Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dari segi bahasa, wudhu’ ialah nama bagi sesuatu perbuatan menggunakan air pada anggota-
anggota tertentu.
Dari segi syara‘, wudhu’ bermaksud membersihkan sesuatu yang tertentu dengan beberapa
perbuatan yang tertentu yang dimulakan dengan niat, iaitu membasuh muka, membasuh kedua-
dua belah tangan, menyapu kepala dan akhirnya membasuh kedua belah kaki dengan syarat-
syarat dan rukun-rukun yang tertentu.
HUKUM WUDHU’
1. Wajib atau fardhu, iaitu ketika hendak menunaikan ibadah seperti sembahyang, sama ada
sembahyang fardhu atau sembahyang sunat, ketika hendak melakukan tawaf Ka‘bah sama ada
tawaf fardhu atau sunat, ketika hendak menyentuh Al-Qur’an dan sebagainya.
2. Sunat. Banyak perkara yang disunatkan berwudhu’, antaranya ialah untuk membaca atau
mendengar bacaan Al-Qur’an, membaca atau mendengar bacaan hadith, membawa kitab tafsir,
kitab hadith atau kitab fiqh, melakukan azan, duduk di dalam masjid, melakukan tawaf di ‘Arafah,
melakukan sa‘i, menziarahi makam Rasulullah, ketika hendak tidur, mengusung jenazah, malah
disunatkan sentiasa berada dalam keadaan berwudhu’ dan memperbaharui wudhu’.
HIKMAH WUDHU’
Hikmah berwudhu’ ialah kerana anggota-anggota tersebut terdedah kepada kekotoran yang zahir
seperti habuk, debu dan lain-lain serta banyak terdedah dengan dosa dan maksiat sama ada
zahir atau batin.
FARDHU WUDHU’
1. Berniat ketika meratakan air ke seluruh muka. Niat wudu’ adalah seperti berikut:
Maksudnya:
“Sahaja aku mengangkat hadath kecil kerana Allah Ta‘ala”.
atau
Maksudnya:
“Sahaja aku berwudhu’ kerana Allah Ta‘ala”.
2. Membasuh muka. Had atau batasan muka yang wajib dibasuh adalah dari tempat tumbuh
rambut di sebelah atas sehingga sampai kedua tulang dagu sebelah bawah dan lintangannya
adalah dari anak telinga hingga ke anak telinga.
3. Membasuh dua tangan hingga dua siku. Bagi orang yang tiada siku disunatkan membasuh
hujung anggota yang ada.
4. Menyapu sedikit kepala. Boleh disapu di ubun-ubun atau lain-lain bahagian rambut yang ada di
dalam had atau kawasan kepala, tetapi yang utamanya adalah menyapu seluruh kepala.
6. Tertib, iaitu melakukan perbuatan itu daripada yang pertama hingga akhir dengan teratur.
SYARAT-SYARAT WUDHU’
Terdapat dua syarat dalam wudhu’ iaitu syarat wajib dan syarat sah.
1. Islam.
2. Baligh.
3. Berakal.
5. Berlakunya hadath.
7. Kesempitan waktu. Wudhu’ tidak diwajibkan ketika waktu yang panjang tetapi diwajibkan ketika
kesempitan waktu.
1. Meratakan air yang suci ke atas kulit, iaitu perbuatan meratakan air pada seluruh anggota
yang dibasuh hingga tiada bahagian yang tertinggal.
3. Tidak terdapat perkara-perkara yang boleh membatalkan wudhu’ seperti darah haidh, nifas, air
kencing dan seumpamanya.
4. Masuk waktu sembahyang bagi orang yang berterusan dalam keadaan hadath seperti orang
yang menghidap kencing tidak lawas.
Selain itu, terdapat beberapa syarat wudhu’ mengikut ulama’ mazhab Syafi‘i, iaitu:
1. Islam.
2. Mumayyiz.
4. Bersih daripada apa sahaja yang boleh menghalang sampainya air ke kulit.
7. Menghilangkan najis ‘aini yang terdapat pada badan dan pakaian orang yang berwudhu’.
SUNAT WUDHU’
10. Melebihkan basuhan tangan dan kaki dari had yang wajib.
12. Berturut-turut iaitu tidak berselang dengan perceraian yang lama di antara satu anggota
dengan anggota yang lain yang menyebabkan anggota itu kering.
13. Menggosok anggota wudhu’ supaya lebih bersih.
Maksudnya:
“Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah yang Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku
bersaksi bahawa Nabi Muhammad itu hambaNya dan RasulNya. Wahai Tuhanku, jadikan aku
dari golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikan aku dari golongan orang-orang yang
bersih.”
1. Keluar sesuatu daripada lubang dubur atau qubul sama ada tahi, kencing, darah, nanah,
cacing, angin, air mazi atau air wadi dan sebagainya melainkan air mani sendiri kerana apabila
keluar mani diwajibkan mandi.
2. Tidur yang tidak tetap punggungnya, kecuali tidur dalam keadaan rapat kedua-dua papan
punggung ke tempat duduk.
3. Hilang akal dengan sebab mabuk, gila, sakit, pengsan atau pitam kerana apabila hilang akal,
seseorang itu tidak mengetahui keadaan dirinya.
4. Bersentuh kulit lelaki dengan perempuan yang halal nikah atau ajnabiyyah (bukan mahram)
walaupun telah mati.
5. Menyentuh kemaluan (qubul dan dubur manusia) dengan perut tapak tangan walaupun
kemaluan sendiri.
