganggu berpengaruh pada perasaan, pikiran atau

kecerdasan dan juga kepada kelakuan bahkan pada kesehatan badan, tetapi akarnya
30

adalah pada perasaan kecewa dan kerisauan. Sangatlah sulit menentukan ukuran

kesehatan mental. Menurut Alexander A. Schneiders dalam bukunya yang berjudul

Personality Dinamic and Mental Health kriteria yang sangat penting untuk menilai

kesehatan mental yaitu pengendalian, integrasi fikiran dan tingkah laku, pengendalian

konflik atau frustasi, perasaan-perasaan emosi yang positif dan sehat, ketenangan atau

kedamaian fikiran dan sikapsikap yang sehat.

Indikator Kesehatan Mental dikutip dalam buku karya Ramayulis, ada beberapa

pendapat indikator-indikator dalam kesehatan mental antara lain:27

a. Indikator Kesehatan Mental menurut WHO

1) Bebas dari ketegangan dan kecemasan.

2) Menerima kekecewaan sebagai pelajaran dikemudian hari.

3) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif meski kenyataan itu pahit.

4) Dapat tolong menolong.

5) Merasa lebih puas memberi daripada menerima.

6) Memiliki rasa kasih sayang dan butuh disayangi.

7) Memiliki spiritual atau agama.

b. Indikator Kesehatan Mental menurut Said Hawa

1) Melaksanakan habl min Allah dan habl min al-nas.

2) Tidak memiliki penyakit hati, yang bertentangan dengan keesaan Allah SWT.

3) Jiwanya suci, hatinya menjadi suci, dan pandangannnya menjadi jernih.

4) Seluruh anggota tubuhnya senantiasa berbuat sesuai dengan apa yang

diperintahkan oleh Allah SWT.

27
Ramayulis, Psikologi Agama( Jakarta : KALAM MULIA, 2013, Cet. ke-10), h. 162-165
31

c. Indikator Kesehatan Mental menurut Al- Ghazali

1) Keseimbangan yang terus menerus antara jasmani dan rohani dalam kehidupan

manusia.

2) Memiliki kemuliaan akhlak atau memiliki kualitas iman dan takwa.

3) Memiliki makrifat tauhid kepada Allah.

4) Selalu mengingat dan dekat dengan Tuhannya.

d. Indikator kesehatan Mental Menurut Zakiyah Daradjat

1) Terhindar dari gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa

Perbedaan gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psikose) yaitu

neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam

kenyataan. Orang yang terkena neurose mengetahui kesukaran yang dirasakan

tetapi ia tidak mengetahui bagaimana cara mengatasinya. Gejala-gejala gangguan

penyakit mental dilihat dari segi perasaan tanda-tandanya yaitu rasa gelisah,

cemas, iri, dengki, sombong, takut kehilangan harta rasa putus asa, murung, dan

sebagainya. Sedangkan psikose kepribadiannya dari segala segi meliputi

tanggapan, perasaan atau emosi, dorongan-dorongan yang sangat terganggu dan

akan berdampak pada diri sendiri serta orang lain.

2) Dapat menyesuaikan diri (self adjustment) dan mengatasi kesulitan

Penyesuaian diri adalah suatu proses untuk memperoleh atau memenuhi

kebutuhan (needs satisfaction), mengatasi stres, konflik, frustasi, dan masalah-

masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dikatakan dapat

menyesuaikan diri yang normal manakala ia mampu memenuhi kebutuhan dan

mengatasi masalahnya secara wajar dan sesuai dengan norma agama, tidak
32

merugikan dirinya sendiri maupun lingkungannya. Contoh seorang peserta didik

tidak lulus dalam ulangan tengah semester, maka cara merespon yang wajar

terhadap masalah tersebut adalah dengan melakukan intropeksi dan

mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan tidak lulus. Faktor yang

menyebabkan mungkin sering begadang malam hari, menggunakan belajar dengan

sistem kebut semalam ataupun jarang membaca materi pelajaran yang telah

disampaikan oleh guru. Apabila latar masalahnya telah ditemukan, maka hal yang

terjadi tersebut, dapat dijadikan pelajaran untuk tidak mengulang kembali aktivitas

yang kurang baik tersebut.

3) Mengembangkan potensi semaksimal mungkin

Potensi diri atau kemampuan kemampuan yang dimiliki peserta didik dapat

diketahui melalui tes psikologis, prestasi belajar, ataupun kecenderungan minatnya.

