Anda di halaman 1dari 18

NAMA : ISTI PUTRI WULANDARI

NIM 2100012120

KELAS : C AKUNTANSI

SOAL 1

A. Pengertian Fiqih Ibadah

Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang berkaitan
dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci.
Mukalaf adalah orang yang layak dibebani dengan kewajiban. Ushul fiqih adalah kaidah. Kaidah
dijadikan sarana untuk mengistimbatkan (mengeluarkan) hukum islam dari dalil-dalil yang terinci.

Seseorang dianggap mukalaf setidaknya ada dua ukuran yaitu :

1. Aqil

Cirinya adalah seseorang sudah dapat membedakan antara baik dan butuk dan antara benar dan
salah.

2. Baligh

Cirinya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis, untuk laki-laki sudah pernah ikhtilam (mimpi
basah), sedangkan perempuan sudah haid.

Dalil Pabrik Hukum Fiqih

usul fiqih wajib

Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at ()‫( ;الطاعة‬2) tunduk ()‫( ;الخضوع‬3) hina
(ّ‫ ;)الذل‬dan (‫ )التنسك‬pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan
pengabdian kepada Allah.

Pembagian fiqih

 Fiqih ibadah, seperti : sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.


 Fiqih mu’amalah : perniagaan, perbankan, waris.

Pembagian ibadah

Ibadah dibagi menjadi dua, ibadah khas, dan ibadah amm.

 Ibadah khas sama dengan ibadah mahdhah, artinya tuntunannya sudah jelas didalam al-
qur’an dan as-sunnah.
Seperti : zakat, shalat, puasa, haji, waris, dan sebagainya.
 Ibadah amm disebut juga ibadah gairu mahdhah, artinya semua perbuatan selain diatas yg
diniatkan lillahi ta’ala sehingga bernilai ibnadah,
Contohnya : menuntut ilmu, bersih-bersih, tidur, makan, dan sebagainya.
1. Dasar Fiqih Ibadah

Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah yakni al-Qur’an dan as-Sunnah al-Maqbulah. As-Sunnah Al-Maqbulah
artinya sunnah yang dapat diterima. Dalam kajian hadis sunnah al-Maqbulah dibagi menjadi dua,
Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Hal ini disandarkan pada hadis berikut;

ّ‫سنَّةّنبِ ِي ِه‬
ُ ‫َّّللاِّو‬ َّ ‫ضلُّواّماّتم‬
َّ ‫س ْكت ُ ْمّبِ ِّهماّكِتاب‬ ِ ‫ىَّّللاُّعل ْيهِّوسلَّمّقالّتر ْكتُ ّفِي ُك ْمّأ ْمري ِْنّل ْنّت‬
َّ َّ‫َّّللاِّصل‬ ُ ‫أّ َّنّر‬
َّ ‫سول‬
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku meninggalkan untukmu dua perkara, kamu tidak akan tersesat
jika berpegang pada keduanya, yakni: Kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunah Nabi.

B. Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdhah

Menurut bahasa, mahdhah memiliki arti 'murni' atau 'tak bercampur'. Sedangkan ghairu mahdhah
memiliki arti 'tidak murni' atau 'bercampur dengan yang lain'.

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang selama ini kita kenal, antara lain seperti sholat, puasa, zakat, dan
haji. Bahkan banyak kaum muslimin menganggap bahwa ibadah mereka adalah ibadah yang masuk ke
dalam kelompok ibadah mahdhah.

Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh Allah SWT, yang dalam
pelaksanaannya dilandaskan dengan niat untuk mencari ridha dan pahala dari Allah SWT. Dan jika
tidak berdasarkan niat karena Allah SWT, maka amalannya tetap sah, hanya saja tidak ada nilai pahala
dalam pengerjaannya.

Oleh karena itu, ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah juga dikenal dengan sebutan ad-diin
(urusan agama) untuk ibadah mahdhah, dan ad-dunya (urusan duniawi) sebagai sebutan ibadah
ghairu mahdhah.

Ciri-Ciri Ibadah mahdhah dan Ghairu Mahdhah :

Ibadah mahdhah

Ibadah mahdha adalah ibadah yang murni ibadah. Ibadah mahdhah memiliki tiga ciri, yaitu:

 Ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah di mana
penetapannya berasal dari dalil syariat. Jadi, semua perkataan atau ucapan dalam ibadah
mahdhah tidaklah bernilai kecuali ibadah.
 Ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya, yaitu dalam
rangka meraih pahala di akhirat.
 Ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya, yaitu dalam
rangka meraih pahala di akhirat.

Contoh sederhana dari ibadah mahdhah adalah sholat yang biasa kita kerjakan. Sholat termasuk ke
dalam ibadah mahdhah karena memang ada perintah atau dalil khusus tentan pelaksanaan ibadah ini.
Oleh karena itu, sholat memang sejak awal adalah aktivitas yang diperintahkan.

Ibadah Ghairu Mahdhah

Jika ibadah mahdhah adalah ibadah murni, maka ibadah ghairu mahdhah sebaliknya, adalah ibadah
yang tidak murni. Ciri pada ibadah ghairu mahdhah juga berkebalikan dari ibadah mahdhah, di mana
cirinya adalah:

 Ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya, yaitu dalam
rangka meraih pahala di akhirat.
 Perkataan atau perbuatan dalam ibadah ghairu mahdhah asalnya bukanlah ibadah. Akan
tetapi, statusnya dapat merubah menjadi ibadah jika melihat dan menimbang niat orang yang
melaksanakannya.
 Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan bahkan sudah dikenal meskipun tidak ada wahyu
dari para rasul.

Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah ketika kita makan. Seperti yang kita tahu,
makan bukanlah ibadah khusus, dan bahkan menjadi kebutuhan kita sehari-hari.

Kita bisa makan kapan saja, baik ketika lapar atau pun tidak. Apa yang dimakan pun bisa makanan apa
saja, kecuali yang sudah diharamkan.

C. Definisi Thaharah dan Ruang Lingkupnya

Pengertian thaharah

Secara bahasa thaharah artinya membersihkan kotoran, baik kotoran yg berwujud maupun yg tak
berwujud. Kemudian secara istilah, thaharah artinya menghilangkan hadas, najis, dan kotoran (dan
tubuh, yg menyebabkan tidak sah nya ibadah lainnya). Menggunakan air attau tanah yg bersih.

Macam-Macam Alat Thaharah

Air yg dapat digunakan untuk bersuci adalah air mutlak yaitu air yg suci dan mensucikan, yaitu air :

1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air danau/telaga
6. Air salju
7. Air embun

- Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yg halal untuk diminum tapi tidak dapat
digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.

- Air musyammas yaitu air yg terjemur oleh matahari dalam berjana selain emas dan perak. Air ini
makruh digunakan untuk bersuci.

- Air mustakmal yaitu air yg telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh digunakan untuk bersuci
walaupun tidak berubah rasa, bau, maupun warnanya.

- Air mustanajis yaitu air yg sudah terkena najis, baik yg sudah berubah rasa, warna dan baunya
maupun yg tidak berubah dalam jumlah yg sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter menurut
ulama kontemporer)

Cara-Cara Thaharah

Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi junub atau
mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan bertayamum. Dan bisa
juga menggunakan air, tanah, batu dan kayu (tissue atau kertas itu masuk kategori kayu) yaitu dengan
beristinja.
Cara-Cara Thaharah menurut pembagian najisnya :

1. Najis ringan (najis mukhafafah)

Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan apapun
kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan najis ini cukup
dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.

2. Najis sedang (najis mutawassitah)

Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara membersihkannya
cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis tersebut hilang (baik rasa, bau
dan warnanya).

3. Najis berat (najis mughalazah)

Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti (qat’i) .
yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang najisnya terlebih
dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan tanah atau
batu

Ruang Lingkup Thaharah

Yaitu keharusan bersuci, bersuci dengan air, wadah air, bersuci dari najis, adab istinja', bersuci dari
hadats, tata cara wudhu, menyapu khuf, pembalut dan perban, hukum dan ragam mandi, dan
tayamum.

SOAL 2

A. Tayamum

Pengertian Tayamum Tayamum secara bahasa berarti menyengaja.71 secara istilah fiqih
mendefenisikan dengan menyampaikan tanah ke muka dan dua tangan sebagai ganti dari wudlu dan
mandi dengan syaratsyarat yang tertentu. Sedangkan menurut Sayyid Sabiq tayamum adalah
menyengaja tanah untuk mengapus muka dan kedua tangan dengan maksud dapat melakukan shalat
dan lain-lain.

Tata Cara (Kaifiyah) Tayamum Tata cara melaksanakan tayamum adalah sebagai berikut :

1. Niat ikhlas dan membaca “Basmalah”


2. Meletakkan kedua telapak tangan ke tanah (tempat yang mengandung unsur tanah/debu
yang suci)
3. Meniup kedua telapak tangan
4. Mengusap muka dengan kedua telapak tangan dan punggung telapak tangan kanan dengan
telapak tangan kiri dan begitu sebaliknya satu kali

B. Wudhu

Pengertian Wudlu Wudlu menurut bahasa (etimologi) berarti bersih, bagus dan elok. Sedangkan
menurut istilah (terminologi) adalah menghilangkan hadats kecil dengan cara menggunakan air yang
suci pada anggota wudlu. Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat (orang yang akan sholat,
diwajibkan berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu salatnya tidak sah.
Tata Cara (Kaifiyah) Berwudlu Adapun tatacara berwudlu adalah sebagai berikut :

1. Membaca “Bismillahirrahmanirrahim”
2. Mengikhlaskan niat karena Allah
3. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali
4. Menggosok gigi
5. Menghisap air dari telapak tangan sebelah, berkumur-kumur dan menyemburkannya tiga kali.
Dan menyempurnakan dalam menghisap dan berkumur selama tidak dalam keadaan
berpuasa
6. Membasuh muka tiga kali dengan menggosok-gosokkannya, mengusap kedua sudut mata dan
melebihkan dalam membasuhnya
7. Menyela-nyelai jenggot (kalau ada)
8. Membasuh kedua tangan sampai kedua sikut tiga kali-tiga kali, dengan mendahulukan tangan
kanan, menggosok-gosoknya dan menyela-nyelai jari tangn serta melebihkannya
9. Mengusap kepala satu kali dengan cara menjalankan kedua telapak tangan dimulai dari ujung
kepala hingga tengkuk dan mengem balikannya pada posisi semula, serta mengusap kedua
telinga, bagian dalam dengan telunjuk dan telinga bagian dalam (daun telinga) dengan ibu jari
10. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki sebanyak tiga kali-tiga kali dengan
mendahulukan kaki kanan, menggosok-gosoknya dan menyela-nyelai jari kai serta melebihkan
dalam membasuhnya
11. Membaca doa

C. Mandi Wajib

Pengertian Secara bahasa al-ghuslu menuangkan air ke seluruh tubuh. Sedangkan secara istilah al-
ghuslu adalah memakai air yang suci pada seluruh badan dengan tata cara tertentu dengan syarat-
syarat dan rukun-rukunnya. Mandi wajib juga sering disebut dengan janabah yang berarti jauh.

