Anda di halaman 1dari 12

Hukum Membaca Isti'adzah

Dalam kitab "Irsyadatu Al-Jaliyyah fi Qiraati As-Saba' min Thoriqi Asy-Syatibiyyah" karya Dr. Muhammad Salim Muhaisin, dikatakan bahwa pembahasan Bab Isti'adzah terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Hukum membaca isti'adzah 2. Susunan kalimat isti'adzah 3. Tata cara membaca isti'adah Hukum Membaca Isti'adzah Sepakat para ulama, bahwasanya membaca isti'adzah itu dituntut bagi orang yang membaca Al-Quran. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai tuntutan ini, apakah tuntutan ini wajib atau sunnah. Mayoritas pendapat ulama dan ahlul ada' bahwa tuntutan membaca isti'adzah itu sunnah. Mereka berkata, "Sesungguhnya membaca isti'adzah itu disunnahkan ketika hendak membaca Al-Quran." Mereka membawa perintah dalam firman Allah, "Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS. 16 : 98) Maka apabila pembaca tidak membaca isti'adzah ketika hendak membaca Al-Quran maka tidak berdosa. Sebagian pendapat ulama bahwa tuntutan membaca isti'adzah itu wajib. Mereka berkata, "Sesungguhnya membaca isti'adzah itu diwajibkan ketika hendak membaca Al-Quran." Mereka membawa perintah dalam firman Allah seperti yang telah disebutkan di atas, "Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS. 16 : 98) Maka apabila pembaca tidak membaca isti'adzah ketika hendak membaca Al-Quran maka berdosa. Ibnu Sirin (salah satu dari ulama yang berpendapat wajib) berkata bahwa apabila seorang pembaca Al-Quran telah membaca isti'dzah sekali saja dalam hidupnya, maka telah gugurlah kewajibannya membaca isti'adzah pada tiap-tiap hendak membaca Al-Quran. Susunan Kalimat Isti'adzah Imam Tujuh memilih susunan kalimat isti'adzah yang tertera dalam Al-Quran surah AnNahl ayat 98, yaitu : Namun tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ahlul ada' mengenai diperbolehkannya selain kalimat ini, baik dikurangi susunan kalimatnya, contoh ( ) , atau ditambahkan susunan kalimatnya, contoh ( ) . Susunan-susunan kalimat tersebut datangnya dari Imam Qiraat. Tata Cara Membaca Isti'adzah Riwayat Imam Nafi', membaca isti'adzah dengan sirr (pelan) pada seluruh surah AlQuran. Riwayat Kholaf dari Imam Hamzah, membaca isti'adzah dengan jahr (nyaring) khusus

pada awal surah Al-Fatihah, dan membaca isti'adzah dengan pelan di surah-surah selain AlFatihah. Riwayat Khollad dari Imam Hamzah, membolehkan membaca dengan sirr atau jahr pada seluruh surah Al-Quran. Akan tetapi yang terpilih bagi Imam Ashim dan Imam-imam yang lainnya membaca isti'adzah dengan suara jahr pada tempat-tempat tertentu dan dengan suara sirr pada tempattempat tertentu lainnya. Dengan suara sirr (pelan) pada tempat-tempat berikut : 1. Apabila pembaca membaca dengan pelan seperti suara berbisik baik dalam keadaan sendirian dalam kamar atau dalam suatu majlis (tempat yang ramai). 2, Apabila pembaca seorang diri baik akan membaca Al-Quran dengan suara nyaring atau pelan. 3. Apabila dalam keadaan sholat baik sirr atau jahr (sendirian atau jama'ah, menjadi imam atau ma'mum). 4. Apabila membaca dalam jama'ah tadarus Al-Quran bukan sebagai pembaca pertama. Selain pada empat tempat ini membaca isti'adzah diharapkan dengan jahr (nyaring).

Apabila pembaca akan membaca awal surah 'kecuali surah Bara'ah (At- Taubah)', dan isti'adzah itu disambung dengan basmalah, maka pembaca boleh membaca dengan empat cara berikut ini : 1. Qath'ul Jami', berhenti pada isti'adzah, kemudian berhenti pada basmalah, baru membaca awal surah. 2. Qath'ul Awwal wa Washluts Tsani bits Tsalits, berhenti pada isti'adzah, sedangkan basmalah disambung dengan awal surah. 3. Washlul Awwal bits Tsani wa Qath'uts Tsalits, menyambung isti'adzah dengan basmalah dan berhenti pada basmalah, baru kemudian membaca awal surah. 4. Washlul Jami', menyambung isti'adzah dengan basmalah dan awal surah dengan satu tarikan nafas.

Apabila pembaca akan membaca awal surah Bara'ah (At- Taubah), maka boleh membaca dengan dua cara berikut ini : 1. Berhenti pada isti'adzah, kemudian mulai membaca awal surah tanpa basmalah. 2. Menyambung isti'adzah dengan awal surah tanpa basmalah. Apabila terjadi sesuatu hal yang mendadak di tengah-tengah bacaan seperti batuk atau bersin ataupun suatu pembicaraan namun masih ada hubungan atau kaitannya dengan bacaan AlQuran (seperti sedang mengajar bacaan Al-Quran) maka pembaca bersangkutan tidak perlu lagi mengulangi membaca isti'adzah. Berbeda halnya jika pembaca menghentikan bacaannya karena suatu pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan bacaan Al-Quran walaupun untuk menjawab salam umpamanya, maka pembaca bersangkutan seketika itu diminta untuk mengulangi kembali bacaan isti'adzahnya.

Pembagian dan Hukum Istiadzah Istiadzah (permintaan perlindungan) ada 4 macam : 1. Istiadzah kepada Allah Taala. Yaitu istiadzah yang mengandung kesempurnaan rasa butuh kepada Allah bersandar kepada!"ya serta meyakini pen#agaan dan kesempurnaan pemeliharaan Allah Taala dari segala sesuatu baik di zaman sekarang maupun di zaman yang akan datang baik pada perkara yang kecil maupun yang besar baik yang berasal dari manusia maupun selainnya. $alilnya adalah %irman Allah Taala dalam surah Al!&ala' dan surah An!"aas dari a(al sampai akhir. ). Istiadzah dengan salah satu dari si%at!si%at Allah Taala seperti si%at kalam!"ya keagungan!"ya keagungan!"ya kemuliaan!"ya dan semacamnya. $alilnya sangat banyak di antaranya adalah sabda "abi shallallahu *alaihi (asallam:




! " ! #$ % $ & !
'
( ) * +, *
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan apa-apa yang Dia ciptakan. (+,. -uslim n.. 4//1 dari 0haulah bintu +akim radhiallahu anha) 1uga sabda beliau:
" . (
+/ *, * .
0 1
2
& *( 3
.
4 5
6
7
8
( ) * +, *
Aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, dan berlindung dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. (+,. -uslim n.. 231) 4. Istiadzah kepada .rang mati atau .rang yang masih hidup tetapi tidak ada di tempat dan tidak mampu melindungi. Ini adalah kesyirikan. $i antara bentuknya adalah seperti pada %irman Allah Taala: / 9:
;
< : * 3= * $>
1
? # $
@ A B
( C
3) * +2 *D
E FG $
@ H B
; C
I
J *F !
3
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (56. Al!1in: 7) 4. Istiadzah dengan apa!apa yang memungkinkan untuk di#adikan perlindungan baik berupa manusia atau tempat!tempat atau selainnya. Istiadzah #enis ini dib.lehkan berdasarkan sabda "abi shallallahu *alaihi (asallam tatkala beliau menyebutkan tentang %itnah: ( J K 2 *L
1
$) 9 2

3
M 9?

N
B
3

3
J *1 O "
P 0
Q
#
R O D *
3
Dan siapa yang ingin melihat fitnah itu, maka fitnah itu akan mengintainya. iapa yang menemukan tempat pertahanan atau tempat perlindungan, hendaklah dia berlindung padanya. (+,. Al!8ukhari n.. 4444 dan -uslim n.. 3142) $an ,asulullah shallallahu *alaihi (asallam telah memper#elas makna *tempat pertahanan atau tempat perlindungan ini dengan sabdanya !arangsiapa yang memiliki unta maka hendaknya dia menggunakan untanya "sebagai tempat berlindung#. +anya sa#a #ika sese.rang meminta perlindungan dari ke#elekan .rang yang zhalim maka dia (a#ib untuk dilindungi sekuat tenaga. "amun #ika dia meminta perlindungan agar bisa melakukan sesuatu yang dilarang atau lari dari ke(a#iban maka haram untuk melindunginya. 9$iter#emahkan secara ringkas dari 6yarh Tsalatsah Al!:shul hal. 74!73 ;

PenSeTasan Uentang Hukum VembaWa XismiTTah YXasmaTahZ [ebeTum [u\ah ]T^ _atihah `aTam [aTat
:ntuk men#elaskan secara terperinci mengenai masalah ini adalah suatu perkara yang akan mengambil masa dan rumit. +al ini disebabkan (u#udnya pelbagai dalil hu#ah dan i#tihad para ulama yang tidak mungkin dapat diutarakan dalam ruang dan masa yang terhad ini. -aka di sini akan dinyatakan secara ringkas mengenai dalil!dalil dan hu#ah!hu#ah utama berkenaan dengan perkara di atas insya Allah. -enurut Al!+a%izh Ibn 0atsir rahimahullah (2<< = 224 +) se.rang imam besar ahli ta%sir dan antara ulama agung bermazhab 6ha%ii ulama!ulama bersepakat baha(a kalimah >? @AB @CDEF? GHDEF? 8ismillahirrahmaanirrahiim ($engan "ama Allah yang -aha Iemurah lagi -aha Ienyayang) adalah salah satu ayat dalam 6urah An!"aml (iaitu ayat ke!4<).91; 0emudian mereka berbeza pendapat dalam perkara!perkata berikut:9); Adakah basmalah merupakan ayat tersendiri yang diletakkan pada setiap a(al surahJ Atau -erupakan bahagian a(al surah yang ditulis pada a(alnyaJ Atau 6ebahagian daripada setiap surah yang tuliskan pada a(al surahJ Atau 6ebahagian daripada 6urah Al!&aatihah saha#a tetapi tidak pada surah lainJ Atau Iemisah antara surah!surah dan bukan ayat Al!5uranJ $an pendapat ini antara pendapat! pendapat ulama sala% dan khala% adalah yang paling disukai daripada yang tersebut di atas. $aripada kata!kata Ibn 0atsir rahimahullah ini dapat kita ketahui baha(a #umhur ulama berpendapat baha(a basmalah hanyalah pemisah atau pembatas antara surah!surah dalam Al! 5uran dan bukan ayat Al!5uran itu sendiri. $an pendapat ini merupakan pendapat yang men#adi %aK.rite di kalangan ulama sala% (terdahulu) mahupun khala% (terkemudian). $an kita #uga mengetahui baha(a Ibn 0atsir adalah salah se.rang ulama bermazhab 6ha%ii. $alam kitab Ta%sir Ibn 0atsir #uga dinukilkan daripada 6unan Abu $a(ud dengan isnad yang sahih daripada Ibn *Abbas radhiyallaahu *anhuma: L CD @ LE M F? G LH ND OE M F? > L ?@ M LA OB L P QCRS TUVW XYD Z[\AF? ]^_ `EaW b cde @Rfg QCRS >? XRh >? T\f[ ci -aksudnya: j8aha(a ,asulullah sallallaahu *alayhi (a sallam tidak tahu pemisah antara surah sehinggalah turun kepadanya 8ismillaahirrahmaanirrahiim.k94; -enurut pengarang kitab *A(n Al!-abuud syarah kepada kitab 6unan Abu $a(ud hadith ini men#adi dalil baha(a basmalah adalah sebahagian daripada ayat!ayat Al!5uran.94; $i dalam kitab *A(n Al!-abuud #uga dinukilkan:93; Tdl . mCn^B oCF Zp^F? q_ drB ErsF? XRS ctEuF? Gv wRHAxF? ci XRS TyW zWyD ]{B ?|eg zWynF? ?|rB TbyYfb?g }\aYFde @~yVS GVAF? Gv q~ ]B . dtEl drgyuYaW b drB ErsF? EW GHv wSdH c : EHaCF? dVF? yCf GB? _dnF? dx XRS wxEv ACF ErsF? wFAv c : g\VF? Tdl ?|rFg . dtEl drgyuYaW drB [?Ef? EW GHv wSdHg GCvYF?g _ES dHF wWB ACF dri XRS dr?El yS zWdDB YD? Gv dsYD? F|eg . wRHAxF? wFAv.