Seorang anak yang memiliki mental sehat mampu mengembangkan potensi yang

dimilikinya dalam kegiatan-kegiatan positif.

4) Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain.

Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku yang memberikan

dampak positif bagi dirinya dan orang lain. Memiliki prinsip bahwa tidaklah baik

mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirinya sendiri, ataupun mencari

keuntungan diri sendiri di atas kerugian orang lain. Dengan demikian, segala aktivitas

untuk mencapai kebahagiaan atau kesejahteraan bersama selalu jadi penanaman. Dari

beberapa pendapat mengenai indikator dalam kesehatan mental yang telah

dijabarkan, dapat disimpulkan beberapa antara lain:

1) Terhindar dari gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa

2) Dapat menyesuaikan diri (self adjustment) dan mengatasi kesulitan

3) Mengembangkan potensi semaksimal mungkin


33

4) Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

5) Terhindar dari al-akhlaq al-mazmumah

4. Kesehatan Mental Dalam Agama Islam

Di dalam fungsi agama fitrah manusia adalah makhluk beragama, yaitu

makhluk yang memiliki rasa keagamaan dan kemampuan untuk bagaimana

memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Manusia yang mengamalkan ajaran

agama, berarti manusia tersebut telah mewujudkan jati dirinya, identitas dirinya (self

identity) yang hakiki yaitu sebagai Abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah

(khalifah Allah di muka bumi).Agama sebagai pedoman hidup manusia telah berikan

hudan (petunjuk) tentang pembinaan atau pengembangan mental yang sehat. Sebagai

petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat agama juga

berfungsi sebagai:

a. Memelihara fitrah

Fitrah manusia saat lahir bersih dari dosa dan noda. Namun karena

manusia memiliki hawa nafsu dan banyak yang menggoda atau menyelewengkan

manusia dari kebenaran. Maka untuk terhindar dari hal tersebut maka manusia

harus beragama atau bertakwa kepada Allah.

b. Memelihara jiwa Kemuliaan jiwa manusia perlu dipelihara, oleh sebab itu agama

melarang atau mengharamkan melakukan penganiyaan, penyiksaan atau

pembunuhan baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain.

c. Memelihara akal

Manusia diberi oleh Allah pembeda dengan makhluk lain, yaitu akal.

Dengan akal manusia mampu untuk membedakan yang baik dan yang buruk, atau

memahami dan menerima nilai-nilai agama, mengembangkan ilmu dan tekhnologi,


34

dan sebagainya. Karena pentingnya peran akal, maka agama memberi petunjuk

kepada manusia untuk mengembangkan dan memelihara dengan mensyukuri

nikmat akal tersebut dengan memanfaatkan seoptimal mungkin untuk berfikir. 28

Dalam buku kesehatan mental, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa " apabila

manusia ingin terhindar dari kegelisahan, kecemasan, dan ketegangan jiwa serta

ingin hidup tenang, tenteram, bahagia dan dapat membahagiakan orang lain, maka

hendaknya manusia percaya kepada Tuhan dan hidup mengamalkan ajaran agama.

Agama bukanlah dogma tetapi agama adalah kebutuhan jiwa yang perlu dipenuhi".

Menurut dr. Hembing wijayakusuma menyatakan bahwa untuk menjelaskan apakah

seseorang sehat mentalnya atau sakit, cukup dengan dua aspek, yaitu aspek

ketuhanan untuk merajuk aspek positif dan kesesatan untuk merujuk aspek negatif.

Aspek kesehatan mental sama dengan aspek ketuhanan atau keimanan. Keimanan

meliputi keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Orang yang tidak memiliki keyakinan

positif, optimisme, ketulusan, integritas, loyalitas dan tanggung jawab bisa

dipastikan mentalnya sakit. Demikian juga orang yang berbicara jelek seperti

mengumpat, menghina, memfitnah, dan menghasut serta melakukan perbuatan

amoral.

Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa individu akan mencapai

atau memiliki mental yang sehat apabila taat melaksanakan ajaran agama. Ciri khas

ajaran Islam selain mengajarkan akidah ketauhidan, ibadah, muamalah juga

mengajarkan konsep-konsep kemanusiaan seperti pendidikan, sosial, ekonomi,

politik maupun kesehatan.

Ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih

diutamakan dari pada penyembuhan.Berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan

28
3Ibid. h.159-162
35

sekian banyak petunjuk dalam kitab suci Al-Quran dan sunnah nabi Muhammad saw

yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan untuk menuju pada upaya

pencegahan tersebut, maka Islam menekankan segi kebersihan lahir dan batin.

