Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TENTANG BERWUDHU

Disusun untuk membahas tentang berwudhu

Dosen penampung : Nur Azizah s.p.d.I M.M

D
I
S
U
S
U
N

OLEH : KELOMPOK 4

- Joko purnomo
-Jonriaman damanik

POGRAM STUDI
MATA PELAJARAN FIQIH BERJUDUL
TENTANG BERWDHU
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari pergaulan antar
sesama dan hubungan dengan sang pencipta. Sebagai makhluk yang berakal, sudah
selayaknya ketika menghadap Tuhannya harus mematuhi rambu-rambu yang digariskan
oleh syara’. Bahkan, ketika bermunajat dengan Sang Khaliq pun, harus diperhatikan
aturan mainnya, diantaranya adalah dengan melakukan thaharah sebagai mediator dalam
beribadah kepaad Alloh
Setiap kegiatan ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah)
terlebih dahulu mulai dari wuhdu. Wudhu adalah sebuah syariat kesucian yang Alloh
‘azza Wa Jalla tetapkan kepada kaum muslimin. Sebagai pendahuluan bagi shalat dan
ibadah lainnya. Di dalamnya terkandung sebuah hikmah yang mengisyaratkan kepada
kita bahwa hendaknya seorang muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan
kesucian lahir batin. Sebab kata ini sendiri berasal dari kata yang mengandung makna
“kebersihan dan keindahan”.
Wudhu disyariatkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga
disyariatkan pada seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan agar
selalu dalam kondisi bersuci (wudhu) sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang mulia. Mereka senantiasa berwudhu, baik
dalam keadaan senang ataupun susah dan kurang menyenangkan (seperti saat muslim
hujan dan dingin).

B.     Rumusan Masalah


1.      Bagaimana pengertian wudhu dan dasar hukumnya
2.      Apa saja rukun-rukun wudhu beserta syarat-syarat wudhu
3.      Apa saja hal-hal yang membatalkan wudhu
4.      Apa saja sunnah-sunnah wudhu
5.      Bagaimana hukum wudhu dengan salju
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu


1.      Pengertian Secara Bahasa
Al Imam Ibnu Atsir Al-Jazary rohimahumullah (seorang ahli bahasa)
menjelaskan bahwa jika dikatakan wadhu’ (‫)اَ ْل َوضُو ْء‬, maka yang dimaksud adalah air
yang digunakan berwudhu. Bila dikatakan wudhu ( ‫)الُوضُو ْء‬, maka yang diinginkan di situ
adalah perbuatannya. Jadi, wudhu adalah perbuatan sedang wadhu adalah air wudhu. 1[1]
[1]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy rohimahulloh, kata wudhu terambil dari kata
al-wadho’ah / kesucian (‫)اَ ْل َوضُو ْء‬. Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat
membersihkan diri dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang yang suci.”2[2][2]
2.      Pengertian Secara Syari’at
Sedangkan menurut Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-Sadlan Hafishohulloh:

ِ ْ‫ص ٍة فِى ال َّشر‬


‫ع‬ ِ ‫ضا ِء ْاالَرْ بَ َع ِة َعلَى‬
َ ْ‫صفَ ٍة َم ْخصُو‬ َ ‫ اَ ْستَ ْع ِم ُل َما ٍء طَهُوْ ٍر فِى اَْأل ْع‬: ‫َم ْعنَى ْال ُوضُوْ ِء‬
Artinya: mak awudhu adalah menggunakan air yang suci lagi menyucikan pada
anggota-anggota badan yang empat (wajah, tangan, kepala dan kaki) berdasarkan tata
cara yang khusus menurut syariat”.
Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk peribadatan kepada
Alloh Ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan tata cara yang khusus.
Disyari’atkan wudhu ditegaskan berdasarkan 3 macam alasan:

a.       Firman Alloh dalam surat Al-Maidah ayat 6

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.

b.      Sabda Rosululloh


َ ‫صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ د‬
‫َث َحتَّى يَتَ َوضَّا َء‬ َ َ‫الَيَ ْقبَ ُل هللا‬
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats,
sehingga ia berwudhu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

c.       Ijma

1
2
Telah terjalin kesepakatan kaum muslim atas disyari’atkannya wudhu semenjak zaman
Rosululloh hingga sekarang ini, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa ia adalah
ketentuan yang berasal dari agama.

B.     Rukun Wudhu


Dalam kitab Fathul Mu’in disebutjkan ada 6 hal yang menjadi rukun wudhu:3[3][5]
1.      Niat fardhunya wudhu ketika pertama kali membasuh wajah
2.      Membasuh waja
3.      Membasuh kedua tangan dari telapak dan lengan sampai siku
4.      Membasuh sebagian kepala
5.      Membasuh kedua kaki beserta jkedua mata kaki
6.      Tertib
Dan terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang
menyebutkan 4 saja, sebagaimana yang tercantum dalam ayat Qur’an, namun ada juga
yang menambahinya dengan berdasarkan dalil dari sunnah.
4 (empat) rukun menurut Al-Hanafiyah mengatakan bahwa rukun wudhu itu
hanya ada 4 sebagamana yang disebutkan dalam Nash Qur’an.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Malikiyah menambahkan dengan keharusan niat, ad-
dalk yaitu menggosok anggota wudhu, sebab menurut beliau sekedar mengguyur
anggota wudhu dengan air masih belum bermakna mencuci/membasuh, juga beliau
menambahkan kewajiban muwalat.
6 (enam) rukun menurut As-Syafi’iyah menambahnya dengan niat pembasuhan
dan usapan dengan urut, tidak boleh terbolak balik. Istilah yang beliau gunakan adalah
harus tertib.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Hanabilah mengatakan bahwa harus niat, tertib dan
muwalat, yaitu berkesinambungan. Maka tidak boleh terjadi jeda antara satu anggota
dengan anggota yang lain yang sampai membuatnya kering dari basahnya air bekas
wudhu.

C.    Syarat-syarat Wudhu


1.      Dikerjakan dengan air mutlaq
2.      Mengalirkan air di atas anggota yang dibasuh
3.      Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air, yaitu perubahan yang
merusakkan nama air mutlak itu
4.      Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan anggota yang
dibasuh
5.      Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats
3
D.    Sunah-sunah Wudhu
1.      Membaca basmalah sebelum mengambil air untuk membasuh muka sambil niat
berwudhu
2.      Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan, dicuci dengan air yang suci 3x
(tiga kali)
3.      Berkumur
4.      Beristisyaq (menghirup air ke dalam hidung) Dan sunnah mengeraskan berkumur dan
beristinsyaq bagi yang tidak puasa, dan makruh bagi yang puasa. Berkumur dan
istinsyaq dilakukan 3x.
5.      Istinsaar (membuang air dari hidung) dengan meletakkan jari telunjuk dan ibu jari tagan
kiri di atas hidung. Jika dalam hidung terdapat kotoran yang keras, hendaklah
dikeluarkan dengan jari kelingking tangan kiri.
6.      Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga Dalam
mengusap telinga harus menggunakan air yang babru, bukan air yang habis digunakan
mengusap kepala.
7.      Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-
sela jari
Caranya pada tangan ialah meletakkan bagian dalam pada salah satu telapak tangan di
atas telapan tangan yang lain sambil memasukkan jari tanganpada tangan lain. Dan
caranya pada kaki adalah meletakkan jari-jari tangan kiri diantara jari kaki, dimulai dari
jari kelingking kaki kanan dan berakhir pada kelingking kiri pada bagian bawah kaki.
8.      Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian bawah jari
9.      Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10.  Memulai dengan ujung anggota yaitu membasuh wajah mulai bagian atas sampai bawah
dan membasuh kedua tangan mulai jari-jari sampai siku, mengusap kedua kepala mulai
dari tempat yang biasa ditumbuhi rambut sampai bagian atas kepala, dan membasuh
kedua kaki dari ujung jari-jari sampai kedua mata kaki
11.  Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib seperti wajah, tangan, kaki
12.  Membasuh dua atau tiga kali dalam segala hal, kecuali bila sudah merata, bila merata
pada basuhan kedua, maka basuhan kedua itu dianggap kali pertama. Bila merata pada
basuhan kali ketiga, maka semua basuhan dianggap kali pertama, dan hendakllah
diteruskan dengan basuhan kali kedua dan ketiga.
13.  Menghadap kiblat
14.  Langsung yaitu beruntun antara anggota-anggota wudhu tidak terdapat jarak yang lama,
sehingga anggota yang telah dibasuh mengering kembali.
15.  Membasuh tangan hingga pergelangan pada saat akan mulai wudhu. Ini biasa dilakukan
Rosulullah SAW, sunnah ini sangat sesuai dengan fitrah dan akal. Sebab biasanya pada
tangan itu ada debu atau yang serupa dengan debu. Maka sudah harusnya, kamu dimulai
dengan membersihkannya sehingga kemudian bisa digunakan untuk mencuci muka dan
anggota tubuh lainnya.
Dan yang sangat ditekankan untuk melakukan itu adalah saat bangun dari tidur. Sesuai
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.
ْ ‫ث فَِإنَّهُ الَيَ ْد ِرى َأ ْينَ بَات‬
.ُ‫َت يَ ُده‬ ً َ‫ِإ َذ ا ْستَ ْيقَظَ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْن نَوْ ِم ِه فَالَ يُ ْد ِخلْ يَ َدهُ فِى ْااِإل نَا ِء َحتَّى يَ ْغ ِسلَهَا ثَال‬
“Jika seorang diantara kalian bangun dari tidur, maka janganlah ia memasukkan
tangannya ke dalam wadah air hingga dia mencucinya sebanyak 3x. Sebab dia tidak tahu
di tempat mana tangannya berada sebelumnya.”
16.  Menyela-nyela jenggot yang lebat
17.  Memulai dari bagian kanan. Hendaknya ia mulai mencuci tangan kanan sebelum yang
kiri, mencuci kaki kanan sebelm yang kiri.
18.  Irit dalam menggunakan air dan jangan sampai melakukan pemborosan, namun jangan
sampai terlalu kikir

E.     Hal-hal yang Membatalkan Wudhu


1.      Kencing dan Buang Air Besar
Hal yang membatalkan wudhu dan disepakati bersama adalah keluarnya kencing dan
tinja dari seseorang. Tentang batalnya wudhu karena kencing dan tinja adalah sesuatu
yang sudah sangat diketahui dan disepakati dan sudah jelas tidak memerlukan dalil
untuk menjelaskannya.
2.      Madzi dan Wadi
Termasuk yang membatalkan yang keluar dari kemaluan depan seorang laki-laki adalah
madzi dan wadi.
Madzi adalah sesuatu yang keluar dari penis seseorang lelaki setelah dia bercumbu,
melihat atau berpikir mengenai seks. Dia adalah air yang kental yang keluar dengan cara
mengalir dan tidak memancar laksana mani.
Sedangkan wadi adalah air berwarna putih yang keluar setelah buang air kecil.
Keduanya membatalkan wudhu laksana kencing, dan tidak ada kewajiban apa-apa lagi
bagi seseorang yang keluar madzi dan wadi kecuali istinja’ dan wudhu.
3.      Keluarnya Angin dari Anus
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dari Abu Hurairah, bahwa
Rosululloh SAW bersabda:
َ ‫صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ د‬
‫َث َحتَّى يَتَ َوضَّا َء‬ َ َ‫الَيَ ْقبَ ُل هللا‬
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats,
sehingga ia berwudhu”.
Abu Hurairah menafsirkan kata “hadats”, di sini ada orang bertanya kepadanya:
“apa yang dimaksud dengan hadats”? Dia berkata: kentut yang tidak ada suaranya dan
kentut yang ada suaranya.
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid dari Ashim Al-
Anshari, bahwa dia mengadukan sesuatu kepada Rosululloh tentang seseorang yang
ragu merasakan sesuatu pada saat shalat yakni dia merasakan ada angin keluar dari
anusnya, maka Rosululloh SAW bersabda:
ِ ‫صوْ تًا َأوْ يَ ِجد‬
‫َر ْيحًا‬ َ ‫ف َحتَّى يَ ْس َم َع‬ َ ‫الَيَ ْنفَتِلْ َأوْ الَ يَ ْن‬
ْ ‫ص ِر‬
“Janganlah dia berhenti (berpaling) hingga dia mendengar bunyi atau dia mencium bau”.
Artinya, dia masih tetap berada dalam keadaan suci dan dalam wudhunya,
karena itu adalah keyakinan, dan keyakinan tidak hilang disebabkan keraguan, lain
halnya jiak dia mendengar suara kentutnya atau mencium baunya.
4.      Tidur Berat
Hal yang disepakati membalatkan wudhu adalah tidur berat dan panjang.
Sebagaimana tidurnya seseorang yang tidur di malam hari, kemudian dia bangun pagi.
Sedangkan yang berupa kantuk, maka dia tidak membatalkan wudhu, sebab itu
adalah tidur ringan.
َ ’ِ‫م َعلَى َع ْه’ ِد ِن يَ ْنتَ ِظ’ رُوْ نَ ْال ِع َش’ا َء َحتَّى تَحْ ف‬.‫ص’ َحابُ َر ُس’وْ ُل هللاِ ص‬
‫ق‬ ْ ‫ ( َك’’انَ َأ‬:‫ض َي هللاُ َع ْن’هُ قَ’’ا َل‬ ِ ‫ك َر‬ ِ ‫ع َْن َأن‬
ِ ِ‫َس ا ْب ِن َمال‬
ْ ُ‫ص َّح َحهُ ال َّدا َر ق‬
‫طنِى َواَصْ لُهُ فِو ُم ْسلِ ٍم‬ َ ‫صلُّوْ نَ َوالَ يَتَ َوضَُّؤ نَ (َأ ْخ َر َجهُ أبُوْ دَا ُو َد َو‬
َ ُ‫َرُؤ ُسهُ ْم ثُ َّم ي‬

5.      Bersentuhan laki-laki dan perempuan yang boleh nikah yang sudah baligh dan berakal,
dan tidak ada penghalang keduanya.
6.      Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa ada penghalang
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

 Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu


1.      Pengertian Secara Bahasa
Al Imam Ibnu Athir Al-Jazary rohimahulloh (Seorang ahli bahasa) menjelaskan
bahwa jika dikatakan wudhu maka yang dimaksud adalah air yang digunakan berwudhu,
bila dikatakan wudhu, maka yang diinginkan di sini adalah perbuatannya. Jadi wudhu
adalah perbuatan, sedangkan wadhu adalah air wudhu.
Al-Hafi’ah Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy, kata wudhu diambil dari kata
al-wadho’ah/kesucian. Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat
membersihkan diri dengan wudhu, akhirnya ia menjadi orang yang suci.
2.      Pengertian menurut Syrai’at
Menurut Syaikh Shohih Ibnu Ghorim As-Sadlan Harishulloh, bila ditinjau dari
sisi syari’at adalah suatu bentuk peribadatan kepada Allah SWT dengan mencucui
anggota tubuh tertentu dengan data cara khusus.

B.     Rukun Wudhu


1.      Nia
2.      Membasuh wajah
3.      Membasuh kedua tangan dari telapak sampai siku
4.      Membasuh sebagian kepala
5.      Membasuh kedua kaku beserta kedua mata kaki
6.      Tertib

C.    Sunah-sunah Wudhu


1.      Membaca basmalah
2.      Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3.      Berkumur
4.      Istinsyak (menghirup air ke dalam hidung)
5.      Istinsar (membuang air dari hidung)
6.      Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga
7.      Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-
sela jari
8.      Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian belah jari
9.      Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10.  Memulai dengan ujung anggota
11.  Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib, seperti wajah
12.  Membasuh dua atau tiga kali
13.  Menghadap kiblat
14.  Langsung atau berurutan

D.    Hal-hal yang Membatalkan Wudhu


1.      Kencing dan buang air besar
2.      Madzi dan wadi
3.      Keluar angin dari anus
4.      Tidur berat
5.      Bersentuhan laki-laki dan wanita
6.      Menyentuh kemaluan

E.     Syarat-syarat Wudhu


1.      Dikerjakan dengan air mutlak
2.      Mengalirkan air ke atas anggota yang dibasuh
3.      Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air
4.      Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan yang dibasuh
5.      Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh, Ibnu Hajar Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari Cet. I.
Jakarta Selatan: Pustaka Azam. 2001

Al-Jamal Ibrahim Muhammad. Fiqih Muslimah. Jakarta: Pustaka Amani. 1999.

Al-Malibary, Zainuddin bin Muhammad Al-Ghozaly. Fathul Mu’in. Surabaya: Darul Ilmi, tt.

Al-Qaradhawi Yusuf. Fiqih Thoharoh. Jl. Cipinang Muara Raya No. 63 Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar. 2004.

Al-Thoyaar, Abdullah bin Muhammad. Risalah fi Al-Fiqh. Al-Muyassar Cet I. Riyadh: Madar
Al Watoni lin Nasyr. tt.

Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih. Al-Nihayah fi Ghorib Al-Hadits wal atsar Cet. 5.
Mesir: Jannatul Afkar. 2008.

Mas’ud, Ibnu dan Zainal Abidin. Fiqih Madzab Imam Syafi’I, Bandung: Pustaka Setia
Bandung. 2007.
LAMPIRAN

1. Mengetahui pentingnya Wudhu , rukun wudhu, syarat, sunnah, dan hal yang
membatalkan wudhu
2. Menyebutkan pengertian Wudhu , rukun wudhu, syarat, sunnah, dan hal yang
membatalkan wudhu

A. Pengertian Wudlu.
Menurut bahasa wudhu’ berarti bersih dan indah. Sedangkan menurut syara’,
wudhu berarti membersihkan anggota tubuh tertentu (muka, kedua tangan, kepala
dan kedua kaki) dari najis dan mensucikan diri dari hadats kecil sebelum
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.Wudhu’ adalah suatu syarat untuk sahnya
shalat yang dikerjakan sebelum orang mengerjakan shalat.

B. Syarat-syarat Berwudhu.
Syarat-syarat berwudhu Drs.Moh. Rifai ada 6 macam, yaitu:
a. Islam.
b. Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan.
c. Tidak berhadats besar.
d. Dengan air suci lagi mensucikan.
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu, misalnya
getah, cat dan sebagainya.

C. Fardhu Wudhu.
Sebelum kita melaksanakan shalat dan berwudhu, kita harus mengerti dan
mengenal fardhunya wudhu supaya kita dapat melaksanakan wudhu dengan baik
dan benar.
Menurut Moh. Rifa’i bahwa fardhu wudhu ada 6 macam,diantaranya :
a. Niat, ketika membasuh muka.
b. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah
dagu dan dari telinga kanan dan dari telinga kanan hingga telinga kanan hingga
telinga kiri).
c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku.
d.Mengusap sebagian rambut kepala.
86
e. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki.
Tertib (berturut-turut) artinya mendahu
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN____________________________

1.LATAR BELAKANG_______________

2 RUMUS MASALAH____________

BAB 2 PEMBAHASAN MASALAH ______________

1 PENGERTIAN PEMBAHASAN

BAB 3 PENUNTUP___________________

1 KESIMPULAN _________

2 SARAN -------------------------___

DAFTAR PUSTAKA_________________

LAMPIRA________________________

Anda mungkin juga menyukai