-aksudnya: j$an pendalilan hadith ini dan begitu #uga dengan setiap hadith yang men#adi dalil baha(a al!basmalah adalah sebahagian daripada Al!5uran sebagai hu#ah men#aharkan (menguatkan) bacaan basmalah dalam s.lat adalah tidak sahih. 8erkata Al!+a%izh Ibn 6ayyid An!"aas Al!Yamariy: Ini kerana ramai (ulama) yang berpandangan men#aharkan (menguatkan) bacaan basmalah (dalam s.lat) tidak mempercayai baha(a basmalah adalah ayat Al!5uran. 8ahkan (mereka berpendapat) ia adalah antara sunnat!sunnat dalam s.lat seperti bacaan taa(udz dan amin. $an ramai daripada g.l.ngan yang berpandangan baha(a bacaan basmalah disirkan (disenyapkan atau dilembutkan) mempercayai baha(a basmalah adalah sebahagian daripada Al!5uran. $an dalam hal ini An!"a(a(i (ulama besar mazhab 6ha%ii) berkata: 6esungguhnya masalah atau perkara tentang menguatkan bacaan basmalah bukanlah peraturan dalam penetapan perkara basmalah. $an demikian men#adi hu#ah bagi .rang!.rang yang berhu#ah dengan hadits!hadits yang meniadakan (menghilangkan) bacaan basmalah atas alasan baha(a ia bukan daripada ayat!ayat Al!5uran. $aripada kenyataan ulama di atas maka dapat kita ambil beberapa isi penting: a) -a#.riti ulama yang berpendapat baha(a basmalah adalah sebahagian daripada ayat!ayat Al!5uran berdalil dengan tidak men#aharkan bacaan basmalah dalam s.lat. b) -a#.riti ulama yang berpendapat baha(a basmalah adalah bukan sebahagian daripada ayat!ayat Al!5uran berdalil dengan men#aharkan bacaan basmalah dalam s.lat. alaubagaimanapun mereka berpendapat baha(a hukumnya sunnat bukan (a#ib. c) Imam An!"a(a(i rahimahullah sebagai se.rang ulama mazhab 6ha%ii yang ters.h.r dan cukup terkenal di serata dunia lebih!lebih lagi di "usantara ini dengan kitab!kitabnya yang muktabar seperti ,iyadh As!6alihin dan +adith 4< An!"a(a(i mengatakan baha(a masalah menguatkan bacaan basmalah dalam s.lat adalah bukan antara peraturan atau tertib dalam hal mengenai basmalah ini. Ini membuktikan baha(a #ika sese.rang tidak menguatkan bacaan basmalah dalam s.lat tidak bermakna dia meninggalkan terus bacaan basmalah dan tidak #uga semestinya menun#ukkan baha(a dia tidak meyakini baha(a basmalah adalah sebahagian daripada ayat! ayat Al!5uran. $alam kitab Al!:mm kitab induk %i'h mazhab 6ha%ii yang terulung = sebahagian ulama yakin baha(a kitab ini dikarang sendiri .leh Al!Imam Ash!6ha%ii (13< = )<4 +) dan ada yang berpendapat kitab ini dikarang .leh anak muridnya Ar!,abi bin 6ulaiman. Apa!apa pun hampir keseluruhan kitab ini mengandungi kata!kata Al!Imam Ash!6ha%ii rahimahullah = masalah tentang bacaan basmalah dalam s.lat ini #uga turut disentuh. $alam kitab tersebut disebutkan:97; >? XRh qxVF? cde Tdl oi GS ZdYl GS wHCH XBi GB \Wi GS cdCf dExi Tdl qa_dF? dExi Tdl CBEF? dExi dv ]xl ctEuF? i Z?EuB cgyxW XVaW (qa_dF? Tdl) GCHFdaF? [ > yHnFdB Z?EuF? c\nYYAW EHSg E{B \Big @Rfg QCRS @CDEF? GHDEF? >? @AB c\eEYW @ri XVaW b @RSi XFda >?g d~yaB iEuW -aksudnya: j$iberitakan kepada kami .leh ,abi dia berkata diberitakan kepada kami .leh Ash!6ha%ii ia berkata diberitakan kepada kami .leh 6u%yan daripada Ayub bin Abi Tamimah daripada 5atadah daripada Anas dia berkata: Adalah "abi sallallahu *alayhi (a

sallam Abu 8akr dan *:mar memulakan bacaan dengan *Alhamdulillahi ,abbilalamiin.k92; 8erkata Ash!6ha%ii mereka memulakan dengan bacaan :mmul 5uran (Al!&aatihah) sebelum dibaca yang sesudahnya. Allah ebih -engetahui. "amun ini tidak bermakna mereka meninggalkan bacaan 8ismillaahirrahmaanirrahiim. Al!Imam Ash!6ha%ii berpegang dengan pendapat yang mengatakan baha(a basmalah adalah sebahagian daripada 6urah Al!&aatihah. -enurut Ash!6ha%ii bismillaahirrahmaanirrahiim itu adalah ayat yang ketu#uh.9/; 0alau ditinggalkan kesemuanya atau sebahagian nescaya tidak memadai baginya rakaat yang ditinggalkan membacanya.9; $alam kitab itu #uga dinyatakan baha(a Ar!,abi mengatakan: dikhabarkan kepada kami .leh Ash!6ha%ii yang mengatakan: dikhabarkan kepada kami .leh -uslim bin 0halid dan Abdul -a#id daripada Ibn 1urai# daripada "a%i daripada Ibn *:mar baha(a ia tidak meninggalkan 8ismillaahirrahmaanirrahiim bagi :mmul 5uran dan bagi surah yang sesudahnya. -aka Ash!6ha%ii mengatakan jini lebih saya sukai kerana dia ketika itu memulakan bacaan Al! 5uran.91<; alaubagaimanapun kitab ini tidak menyebutkan pandangan Ash!6ha%ii mengenai masalah *#ahar atau *sir bacaan basmalah. "amun begitu ada dinukilkan ri(ayat tentang -ua(iyah yang mengimamkan s.lat ber#emaah di -adinah di mana dia men#aharkan bacaan basmalah sebelum Al!&aatihah dalam rakaat yang pertama tetapi tidak membaca basmalah sebelum memulakan bacaan surah berikutnya. -aka perbuatan -ua(iyah ini ditegur .leh .rang! .rang. 6aya mendapati ri(ayat ini dimasukkan ke dalam perbahasan tentang basmalah ini sebagai hu#ah untuk membaca basmalah pada setiap permulaan surah dalam s.lat dan bukannya tentang masalah *#ahar atau *sir. allaahu alam. Iun begitu dalam Ta%sir Al!Azhar disebutkan baha(a membaca secara *#ahar merupakan pegangan mazhab Imam Ash!6ha%ii.911; 0itab 8ulughul -aram = kitab muktabar yang mengumpulkan dalil!dalil %i'h mazhab 6ha%ii yang masyhur karangan Al!+a%izh Ibn +a#ar Al!*As'alani rahimahullah #uga se.rang imam besar dalam mazhab 6ha%ii turut merek.dkan ri(ayat!ri(ayat berkenaan dengan bacaan basmalah. 6atu ri(ayat yang sama la%az dan maknanya sepertimana atsar yang telah disebutkan di atas daripada Anas radhiyallaahu *anhu menyebutkan:91); GCHFdaF? [ > yHnFdB Z?EuF? c\nYYW ?\de cdHSg EHSg E{B dBig @Rfg QCRS >? XRh qxVF? ci -aksudnya: jbaha(asanya "abi sallallahu *alayhi (a sallam Abu 8akr dan *:mar memulai sembahyang dengan bacaan Alhamdulillaahi ,abbilalamiin.k (-utta%a'un *alayh = dipersetu#ui kesahihannya .leh 8ukhari dan -uslim). $isebutkan dalam kitab tersebut Imam -uslim telah menambah: mereka tidak menyebut 8ismillaahirrahmaanirrahiim pada a(al bacaan mahupun akhirnya.914; $an dalam satu ri(ayat daripada Ahmad "asai dan Ibn 0huzaymah: -ereka tidak membaca dengan kuat 8ismillaahirrahmaanirrahiim.914; $an dalam ri(ayat daripada Ibn 0huzaymah: -ereka membaca 8ismillaahirrahmaanirrahiim dengan suara yang lembut.913; 8erdasarkan ri(ayat ini dapat ditak(ilkan kepada ri(ayat yang meniadakan membacanya sepertimana dalam ri(ayat Imam -uslim.

