Anda di halaman 1dari 37

Praktik Ibadah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hidup manusia berjalan dengan aktifitas yang beraneka ragam, setiap hal yang dilakukan di harapkan bernilai ibadah.
Oleh karena itu, ilmu fiqihlah yang mengatur ibadah keseharian manusia. Dengan fiqih, manusia paham bagaimana
cara menerapkan ibadahnya, itulah indahnya umat islam, hidup tak berlangsung secara semberono dan kacau. Dari
mulai hal yang terkecil yaitu toharoh hingga ke hal ikhwal yang rumit seperti haji dan sebagainya. Bahkan, Islam pun
mengiringi umatnya dengan doa-doa agar bisa selamat dan selalu mengingat Rabbnya, yaitu Allah Swt.
Namun, jika yang di dapat hanyalah materi atau pengertian saja sehingga hanya menimbulkan pemahaman belaka saja,
tanpa memikirkan bagaimana menerapkan pelaksanaan ilmu sehingga timbul aktifitas. Oleh karena itu, penyusun akan
memaparkan tata cara atau praktik ibadah dalam makalah ini. Semoga bermanfaat. Aamiin.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana pengertian dari Taharoh ?
2. Bagaimana pengertian dari Shalat ?
3. Bagaimana pengertian dari Khutbah ?
4. Bagaimana pengertian dari Tahjizul mayit ?
5. Bagaimana pengertian dari Dzikir dan Doa ?
6. Bagaimana pengertian dari Haji dan Umroh ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, penyusun mempunyai tujuan penulisan, diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Taharoh.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Shalat.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Khutbah.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Tahjizul mayit.
5. Untuk mengetahui pengertian dari Dzikir dan Doa.
6. Untuk mengetahui pengertian dari Haji dan Umroh.


BAB II
PEMBAHASAN
THAHARAH

2.1 Pengertian Thaharah
Thaharah menurut pengertian bahasa, berarti suci/kesucian atau bersih/kebersihan. Kata ini mengandung pengertian
yang lebih luas,yaitu mencangkup kebersihan atau kesucian dari segala kotoran yang bersifat fisik (material), seperti
najis, kotoran, kencing dan lain-lain, maupun yang bersifat spiritual, yaitu kebersihan dari aib dan kejahatan.
Sedangkan menurut ilmu fiqih thaharah ialah bersuci berarti menghilangkan segala najis, baik yang abstrak (hadast)
ataupun yang konkret/terlihat (khabats) dengan menggunakan air atau debu suci.[1]
Dalil yang menunjukkan bahwa islam sangat mementingkan kebersihan, diantaranya:


Artinya:
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersih.
2.2 Jenis-jenis thaharah
Ada dua jenis thaharah, yakni:
1. Thaharah dari hadast, yang disebut dengan mandi wajib, berwudhu atau bertayamum.
2. Thaharah dari khabats, yaitu membersihkan segala kotoran/najis yang tampak oleh mata yang terdapat pada
badan, pakaian, dan tempat ibadah
2.3 Syarat wajib thaharah
Kewajiban thaharah diwajibkan atas setiap orang yang dikenai kewajiban untuk melakukan shalat. Dalam kaitan ini ada
10 syarat wajib: Islam (bukan kafir), berakal (tidak gila), baligh (bukan dibawah umur), berhentinya darah haid dan
nifas, masuknya waktu, tidak tidur, tidak lupa, tidak dalam keadaan dipaksa, ada air, ada kesanggupan untuk
melakukannya.
2.4 Alat-alat thaharah
Berdasarkan atas dalil yang pasti dan jelas, ulama sepakat bahwa kebersihan secara syari wajib hukumnya. Para ulama
sepakat bahwa alat-alat yang paling popular yang dapat digunakan untuk membersihkan diantaranya ialah air dan
tanah. Air dipergunakan untuk berwudhu dan mandi dari junub, haid, dan nifas. Tanah digunakan apabila tidak ada air,
atau karena uzur menggunakannya, atau menghilangkan najis.
2.5 Macam-macam air dan hukumnya
Air merupakan alat pembersih utama yang telah disiapkan oleh Allah SWT. Untuk manusia. Hal ini seperti yang
dinyatakan oleh Allah SWT dalam QS. Al-anfal [8]:

Artinya:
Allah telah menurunkan kepadamu air dari langit yang dapat digunakan untuk membersihkan.
1. Air murni dalam istilah fiqih disebut dengan air muthlaq, yaitu air yang tidak dapat ditambah dan dicampur
oleh apa pun. Ia dapat dipakai untuk bersuci atau kebutuhan sehari-hari, yaitu: Air hujan baik langsung atau
dari cucuran genting, Air sungai yang masih jernih dan mengalir, Air mata air, Air sumur, Air laut, Air es,
Semacamnya baik yang asin maupun yang tawar.
2. Air yang bercampur dengan zat yang suci
Air jenis ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. campuran suci yang ada tidak mungkin dipisahkan dari air, seperti paralon, tanah, besi dan sejenisnya. Air
jenis ini bisa dipakai untuk bersuci. Ia dapat mensucikan benda lain karena tambahan yang masuk
kedalamnya adalah suci. Misalnya air kolam yang bercampur dengan pasir, tanah dan lainnya.
2. Campuran suci yang mungkin dipisahkan dari air, seperti teh, kopi, gula, kembang dan lainnya. Air jenis ini
suci, tetapi tidak dapat dipakai untuk mensucikan.
3. Air yang bercampur dengan zat najis
Air ini adalah air yang bercampur dengan najis, seperti air seni, khamar, kotoran hewan dan sebagainya. Jika airnya
sangat banyak mencapai 2 qulah dan tidak terkontaminasi oleh najis, air ini tidak menjadi najis. Adapun jika kadar air
tersebut dan najisnya sama serta terkontaminasi, maka air itu najis dan tidak bisa dipakai untuk bersuci atau kebutuhan
sehari-hari.
1. Air mustamal
Mustamal artinya terpakai. Air mustamal artinya air yang terpakai yaitu air sisa basuhan atau cucian anggota wudhu.
Ukuran air yang telah digunakan terdapat perbedaan pendapat para ulama.
Menurut Hanafiyah, air mustamal ialah air yang telah digunakan untuk membersihkan hadas (kecil maupun besar). air
yang mustamal ialah air yang secara langsung berhubungan dengan anggota badan.
Menurut Malikiyah, air mustamal ialah air yang telah digunakan untuk membersihkan hadas (kecil maupun besar) dan
kotoran, dan telah digunakan untuk berwudhu kedua dan ketiga kalinya, apabila penggunaannya tidak merubah
sifatnya.
Menurut Syafiiyah, air mustamal yang sedikit itu adalah air yang telah digunakan untuk niat bersuci, seperti mandi
dan wudhu.
Menurut Hanabilah, air mustamal ialah air yang telah digunakan untuk mandi dan berwudhu, atau menghilangkan
kotoran, serta tidak berubah sifat-sifatnya. Juga dipandang mustamal oleh golongan ini ialah:
1. Air yang telah digunakan untuk mandi mayat
2. Air yang sedikit yang di dalamnya sudah tuga kali digunakan untuk mensucikan tangan orang yang baru
bangun dari tidur malam.
3. Air yang digunakan di dalamnya untuk mencuci tangan seluruhnya.[2]
4. Air musyammas (air yang terkena sinar matahari)
Air musyammas adalah air yang suci dengan sendirinya dan mensucikan lainnya, tetapi makruh penggunaannya karena
diriwayatkan dari Asy-Syafiiyah dari Umar bahwa ia menyebabkan belang. Daruquthni meriwayatkannya dari Umar
dengan isnad sahih dan mensyaratkan dua hal untuk menghukumkannya makruh:
1. Penjemuran itu berlangsung dalam bejana-bejana yang dicetak seperti tembaga, besi dan timah, karena
apabila matahari itu berpengaruh padanya, keluarlah semacam minyak di permukaan air yang menimbulkan
penyakit belang.
1. Penjemuran itu dilakukan di negeri yang sangat panas.
2.6 Najis
Najis dalam fiqih Islam adalah kotoran yang wajib dijauhi dan dibersihkan jika mengenai badan, pakaian, dan tempat
ibadah seorang muslim.
2.6.1 Macam-macam najis
Najis dapat dibedakan menjadi:
1. Najis hakiki, yaitu benda-benda yang terlihat kotornya, seperti darah, air seni, tinja dan lain-lain. Najis hakiki
ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Najis mughalladzoh (berat) adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang
pasti (qathi). yang termasuk dalam kelompok ini adalah anjing dan babi. Najis kelompok ini dapat
dicuci/dibersihkan sebanyak tujuh kali, satu diantaranya dengan tanah.
2. Najis metawassithah (sedang) diantaranya adalah kotoran manusia, kencing dan kotoran hewan. Najis-
najis kelompok ini dapat dicuci dengan air.
3. Najis mukhaffafah (ringan) diantarannya ialah kencing bayi yang belum makan apa pun selain ASI.
Najis kelompok ini dapat dicuci dengan memercikkan air di atasnya.
4. Najis hukmi artinya secara hukum keadaan seseorang yang dianggap sebagai bernajis hingga wajib
dibersihkan. Dalam menentukan najis hukmi ini terjadi perbedaan pendapat ulama. Mazhab SyafiI
menyatakan bahwa najis hukmi adalah sesuatu yang keadaannya dianggap najis yang tidak mempunyai
tubuh, yaitu tidak mempunyai warna dan bau serta tidak berupa makanan (seperti kencing yang sudah
kering). Dengan demikian, sebenarnya seseorang dianggap bernajis secara hukum apabila ada unsure
lain yang melekat pada dirinya. Artinya, keadaan orang tersebutlah yang dianggap bernajis sehingga, ia
tidak dibenarkan shalat sebelum keadaannya tersebut dibersihkan.
2.7 Pengertian wudhu
Secara etimologi wudhu artinya bercahaya, bersih, dan bagus. Namun, secara terminology wudhu berarti bersuci
dengan menggunakan air pada bagian atubuh tertentu dan dengan cara tertentu. Sedangkan menurut (Ahmad Thib
Raya, wudhu adalah suatu cara untuk menghilangkan hadas kecil yang dilakukan ketika akan mengerjakan shalat dan
ibadah-ibadah lainnya.
2.7.1 Rukun wudhu
Wudhu juga harus dilakukan mengikuti rukun-rukun sebagai berikut:
1. Niat berwudhu untuk menghilangkan hadas kecil yang pelaksanaannya bersamaan dengan permulaan
membasuh muka.
2. Membasuh muka. Batas muka: panjangnya dari puncak kening sampai daku dan lebarnya sampai batas
telinga kiri dan kanan.
3. Membasuh kedua tangan sampai siku.
4. Menyapu kepala, sebagian atau seluruhnya.
5. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki.
6. Tertib.
2.7.2 Sunnah wudhu
Hal-hal yang sunah dalam wudhu
1. Membaca basmalah saat memulai wudhu.
2. Berkumur tiga kali.
3. Menghirup air kedalam hidung, lalu mengembusnya keluar tiga kali.
4. Bersiwak/menggosok gigi.
5. Menyela jenggot jika lebat.
6. Menggosok sela-sela jari.
7. Mencuci tiga kali pada seluruh anggota wudhu.
8. Memulai dari yang kanan.
9. Menggosok anggota wudhu agak kuat.
10. Muwalat, yaitu tidak menyelakan pekerjaan lain dalam berwudhu.
11. Membasuh dua telinga.
12. Berhemat dalam penggunaan air.
13. Membaca doa saat dan setelah wudhu.
14. Shalat sunah dua rakaat setelah wudhu.
2.7.3 Hal-hal yang membatalkan wudhu
Wudhu bisa rusak/bataldisebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Keluar sesuatu dari kubul atau dubul
2. Tidur nyenyak hingga hilang kesadaran
3. Hilang akal baik karena gila, pingsan, mabuk, ayan, dan lain-lain
4. Memegang kemaluan tanpa ada batas penghalang.
2.7.4 Yang tidak termasuk membatalkan wudhu ialah:
1. Keluar darah dari jalan yang tidak lazim, seperti hidung, mulut, dan telinga, baik banyak maupun sedikit
2. Muntah
3. Makan daging kerbau, sapi, unta, dan lain-lain
4. Kebimbangan orang yang telah berwudhu mengenai hadas
5. Tertawa terbahaj-bahak di waktu shalat
6. Memandikan mayat
2.7.5 Tatacara wudhu bagi pemilik uzur/halangan tetap
Halangan tetap yang dimaksud adalah istihadhah, kelur angin tidak terkontrol, kelur kencing tidak terkontrol. Adapun
tatacara wudhu mereka adalah:
1. Membersihkan najis yang keluar saat akan berwudhu.
2. Berwudhu setiap kali masuk waktu shalat
3. Menyumbat kelur tempat keluar najis setelah dibersihkan
4. Wudhu hanya berlaku untuk satu shalat wajib
5. Menyegerakan shalat setelah berwudhu.
2.7.6 Pekerjaan yang tidak boleh dilakukan tanpa berwudhu
1. Shalat, baik wajib maupun sunnah.
2. Tawaf di Baitullah.
3. Menyentuh atau membaca musyaf (Al-Quran), bagi mazhab malikiyah dan syafiiyah..
2.8 Pengetian tayamum
Secara etimologi, tayamum berarti qasdu atau kesengajaan/tujuan.sedangkan secara terminology tayamum adalah
bersuci menggunakan tanah pada wajah dan kedua tangan dengan niatistibahatul al-shalah. Dasar dari kebolehannya
adalah Al-Quran dan Sunnah serta ijma umat. Allah SWT berfirman:
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam berpergian atau dating dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), usaplah
mukamu dan tanganmu. An-Nissa:43
2.8.1 Sebab-sebab dibolehkannya tayamum
1. Tidak adanya air yang cukup untuk berwudhu atau mandi.
2. Tidak mampu menggunakan air yang ada.
3. Menggunakan air akan menjadikannya sakit atau lambat sembuh.
4. Terbenturnya dua kepentingan pokok.
5. Tidak mampu menjangkau air karena bahaya mengancam.
6. Cuaca sangat dingin yang membahayakan.
7. Sempitnya waktu shalat, menurut Hanafiyah dan Malikiyah.
2.8.2 Rukun tayamum
1. Berniat agar dibolehkan shalat dan yang lainnya.
2. Mengusap wajah dan kedua tangan dengan sempurna.
2.8.3 Syarat tayamum
1. Tanah yang suci dari najis.
2. Sudah berusaha untuk mencari air.
3. Melakukan tayamum setelah masuk waktu shalat.
4. Adanya halangan menggunakan air.