Tata Cara (Kaifiyah) Mandi Wajib

1. Dengan niyat Ikhlas Karena Allah


2. Membasuh kedua tangan
3. Membersihkan kemaluan dengan tangan kiri, dan menggosokkan tangan pada tanah atau
sejenisnya
4. Berwudlu seperti berwudlu untuk salat
5. Kemudian menuangkan air ke atas kepala dengan memakai wangi-wangian, memasukkan jari-
jari tangan pada pokok (pangkal) rambut menggosok-gosoknya, meratakan seluruh badan
dimulai dari sisi kanan kemudian sisi kiri dengan digosok, dan menuangkan air sampai merata
tiga kali
6. Melepaskan ikatan rambut atau cukup menyiramnya
7. Membasuh kedua kaki masing-masing tiga kali dengan mendahulukan kaki kanan
8. Tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan air
SOAL 3

A. Tata Cara Sholat Fardhu

1. Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan sholat

2. Takbiratul ihram

Mengangkat kedua belah tangan serta membaca Allahu Akbar (takbiratul ihram)

3. Setelah takbiratul ihram

Kedua belah tangan disekapkan pada dada kemudian baca doa iftitah.

Bacaan Doa Iftitah

“Allahu akbar kabiro wal-hamdulillahi katsiro wa subhanallahi burotan wa ashila inni wajahtu wajhiya
lilladzi fatharassamawaaati wal-ardho hanifan musliman wa maa ana minal-musyrikin. Inna sholati wa
nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil-alamin. La syarikallahu wa bidzaalila umirtu wa ana minal-
muslimin.”

4. Surat Al Fatihah

Selesai membaca doa iftitah membaca Surah Al Fatihah.

5. Membaca surah-surah pendek

Selesai membaca Al Fatihah pada rakaat yang pertama dan kedua bagi orang yang sholat sendirian
atau imam, disunahkan membaca surah atau ayat Alquran.

6. Rukuk

Selesai membaca surah, lalu mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga seraya membaca Allahu
Akbar kemudian rukuk (badan membungkuk, kedua tangan memegang lutut dan ditekankan antara
punggung dan kepala agar rata). Setelah gerakannya sempurna maka bacalah tasbih, “Subhana
rabbiyal azhimi wa bihamdih (3x).”

7. I'tidal

Selesai rukuk, kemudian bangkit tegak dengan mengangkat kedua belah tangan setentang telinga,
seraya membaca, “Samiallahu liman hamidah.”

Pada waktu berdiri tegak (i'tidal) terus membaca, “Robbana lakal-hamdu mil-ussamawaati wa mil-ul
ardhi wa mil-u ma syi'ta min syai'in ba'du.”

8. Sujud

Adapun gerakan sujud adalah tersungkur ke bumi dengan meletakkan dahi ke bumi dan ketika turun
seraya membaca Allahu Akbar, dan setelah sujud membaca tasbih berikut, “Subhana rabbiyal a'la wa
bihamdih.”

9. Duduk antara dua sujud

Setelah sujud kemudian duduk serta membaca, Allahu Akbar. Dan setelah duduk membaca,
“Robbighfirli warhamni wajburi warfa'ni warzuqniy wahdini wa ‘afini wa'fu anniy.”
10. Sujud kedua

Sujud kedua, ketiga, dan keempat dikerjakan sepeerti pada waktu sujud pertama, baik caranya
maupun bacaannya.

11. Duduk tasyahud/tahiyat awal

Pada rakaat kedua, jika sholat tiga rakaat atau empat rakaat, maka ada rakaat kedua ini kita duduk
untuk membaca tasyahud/tahiyat awal dengan duduk kaki kanan tegak dan telapak kaki kiri diduduki.

12. Tasyahud akhir

Bacaan tasyahud akhir/tahiyat akhir ialah seperti tahiyat awal yang ditambah dengan shalawat atas
keluarga Nabi Muhammad SAW dan lafalnya sebagai berikut, “Wa ala ali sayyidina Muhammad.”

Dan cara duduk pada tahiyat akhir adalah bokong langsung ke tanah dan kaki kiri dimasukkan ke
bawah kaki kanan, kemudian jari-jari kaki kanan tetap menekan ke tanah.

Pada tahiyat akhir disunahkan membaca shalawat Ibrahimiyah, “Kama sholaita ala sayyidina Ibrahim
wa ala ali sayyidina Ibrahim wa barik ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad. Kama
barakta ala sayyidina ibrahim wa ala ali sayyidina ibrahim, fil alamina innaka hamidun majid.”

13. Salam

Selesai tahiyat akhir kemudian membaca salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri sambil
membaca, “Assalamualaikum warahmatullahi.”

