Anda di halaman 1dari 3

Nama : Milla fidyatul ifadah

Npm : 22001013044

Prodi : PGMI B

Soal

1. Apa kriteria ibadah yang sah dan diterima Allah SWT?

2. Mengapa kita perlu beribadah? Tunjukkan ayat maupun hadis yang mendukung jawaban
saudara/i!

3. Apa fungsi niat dalam ibadah? Di mana letak/tempat niat? Bagaimana hukum mengucapkan niat
di kalangan para ulama?

4. Jelaskan perbedaan pendapat di kalangan ulama seputar kedudukan/status air musta ’mal berikut
hujjah masing-masing!

5. Bagaimana sejarah timbulnya qunut? Mengapa terjadi perbedaan seputar qunut subuh? Serta
bagaimana kita menyikapi perbedaan tersebut?

Jawab

1. a) Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan iman kepada Allah. Hal ini mengandung
pengertian bahwa setiap seseorang melaksanakan ibadah harus diyakini bahwa itu merupakan perintah
Allah atau merupakan anjuran Allah.

b) Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ilmu, artinya kita mengetahui dan memahami
bahwa ibadah yang kita lakukan itu benar-benar sesuai dengan syari’at ajaran Islam dan merupakan
tuntunan Nabi Muhammad saw, karena angtara iman dan ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.

c) Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ikhlas, artinya apapun bentuk ibadah dan
pekerjaan yang kita lakukan harus ikhlas semata karena Allah swt. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari sifat riya’ yang dapat merusak amal ibadah seseorang.
2. Fiman Allah dalam (QS. Aż-Źȃriyȃt (51): 56)

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ن‬ ُ ‫ِ َو َما خَ لَ ْق‬

Artinya: Dan aku tidak menciptakan Jin dan Manusia, melain- kan agar mereka beribadah kepadaku
(menyembahku) .
Dapat dipahami, bahwa Jin dan manusia diciptakan untuk beribadah, maka yang menarik untuk
dipahami adalah apakah tujuan beribadah itu?

Tujuan pokok beribadah adalah:

Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan niat dalam setiap keadaan,
agar mencapai derajat yang lebih tinggi (mencapai taqwa).
Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar;
Artinya, manusia itu tidak terlepas dari disuruh dan dilarang, mengerjakan perintah dan menjauhi
larangan, maka berlakulah pahala dan siksa, itulah inti dari ibadah

3. Niat berfungsi menjadikan suatu perbuatan menjadi wajib dan sunah. Niat juga bisa menjadikan suatu
perbuatan dinilai biasa atau berpahala. Tempat niat sendiri ialah di dalam hati dan menurut jumhur
(mayoritas) ulama, niat itu wajib dalam ibadah. Niat merupakan syarat sah suatu ibadah. Sedangkan,
dalam masalah muamalah dan adat kebiasaan, jika bermaksud untuk mendapatkan keridhaan dan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, diharuskan memakai niat.

4. 1 )Ulama Hanafiyah

Menurut mazhab ini, yang menjadi musta’mal adalah air yang membasahi tubuh saja, bukan air yang
tersisa di dalam wadah. Air musta’mal yang dimaksud adalah air yang telah digunakan untuk
mengangkat hadas atau untuk qurban. Sedangkan, air dalam wadah, menurut mazhab ini, bukan lah
musta’mal. sebab,air tersebut dinilai suci, namun tidak bisa mensucikan.

2. )Ulama Malikiyah

musta’mal yang dimaksud mazhab ini adalah air yang telah digunakan untuk mengangkat hadas baik
wudhu ataupun mandi. Pendapat mereka pun sama dengan ulama Hanafiyah, bahwa yang menjadi
musta’mal adalah air yang membasahi tubuh saja, atau yang menetes dari tubuh. Namun, mazhab ini
berpendapat, air musta’mal ini suci dan mensucikan. Artinya, bisa digunakan untuk wudhu atau mandi.
3. )Ulama Syafi’iyah

Air musta’mal menurut mazhab ini adalah air yang sedikit yang telah digunakan untuk mengangkat
hadas dalam fardhu taharah dari hadas. Air itu jadimusta’mal bilajumlahnya sedikit yang diciduk dengan
niat untuk wudhu atau mandi. Namun, bila niatnya bukan untuk bersuci, maka dianggap tidak
musta’mal. Jadi, air musta’mal menurut mazhab ini, suci tapi tidakmensucikan.

4.)Ulama Hanabilah

Air musta’mal menurut mazhab ini adalah air yang telah digunakan untukbersuci dari hadas kecil atau
hadas besar atau untukmenghilangkan najis pada pencucian yang terakhir dari 7 kali pencucian. Dan, air
itu tidak mengalami perubahan warna, rasa ataupun aroma. Namun, jika air itu digunakan untuk
mencuci sesuatu bukan dalam kerangka ibadah, maka tidak dikenai musta’mal.

5. Menurut sejarah, qunut nazilah pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pasca tragedi Bir
Ma’unah pada bulan Shafar ke-4 Hijriyah, di mana 70 sahabat pilihan Nabi yang merupakan para qurra`
(ahli membaca Al-Qur`an, yakni ulama) dibantai dengan hanya menyisakan satu orang saja. Penyebab
perbedaan qunut yang paling mencolok adalah beda pemahaman hadits dan cara qiyas, sebagaimana
disebutkan Imam Ibnu Rusyd dalam Bidyatul Mujtahid wa Nihyatul Muqtashid. Bagi kalangan mazhab
Abu Hanifah, qunut hanya dilakukan kala shalat witir. Cara menyikapinya yaitu dengan mengikuti
kepercayaan kita masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai