Anda di halaman 1dari 9

MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA

PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL


KECAMATAN SUNGAI PUA

NAMA : RAHMAH YULIS, SHI


NIP : 197911022005012004
JABATAN : Penyuluh Agama Ahli Madya

THAHARAH SEBAGAI KUNCI IBADAH

A. Pendahuluan

Hadats dan najis menghalangi untuk beribadah kepada Allah seperti


melaksanakan shalat, puasa, thawaf dan memegang al- Qur’an , maka
wajib berthaharah (bersuci ) sebagai kunci untuk dapat melaksanakan
ibadah. Para Fuqaha meletakkan bab thaharah selalu diawal pembahasan
( Bab ). Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya masalah thaharah.
Justru itu, thaharah tidak hanya cukup untuk diketahui, tetapi juga harus
dipraktekkan secara benar,baik hadas maupun najis. Menyucikan diri dari
hadats dan najis memberi isyarat supaya kita senantiasa menyucikan jiwa
dari dosa dan segala perangai yang keji. Hikmah dan manfaat
dilakukannya thaharah tersebut memberikan pengetahuan kepada kita
bahwa betapa pentingnya thaharah tidak hanya sekedar untuk
melaksanakan ibadah, tetapi juga untuk menjaga kesehatan tubuh
manusia.
Tetapi pada kenyataannya, sebagian umat Islam masih kurang
memahami dalam melaksanakan praktek thaharah. secara benar
dikarenakan kurangnya pengetahuan sehingga salah dalam
pelaksanaannya. Apabila thaharah tidak benar atau tidak sempurna,
maka pelaksanaan ibadah yaitu shalat, puasa, thawaf, i’tiqaf, memegang
al- Qura’an dan lain- lainnya tidak sah atau batal.

1
B. Pembahasan

Ibadah merupakan latihan rohani (spiritual) yang diperlukan manusia,


juga yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu beribadah kepada Allah
SWT. Sebagaimana tersebut dalam Q.S. Az-Zariyat Ayat 56. Sebagai
berikut:
‫ٱ ٱ‬
‫َو َم ا َخ َلْقُت ْلِج َّن َو نَس اَّل ِلَيْع ُبُد وِن‬
‫ِإْل ِإ‬
Artinya: “Dan tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia
melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.”
Terkait dengan pelaksanaan ibadah, hal yang sangat mendasar yang
paling utama harus diperhatikan dan patut diketahui dan dilaksanakan
ialah kebersihan dan kesucian seseorang dalam melaksanakan ibadah,
terutama dalam melaksanakan ibadah shalat. Anjuran tentang pentingnya
pemeliharaan kebersihan dan kesucian banyak terdapat dalam ayat al-
Qur’an dan hadis Nabi Saw. yang diarahkan bagi kebahagiaan hidup.
Usaha-usaha menjaga kebersihan dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan pekarangan rumah, termasuk bak mandi, bak wudhu, tempat
belajar, dan yang paling utama ialah menjaga kebersihan tempat ibadah.
Yang tidak kalah pentingnya ialah menjaga kebersihan badan dan pakaian
karena seseorang dapat dikatakan bersih apabila dapat menjaga
kebersihan badan dan pakaian. Maka umat Islam harus selalu menjaga
kebersihan karena kebersihan akan mewujudkan kesehatan jasmani dan
rohani. Semua usaha yang ditunjukkan kepada kebersihan akan
mendapat imbalan dari Allah SWT. sebagaimana terungkap dalam Q.S.
al- Muddatstsir: 4-5,

‫َو ِثَياَبَك َفَط ِّهْر‬


Artinya: “Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah.”

Membersihkan pakaian menurut sebagian para ahli tafsir ialah


membersihkan rohani dari segala watak dan sifat-sifat tercela.
Ringkasnya, ayat itu memerintahkan agar diri, pakaian, dan lingkungan
dibersihkan dari segala najis, kotoran, dan sebagainya. Di samping itu,
juga diperintahkan agar kesucian selalu dijaga. Demikian pula dengan
menanamkan sikap hidup bersih terhadap peserta didik dan masyarakat
pada umumnya. Firman Allah SWT. dalam Q.S. al- Baqarah: 222
2
‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫ِإَّن َهَّلل ِحُي ُّب لَّتَّٰوِبَني َو ِحُي ُّب ْلُم َتَط ِّهِر يَن‬

Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat


dan orang orang yang suci (bersih dari kotoran jasmani maupun rohani.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah menyayangi orang-orang


yang beribadah dan bertaubat dari kesalahan serta kepada mereka yang
selalu menjaga kebersihan.
Persoalan thaharah erat hubungannya dengan pelaksanaan ibadah.
Shalat adalah salah satu ibadah yang paling sering dilaksanakan terutama
shalat wajib lima waktu,puasa ramadhan. Juga ibadah – ibadah yang lain
thawaf, memegang mushaf dan lain – lainnya. Maka dalam
pelaksanaannya ibadah shalat tersebut tidak sah kecuali sebelumnya
seluruh keadaan, pakaian, badan, tempat dan sebagainya dalam keadaan
bersih dan suci, baik suci dari hadas besar, maupun hadas kecil, dan
najis.
Hadas menghalangi shalat, maka berthaharahlah (bersuci ) sebagai
kunci untuk dapat sesorang melaksanakan ibadah. Hal ini juga
ditunjukkan oleh ijtihad para fuqaha dalam tulisan-tulisan mereka yang
selalu diawali dengan pembahasan thaharah. Hal tersebut menunjukkan
betapa pentingnya masalah thaharah ini. Untuk itu, thaharah tidak hanya
cukup untuk diketahui, tetapi juga harus dipraktekkan secara benar.
Dalam kenyataannya, ada sebagian umat Islam yang masih kurang tepat
dalam melakukan praktek thaharah. dikarenakan kurangnya pengetahuan
atau semata-mata salah dalam pelaksanaannya.

a. Pengertian Thaharah
Kata Thaharah secara bahasa adalah bersih dan terlepas dari
kotoran baik indrawi ( bisa diraba ) atau maknawi ( aib-aib )
Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah :
‫فعل ما تتوقف عليه إابحة ولو ببعض الوجوه أو ثواب جمرد‬
“ Perbuatan yang tergantung atasnya bolehnya beribadah
sekalipun dengan sebagian cara atau untuk ibadah semata”

b. Alat untuk bersuci


Adapun alat ( ‫ائل‬II‫ )وس‬yang bisa digunakan untuk bersuci untuk

3
mengangkatkan hadas ( kecil, besar ) atau menghilangkan najis
( ‘ainiyah / hukmiyah ) serta membolehkan ada 4 macam, yaitu : air,
tanah, diba’ dan batu istinjak.
1. Air
Air digunakan untuk mengangkatkan hadas, menghilangkan najis,
dan selainnya keduanya air digunakan bukan untuk mengangkat atau
menghilangkan hadas dan najis tetapi hanya untuk ibadah semata
seperti memperbaharui wudhu’ .
Adapun macam-macam air dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu sebagai berikut:
1. Air Muthlaq, ( ‫ ) طهور‬yaitu air suci pada dirinya dan mensucikan bagi
lainnya, maksudnya adalah air yang masih murni baik sifat, bau
maupun rasanya, dan dapat dikatakan sebagai air yang benar-
benar bebas dari kotoran dan kuman, dalam hukum fiqh air
tersebut disebut dengan air suci yang menyucikan, artinya, air
tersebut halal diminum dan dapat untuk dipakai menghilangkan
najis, baik mukhafafah, mutawasithah, maupun mughaladzah. Yang
termasuk dalam kategori air mutlaq adalah air hujan, air laut, air
sungai, salju yang telah cair menjadi air, air embun, air sumur atau
air mata air.
2. Air Musta’mal ( ‫) طاهر‬
3. Air Mutanajis
2. Tanah
Tanah bisa digunakan untuk tayamum untuk mensucikan, dan untuk
menghilangkan najis mugalazhah dengan syarat tanah tersebut suci.
3. Alat menyama’ ( Dabigh )
Alat yang digunakan itu bisa mengangkatkan kotoran-kotoran dan bau
kulit seperti, buah akasia, kotoran burung.
4. Batu Istinjak
Batu itu suci, sifatnya mengangkatkan , bukan batu yang
dihormati.

c. Macam-macam bentuk bersuci


1. Wudhu’
a. Pengertian
Kata wudhu’ diambil dari kata ‫اءة‬II‫ الوض‬yang berarti bagus,
indah dan bercahaya, karena wudhu dapat menghilangkan
kegelapan dosa.
4
Secara Bahasa wudhu’ adalah nama bagi membasuh
sebagaian anggota badan. Sedangkan menurut syariat wudhu
adalah nama bagi membasuh anggota badan tertentu dengan niat
tertentu. Seperti niat mengangkatkan hadas, sebelum mandi wajib,
dan tatkala orang yang sedang junub ingin makan, tidur, setelah
bergibah dianjurkan juga berwudhu’ dan orang yang menyentuh
mayat dsb.

b. Fardhu Wudhu’
Fardhu atau rukun wudhu’ ada 6 yaitu :
1. Niat
2. Membasuh wajah
Adapun batasan wajah secara panjang , sesuatu antara
tempat tumbuh rambut kepala dan bawah dagu dan secara
melintang antara dua telinga.
3. Membasuh dua tangan dari ujung jari hingga dua siku. Jika
seseorang lahir tanpa siku maka dibasuh sekedar keduanya
atau jika terpotong sebagian tangan maka dibasuh sisanya
yang tertinggal.
4. Menyapu sebagian kepala
5. Membasuh dua kaki serta mata kaki
6. tertib
c. Syarat Wudhu’
Syarat wudhu ada 10:
1. Islam
2. Tamyiz (pandai, sudah bisa membedakan yang baik dan
buruk)
3. Suci dari haid
4. Bersih dari sesuatu yang bisa menghalangi datangnya air
ke kulit.
5. Di aggotanya tidak terdapat sesuatu yang bisa merubah
air
6. Mengetahui kefarduan wudhu
7. Tidak menganggap fardu wudhu sebagai hal yang sunah
8. Airnya bersih
9. Sudah masuk waktu sholat
10. Terus menerus bagi orang yang tidak pernah berhenti