B. Tata Cara Sholat Jenazah

1. Diperkenankan menshalatkan di dalam masjid

2. Niat ikhlas karena Allah

3. Shalat berjama’ah (diutamakan dengan tiga baris (shaf)

4. Imam berdiri pada arah kepala mayat (jenazah) pria dan pada arah tengah (lambung) mayat
(jenazah) wanita

5. Bertakbir dengan mengangkat tangan pada setiap kali takbir

a. Takbir pertama membaca al Fatihah dan Shalawat


b. Takbir kedua berdo’a bagi jenazah.
c. Takbir ketiga berdo’a bagi mayit dengan ikhlas
d. Takbir keempat membaca salam seperti salam dalam shalat

Shalat jenazah bisa juga dilakukan dengan cara lain yaitu; setelah takbir yang pertama membaca Al-
Fatihah, setelah takbir kedua membaca Shalawat, setelah takbir yang ketiga dan keempat membaca
do’a lalu Salam sebagaimana bacaan salam dalam shalat.

Cara Pertama Shalat Jenazah

1. Bertakbir, setelah takbir yang pertama membaca al Fatihah Dan Shalawat


2. Lalu membaca
“Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shallaita ‘alaa Ibraahiim wa
aali Ibraahiim wa baarik ‘alaa Muhammad wa’alaa aali Muhammad kamaa baarakta ‘alaa
Ibraahiim wa aali Ibraahiim innaka hamiidum majiid.”
3. Bertakbir, pada takbir yang kedua membaca Do’a
“Allahummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu
waghsilhu bima’in wa tsaljin wa barad wa naqqihi minal khathaayaayaa kamaa yunaqats tsaubul
abyadlu minaddanas wa abdilhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan
khairan min zaujihi waqqihi fitnatal qabri wa ‘adzaabah.”
4. Bertakbir, pada takbir yang ketiga membaca do’a
“Allahummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa wa syaahidinaa wa ghaa›ibinaa wa shagiirinaa wa
kabiirinaa wa dzakarinaa wa untsaanaa. Allahumma man ahyaitahu minnaa fa ahyihihi ‹alal islaam
wa man tawaffahu minnaa fatawaffahuu alal iimaan. Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa
tudlillanaa ba›dahu.”
5. Bertakbir, setelah takbir yang keempat membaca salam

C. Tata Cara Salat Gerhana

Salat gerhana dilaksanakan secara berjamaah, tanpa adzan dan iqamah. Dilaksanakan dua rakaat,
pada setiap rakaat melakukan rukuk, qiyam dan sujud dua kali. Salat gerhana boleh dilakukan di tanah
lapang ataupun di masjid. Urutan tata cara salat gerhana adalah sebagai berikut:

1. Imam menyerukan as-salatu jami’ah.


2. Takbiratulihram.
3. Membaca doa iftitah.
4. Membaca taawuz, basmalah lalu membaca surah al-Fatihah dan surah panjang* dengan jahar.
5. Rukuk, dengan membaca tasbih yang lama.
6. Mengangkat kepala dengan membaca sami‘allahu li man hamidah, makmum membaca rabbana
wa lakal-hamd.
7. Berdiri tegak, lalu membaca al-Fatihah dan surah panjang tetapi lebih pendek dari yang pertama.
8. Rukuk, sambil membaca tasbih yang lama tetapi lebih singkat dari yang pertama.
9. Bangkit dari rukuk dengan membaca sami‘allahu li man hamidah, rabbana wa lakal-hamd.
10. Sujud.
11. Duduk di antara dua sujud.
12. Sujud.
13. Bangkit dari sujud, berdiri tegak mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama tanpa
membaca doa iftitah.
14. Salam.
15. Setelah salat, imam berdiri menyampaikan khutbah satu kali yang berisi nasihat serta peringatan
terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah serta mengajak memperbanyak istigfar, sedekah dan
berbagai amal kebajikan.
SOAL 4

shalat
sunnah

shalat shalat
berjamaah munfarid

shalat shalat shalat ghairu


rawatib muakad muakad

 Salat berjemaah (Arab: ‫ صالةّالجماعة‬Sholatul jama'ah) merujuk pada aktivitas salat yang dilakukan
secara bersama-sama. Salat ini dilakukan oleh minimal dua orang dengan salah seorang menjadi
imam (pemimpin) dan yang lainnya menjadi makmum.
 Salat munfarid adalah salat yang dikerjakan dengan cara sendirinya, baik mengerjakan salat fardu
maupun salat sunnah.
 Salat Rawatib adalah salat sunah yang dilakukan sebelum atau sesudah salat lima waktu. Salat
yang dilakukan sebelumnya disebut salat qabliyah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut
salat ba'diyah. Salat sunah rawatib ini terbagi dua bagian, yaitu sunah muakkad dan sunah ghairu
muakkad.
 Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati
wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witr dan salat sunah thawaf.
 Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat
sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti
salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

SOAL 5

A. 1. Puasa Nazar

Secara bahasa, nazar adalah aujaba yang artinya mewajibkan. Oleh karena itu, ketika seseorang
bernazar untuk puasa, berarti dia telah mewajibkan puasa tersebut atas dirinya. Puasa nazar wajib
dilakukan apabila seseorang bernazar (berjanji) untuk melakukan puasa, baik satu hari atau satu bulan.
Sebagai contoh, seseorang berjanji sengan mengatakan, "Apabila aku berhasil dalam ujian, maka aku
akan melaksanakan puasa."

