Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PAI

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP


2014






NAMA : FATKHAN BAITUL RIDWAN
NIM : 30101306944


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
ANGKATAN 2013
MAKALAH BAB TAHARAH
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah
Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat:
56-58]


2.Definisi Taharah
A. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci dan bersih dari segala kotoran, Sedangkan menurut
istilah, Thaharah berarti, mensucikan diri dari kotoran baik yang nampah (Terlihat) yaitu
najis seperti kencing atau lainnya maupun yang abstrak (Tidak Terlihat) yaitu hadas, dengan
menggunakan alat yang mensucikan (air, debu atau batu) menurut cara yang disyariatkan
oleh agama.
B. Dasar Hukum Thaharah
Dalam Al-Qur'an maupun Hadits banyak sekali penjelasan-penjelasan maupun perintah-
perintah, agar umat islam senantiasa bersih dan suci. adapun dalil yang menjelaskan tentang
disyariatkannya Thaharah dalam Islam adalah sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (Al-Maidah :6 )
C. Syarat-Syarat Wajib Thaharah
mensucikan segala sesuatu yang terkena oleh najis baik badan, pakaian maupun tempat
hukumnya adalah wajib. jika mensucikan pakaian dan tempat hukumnya wajib, maka
terlebih lagi untuk mensucikan badan. Karena mensucikan badan merupakan syarat mutlak
untuk bisa melaksanakan shalat dan beberapa kewajiban ibadah lainnya.
Adapun syarat-syarat wajib thaharah adalah sebagai berikut :
1. Beragama Islam
2. Mempunyai Akal yang Sehat (Tidak Gila)
3. Sudah Balig
4. Suci Dari Haid dan Nifas
5. Sudah Masuk Waktunya
6. Ada Air atau Alat untuk Bersuci lainnya
7. Mampu untuk melakukannya
2. Rumusan Masalah
Mengacau pada latar belakang diatas, kami akan mencoba merumuskan beberapa
masalah yang akan dibahas diantaranya:
1. Pengertian mandi, perkara-perkara yang mewajibkanya, dan tata cara mandi bagi
faaqiduth thohuroini.
2. Tatacara bersuci bagi shohibul jabiroh dan pasien rawat inap di rumah sakit.
3. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui lebih dalam bagaimana tata cara bersuci yang baik menurut ajaran
Rasulullah SAW.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Mandi
Mandi menurut arti bahasa adalah: mengalirkan air secara mutlak terhadap sesuatu.
Menurut arti syara adalah: sampainya air yang suci keseluruh badan dengan cara tertentu.
Sedangkan menurut ulama bermadzhab SayafiI mendefisikan mandi yaitu: mengalirkan air
keseluruh badan disertai dengan niat. Adapun ulama bermadzhab Maliki juga membuat
suatu pengertian yaitu: sampainya air keseluruh badan disertai dengan proses menggosok
dengan niat diperbolehkannya untuk melakukan sholat.
Adapun tujuan dari mandi itu sendiri yaitu selain kita melaksanakan suatu ibadah yang
berupa bersuci dari hadats besar, tapi kita juga membersihkan tubuh kita dari segala kotoran
dan itu sangat dianjurkan oleh nabi.seperti dlm haditsnya:

Kesucian adalah sebagian dari iman
2. Perkara-perkara yang mewajibkan mandi
Perkara-perkara yang mewajibkan seseorang harus mandi ada tiga yaitu:
a. Jinabat
b. Haidh
c. Nifas
3. Syarat Syarat Mandi
a. Islam.
b. Tamyiz (berakal sehat).
c. Mengetahui pekerjaan yang fardlu dalam mandi.
d. Air yang digunakan harus dengan air yang suci dan mensucikan (air mutlak).
e. Tidak ada sesuatu pada lahirnya yang menghalangi sampainya air ke seluruh kulit
tubuh.
f. Tetap niatnya hingga akhir sempurnanya mandi.
g. Tidak ada sesuatu akibat yang dapat merubah sifat air sampai ke kulit tubuh.
h. Mengalir airnya sampai ke seluruh tubuh.
4. Fardlu Mandi
Fardlunya mandi ada dua yaitu:
a. Niat melaksanakan mandi wajib atau menghilangkan hadats besar di sertai dengan
mengalirkan air kesekujur badan . jika seorang melaksanakan niat setelah
melaksanakan basuhan mandi maka ia wajib untuk mengulangi basuhannya.
b. Meratakan air keseluruh badan sampai pada sela-sela badan serta bagian bawah
rambut yang tebal.
5. Sunnah Mandi
Sunnah mandi ada banyak sekali, diantaranya adalah:
a. Membaca basmala pada permulaan mandi.
b. berkumur.
c. Menghirup air kedalam hidung.
d. Menghilangkan kotoran yang berada pada badan.
e. Berwudlu sebelum mandi.
f. Meneliti lekukan seperti dua telinga atau meneliti bawah kuku, supaya tidak ada
sesuatupun yang menghalangi air masuk pada kulit.
g. Menggosokkan tangan keseluruh badan, imam malik berpendapat bahwa
menggosokkan tangan keseluruh badan hukumnya wajib.
h. Mengulang tiga kali.
i. Menghadap kiblat.
6. Macam-macam Mandi
a. Mandi Wajib / Mandi Junub :
1) Mandi yang dilakukan setelah bersetubuh (melakukan hubungan suami istri)
2) Setelah Haid/Menstruasi (Wanita)
3) Setelah Melahirkan/Nifas (Wanita)
4) Meninggal Dunia
b. Mandi Sunat/Sunah :
1) Mandi untuk Shalat jumat
2) Mandi untuk Shalat hari raya
3) Sadar dari kehilangan kesadaran akibat pingsan, gila, dbb
4) Muallaf (baru memeluk/masuk agama islam)
5) Setelah memendikan mayit/mayat/jenazah
6) Saat hendak Ihram, sai, thawaf, dan lain sebagainya.
7. Hal-Hal yang Dimakruhkan ketika Mandi
a. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Rasulullah saw. mandi dengan air satu
sha (sekitar 3,5 liter).
b. Mandi di tempat yang najis, karena dikhawatirkan akan terkena najisnya.
c. Mandi dengan air sisa bersucinya wanita. Rasulullah saw. melarang mandi dengan
air sisa bersucinya wanita, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
d. Mandi tanpa penutup, misalnya dengan tembok atau yang lainnya. Berdasarkan
dalil-dalil berikut. Maimunah r.a. berkata, Aku persiapkan air untuk Rasulullah
saw. dan menutupi beliau, kemudian beliau mandi. (HR Bukhari). Mandi dengan
air yang tidak mengalir. Rasulullah saw. bersabda, Janganlah seseorang di antara
kalian mandi di air yang tidak mengalir, sedang dia junub. (HR Muslim).
8. Yang diharamkan bagi orang yang junub ( berhadas besar ) dan
kepada orang yang haid dan nifas.
Bagi yang sedang junub, mereka diharamkan :
a. Haram shalat
b. Haram Thawaf
c. Haram menyentuh Al-Qur'an
d. Haram membawa Al-Qur'an
e. Haram berdiam didalam mesjid
f. Haram membaca Al-Qur'an
Yang tidak diperbolehkan bagi perempuan yang haid dan nifas :
a. Haram shalat
b. Haram thawaf
c. Menyentuh Al-Qur'an
d. Membawa Al-Qur'an
e. Berdiam didalam mesjid
f. Membaca Al-Qur'an
g. Puasa
h. Di talaq ( diceraikan )
i. Lewat didalam mesjid, karena ditakutkan darahnya menetes
j. Bercumbu dengan suami antara pusar dan lututnya ( jima ).
9. Permasalahan bersuci bagi Faaqiduth Thohuraini.
Dalam roda kehidupan yang selalu berputar seiring berkembangnya zaman, seorang
pasti suatu ketika akan medapat problem,salah satunya yaitu ketika seseorang tidak
mendapatkan dua alat untuk bersuci yaitu air dan debu.
10. Tata Cara Bersuci Bagi Shohibul Jabiroh Dan Pasien Rawat inap di
Rumah Sakit
Dirumah sakit terdapat banyak pasien dengan penyakit yang berbeda-beda. Beberapa
diantaranya pasien kecelakaan, penyakit dan sejenisnya biasanya ada pasien tidak boleh
terkena air dalam jangka tertentu dalam waktu tertentu karena alasan kesehatan. Ketika
sampai di rumah sakit biasanya lukanya dibersikan kemudian diperbal/ digips. Perban/ gips
tersebut baru bisa bisa dibuka beberapa hari lagi, tergantung parah tidanya luka.
Pertanyaannya apakah sebelum di perbal angota tersebut benar-benar telah suci? Bagaimana
cara bersuci bila ternyata anggota tubuh yang luka merupakan bagian tubuh yang digunakan
untuk bersuci seperti kedua tangan?
Kita uraikan permasalahan ini satu persatu.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa keterangan yang telah kami uraikan diatas, dapat kita tarik
kesimpulan:
a. Ibadah secara bahasa berarti merendahkan diri serta tunduk. Maka apabila saat kita
tunduk dan merendahkan diri kepada seseorang bukan berarti di katakana ibadah
terkecuali terhadap Allah SWT.
b. Orang yang tidak mendapatkan kedua alat bersuci dapat melaksanakan sholat
Karena menghormati waktu sholat. Bila ia mendapatkan salah satu alat untuk
Bersuci sebelum habis waktu sholat, ia wajib mengulang sholatnya. Tetapi bila Baru
menemukan setelah waktu sholat habis,ia tidak wajib untuk mengulangi sholatnya.
c. Bagi shohibul jabair atau orang sakit yang tidak mampu bersuci menggunakan air
dapat mengganti wudlunya dengan tayammum. Dan bagishohibul jabair wajib
melepas perbannya ketika bersuci apabila tidak dikhawatirkan menimbulkan bahaya.
d. Menurut mayoritas ulama, tayamum adaalah pengganti yang sifatnya hanya darurat.
Alat bersuci yang sebenarnya adalah air. Maka tayammum tidak bisa menghilangkan
najis sebagaimana air.
e. Bagi orang sakit maupun shohibul jabair ketika badan, tempat, dan pakaiannya
belum memungkinkan untuk dibersihkan ia hanya melaksanakan shalat lihurmatil
wakti dan wajib mengulangi shalatnya ketika telah memungkankan.

2. Saran
Seharusnya kita sebagai hamba Allah SWT, yang sekaligus seorang muslim harus
dapat mengapresiasikan arti beribadah terutama TAHARAH, agar kelak nanti kita
mendapat perlindungan dari Allah SWT, dan terjauhkan dari siksanya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Azzuhaily Wahbah,Al Fiqhul Islamy wa Adillatuhu,Dar El Fikr, Beirut, 1984
2. Zainuddin bin Al-Malibari Aziz Abdul, Fat-hul Muin, Al-Hidayah, Surabaya, 1993
3. Muhdlor Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab, Multi Karya Grafika, Yogyakarta, 1999
4. Mustahik Team, Fiqh Praktisal Badiah, Pustaka Al Muhibbin, Jombang, 2005,2010
5. Mahfudi Subagh, Arti Ibadah , Al-Hidayah, Ponorogo, 1998

Anda mungkin juga menyukai