“Kebersihan lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan

sekitar,badan, pakaian, makanan, minuman dan lain sebagainya.”29

Allah swt berfirman dalam kitab suci Al-Quran surat al-Baqarah ayat 222.

ۚ ‫َو َيْس َٔـُلْو َنَك َعِن اْلَم ِح ْيِض ۗ ُقْل ُه َو َاًذۙى َفاْعَتِز ُلوا الِّنَس ۤاَء ىِف اْلَم ِح ْيِۙض َو اَل َتْق َر ُبْو ُه َّن َح ىّٰت َيْطُه ْر َن‬
‫ِب ِحُي‬ ‫ّٰل ِا ّٰل ِحُي‬ ‫ِم‬ ‫ِا‬
‫َف َذا َتَطَّه ْر َن َفْأُتْو ُه َّن ْن َح ْيُث َاَم َر ُك ُم ال ُهۗ َّن ال َه ُّب الَّتَّو ا َنْي َو ُّب اْلُم َتَطِّه ِر ْيَن‬

Artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu

adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita

di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.

Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang

diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri".30

Jadi bertaubat sebagaimana dikemukakan pada ayat tersebut di atas akan

menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah akan menghasilkan

kesehatan fisik.

Dalam hal ini Jalaluddin berpendapat bahwa:"Jika seseorang sedang

mengalami gangguan mental maka perlu adanya pendekatan terapi keagamaan bagi

dirinya agar gangguan mental yang terjadi pada dirinya itu dapat segera teratasi.

pendekatan terapi keagamaan ini dapat dirujuk dari informasi Al-Quran sendiri

sebagai kitab suci".


29
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002). h. 91

30
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Tajwid & Terjemah (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2014), h. 252
36

Di dalam kitab suci Al-Quran sebagai dasar dan sumber ajaran Islam banyak

ditemukan ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan batin dan kebahagiaan jiwa

sebagai hal yang prinsipil dalam mencapai kesehatan mental.

Adapun ayat-ayat yang menjelaskan usaha pembinaan kesehatan mental tersebut

antara lain terdapat pada surat ar-Ra'd ayat 28 :

‫ِبِذ ّٰلِه ِبِذ ّٰلِه‬ ‫ِذ‬


‫ۗ اَّل ْيَن ٰاَم ُنْو ا َو َتْطَم ِٕى ُّن ُقُلْو ُبُه ْم ْك ِر ال ۗ َااَل ْك ِر ال َتْطَم ِٕى ُّن اْلُق ُلْو ُب‬

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram". (Qs. Ar-Ra'd:28).31

Dari keterangan ayat pertama Allah swt dengan tegas menerangkan,bahwa

ketenangan jiwa atau kesehatan mental dapat dicapai dengan dzikir (mengingat Allah

swt) karena segala sesuatu yang mengganggu jiwa ataupun mental seseorang itu berasal

dari-Nya. Maka persoalan yang dihadapinya harus dikembalikan kepada-Nya dengan

mengingat-Nya agar segera diberi jalan keluar agar persoalan yang dihadapi segera

teratasi. Memberikan ketenangan jiwa dan menumbuhkan kesehatan mental ke dalam

hati orang-orang yang beriman.

Dalam Al-Qur'an juga dijelaskan kaitan kesehatan mental dengan keimanan

kepada Tuhan dan pengamalan ajaran. Allah berfirman dalam surat Al-'Ashr:

31
Ibid, h. 401
37

‫َو اْلَعْص ِۙر‬


‫ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلِف ُخ ْس ٍۙر‬
‫ْي‬
‫ِااَّل اَّلِذ ْي ٰاَم ُنْو ا َع ُلوا الّٰص ٰح َت اَصْو ا ِباَحْلِّق ۙە َت اَصْو ا ِبالَّص ِرْب‬
‫ِت‬ ‫ِل‬ ‫ِم‬
‫َو َو‬ ‫َو َو‬ ‫َو‬ ‫َن‬

Artinya : 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3.

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran.32

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa semua manusia itu merugi (celaka

hidupnya, tidak tentram, atau perasaan resah dan gelisah) kecuali orang-orang yang

beriman, beramal sholeh, dan saling mewasiati dengan kebenaran dan kesabaran.Dari

beberapa penjelasan ayat Al-qur'an tersebut,dapat diambil kesimpulanagar kesehatan

mental seseorang tetap terjaga dengan baik maka perlu sekali memperhatikan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhinya dan ketika mengalami kekusutan mental maka

perlu adanya pendekatan terapi keagamaan dengan merujuk kepada Al-Quran sehingga

diharapkan gangguan mental yang terjadi pada dirinya cepat segera teratasi.