-aka dapat kita simpulkan di sini baha(a: ,asulullah sallallaahu *alayhi (a sallam Abu 8akr dan *:mar membaca basmalah dalam s.lat dengan suara yang lembut. +al ini mungkin menyebabkan Anas tidak mendengar bacaan basmalah mereka kerana yang hanya kedengaran pada permulaan ialah Alhamdulillaahi ,abbilalamiin. Ini men#adi dalil baha(a bacaan basmalah dalam s.lat adalah secara *sir (senyap) sepertimana #uga bacaan d.a i%titah dan istiaadzah. Anas merupakan khadam ,asulullah selama sepuluh (1<) tahun lamanya 917; maka dia lebih rapat dan lebih ari% tentang si%at s.lat "abi sallallaahu *alayhi (a sallam. 1ika ,asulullah membaca basmalah secara #ahar sudah tentu Anas akan menyebut yang demikian. "amun begitu terdapat #uga ri(ayat daripada Anas sendiri yang bertentangan antara satu sama lain seperti yang dinyatakan .leh Ir.%. +A-0A dalam Ta%sir Al!Azhar. Ir.%. $r. Abdulmalik bin Abdulkarim Amrullah atau lebih dikenali dengan nama panggilan Ir.%. +A-0A dalam kitab ta%sirnya Ta%sir Al!Azhar turut membincangkan mengenai masalah ini. 8erikut merupakan dalil!dalil dan hu#ah!hu#ah bagi yang berpegang dengan *#aharnya bacaan basmalah dalam s.lat:912; 6ebuah hadits yang diri(ayatkan secara #emaah daripada sahabat!sahabat antaranya ialah Abu +urayrah dan isteri ,asulullah sallallaahu *alayhi (a sallam :mmu 6alamah: 8aha(asanya ,asulullah sallallaahu *alayhi (a sallam men#aharkan bacaan 8ismillaahirrahmaanirrahiim. ,i(ayat daripada "aim bin Abdullah al!-u#mar. $ia berkata: jAku telah sembahyang di belakang Abu +urayrah. Aku dengar dia membaca 8ismillaahirrahmaanirrahiim setelah itu dibacanya pula :mmul 5uran. 6etelah selesai sembahyang dia pun mengucapkan salam lalu berkata kepada kami: @Rfg QCRS >? XRh >? T\fEB Zph @{rx q? -aksudnya: j6esungguhnya akulah yang paling mirip s.latnya dengan s.lat ,asulullah sallallaahu *alayhi (a sallam.k +adits ini dira(ikan .leh An!"asai dan Ibn 0huzaymah dalam sahihnya. alu disambungnya jAdapun #ahar 8ismillaahirrahmaanirrahiim itu maka sesungguhnya telah sabit dan sah daripada "abi sallallaahu *alayhi (a sallam.k +adits ini pula diri(ayatkan .leh Ibn +ibban dan al!+akim atas syarat 8ukhari dan -uslim. $an berkata Al!8ayha'i: j6ahih isnadnya.k $iri(ayatkan daripada Ad!$aru'uthni daripada Abu +urayrah: jAdalah beliau ("abi sallallaahu *alayhi (a sallam) apabila membaca ketika mengimami manusia dibukanya dengan 8ismillaahirrahmaanirrahiim.k Ad!$aru'uthni mengatakan baha(a isnad hadits ini semuanya b.leh dipercayai. Tetapi menurut Ir.%. $r. +A-0A apabila kita selidiki lebih mendalam seperti yang telah dilakukan .leh Imam Ash!6ha(kani dalam kitab "ailul A(thaar setiap hadits yang men#adi pegangan bagi g.l.ngan yang men#aharkan itu ada saha#a "a'd (kritikan) terhadap pera(inya sehinggakan yang betul!betul daripada kritikan langsung tidak ada. At!Tirmidzi pernah mengatakan: jIsnadnya tidaklah sampai demikian tinggi nilainya.k