2. Puasa Kifarat

Secara bahasa kafarat artinya mengganti, menutupi, membayar, dan memperbaiki. Kafarat harus
dilaksanakan oleh sesesorang yang telah melakukan kemaksiatan yang mengharuskannya membayar
kafarat. Di antara contoh kemaksiatan tersebut antara lain membunuh karena kesalahan,
membatalkan sumpahh, membatalkan puasa Ramadhan karena melakukan hubungan suami istri pada
siang hari, dan zihar (menganggap istri seperti ibunya).
3. Puasa Ramadhan

Puasa ramadhan adalah puasa yang dijalankan selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan.

4. Puasa Qadha Ramadhan

Menurut bahasa, qadha artinya memenuhi, melaksanakan, membayar, atau melunasi. Terkait puas,
qadha berarti mengganti kekurangan hari dalam puasa wajib di bulan Ramadhan ketika seseorang
tidak bisa melakukannya dengan sempurna karena ada halangan atau uzur yang diperbolehkan oleh
syara'. Seperti sakit dan bepergian. Sebagaimana Dia berfirman:

"Barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib
mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.”

Hukum bagi seseorang yg meninggalkan puasa ramadhan tanpa alasan syar’i?

Membatalkan puasa di bulan Ramadan pada siang hari tanpa ada alasan yang dibenarkan termasuk
dosa besar, dengan demikian maka orang tersebut dianggap fasik, dan diwajibkan baginya untuk
bertaubat kepada Allah dan mengganti sejumlah hari yang ditinggalkannya.

Jelaskan siapa saja yg diperkenankan untuk tidak menunaikan puasa sesuai aturan syariat?

1. Anak Kecil

Yang dimaksud sebagai anak kecil adalah mereka yang belum baligh. Adapun baligh memiliki tiga
tanda, yaitu keluar mani, keluar darah haid bagi anak perempuan, serta jika tidak keluar mani dan
tidak haid ditunggu hingga umur 15 tahun.

2. Hilang Akal Sehat

Orang yang hilang akal sehatnya, atau gila, tidak wajib berpuasa. Bahkan seandainya pun ia berpuasa,
maka ibadahnya itu disebut tidak sah.

3. Orang Sakit

Umat Muslim yang dalam kondisi sakit diperbolehkan meninggalkan puasa. Namun, ada beberapa
ketentuan dalam golongan ini terkait puasa. Jika sakit berat dan puasa menambah penyakit yang di
derita, maka boleh meninggalkan puasa.

4. Orang tua atau lansia yang lemah

Orang tua atau lanjut usia (lansia) yang dalam kondisi lemah diperkenankan untuk tidak berpuasa.
Tidak ada batasan umur untuk kategori ini. Selama dirasa puasa akan memberatkan bahkan sampai
membahayakan, maka diperbolehkan tidak puasa dan mengganti dengan fidyah.

5. Musafir

Orang yang sedang bepergian masuk dalam golongan yang dibolehkan tidak puasa Ramadhan. Adapun
ketentuan musafir ini ada dua, yaitu tempat yang dituju dari tempat tinggal lebih dari 84 kilometer
dan saat Subuh sudah harus keluar dari wilayah tempat tinggalnya, minimal batas kecamatan.

6. Ibu Hamil

Seorang ibu yang sedang hamil dan mengkhawatirkan kondisi kesehatannya serta janin atau bayinya,
diizinkan tidak berpuasa dan menggantinya dengan fidyah atau mengqadha.
7. Ibu menyusui

Selain ibu yang sedang hamil, seorang wanita yang sedang menyusui juga masuk golongan tidak puasa.
Ketentuan ini berlaku jika ia khawatir dengan keselamatan dirinya dan kondisi bayi yang masih di
bawah umur dua tahun. Ibu yang khawatir anaknya kekurangan Air Susu Ibu (ASI) boleh tidak berpuasa
dan menggantinya dengan qadha atau fidyah.

8. Haid

Wanita Muslim yang sedang haid tidak diwajibkan puasa Ramadhan. Dalam waktu ini, perempuan bisa
menambah pahala selain puasa dengan zikir, berdoa dan kegiatan positif lainnya. Nantinya, ia harus
mengganti puasa yang ditinggalkan setelah Ramadhan berakhir.

9. Nifas

Perempuan yang baru saja melahirkan dan sedang dalam masa nifas diperbolehkan tidak puasa.
Jikapun ia berpuasa, maka puasanya itu tidak sah bahkan dianggap haram. Ia dapat mengganti puasa
yang ditinggalkan dengan mengqadha.

SOAL 6

Pengertian zakat terbagi atas dua yaitu pengertian zakat menurut bahasa dan pengertian zakat
menurut istilah. Pengertian zakat menurut bahasa adalah membersihkan diri atau mensucikan diri.
Sedangkan pengertian zakat menurut istilah adalah ukuran harta tertentu yang wajib dikeluarkan
kepada orang yang membutuhkan atau yang berhak menerima dengan beberapa syarat sesuai dengan
syariat islam.

Hukum Membayar Zakat Fitrah

Membayar zakat fitrah atau zakat fitri adalah hukumnya wajib ain yang artinya wajib bagi umat muslim
laki-laki, perempuan, tua atau muda.