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada penelitian yang membahas tentang

wudhu dan konsentrasi dalam belajar matematika, diantaranya:

Penelitian Faqih pada tahun 2010 yang berjudul Pengaruh Fisioterapi Wudhu

Terhadap Prestasi Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Islam Al

Azhaar Tulungagung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

Pelaksanaan fisioterapi wudhu dalam menghadapi ujian matematika merupakan

32
Dapartemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahan, (Bandung: CV Penerbit Dipenogoro,
2010), h. 601
38

salah satu bentuk strategi yang dapat digunakan untuk menumbuhkan persepsi dan

motivasi positif dan mengefektifkan coping, respons emosi positif (positive thingking),

serta dapat menghindarkan reaksi stres siswa. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Siswa kelompok

eksperimen diberikan materi fisioterapi dahulu sebelum ujian harian dan ujian semester

2 dan 5 menit sebelum ujian matematika tersebut dimulai, siswa terlebih dahulu

berwudhu. Sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan materi dan treatment tentang

fisioterapi wudhu sebelum menghadapi ujian matematika. Selanjutnya dari hasil ujian

akan digunakan untuk mengukur prestasi belajar matematika.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data ujian harian diperoleh (mean

kelompok eksperimen < mean kelompok kontrol) (48,462<59,231) serta to < tt (2,06 >

1,203 < 2,80). Dengan demikian Ha ditolak Ho diterima, yang berarti tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara variabel fisioterapi wudhu dengan variabel prestasi belajar matematika.

Begitu juga dengan hasil perhitungan analisis data ujian semester 2 diperoleh (mean kelompok

eksperimen = mean kelompok kontrol) (72,3077= 72,3077) serta to < tt(2,06 >0,000 < 2,80).

Dengan demikian Ha ditolak Ho diterima, yang berarti juga tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel fisioterapi wudhu dengan variabel prestasi belajar matematika.

Meskipun pengaruh terhadap prestasi belajar tidak ada, akan tetapi dari hasil

wawancara yang telah peneliti lakukan, ternyata ada pengaruh fisioterapi wudhu

terhadap motivasi belajar siswa dan hal ini sesuai dengan penelitian Rehatta yang

menyatakan bahwa fisioterapi wudhu terbukti dapat menumbuhkan persepsi dan

motivasi positif dan juga mengefektifkan coping, respons emosi positif (positive

thingking), serta dapat menghindarkan reaksi stres. Selain itu berdasarkan pengalaman

spiritual Ustadz Nur Kozin yang pada saat ini sedang mengabdi di SMP Islam Al Azhar

selaku guru Biologi mengatakan bahwa dengan berwudhu setiap kali memulai aktifitas
39

belajar dan setiap kali berhadas menjadikan fikiran fresh dan tenang sehingga tanpa

disangka-sangka prestasi akademik Ustadz Nur Kozin-pun meningkat signifikan dari

jenjang SMP sampai dengan Perguruan Tinggi. Tentunya hal ini dilaksanakan dengan

penuh keikhlasan dengan niat ibadah kepada Allah SWT. Selain itu istiqomah berwudhu

dan belajar menjadi kunci utama. Dan tak ketinggalan juga sebuah nasehat dari Syekh

Al-Zarnuji beliau menuturkan bahwa, “Ilmu adalah cahaya, sementara wudhu juga

merupakan cahaya. Dengan wudhu, cahaya ilmu semakin gemilang”, maka dengan berwudhu

akan semakin memudahkan aktivitas belajar kita.33

Penelitian Fatchur Ridho pada tahun 2015 yang berjudul Hubungan Kebiasaan

Wudhu Dengan Peningkatan Konsentrasi Belajar Fikih Siswa Di SD Muhammadiyah

Kriyan JeparaTahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil angket dan analisis empiriskuantitatif

tentang kebiasaan melaksanakan wudhu siswa di SD Muhammadiyah Kriyan Jepara

Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat dikatakan pada kebiasan yang baik. Baik yang

penulis maksud adalah kebiasaan siswa SD Muhammadiyah Kriyan Jepara yang selalu

membiasakan berwudhu, baik ketika mengikuti pelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Hal ini terbukti dari pilihan angket yang ada dengan masing- masing 5 pilihan yang

menunjukkan angka pada interval (34 - 44).