8erikut pula merupakan dalil bagi g.l.ngan yang mengatakan baha(a bacaan basmalah dalam s.lat adalah *sir (senyap): $iri(ayatkan daripada -uslim dalam 6ahihnya (".. 7<3) An!"asai dalam 6unannya (".. /2) Ahmad dalam -usnadnya (".. 1) 443 14 4/7 dan 1 742) dengan la%az daripada -uslim daripada Anas: @CDEF? GHDEF? >? @AB iEuW @rVv ?yDi Hfi @R_ cdHSg EHSg E{B qBig @Rfg QCRS >? XRh >? T\f[ v CRh -aksudnya: jAku telah s.lat bersama ,asulullah sallallaahu *alayhi (a sallam Abu 8akr *:mar dan *:tsman. -aka aku tidak pernah mendengar se.rang pun daripada mereka membaca 8ismillaahirrahmaanirrahiim.k Ibn 0huzaymah meri(ayatkan atsar di atas dengan tambahan: j-ereka semuanya membaca dengan *sir.k91/; alaubagaimanapun setelah menyatakan hu#ah!hu#ahnya Ir.%. +A-0A sendiri cenderung kepada pendapat yang men#aharkan bacaan basmalah dengan bersandarkan satu lagi atsar daripada Anas yang bertentangan dengan ri(ayat membaca basmalah secara *sir tadi. $apat disimpulkan di sini daripada keterangan!keterangan dalam kitab Ta%sir Al!Azhar baha(a terdapat perbezaan pendapat yang ketara antara para sahabat tabiin dan para ulama secara umumnya. 0edua!dua g.l.ngan yang men#aharkan dan mensirkan bacaan basmalah mempunyai dalil!dalil dan hu#ah!hu#ah yang sama!sama kuat. Iendapat saya dalil yang mengatakan tidak men#aharkan basmalah adalah lebih kuat. Ini dikuatkan lagi dengan keterangan daripada muhaddits abad ini 6yeikh "asiruddin Al!Albani rahimahullah dalam kitabnya yang terkenal iaitu 6i%at 6.lat "abiyi sallallaahu *alayhi (a sallam min Al!Takbiir ilaa At!Tasliim kaannaka taraahaa (6i%at 6.lat "abi sallallaahu *alayhi (a sallam daripada takbir hingga salam se.lah!.lah engkau melihatnya). 8eliau mengambil pendapat yang mensirkan bacaan basmalah. 6iapa lebih tahu dan %aham tentang hadits!hadits "abi sallallaahu *alayhi (a sallam kalau bukan ahli hadits (muhaddits)J ,umusan: Ierkara membaca basmalah dengan *#ahar atau *sir merupakan perkara khila%iyah kerana terdapat dalil!dalil yang men#adi hu#ah kedua!dua pendapat. 8ahkan kedua!dua dalil sama! sama kuat. -alahan menurut Ir.%. +A-0A terdapat dua ri(ayat yang bertentangan antara satu sama lain yang diri(ayatkan daripada se.rang sahabat91; 6ebab itulah masalah ini termasuk masalah khila%iyah atau masalah i#tihadiyah iaitu terserah kepada pertimbangan i#tihad pakar masing!masing. $alam hal ini marilah sama!sama kita menggunakan kaedah yang digunapakai dalam ilmu usul %i'h yang terkenal: drYdB yuVW b drY? -aksudnya: j6uatu i#tihad tidak dapat disalahkan .leh i#tihad yang lain.k9)<; -azhab 6ha%ii sungguhpun berpendapat baha(a 8asmalah merupakan sebahagian daripada 6urah Al!&aatihah dan berpegang dengan i#tihad yang mengatakan baha(a bacaan basmalah adalah *#ahar merupakan mazhab yang berlapang dada dalam hal ini. -alahan seperti yang telah disebutkan Imam An!"a(a(i se.rang ulama besar mazhab 6ha%ii turut mengatakan baha(a masalah *#ahar atau *sir dalam bacaan basamalah bukanlah sebahagian daripada

permasalahannya. Ibn +a#ar Al!*As'alani yang #uga bermazhab 6ha%ii #uga turut merek.dkan dalil dengan bacaan basmalah secara *sir di dalam kitab 8ulughul -aramnya. leh sebab (u#udnya perbezaan pendapat yang ketara dalam hal ini maka Ibn 5ayyim Al! 1a(ziyah (71 = 231 +) dalam kitabnya aad Al!-aaad menyebutkan:9)1; ?E N D N ?y B Ni N ?E v N o N H O N w R NC OF Ng N \ OW N] e q_ L dH L ? N dr NB LE r Ns OW N dH v L E N Ne Oi N dr N C L OW g N Z [ N d N@ L CDE F? G LH ND OE F? > ?@ LA Ox LB LE r Ns OW Nc N de Ng N L dn T NH F O? ] Ln Nv Oi NG Ov L ?| N~ N w LR NL d NF O? [ L d^ N S O ON ? q_ LL y LR NB N] L~ Oi Ng N Q LB L dn Nh O i N[ L \r H O XR NS Ng N G N Wy L ?E F? Q L L d NR N XR NS N NF L} N X N OW Ng N ?E Nf Ng N Cn m Lh N E C O N dr Nn WE Lh N g N m WE Lh N E C O N z L W L dD N ON ? NR O Lm Cn L^ N _ Nw C N~ L ?g N z N W L dD Ni Ng N w R NH Ns Ov d NF O NB LQ L C_ L x Y M F? XF N N dY Nn OW N XY D N -aksudnya: j$an adalah (,asulullah) men#aharkan bacaan 8ismillaahirrahmaanirrahiim sekali sekala dan menyembunyikan (memperlahankan)nya lebih kerap daripada mengeraskannya. $an tidaklah dia men#aharkannya lima kali setiap hari dan malam selama! lamanya sama ada ketika di k.ta dan ketika musa%ir. $an tersembunyilah perkara tersebut daripada 0hula%a Ar!,aashidiin dan daripada #umhur (ma#.riti) sahabat!sahabatnya dan ahli negaranya yang sezamannya yang utama itu. Ini merupakan kedangkalan yang paling dangkal sekali sehinggakan .rang!.rang bergantung pada kata!kata yang mu#mal (ringkasan) dan hadits!hadits yang lemah. -eskipun hadits!hadits tersebut sahih namun tidaklah sarih (#elas atau nyata) dan (alaupun ia sarih tidak semestinya ia sahih.k Ir.%. +A-0A turut menukilkan kata!kata Al!Imam Ash!6ha(kaaniy dalam kitabnya "ailul A(thaar:9)); j$alam s.al ikhtila% (perkara *#ahar atau *sir basmalah) ini paling banyak hanyalah khila%iyah dalam s.al -ustahab atau -asnuun (yang disukai atau sunnat). -aka tidaklah s.al men#aharkan atau mensirkan bacaan ini mer.sakkan sembahyang atau membatalkannya. (Telah men#adi) i#mak ulama baha(a s.al *sir dan *#ahar itu tidaklah membatalkan sembahyang. leh sebab itu #anganlah engkau terpes.na pula mengikuti sesetengah ulama yang memperbesar!besarkan s.al ini dan menggembar!gemburkan khila%iyahnya sehingga sesetengah mereka itu memandangnya sebagai satu s.al yang menyentuh iktikad.k -aka sese.rang b.lehlah memilih sama ada mahu membaca basmalah dalam s.lat secara *#ahar (dalam s.lat #ahriyah) ataupun *sir (dalam s.lat #ahariyah mahupun sirriyah). Ierbezaan pendapat dalam dunia Islam adalah suatu rahmat. Ia memupuk budaya diskusi t.leransi saling berk.ngsi pengetahuan bertukar!tukar pendapat dan idea. 0hila%iyah ini merupakan satu rahmat kerana Islam adalah sesuai pada setiap masa tempat indiKidu dan keadaan semasa. u#udnya khila%iyah men#adikan Islam sebagai agama yang tidak rigid dan bebas daripada ke#umudan pemikiran. $an tidak sepatutnya perkara khila%iyah berkenaan bacaan basmalah ini men#adi isu yang dibesar!besarkan di kalangan umat Islam. -aka sese.rang yang suka membacakan basmalah secara *#ahar #anganlah sehingga memaksa atau terlalu berkeras menyuruh .rang lain mengikuti pendapatnya begitu #uga sebaliknya. +al sedemikian tidak sepatutnya berlaku dalam kalangan umat Islam yang berilmu dan menyukai untuk mengamalkan ilmu serta menikmati keluasan %i'h dalam Islam. allaahu Taaalaa Alam.