Rukun-Rukun Zakat Fitrah

 Niat untuk menunaikan zakat fitrah dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT.
 Terdapat pemberi zakat fitrah atau musakki.
 Terdapat penerima zakat fitrah atau mustahik.
 Terdapat makanan pokok yang dizakatkan.
 Besar zakat fitrah yang dikeluarkan sesuai agama Islam.

undang-undang
zakat
zakat fitrah
ketentuan islam
hikmah zakat
tentang zakat
zakat mal
SABILILLAH

FAKIR
GHORIM
MISKIN

MUSTAHIK
ZAKAT

RIQOB AMIL

MUALAFf

SOAL 7

Dalam memilih pasangan hidup, setiap orang memiliki kriteria tertentu dan tidak bisa dilakukan
sembarangan. Ketika memilih pasangan hidup, kadang seseorang membutuhkan waktu lama karena
susah mendapatkan orang yang sesuai kriteria. Tapi Rasulullah SAW menganjurkan hendaknya
mempertimbangkan 4 kriteria dalam memilih pasangan hidup untuk dinikahi. Sesuai ajaran Islam,
pernikahan adalah sebuah ibadah. Ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulallah SAW. Sebab tujuan
nikah sangat mulia, yaitu mendapat keturunan, terhindar dari zina dan menenangkan hati. Menikah
juga merupakan sebuah bentuk ketaatan hamba kepada Allah, karena merupakan sunnah Rasul-Nya.
Karena itu, sebelum menikah perlu mempertimbangkan sebaik mungkin berbagai aspek, termasuk
dalam memilih pasangan hidup. Banyak orang yang menikah hanya mengikuti hawa nafsunya. Tidak
berdasarkan ilmu untuk mencari pasangan. Sehingga pada perjalanan pernikahan, memiliki banyak
masalah dan menyesal menikah dengan pilihannya itu. Maka Islam, sebagai agama yang penuh kasih
sayang dan kedamaian memberikan resep untuk memilih calon istri atau suami.

Berdasarkan hadis Rasulalllah SAW yang berbunyi:

‫ّفظفرّبذاتّالدينّتربتّيداك‬،‫تنكحّالمرأةّالربع؛ّلمالهاّولحسبهاّوجمالهاّولدينها‬
Artinya:

"Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena
parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya
(keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi." (HR Bukhari dan Muslim).
Penjelasan mengenai masing-masing kriteria yang disebutkan dalam hadis tersebut :

1. Harta atau Kekayaan

Kekayaan berupa materi memang sangat menarik untuk dijadikan alasan memilih pasangan. Bukan
karena menganggap bahwa harta adalah segalanya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa harta sangat
penting untuk kehidupan. Jika memiliki harta setidaknya semua kebutuhan dapat terpenuhi. Dengan
alasan itu, maka salah satu ciri pasangan yang dianjurkan adalah karena hartanya. harta di sini
maksudnya adalah pasangan yang mampu menjaga dan mengelola harta pasangannya dengan baik.
Meskipun hartanya sedikit, tapi dengan pengelolaannya, mampu menjaga keseimbangan pemasukan
dan pengeluaran rumah tangga.

2. Nasab atau Keturunan

Islam menganjurkan penganutnya untuk memiliki keturunan yang baik. Karena itu, sangat penting
memperhatikan nasab atau keturunan pasangan. Harus diketahui bebet dan bobot keturunan
pasangan. Sehingga dengan hal tersebut, memungkinkan untuk mendapatkan keturunan yang baik.

3. Paras (Kecantikan atau Ketampanan)

Memiliki kriteria pasangan yang cantik atau tampan bukanlah suatu kesalahan. Karena memang
anjuran dari Rasulalllah SAW, disebabkan seseorang yang memiliki paras yang bagus, tentu saja akan
memberikan ketenangan kepada padangannya. Dengan memiliki pasangan yang cantik atau tampan,
akan menghilangkan kesusahan ketika memandangnya. Kecantikan atau ketampanan memiliki
setandar masing-masing dari pribadi seseorang. Maka tidak heran, jika memandang seseorang yang
dianggap cantik atau tampan. Banyak orang yang mengatakan sebalaiknya. Untuk disadari, bahwa
paras itu sifatnya sementara, lambat laun paras yang cantik atau tampan akan memudar. Semakin tua
pasangan, maka parasnya pun akan berubah seiring berjalannya waktu.

4. Agamanya

Ini adalah hal yang paling penting dalam kriteria memilih pasangan menurut Nabi. Jika pasangan
dengan harta, keturunan dan paras yang baik tidak didapatkan, maka carilah pasangan yang baik
agamanya, karena memang inilah yang paling penting dari yang lainnya. Carilah yang selalu
memperhatikan agama dan taat beribadah. Sebab, harta, keturunan dan paras pun tidak menjadi
jaminan utama kebahagiaan. Namun agama bisa menjadi pedoman yang kokoh dan petunjuk untuk
menggapai kebahagiaan, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.

SOAL 8

Pinangan (Khitbah)

1. Pengertian Pinangan (Khitbah) Menurut bahasa, meminang atau melamar artinya antara lain adalah
meminta wanita dijadikan istri (bagi diri sendiri atau orang lain). Menurut istilah, peminangan ialah
kegiatan atau upaya kearah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang
wanita. Atau, seorang laki-laki meminta kepada seorang perempuan untuk menjadi istrinya, dengan
cara-cara yang umum berlaku ditengah-tengah masyarakat. Ditinjau dari akar kata ini, khitbah berarti
pembicaraan yang berkaitan dengan lamaran atau permintaan untuk nikah.Peminangan merupakan
pendahuluan perkawinan, disyari’atkan sebelum ada ikatan suami istri.
Hal yang diperhatikan sebelum khitbah

1. Mengerti dan Pernah Bertemu atau Melihat Calon Mempelai Perempuan

2. Calon Mempelai Perempuan Sedang Tidak Di Dalam Proses Khitbah Dengan Laki-laki Lain

3. Pihak Perempuan Diperbolehkan Menerima Maupun Menolak Laki-laki yang Melamarnya

4. Tidak Diizinkan Melamar Perempuan yang Sedang Berada di Dalam Masa Iddah

5. Memilih Pasangan yang Sesuai Dengan Ajaran Rasulullah

Dasar Hukum Khitbah

Islam tak hanya mengatur soal pernikahan saja, tapi juga tentang khitbah. Di dalam Al Quran, Allah
SWT berfirman: “Tidak ada dosa bagi siapapun yang meminang perempuan-perempuan itu dengan
cara bersembunyi atau hanya dengan sebuah keinginan di dalam hati untuk mengawini mereka dalam
hatimu. Allah memahami bahwa kamu akan menyebutkan nama mereka, oleh karena itu janganlah
kamu menyebutkan janji kawin dengan para perempuan secara rahasia, kecuali hanya sekadar
mengucapkan (kepada mereka) sebuah perkataan yang makruf. Dan jangan juga kamu bertetap hati
atau berazam untuk berakad nikah, sebelum perempuan tersebut habis masa iddahnya. Dan
ketahuilah bahwa Allah SWT mengetahui semua yang ada di dalam hatimu, maka takutlah kepada-
Nya dan perlu kamu ketahui bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Penyantun.(QS Al-
Baqarah: 235).

Di dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Nabi Muhammad SAW melarang seseorang untuk
membeli barang yang sedang dibeli atau ditawar oleh saudaranya, dan Rasulullah juga melarang
seseorang meminang seorang perempuan yang sudah dipinang hingga orang yang meminangnya
meninggalkan perempuan tersebut atau mengizinkannya.

Tata Cara Khitbah

1. Mengetahui dan Melihat Calon Istri

Walaupun tidak sebuah kewajiban, tapi hal ini sangat disarankan sebelum kamu melakukan proses
khitbah. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari fitnah dan juga keraguan dari pihak laki-laki.
Melihat disini berarti menilai bagaimana perempuan yang akan di khitbah dalam pandangan syariat
atau aturan syar’i.

Hal itu juga termasuk ke dalam syarat mustahsinah atau syarat yang menganjurkan pihak laki-laki
untuk mencari tahu lebih dalam tentang perempuan yang akan Ia khitbah. Pihak laki-laki berhak
mengetahui lebih dulu sifat dan karakter dari perempuan yang akan dipinang.

2. Calon Tidak Dalam Proses Dilamar Orang Lain

Sebelum melakukan khitbah, hal yang sangat harus diperhatikan oleh pihak laki-laki yaitu mencari
tahu mengenai status perempuan yang akan dikhitbah. Apakah perempuan tersebut masih dalam
proses dikhitbah dengan laki-laki lain atau tidak. Jangan sampai kamu sudah melakukan proses
khitbah, tapi ternyata perempuan tersebut masih ada di dalam proses khitbah dengan laki-laki lain.

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah seseorang di antara kamu melamar
seseorang yang sedang dilamar saudaranya, hingga pelamar pertama meninggalkan atau
mengizinkannya.” (HR Muttafaq Alaihi).
3. Perempuan Berhak Menolak dan Menerima Khitbah

Calon mempelai perempuan mempunyai hak untuk menerima ataupun menolak pinangan yang
datang kepadanya. Oleh sebab itu, di dalam proses khitbah, pihak laki-laki harus bertanya terlebih
dahulu dan menunggu hingga pihak perempuan memberikan sebuah jawaban. Di sisi lain, pihak laki-
laki maupun perempuan tidak diperbolehkan memberikan sebuah paksaan kepada perempuan yang
akan dipinang.

Sesuai dengan hadist Rasulullah SAW, bersabda: Seorang janda lebih berhak atas dirinya sendiri
dibandingkan dengan walinya. Begitu pula gadis yang berhak atas dirinya sendiri terkait dengan
urusannya. Izinnya adalah diamnya. (Muttafaqun Alaih).

Di dalam agama Islam tidak pernah melarang pembatalan proses khitbah atau lamaran. Hal ini karena
khitbah hanyalah sebuah proses menuju pelaminan saja dan bukan sebuah akad nikah. Walaupun
demikian, perlu adanya kehati-hatian apabila akan membatalkan khitbah. Sebab hal tersebut bisa saja
menyakiti perasaan orang lain.

Apabila pihak laki-laki ingin membatalkan khitbah. Hal tersebut justru tidak dibenarkan untuk
mengambil kembali apa saja yang sudah diberikan kepada pihak perempuan ketika berada di dalam
proses khitbah. Rasulullah SAW bersabda: Tidak menjadi halal bagi seorang muslim yang memberikan
sesuatu kepada orang lain, kemudian Ia memintanya kembali. Kecuali pemberian seorang ayah kepada
anak-anaknya. (HR Ahmad).