5
hadasnya

d. Yang Membatalkan wudhu’


Yang membatalkan wudhu itu ada 4:
- Sesuatu yang keluar dari salah satu jalan qubul
(kemaluan) dan dubul (pantat) berupa angin a tau lainnya
terkecuali mani
- Hilangnya akal sebab tidur atau lainnya, kecuali tidurnya
orang yang tetap pada tempat duduknya dari bumi
- Bertemunnya dua kulit lelaki dan perempuan yang sama
besarnya (baligh), sama asingnya (bukan mahrom)
dengan tanpa pemisah
- Menyentuh qubulnya atau menyentuh lingkaran duburnya
dengan telapak tangan atau telapak jariny
2. Mandi
a. Pengertian
Mandi secara bahasa adalah ‫يالن‬II‫ ( الس‬mengalir ) dan secara
syara’ mandi adalah mengalirkan air diatas sekalian badan
dengan niat tertentu.
b. Fardu mandi
 Niat
 Meratakan badan dengan air
c. Yang mewajibkan mandi
 Bersetubuh, memasukan khasyafah (ujung kemaluan
pria) ke dalam farji (kemaluan wanita)
 Keluarnya mani (sperma)
 Haid
 Nifas (mengeluarkan darah setelah bersalin)
 Bersalin
 Meninggal dunia

d. Sunat Mandi
 Berdiri
 Menghadap qiblat
 Berwudhu’
 Membaca bismillah yang diniatkan zikir

6
 Menggosok badan dengan tangan

3. Tayamum
a. Pengertian
Secara bahasa tayamum artinya menyengaja dan secara syar’I
menyampaikan tanah yang suci ke wajah dan dua tangan
dengan niat tertentu.

b. Sebab-sebab tayamum
 Tidak adanya air
 Sakit
 Butuh kepada air karena hausnya hewan yang
dimuliakan
c. Syarat Tayamum
 Harus memakai debu
 Debunya harus suci
 Debunya tidak musta’mal
 Debunya tidak tercampur dengan yang lain
 Mempunyai maksud memindahkan debu ke anggita yang
ditayamumi
 Mengusap muka dan kedua tangan dengan dua pukulan
 Harus menghilangkan najis dulu
 Harus mengetahui dengan sungguh-sungguh arah kiblat
sebelum tayamum
 Tayamum harus dikerjakan sesudah masuknya waktu
shalat
 Tayamum hanya dikerjakan untuk satu fardu
d. Fardu Tayamum
 Memindahkan debu
 Niat
 Mengusap muka
 Mengusap dua tangan sampai dua siku
 Tertib antara dua usapan
e. Yang membatalkan tayamum
 Sesuatu yang membatalkan wudhu
7
 Murtad
 Menyangka ada air kalau tayamumnya karena tidak ada
air
4. Menghilangkan Najis
a. Pengertian Najis
Najis secara bahasa mempunyai arti : kotoran dan secara syar’i
najis adalah kotoran yang menghalang sahnya shalat.
b. Macam-macam najis dan cara mensucikannya
1. Najis mughaladhoh
Najis mughaladhoh yaitu najisnya anjing, babi hutan, dan
anak dari salah satu binatang itu. Najis mughaladhoh itu bisa
suci dengan tujuh basuhan sesudah menghilangkan
keadaan najis, yang salah satunya memakai debu
2. Najis mukhaffafah
Najis mukhaffafah yaitu kencingnya anak laki-laki yang
belum makan kecuali susu, dan umumnya belum mencapai
umur dua tahun Najis mukhaffafah itu bisa suci dengan
mengguyurnkan air pada najsinya secara merata sesudah
menghilangkan keadaan najis
3. Najis mutawasithah
Najis mutawasithah yaitu seluruh najis yang selain najis
di atas Najis mutawasithah itu dibagi atas dua bagian:
 Ainiyyah Najis ainiyyah yaitu najis yang ada warna, bau,
dan rasanya. Cara menghilangkannya harus dihilangkan
warna, bau, dan rasanya.
 Hukmiyyah Najis hukmiyyah yaitu najis yang tidak ada
warna, bau, dan rasanya. Cara menghilangkannya cukup
mengalirkan air kepada najis tersebut.
c. Penutup
Suci merupakan syarat sah ibadah, seperti shalat, puasa, haji. Materi
ringkas tentang thaharah dan ruang lingkupnya sebagaimana yang
telah dijelaskan semoga bisa bermanfaat.

Mengetahui : Sariak, Januari 2022


Penyuluh Agama Islam
Kepala Seksi Bimas Islam Fungsional

8
PEBRIDONI, MA RAHMAH YULIS, SHI
NIP. 198402092011011004 NIP. 197911022005012004

Anda mungkin juga menyukai