TA08I, 6-8A+YA" : +:,AIA" $A" 06-I:,"AA"

Sebaik-baik pertuturan (kalam) kepada Allah, salah satunya ialah takbir. Takbir menunjukkan kepada mengagungkan Allah Subahanahu wa Taala dengan ucapan "Allahu Akbar" yang bererti Allah Maha Besar. capan takbir ini mendapat tempat dalam sembahyang yang menjadikannya sebagai rukun qauli. Maka !rsyad "ukum kali ini menghuraikan pers#alan hukum dan kesempurnaan takbir dalam sembahyang, termasuk takbirulintiqalat. Takbiratulihram Takbiratulihram adalah salah satu daripada rukun sembahyang. Sebagaimana dalam hadis Abu "urairah$ Maksudnya$ "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masuk ke masjid, dan masuklah seorang lelaki lalu bersembahyang. Sesudah itu dia memberi salam kepada Nabi uhammad Shallallahu alaihi wasallam dan !aginda pun membalas salam itu lalu bersabda" "#embalilah dan kerjakanlah sembahyang, sesungguhnya engkau belum sembahyang." $alu lelaki itu pun kembali mengerjakan sembahyang sebagaimana dia sembahyang sebelumnya. #emudian lelaki itu datang dan memberi salam lagi kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam, lalu !aginda bersabda" "#embalilah dan kerjakanlah sembahyang, sesungguhnya engkau belum sembahyang." %emikianlah berulang sehingga tiga kali. aka lelaki itu berkata" "%emi &at yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak dapat melakukan sembahyang yang lebih baik, maka ajarkanlah aku." !aginda bersabda" "Apabila engkau berdiri untuk sembahyang, maka bertakbirlah kemudian ba'alah yang mudah bagimu daripada Al()ur*an, kemudian rukulah sehingga kamu bertuma*ninah dalam ruku, kemudian bangkitlah sehingga tegak berdiri, kemudian sujudlah sehingga kamu bertuma*ninah dalam sujud, kemudian bangkitlah sehingga kamu bertuma*ninah dalam duduk. $akukanlah yang demikian itu dalam sembahyangmu keseluruhannya." ("adis ri%ayat Al-Bukhari dan Muslim) &alam ri%ayat yang lain pula menyebutkan$ Maksudnya$ "%aripada Ali Radhiallahu anhu katanya" "!ersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam" "#un'i sembahyang itu adalah wudhu, dan permulaan sembahyang itu +bermulanya hukum haram melakukan sesuatu yang dihalalkan sebelumnya seperti makan dan minum, adalah takbir dan penyudah sembahyang itu +berakhirnya hukum haram tersebut, adalah taslim iaitu memberi salam." ("adis ri%ayat Ahmad) Takbiratulihram ialah mengucapkan "Allahu Akbar" pada permulaan sembahyang. !a dilakukan beriringan dengan niat sembahyang. &inamakan ia sebagai takbiratulihram, kerana #rang yang bersembahyang itu mengharamkan ke atas dirinya daripada melakukan perkara-perkara yang membatalkan sembahyang seperti makan, minum, berkata-kata atau seumpamanya. (!'anah Ath-Thalibin, bab Ash-Shalah, (asal (i Shi)at Ash-Shalah$ *+,*,) capan takbir dalam sembahyang itu telah pun ditetapkan la)a-nya iaitu " Allahu Akbar" sebagaimana mengikut sunnah .abi Shallallahu alaihi wasallam dengan sabda Baginda$

Maksudnya$ "Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu lihat aku sembahyang." ("adis ri%ayat Al-Bukhari) Ataupun dila)a-kan dengan kalimah "Allahul Akbar" (ditambah huru) "ali)" dan "lam" pada kalimah Akbar Tidak sah mela)a-kan takbir itu seperti c#nt#h-c#nt#h berikut$ i. Mendahulukan kalimah "Akbar" daripada la-&ul .alalah "Allah " ataupun ii. Menukar kalimah "Akbar" kepada kalimah "#abir" menghilangkan makna mengagungkan. kerana ia

Tidak sah mela)a-kan takbir dengan menambah huru) pada ucapan takbir itu yang b#leh menukar maknanya seperti berikut$ / Memanjangkan huru) ham-ah pada la-&ul .alalah "Akbar" atau pada kalimah

. !ni kerana menukar maknanya kepada pertanyaan ( isti-ham).

/ Memanjangkan huru) "ba" pada kalimah akbar maka menjadilah ia sebagai jama kepada kabar yang bererti gendang yang satu muka. / Menambah huru) "%au" sebelum la-&ul .alalah / Menurut !bnu "ajar, menambah huru) "%au" sakinah (bertanda mati) di antara dua kalimah takbir, seperti kerana ia menjadikan jama pada kalimah lah (/01) yang bererti berkilauan, atau menambah huru) "%au" mutaharrikah (yang berbaris) seperti / Menambah mad huru) "ali)" di antara huru) "lam" dan "ha" dalam la-&ul .alalah sehingga melebihi had yang tidak dianjurkan #leh ahli qurra*. Menurut !bnu "ajar, kadar had panjang mad huru) "ali)" di atas itu adalah sebanyak tujuh ali) dan setiap satu ali) pula mempunyai dua harkat. &alam mela)a-kan takbir itu, tidak mengapa jika berhenti sekejap di antara dua kalimah takbir dengan kadar mengambil na)as. Manakala menurut Al-A-dra'ie, tidak mengapa jika melebihi kadar berhenti itu daripada kadar mengambil na)as seperti #rang yang gagap. &emikian juga, tidak mengapa jika disebut dalam takbir itu dengan membunyikan huru) "ra" yang berbaris depan Shalah, (asal (i Shi)at Ash-Shalah$ *+,*2-,*3) . (!'anah Ath-Thalibin, bab Ash-

4alau bagaimanapun sunat huru) "ra" dalam kalimah "Akbar" itu dibunyikan dengan

tanda mati. ((ath Al-'Allam, (asal (i Arkan Ash-Shalah, (uru' Tata'alla5 Bi At-Takbir$ ,+,67) 4ajib bagi #rang yang mengerjakan sembahyang itu mendengar setiap huru) takbir yang dila)a-kannya ketika mengangkat tabiratulihram tersebut. Sebagaimana dengan rukun qauli yang lainnya seperti membaca surah Al-(atihah, tasyahhud dan salam. "ukum %ajib mendengar itu adalah bagi #rang yang baik pendengarannya. Sementara #rang yang tidak baik pendengarannya seperti tuli atau disebabkan ada halangan untuk mendengar seperti riuh rendah tempat itu, maka tidaklah di%ajibkan dia mendengarnya, akan tetapi %ajib dia mela)a-kan takbir itu dengan suara yang tinggi atau nyaring dengan kadar apa yang dapat didengarnya jika dalam keadaan dia b#leh mendengar. (!'anah Ath-Thalibin, bab Ash-Shalah, (asal (i Shi)at Ash-Shalah$ *+,*8-,*9) Syarat-syarat yang lain pula, hendaklah la)a- takbir itu dalam bahasa Arab bagi #rang yang b#leh+pandai mela)a-kannya. Akan tetapi bagi #rang yang tidak pandai mela)a-kannya dalam bahasa Arab, maka %ajib dia mempelajarinya %alaupun mengakhirkan sembahyang daripada a%al %aktunya. :ika dia tidak pandai juga setelah mempelajarinya sehingga hampir luput %aktu sembahyang, maka hendaklah dia mengerjakan sembahyang dalam hal yang demikian itu dengan menterjemahkan takbir tersebut dalam bahasa yang dia pandai dan tidak perlu lagi diulangi semula sembahyangnya itu jika dia sudah pandai mela)a-kan takbir. Adapun jika dia sambil le%a mempelajari takbir dalam bahasa Arab tersebut lalu dia mengerjakan sembahyang, maka hendaklah dia mengulangi semula sembahyang itu setelah pandai. (!'anah Ath-Thalibin, bab Ash-Shalah, (asal (i Shi)at Ash-Shalah$ *+,*2) &isyaratkan juga kepada #rang yang mengikut imam, mengakhirkan takbirnya sehingga imam sempurna mela)a-kan takbir. :ika takbir makmum tersebut mengiringi sebahagian takbir imam, maka tidak sah ikutan itu dan tidak dikira sembahyang makmum itu sebagaimana menurut As-Syar5a%i. ((ath Al-'Allam, (asal (i Arkan Ash-Shalah, Syuruth Shihhah AtTakbirah Al- la$ ,+,,;) Sunat mengangkat kedua-dua tapak tangan ketika melakukan takbiratulihram dengan mendedahkan tapak tangan tersebut serta menjarangkan sedikit jejarinya. <edudukan keduadua tapak tangan itu sejajar dengan kedua bahunya serta jejarinya berada sejajar dengan atas telinga melainkan ibu jari sahaja berada sejajar dengan cuping telinga. Sunat ketika mengangkat tapak tangan itu sebaya dengan mela)a-kan takbir. (!'anah Ath-Thalibin, bab AshShalah, (asal (i Shi)at Ash-Shalah$ *+,*9-,*;) &emikian juga disunatkan menundukkan kepala sedikit dan melihat ke tempat sujud sebelum mengangkat takbir. ((ath Al-'Allam, (asal (i Arkan Ash-Shalah, (uru' Tata'alla5 Bi At-Takbir$ ,+,67)

Anda mungkin juga menyukai