2.8.4 Hal-hal yang membatalkan tayamum
1. Segala hal yang membatalkan wudhu dan mewajibkan mandi karena ia hanya sebagai pengganti saja.
2. Hilangnya halangan/alas an yang membolehkan tayamum, seperti air, mampu menggunakan air kembali dan
lain sebagainya.
2.9 Pengetian Khuff
Kata Khuff di dalam bahasa arab, yaitu sesuatu yang membungkus kaki sampai menutupi mata kaki. Membasuh Khuff
adalah rukhsah yang diberikan sebagai pengganti dari mencuci kedua kaki saat berwudhu. Kita dapat mengambil
rukhsah pada saat:
1. Kita melakukan perjalanan panjang (safar) dengan jarak kurang lebih 89 km.
2. Cuaca sangat dingin dan membahayakan diri kita walaupun bepergian.
3. Seseorang selalu bekerja menggunakan sepatu (Khuff).
2.9.1 Tatacara Membasuh Khuff
1. Membahasahi tangan dengan air.
2. Memulai basuhan dari ujung jari kaki memanjang hingga ujung sepatu bagian atas.
3. Bagian atas yang dibasuh dapat sebagiannya (Hanafiyah) atau keseluruhannya (Malikiyah).
4. Disunnahkan memulai dari kaki kanan.
5. Tidak membasuh bagian bawah sepatu khuff.
2.9.2 Syarat-Syarat Membasuh khuff
1. Pemakai khuff: ia harus suci dari hadats kecil dan besar.
2. Sepatu khuff
1. Sepatu telebih dahulu harus suci dari najis.
2. Sepatu menutup kedua mata kaki
3. Sepatu mampu dipakai untuk perjalanan safar.
4. Sepatu dalam kondisi baik dan tidak berlubang.
2.9.3 Hukum membasuh kaos kaki
Menrut ulama kontemporer menyatakan bahwa membasuh kaos kaki saja boleh dilakukan dengan syarat kguff diatas,
ditambah syarat-syarat berikut ini:
1. Kaos kaki terbuat dari bahan yang tebal, tidak memperlihatkan kulit.
2. Kaos kaki dapat dipakai berjalan dan tidak turun kebawah mata kaki.
2.9.4 Jangka waktu membasuh khuff bersifat terbatas
1. Bagi orang yang melakukan safar, ia boleh membasuh khuff-nya selama tiga hari dan malamnya atau
maksimal lima belas waktu shalat, selama ia tidak mengalami junub.
2. Bagi seseorang yang bermukim (tidak safar), ia boleh melakukan khuff-nya selama satu hari dan malamnya
atau maksimal lima waktu shalat, selama ia tidak mengalami junub.
2.9.5 Hal yang membatalkan rukhsah membasuh khuff
1. Terkena junub bagi wanita dan pria, terkena
2. Mencopot salah satu sepatu atau keduanya
3. Sepatu robek atau berlubang saat dipake berjalan
4. Habisnya tempo pembasuhan.

2.10 Mandi wajib
Mandi di dalam bahasa arab disebut dengan al-ghuslu, yang berarti mengguyur badan dengan air. Dalam istilah syariat
mandi adalah menyampaikan air keseluruh anggota tubuh tanpa kecuali dengan niat tertentu.
2.10.1 Rukun mandi
1. Berniat. Artinya sengaja menghilangkan hadats besar karena Allah SWT. Niat ini sekurang-kurangnya harus
ada ketika permulaan membasuh makan.
2. Menghilangkan najis, yang sekira ada dibadan .
3. Meratakan air (membasuh) keseluruh kulit tubuh, beserta rambut-rambutnya.
2.10.2 Sunnah-sunnah dalam mandi wajib
1. Membaca basmallah.
2. Berwudhu sebelum mandi.
3. Menggosok badan dengan tangan.
4. Menyela-nyela pada rambut yang tebal.
5. Mentiga kalikan membasuh.
6. Berturut-turut. Yakni antara membasuh satu anggota dengan anggota lainnya.
7. Mendahulukan anggota yang kanan dan mengakhiri yang kiri.
8. Menutup aurat (memakai basahan).


2.10.3 Larangan syariat sebelum mandi wajib
1. Melakukan shalat
2. Melakukan tawaf
3. Memegang dan membaca Al-Quran secara sengaja.
4. Beriktikaf dan berdiam di dalam masjid.
2.10.4 Yang menyebabkan orang mandi wajib
1. Keluarnya air mani dari pria ataupun wanita baik dalam kondisi terjaga ataupun tidur dengan syahwat atau
tidak.
2. Selesainya masa haid dan nifas wanita
3. Islamnya orang kafir.
4. Meninggal dunia, kecuali syahid.
SHALAT
3.1 Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa arab adalah Doa. Sedangakan menurut istilah adalah ibadah yang tersusun dari beberapa
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, menurut syarat-syarat yang telah di
tentukan dalam hukum syara. [3]
Shalat fardu (shalat lima waktu) adalah shalat yang diwajibkan bagi tiap-tiap orang yang dewasa dan berakal.
Firman Allah Swt:

Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (Al-
Ankabut:45).
3.7 Waktu shalat fardhu
1. Shalat dzuhur . awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya
apabila bayang-bayang sesuatu telah sama dengan panjangnya.
2. Shalat asyar . waktunya mulai dari habisnya waktu lohor; bayang-bayang sesuatu lebih daripada panjangnya
selain dari baying-bayang yang ketika matahari sedang menonggak, sampai terbenam matahari.
3. Shalat maghrib . waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq (teja) merah.
4. Shalat isya . waktunya mulai dari terbenam syafaq merah (sehabis waktu maghrib) sampai terbit fajar.
5. Shalat subuh. Waktunya mulai dari terbit fajar kedua sampai terbit matahari.
3.8 Syarat-syarat wajib salat lima waktu
1. Orang yang beragama islam
2. Suci dari Hadats kecil dan besar seperti haid dan nifas
3. Suci badan ,pakaian dan tempat sholat daripada najis
4. Tertutup aurat
5. Sudah datang waktu shalat
6. Menghadap ke arah kiblat
7. Berakal : Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan shalat.
8. Baligh (dewasa)
1. Cukup berumur lima belas tahun
2. Keluar mani
3. Mimpi bersetubuh
4. Mulai keluar haid bagi perempuan
9. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw kepadanya).
10. Melihat atau mendengar
11. Jaga
1.11Rukun shalat
1. Niat di dalam hati
2. Berdiri yang lurus
3. Mengucap Takbiratul Ihram (membaca Allahu Akbar)
4. Membaca surat Al-Fatihah
5. Rukuk serta tumaninah
6. Itidal tumaninah (diam sebentar)
7. Sujud dua kali serta tumaninah (diam sebentar)
8. Duduk diantara dua sujud serta tumaninah (diam sebentar)
9. Duduk tasyahud akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw ketika duduk tasyahud akhir
12. Memberi salam yang pertama (ke kanan)
13. Menertibkan rukun (teratur).
3.12 Sunah-sunah shalat
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai tinggi ujung jari sejajar dengan telinga, telapak
tangan setinggi bahu, keduanya dihadapkan ke kiblat.
2. Mengangkat kedua tangan ketika akan rukuk, ketika berdiri dari rukuk, dan tatkala berdiri dari tasyahud awal
dengan cara yang telah diterangkan pada takbiratul ihram.
3. Meletakkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri. Dan keduanya diletakkan di bawah dada.
4. Melihat ke arah tempat sujud, selain pada waktu membaca.
5. Membaca doa iftihah sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca Al-Fatihah.
6. Membaca auzubillah sebelum membaca bismillah .
7. Membaca amin sehabis membaca Fatihah. Sebelum membaca amin disunatkan pula membaca:


1. Membaca surat atau ayat Quran bagi imam atau orang shalat sendiri sesudah membaca Al-Fatihah pada dua
rakaat yang pertama dan kedua dalam tiap-tiap shalat. Surat yang pertama hendaklah yang lebih
panjangdaripada yang dibaca dalam rakaat kedua.
2. Sunat bagi makmum mendengarkan bacaan imamnya.
3. Mengeraskan bacaaan pada shalat subuh dan pada dua rakaat yang pertama pada shalat maghrib dan isya.
Dan shalat-shalat yang lainnya.
4. Takbir tatkala turun dan bangkit.
5. Ketika bangkit dari rukuk, membaca:

1. Tatkala Itidal membaca:

1. Meletakkan dua tapak tangan di atas lutut ketika rukuk.
2. Membaca tasbih tiga kaliktika rukuk. Lafadznya:

1. Membaca tasbih tiga kali ketika sujud. Lafadznya:

1. Membaca doa ketika duduk di antara dua sujud. Lafadznya:

1. Duduk iftirasy (bersimpuh) pada semua duduk dalam shalat, kecuali duduk akhir.
2. Duduk tawarruk di duduk akhir.
3. Duduk istirahat (sebentar) sesudah sujud kedua ,sebelum berdiri.
4. Bertumpu pada tanah tatkala hendak berdiri dari duduk.
5. Member salam yang kedua, hendaklah menoleh kesebelah kiri sampai pipi yang kiri kelihatan dari belakang.
6. Ketika memberi salam hendaklah diniatkan memberi salam kepada yang disebelah kanan dan kirinya, baik
terhadap manusia maupun malaikat.
3.13 Perbedaan tatacara untuk orang laki-laki dan perempuan dalam mengerjakan shalat
Untuk orang laki-laki
1. Hendaknya direnggangkan dua sikut tangan dari lambungnya ketika rukuk dan sujud
2. Waktu rukuk dan sujud perut di angkat dari pahanya
3. Menyaringkan bacaan ketika shalat subuh,maghrib dan isya ,dirakaat pertama
4. Jika memberitahu imam yang lupa dengan mengucapkan subhanallah
5. Aurat laki-laki di antara pusat dan lutut
Untuk orang perempuan
1. Merapatkan tangan pada lambungnya waktu rukuk dan sujud
2. Merapatkan perutnya ke dada dan ke pahanya ketika rukuk aatu sujud
3. Tidak perlu menyaringkan bacaannya dalam shalat subuh,maghrib, dan isya
4. Jika memberitahu imam yang lupa cukup dengan tepukan tangan kanan
5. Auratnya harus tertutup semua
3.14 Hal-hal yang membatalkan shalat
1. Meninggalkan salah satu rukun atau sengaja memutuskan rukun sebelum sempurna. Misalnya, melakukan
Itidal sebelum sempurna rukuk.
2. Meninggalkan salah satu syarat. Misalnya, berhadas dan najis yang tidak di maafkan, baik pada badan
ataupun pakaian.
3. Sengaja berbicara dengan kata-kata yang biasa ditujukan kepada manusia, sekalipun kata-kata tersebut
bersangkutan dengan shalat kecuali jika lupa.
4. Banyak bergerak. Misalnya, seperti bergerak tiga langkah atau memukul tiga kali berturut-turut.
5. Makan atau minum.
3.14 Sujud sahwi
Sebab-sebab sujud sahwi adalah: ketinggalan tasyahud pertama atau ketinggalan qunut, kelebihan rakaat, rukuk, atau
sujud karena lupa, karena syak (ragu) tentang jumlah rakaat yang telah dikerjakan, dan apabila kurang rakaat shalat
karena lupa.
3.15 Sujud tilawah
Sujud tilawah artinya sujud bacaan. Disunahkan sujud bagi orang yang membaca ayat-ayat sajadah, begitu juga orang
yang mendengarnya.
Bacaan sujud tilawah:

Aku sujud kepada Tuhan yang menjadikan diriku, Tuhan yang membukakan pendengaran dan penglihatan dengan
kekuasaannya. (Riwayat Tirmizi).
3.18 Sujud syukur
Sujud syukur artinya sujud terima kasih karena mendapat nimat (keuntungan) atau karena terhindar dari bahaya
kesusahan yang besar. Hukumnya adalah sunat.
1.20 Hukum masbuq
Masbuq ialah orang yang mengikuti kemudian, ia tidak sempat membaca fatihah beserta imam di rakaat pertama.
Hukumnya yaitu: jika ia takbir sewaktu imam belum rukuk, hendaklah ia membaca fatihah sedapat mungkin. Apabila
masbuq mendapati imam sebelum rukuk atau sedang rukuk dan ia dapat rukuk yang sempurna bersama imam, maka ia
mendapat satu rakaat.
1.21Shalat qashar
Shalat qashar artinya shalat yang diringkaskan bilangan rakaatnya, yaitu diantara shalat fardhu yang lima. Yang
mestinya 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Shalat lima waktu yang boleh di qashar hanya dzuhur, asyar dan isya. Hukumnya
mubah (boleh).
Syarat syah shalat qashar adalah: Perjalanan yang di lakukan itu bukan perjalanan maksiat.seperti pergi haji,
perjalanan itu berjarak jauh, sekurang-kurangnya 80,640 km atau perjalanan sehari semalam, shalat yang di qashar itu
ialah shalat tunai, bukan shalat qada, dan berniat qashar ketika takbiratul ihram.
1.22 Shalat jamak
Shalat jamak artinya shalat yang dikumpulkan. Atau shalat dzuhur dan asyar itu,dikerjakan dalam satu waktu.
Hukumnya Boleh bagi orang yang dalam perjalanan.
sSyarat jamak taqdim
1. Hendaklah dimulai dengan shalat yang pertama (dzuhur sebelum asyar, atau maghrib sebelum isya) karena
waktunya adalah waktu yang pertama.
2. Berniat jamak agar berbeda dari shalat yang terdahulu karena lupa.
3. Berturut-turut, sebab keduanya seolah-olah satu shalat.
Syarat jamak takhir adalah: Pada waktu yang pertama hendaklah berniat akan melakukan shalat pertama itu diwaktu
yang kedua, supaya ada maksud bersungguh-sungguh akan mengerjakan shalat pertama itu dan tidak ditinggalkan
begitu saja.
3.26 Shalat orang sakit
Orang sakit wajib juga melakasanakan shalat semampunya selama akal atau ingatan nya masih tetap. Kalau tidak
mampu berdiri, ia boleh shalat sambil duduk, kalau tidak mampu duduk, bisa berbaring kesebelah kanan menghadap
kiblat, apabila belum mampu juga boleh menelantang kedua kakinya kearah kiblat, dan kepalanya di beri bantal agar
mukanya menghadap kiblat.
3.27 Shalat jumat
Shalat jumat ialah shalat dua rakaat sesudah khotbah pada waktu dzuhur pada hari jumat. Hukumnya adalah fardhu
ain. Artinya wajib atas setiap laki-laki yang beragama islam.
Syarat-syarat wajib jumat. Antara lain: islam, baligh, berakal, laki-laki, sehat, dan tetap didalam negeri, tidak wajib
jumat atas orang yang dalam perjalanan.
3.28 Macam-macam Shalat Sunah
Shalat sunah ialah shalat yang dikerjakan selain shalat fardhu, diantaranya:[4]
1. 1. Shalat hari raya
1. Hari raya idul fitri, yaitu pada setiap tanggal 1 syawal
2. Hari raya idul adha, yaitu pada setiap tanggal 10 dzulhijjah
Waktu pelaksanaannya dari terbit matahari sampai tergelincirnya matahari.hukumnya sunah muakkad bagi laki-laki
dan perempuan, mukmin atau musafir,boleh dilakukan sendirian atau berjamaah.
Lafadz niatnya:

1. 2. Shalat gerhana bulan dan matahari(kusufain)
Hukum shalat gerhana adalah sunat istimewa, boleh berjamaah dan boleh juga tidak. Waktu pelaksanaanya: dari
timbul gerhana itu sampai matahari/bulan kembali sebagaimana biasanya.
Lafadz niatnya:
Cara pelaksanaan sholat gerhana adalah:
1. 1. Sekurang-kurangnya 2 rakaat
2. 2. Hendaklah takbir dengan niatshalat gerhana, membaca fatihah, rukuk, berdiri kembali, dan membaca
fatihah, kemudian rukuk sekali lagi, Itidal, lalu sujud 2 kali. Ini terhitung 1 rakaat.dan diteruskan 1 rakaat
lagi.
3. 3. Cara yang ketiga adalah seperti yang kedua, hanya berdirinya agak lama dengan membaca surat yang
panjang, dan rukuknya lama pula. Dan bacaannya harus nyaring (keras).
3. Shalat minta hujan (istisqa)
Yaitu shalat untuk memohon diturunkannya hujan. Hukumnya sunah ketika ada hajat. Caranya ada tiga:
1. Sekurang-kurangnya berdoa saja, baik sendiri-sendiri ataupun berjamaah.dengan suara yang nyaring atau
lemah.
2. Berdoa di dalam khotbah jumat
3. Yang lebih sempurna hendaklah dengan shalat 2 rakaat yang disertai dengan khutbah
1. 4. Shalat sunat rawatib
Shalat sunat Rawatib ialah shalat sunat yang mengikuti shalat fardhu yang lima. Dikerjakan sebelum mengerjakan
shalat fardhu yang lima atau sesudahnya.
Sunat Rawatib muakkad (penting)
1. 2 rakaat sebelum subuh
2. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur
3. 2 rakaat sesudah shalat dzuhur
4. 2 rakaat sesudah shalat Maghrib
5. 2 rakaat sesudah shalat isya
1. 5. Shalat Tahiyatul masjid
Tahiyatul masjid ialah shalat menghormati masjid. Shalat ini di sunatkan bagi orang yang masuk ke masjid, sebelum ia
duduk, yaitu sebanyak 2 rakaat. Baik itu pada hari jumat maupun lainnya .diwaktu siang dan malam.
Lafadz niatnya:

1. 6. Shalat tatkala akan bepergian
Orang yang akan bepergian disunatkan shalat 2 rakaat tatkala ia hendak keluar rumahnya. Begitu juga orang yang baru
datang dari bepergian.
1. 7. Shalat sunat wudhu
Apabila selesai dari berwudhu, disunatkan shalat 2 rakaat.
Lafadz niatnya:
1. 8. Shalat duha
Shalat duha adalah shalat sunat 2 rakaat atau lebih, sebanyak-banyak 12 rakaat. Dikerjakan ketika matahari naik
setinggi tombak. Kira-kira pukul 8 atau 9 sampai tergelincir matahari.
Lafadz niatnya:
1. 9. Shalat Tahajud
Shalat Tahajud ialah shalat sunat pada waktu malam , lebih baik jika di kerjakan sesudah larut malam, dan sesudah
tidur. Bilangan rakaatnya tidak di batasi, boleh sekuatnya. Lafadz niatnya:

1. 10. Shalat witir
Shalat witir artinya shalat ganjil (1 rakaat, 5 rakaat, 7 rakaat, 9 rakaat, atau 11 rakaat). Boleh memberikan salam
setiap 2 rakaat, dan yang terakhir boleh dilakukan satu atau tiga rakaat. Waktunya setelah shalat isya hingga terbit
fajar. Memakai doa qunut didalam witir pada separuh yang terakhir di bulan ramadhan.
Lafadz niatnya:
1. 11. Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat malam pada bulan ramadhan, hukumnya sunat muakkad penting bagi laki-laki dan
perempuan. Boleh dilakukan sendiri-sendiri atau berjamaah.
Lafadz niatnya:

1. 12. Shalat istikharah
Shalat istikharah artinya shalat meminta petunjuk yang baik. Misalnya: seseorang akan mengerjakansuatu pekerjaan
yang penting, sedangkan ia masih ragu-ragu , apakah pekerjaan itu baik untuk dia atau tidak. Maka ia disunatkan shalat
istikharah 2 rakaat, sesudah itu berdoa.
Lafadz niatnya:
1. 13. Shalat sunat muthlaq
Shalat sunat muthlaq artinya shalat sunat yang tidak ditentukan waktunya dan tidak ada sebabnya. Jumlah rakaatnya
tidak terbatas. Caranya seperti shalat sunat yang lain. Asalkan jangan dilaksanakan pada waktu yang haram.
Lafadz niatnya:
1. 14. Shalat tahajud
Shalat tahajud adalah shalat yang wajib dikerjakan oleh nabi. Sebelum ada perintah shalat lima waktu. Tapi sekarang
shalat tahajud adalah shalat malam yang sangat dianjurkan.yangdikerjakan ketika malam hari.sesudah tidur.
Lafadz niatnya:
1. 15. Shalat sunah tasbih
Yaitu shalat yang dianjurkan mengamalkannya. Kalau bisa tiap-tiap malam, kalau tidak bisa tiap minggu, kalau tidak
bisa tiap bulan, kalau tidak bisa tiap tahun,dan kalau tidak bisa juga minimal sekali seumur hidup.
Lafadz niatnya:
1. 16. Shalat sunah awwabin
Yaitu shalat yang dikerjakan bada maghrib, disunahkan pula bagi siapa saja yang mengerjakan dua sampai enam
rakaat. Lafadz niatnya:
1. 17. Shalat sunah hajat
Yaitu shalat sunnah yang dikerjakan karena mempunyai hajat agardiperkenankan hajatnyaoleh tuhan.dikerjakan dua
rakaat saja.kemudian berdo.\a sesuai dengan hajat yang dimintanya.
Lafadz niatnya:
1. 18. Shalat ghaib
Yaitu shalat bila ada keluarga atau handai tolan yang meninggal yang jauh dari sanak saudaranya.
Lafadz niatnya;

KHUTBAH JUMAT

4.1 PENGERTIAN KHUTBAH JUMAT
Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi
Islam (istilah syara); khutbah (Jumat) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan jamaah sebelum
shalat Jumat dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran),
mauidzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Berdasarkan pengertian di atas, maka khutbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat
Jumat juga memerlukan persiapan yang lebih matang, penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat
perhatian.
Selain khutbah Jumat, ada pula khutbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu: khutbah Idul Fitri, Idul Adha,
khutbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan khutbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam
makalah ini yang akan dikaji adalah khusus tentang khutbah Jumat.[5]
4.2 DALIL-DALIL TENTANG KHUTBAH JUMAT
1. Firman Allah SWT dalam surat Al-Jumuah ayat 9 :

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat (shalat Jumat), maka
segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah urusan jual beli (urusan duniawi). Yang demikian itu lebih baik
bagi kamu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Jumuah : 9)
2. Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a.:

Adalah Nabi SAW. berkhutbah pada hari Jumat dengan berdiri, kemudian beliau duduk dan lalu berdiri lagi
sebagaimana dijalankan oleh orang-orang sekarang.
3. Riwayat Bukhari, Nasai dan Abu Daud dari Yazid bin Said r.a.:

Adalah seruan pada hari Jumat itu awalnya (adzan) tatkala Imam duduk di atas mimbar, hal demikian itu berlaku
pada masa Rasulullah SAW. hingga masa khalifah Umar r.a. Setelah tiba masa khalifah Usman r.a. dan orang semakin
banyak, maka beliau menambah adzan ketiga (karena adzan dan iqomah dipandang dua seruan) di atas Zaura (nama
tempat di pasar), yang mana pada masa Nabi SAW. hanya ada seorang muadzin.
4. Riwayat Muslim dari Jabir r.a.:

Pada suatu ketika Nabi SAW. sedang berkhutbah, tiba-tiba datang seorang laki-laki, lalu Nabi bertanya kepadanya:
Apakah Anda sudah shalat? Hai Fulan! Jawab orang itu : Belum wahai Rasulullah! Sabda beliau: Berdirilah! Shalatlah
lebih dahulu (dua rakaat) (HR. Muslim).
4.2 Rukun dua khotbah jumat
1.Mengucapkan puji-pujian kepada Allah Swt
2.Membaca shalawat atas Rasulullah Saw
3.Mengucapkan syahadat
4.Berwasiat (bernasihat) dengan bertaqwa dan mengajarkan apa-apa yang perlu kepada pendengar ,sesuai dengan
keadaan tempat dan waktu
5.Membaca ayat Al-Quran pada salah satu dari kedua khotbah
6.Berdoa untuk mukminin dan mukminat pada khotbah yang kedua

4.3 PERSYARATAN KHATIB
1. Ikhlas, terhindari dari pamrih, riya dan sumah (popularitas). Perhatikan firman Allah SWT. dalam
menceritakan keikhlasan Nabi Hud AS: Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini,
ucapanku tidak lain hanyalah dari Allah yang menciptakan aku. Tidakkah kamu memikirkannya?. (QS.
Hud:51).
2. Amilun biilmihi (mengamalkan ilmunya), Allah SWT. berfirman: Hai orang-orang yang beriman,
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Amat besar kemurkaan di sisi Allah terhadap
orang yang mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. As-Shaf : 2-3).
3. Kasih sayang kepada jamaah, Rasulullah SAW. bersabda: Bahwa sesungguhnya aku terhadap kamu semua
laksana seorang ayah terhadap anaknya. (HR. Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari
Abu Hurairah).
4. Wara (menghindari yang syubhat), perhatikan sabda Nabi SAW: Jadilah kamu sebagai seorang yang wara,
maka kamu adalah manusia yang paling tekun beribadah. (HR. Baihaqi dari Abi Hurairah).
5. Izzatun Nafsi (tahu harga diri untuk menjadi khairunnas), Allah SWT. berfirman: Dan Kami jadikan di
antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar
(dalam menegakkan kebenaran), dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-Sajdah : 24).