Aku bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang patut disembah selain Allah dan tiada sekutu
bagi-Nya. Aku juga bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba sekaligus rasul-Nya. Ya
Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikan pula
aku termasuk orang-orang yang mensucikan diri
Di dalam ajaran Islam banyak hal-hal yang berkaitan dengan suatu ibadah yang terlihat
sederhana dan mudah dilakukan namun memiliki manfaat dan hasiat yang luar biasa bagi
kesehatan, baik kesehatan jasmanai maupun rohani, contohnya adalah wudhu. Wudhu
adalah salah satu syariat Islam. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk
membersihkan diri atau berwudhu sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-
Maidah ayat 6). Wudhu juga merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh
Allah SWT, namun terkadang ada sebagian umat Islam yang memandangnya biasa-biasa
saja. “Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kamu, hingga dia
berwudhu .” (HR. Bukhari Muslim).
Wudhu ternyata mempunyai manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para
ahli kesehatan dunia. Salah satunya adalah Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang
psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan Austria. Ia menemukan sesuatu yang
menakjubkan dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh
manusia. Karena keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh
senantiasa akan sehat. Dari sinilah ia akhirnya memeluk Islam dan mengganti namanya
menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels. (www.republika.co.id)
Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk
memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu-seperti
tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki –memang paling banyak bersentuhan
dengan benda-benda asing, termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang
harus dibasuh, sebab penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang
terbuka dan jarang dibersihkan, seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang
telinga, dan lainnya. Karena itu, Mochtar Salem memberi saran agar anggota tubuh yang
terbuka senantiasa dibasuh atau dibersihkan dengan menggunakan air.
Mencegah penyakit dengan wudhu bisa kita cermati dan pelajari sejarah hidup Rasulullah
SAW, seperti yang diungkapkan Muhammad Husein Haykal dalam bukunya Hayatu
Muhammad, sepanjang hidupnya Rasulullah SAW tak pernah menderita penyakit,
kecuali saat sakaratul maut hingga wafatnya. Hal ini menunjukkan bahwa wudhu dengan
cara yang benar niscaya dapat mencegah berbagai macam penyakit.
Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul menjelaskan,
wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-
bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Kemudian, apabila
dibersihkan dengan air (terutama saat wudhu), bahan kimia itu akan larut. Selain itu,
jelasnya, wudhu juga menyebabkan seseorang menjadi tampak lebih muda.
Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim tentang manfaat wudhu untuk
kesehatan, terungkap bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan benar akan mencegah
seseorang dari segala penyakit. Dalam penelitiannya itu, Muhammad Salim juga
menganalisis masalah kesehatan hidung dari orang-orang yang tidak berwudhu dan yang
berwudhu secara teratur selama lima kali dalam sehari untuk mendirikan shalat.
Salim mengambil zat dalam hidung pada selaput lendir dan mengamati beberapa jenis
kumannya. Pekerjaan ini ia lakukan selama berbulan-bulan. Berdasarkan analisisnya,
lubang hidung orang-orang yang tidak berwudhu memudar dan berminyak, terdapat
kotoran dan debu pada bagian dalam hidung, serta permukaannya tampak lengket dan
berwarna gelap.
Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, ungkap Salim, permukaan rongga
hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu. “Sesungguhnya, cara berwudhu
yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan, berkumur-kumur, lalu mengambil
air dan menghirupnya ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya. Langkah ini
hendaknya dilakukan sebanyak tiga kali secara bergantian,” kata Salim.
Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong,
memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa
saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru
dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Tegasnya, anggota
badan yang dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.
Rasul SAW menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya.
Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu. “Umatku
nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu.”
Muhammad Kamil Abd Al-Shomad, yang mengutip sumber dari Al-I’jaz Al-Ilmiy fi Al-
Islam wa Al-Sunnah AlNabawiyah, menjelaskan bahwa manfaat semua hal yang
diperintahkan dalam wudhu sangatlah besar bagi tubuh manusia. Mulai dari membasuh
tangan dan menyela-nyela jari, berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam lubang
hidung, membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala,
membasuh telinga, hingga membasuh kaki hingga mata kaki.
Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dalam bukunya Lentera Hidup
menuliskan keutamaan wudhu. “Sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari-semalam
setiap Muslim diperintahkan untuk berwudhu dan mengerjakan shalat. Meskipun wudhu
belum lepas (batal), disunahkan pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf, diterangkan
pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka artinya mencuci mata, hidung, mulut, dan lidah
kalau-kalau tadinya pernah berbuat dosa ketika melihat, berkata, dan makan.
Mencuci tangan dengan air seakan-akan membasuh tangan yang telanjur berbuat salah.
Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula. Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu
meskipun dalam hadis dan dalil tidak ditemukan. Tujuannya adalah supaya manusia
jangan membersihkan lahirnya saja, sementara batinnya masih tetap kotor. Hati yang
masih tamak, loba, dan rakus, kendati sudah berwudhu, maka wudhunya lima kali
seharisemalam itu berarti tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah SWT, dan
shalatnya pun tidak akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan fakhsya’ (keji) dan
mungkar (dibenci).”
Buya Hamka menambahkan, wudhu itu dapat menyehatkan badan. “Kita hidup bukanlah
untuk mencari pujian dan bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala hal.
Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita senantiasa menjaga kebersihan, kita akan
dihormati orang juga.”