Sedangkan konsentrasi belajar fikih siswa di SD Muhammadiyah Kriyan Jepara

sesuai dengan pilihan angket yang ada dengan masing-masing 5 pilihan dapat

dikatagorikan pada nilai konsentrasi belajar fikih yang baik. Konsentrasi siswa SD

Muhammadiyah Kriyan Jepara ketika mengikuti mata pelajaran fikih menunjukkan

konsentrasi yang baik, hal ini dapat dilihat dari kondisi kelas ketika proses KBM yang

33
Faqih, Pengaruh Fisioterapi Wudhu Terhadap Prestasi Dan Motivasi Belajar Matematika
Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Azhaar Tulungagung, (Tulungagung : STAIN, 2010), h.86-88.
40

relatif tenang dan tidak gaduh. Disamping itu daya serap siswa SD Muhammadiyah

Kriyan Jepara juga cukup tinggi. hal ini dapat dilihat dari hasil means konsentrasi

belajar fikih siswa di SD Muhammadiyah Kriyan Jepara hasil yang menunjukkan angka

pada interval pada jarak interval (34 - 44).

Dari hasil penelitian lapangan setelah dianalisa secara kuantitatif dengan pendekatan

statistik product moment, maka hasilnya dapat penulis sampaikan bahwa terdapat

korelasi positif antara kebiasaan wudhu dengan peningkatan konsentrasi belajar fikih

siswa di SD Muhammadiyah Kriyan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti

dari perhitungan statistik product moment yang menghasilkan angka ro = 0.890939,

sehingga ketika nilai r ini dikonsultasikan dengan nilai r pada table baik pada taraf

signifikansi 5 % maupun 1 % maka;

Taraf korelasi 95% ro : 0. 552069 dan rt : 0.316 (signifikan)

Taraf korelasi 99% ro : 0. 552069 dan rt : 0.408 (signifikan)

Ternyata dari perhitungan tersebut betul-betul signifikan dan terdapat korelasi

antara kebiasaan wudhu dengan peningkatan konsentrasi belajar fikih siswa di SD

Muhammadiyah Kriyan Jepara . Karena dari hasil koofisien korelasi antara variabel X

dan Y lebih besar dari nilai koofisien korelasi yang ada pada tabel atau r xy hitung

(0,552069) > r tabel, baik dalam taraf signifikan 5 % maupun 1 % , maka diperoleh hasil

yang signifikan yang berarti bahwa hipotesis nihil (Ha) di tolak dan hipotesis positif

(Ho) diterima.34

Penelitian Istianah pada tahun 2008 yang berjudul Pengaruh Sarapan Terhadap

Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 20 Bekasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa : ada pengaruh positif yang signifikan antara sarapan dengan

34
Fatchur Ridho, Hubungan Kebiasaan Wudhu Dengan Peningkatan Konsentrasi Belajar Fikih
Siswa Di SD Muhammadiyah Kriyan JeparaTahun Pelajaran 2014/2015,(Jepara: Universitas Islam
Nahdlatul Ulama, 2015), h.77-79.
41

konsentrasi belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 20 Bekasi.35

Berdasarkan penelitian di atas, terlihat perbedaan dan kesamaan antara penelitian

peneliti dengan ketiga penelitian terdahulu yang relevan. Perbedaan yang terlihat dengan

penelitian pertama terletak pada perbedaan variabel terikat yang diambil dimana peneliti

memilih variabel konsentrasi dalam belajar matematika sebagai variabel Y (variabel

terikat) dan peneliti pertama memilih variabel prestasi (Y1) dan motivasi belajar

matematika(Y2). Sedangkan perbedaan dengan penelitian kedua, terletak pada mata

pelajaran yang diteliti dimana peneliti kedua melihat pada mata pelajaran Fiqhi dan

peneliti melihat pada pelajaran matematika. Perbedaan dengan penelitian ketigaterletak

pada variabel X (bebas) yang diteliti dimana peneliti ketigamenggunakan variabel

sarapan sebagai variabel bebas dan peneliti menggunakan variabel wudhu. Meskipun

nantinya, terdapat kesamaan yang berupa kitipan atau pendapat-pendapat yang berkaitan

dengan wudhu, konsentrasi, dan belajar.

35
Istianah, Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri
20 Bekasi,(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).

Anda mungkin juga menyukai