Memasuki usia 20 tahun ke atas, banyak dari kita yang pastinya mulai memikirkan tentang jodoh dan
pernikahan. Harapan tentang sebuah pernikahan tentu sangat manusiawi untuk dipikirkan. Sebab,
dari situlah kamu akan mulai mempersiapkan bekal keahlian, ilmu, dan juga materi untuk mewujudkan
hal tersebut.

Di dalam Islam, sebuah proses menuju pernikahan akan melewati tiga tahapan. Pertama adalah
ta’aruf, kemudian khitbah, dan terakhir baru akad nikah. Tren ta’aruf sekarang ini sudah menjadi salah
satu pilihan syar’i untuk memulai sebuah hubungan yang halal. Namun sebelum memulai ta’aruf,
kamu diwajibkan untuk menanyakan seseorang yang telah dipilih dan akan dikhitbah nantinya, apakah
Ia sudah dikhitbah oleh laki-laki lain atau belum.

Pengertian Nikah

Nikah adalah perjanjian perkawinan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan ketentuan hukum
dan ajaran agama. Secara istilah, pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-
laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Dari akad itu juga, muncul hak dan kewajiban yang mesti
dipenuhi masing-masing pasangan. pada dasarnya hukum menikah adalah sunah. Artinya, siapa yang
mengerjakannya mendapatkan pahala, namun tidak berdosa jika meninggalkannya. Demikian juga
hukum sunah tadi dapat menjadi wajib jika seseorang sudah memiliki kelapangan harta dan mampu
memberikan hak dan kewajiban dalam rumah tangga, namun ia meninggalkan ibadah nikah ini tanpa
alasan yang jelas. Malahan, tanpa menikah, ia cenderung akan jatuh ke dalam dosa dan perzinahan.
Dalam kondisi ini, maka seorang muslim lebih utama untuk menikah dan hukumnya menjadi wajib.

Tujuan Pernikahan Pernikahan merupakan fitrah manusia yang tidak dapat diabaikan, serta termasuk
hal yang penting sehingga Allah Subhanahu wata’ala melalui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
memberi banyak petunjuk dalam pelaksanaannya. Tidak saja untuk manusia, pasangan atau jodoh
juga diciptakan untuk makhluk lainnya baik itu yang hidup atau makhluk tidak hidup seperti hewan,
tumbuhan, bangsa jin, siang dan malam, panas dan dingin, baik dan jahat, dll agar tercipta
keseimbangan.

Tujuan-tujuan ini berupaya untuk mengantarkan seorang muslim agar memperoleh kebahagiaan di
dunia dan akhirat.

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia Pernikahan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan emosional, biologis, rasa saling membutuhkan, dan lain
sebagainya.

2. Mendapatkan ketenangan hidup. Dengan menikah, suami atau istri dapat saling melengkapi satu
sama lain. Jika merasa cocok, kedua-duanya akan memberi dukungan, baik itu dukungan moriel atau
materiel, penghargaan, serta kasih sayang yang akan memberikan ketenangan hidup bagi kedua
pasangan.

3. Menjaga akhlak. Dengan menikah, seorang muslim akan terhindar dari dosa zina, sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW:

“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah,
karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji [kemaluan]. Dan
barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena shaum itu dapat membentengi
dirinya,” (H.R. Bukhari dan Muslim).

4. Meningkatkan ibadah kepada Allah SWT Perbuatan yang sebelumnya haram sebelum menikah, usai
dilangsungkan perkawinan menjadi ibadah pada suami atau istri. Sebagai misal, berkasih sayang
antara yang berbeda mahram adalah dosa, namun jika dilakukan dalam mahligai perkawinan, maka
akan dicatat sebagai pahala di sisi Allah SWT.

5. Memperoleh keturunan yang saleh dan salihah Salah satu amal yang tak habis pahalanya kendati
seorang muslim sudah meninggal adalah keturunan yang saleh atau salihah. Dengan berumah tangga,
seseorang dapat mendidik generasi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, yang
merupakan tabungan pahala dan amal kebaikan yang berkepanjangan.
PETA KONSEP NIKAH MUHALILLAT

HUKUM NIKAH
MUHALILLAT

DISYARATKAN DISYARATKAN
CERAI PASCA CERAI PASCA
DUKHUL, DI LUAR DUKHUL, DALAM
AKAD AKAD

MAKRUH YAHRIM-
MAKRUH SAH MAKRUH BATIL HARAM BATIL
SAH

PETA KONSEP MUHARRAMAT

MUHARRAMAT (WANITA-
WANITA YG HARAM UNTUK
DINIKAHI) DIBAGI MENJADI
2 YAITU :

HARAM DINIKAHI UNTUK


SELAMA-LAMANYA
- KARENA HUBUNGAN DARAH HARAM DINIKAHI UNTUK
- KARENA HUBUNGAN SUSUAN SEMENTARA WAKTU SAJA
- KARENA HUBUNGAN SEMENDA
- KARENA SUMPAH LIAN
https://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam/

https://tarjih.or.id/wp-content/uploads/2020/08/ebook-Tuntunan-Thaharah.pdf

https://tarjih.or.id/wp-content/uploads/2020/08/ebook-Tuntunan-Perawatan-Jenazah.pdf

https://muhammadiyah.or.id/waktu-dan-tata-cara-salat-gerhana/

Anda mungkin juga menyukai