4.4 FUNGSI KHUTBAH
1. Tahdzir (peringatan, perhatian)
2. Taushiyah (pesan, nasehat)
3. Tadzkir/mauidzoh (pembelajaran, penyadaran)
4. Tabsyir (kabar gembiran, harapan)
5. Bagian dari syarat sahnya sholat Jumat

Berkenaan dengan fungsi khutbah tersebut di atas, maka khutbah disampaikan dengan bahasa yang mudah difahami
oleh jamaah (boleh bahasa setempat), kecuali rukun-rukun khutbah. Allah SWT. berfirman: Dan tidaklah Kami
mengutus Rasul, melainkan dengan bahasa yang difahami oleh kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan kepada
mereka. (QS. Ibrahim : 4).
4.5 SYARAT SAHNYA KHUTBAH
1. Dilaksanakan sebelum sholat Jumat. Ini berdasarkan amaliyah Rasulullah SAW.
2. Telah masuk waktu Jumat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Anas bin Malik r.a. ia berkata:
Sesungguhnya Nabi SAW. melaksanakan shalat Jumat setelah zawal (matahari condong ke Barat). (HR.
Bukhari).
3. Tidak memalingkan pandangan
4. Rukun khutbah dengan bahasa Arab, ittiba kepada Nabi SAW.
5. Berturut-turut antara dua khutbah dan shalat
1. Khatib suci dari hadats dan najis, karena berkhutbah merupakan syarat sahnya shalat Jumat.
2. Khatib menutup aurat, sama dengan persyaratan shalat Jumat.
3. Dilaksanakan dengan berdiri kecuali darurat, berdasarkan hadits Nabi SAW. Dari Ibnu Umar r.a:
Sesungguhnya Nabi SAW. apabila keluar pada hari Jumat, beliau duduk yakni di atas mimbar hingga
muadzin diam, kemudian berdiri lalu berkhutbah. (HR. Abu Daud).
4. Duduk antara dua khutbah dengan tumaninah, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Ibnu Umar r.a. ia
berkata: Adalah Nabi SAW. berkhutbah sambil berdiri, kemudian duduk, dan berdiri lagi sebagaimana
kamu semua melakukannya sekarang ini. (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Terdengar oleh semua jamaah
6. Khatib Jumat adalah laki-laki
7. Khatib lebih utama sebagai Imam sholat
4.6 RUKUN KHUTBAH
1. Hamdalah, yakni ucapan Alhamdulillah , berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir r.a.: Sesungguhnya
Nabi SAW. berkhutbah pada hari Jumat, maka (beliau) memuji Allah (dengan mengucap Alhamdulillah)
dan menyanjung-Nya. (HR. Imam Muslim).
2. Syahadat (Tasyahud), yaitu membaca Asyhadu anla ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa Asyhadu
anna Muhammadan abduhu warasuluhu, berdasarkan hadits Nabi SAW: Tia-tiap khutbah yang tidak ada
syahadatnya adalah seperti tangan yang terpotong. (HR. Ahmad dan Abu Dauwd).
3. Shalawat.
4. Wasiyat Taqwa, antara lain ucapan Ittaqullah haqqa tuqaatih.
5. Membaca ayat Al-Quran, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir bin Samurah r.a.: Adalah Rasulullah
SAW. berkhutbah (dalam keadaan) berdiri dan duduk antara dua khutbah, membaca ayat-ayat Al-Quran
serta memberikan peringatan kepada manusia. (HR. Jamaah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi).
6. Berdoa
Semua rukun khutbah diucapkan dalam bahasa Arab. Empat rukun yang pertama (Hamdalah, Syahadat,
Shalawat dan wasiyat) diucapkan pada khutbah yang pertama dan kedua, sedangkan ayat Al-Quran boleh
dibaca pada salah satu khutbah (pertama atau kedua) dan doa pada khutbah yang kedua.

4.7 SUNNAH-SUNNAH KHUTBAH

1. Berdiri di tempat yang tinggi (mimbar)
2. Memberi salam, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra.: Sesungguhnya Nabi SAW. apabila telah naik
mimbar, (beliau) memberi salam. (HR. Ibnu Majah).
3. Menghadap Jamaah, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Adi bin Tsabit dari ayahnya dari kakeknya:
Adalah Nabi SAW. apabila telah berdiri di atas mimbar, shahabat-shahabatnya menghadapkan wajah
mereka ke arahnya. (HR. Ibnu Majah).
4. Suara jelas penuh semangat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir r.a: Adalah Rasulullah SAW. apabila
berkhutbah kedua matanya menjadi merah, suaranya lantang/tinggi, berapi-api bagaikan seorang panglima
(yang memberi komando kepada tentaranya) dengan kata-kata Siap siagalah di waktu pagi dan petang.
(HR. Muslim dan Ibnu Majah).
5. Singkat, padat, akurat dan memikat, Rasulullah SAW. bersabda :
Adalah Rasulullah SAW. biasa memanjangkan shalat dan memendekkan khutbahnya. (HR. Nasai dari
Abdullah bin Abi Auf).
6. Gerakan tangan tidak terlalu bebas, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Abdurrahman bin Saad bin Ammar
bin Saad ia berkata: Adalah Nabi SAW. apabila berkhutbah dalam suatu peperangan beliau berkhutbah atas
anak panah, dan bila berkhutbah di hari Jumat belaiu berpegangan pada tongkat. (HR. Ibnu Majah dan
Baihaqi).
7. Seusai khutbah kedua segera turun dari mimbar, berdasarkan hadits Nabi SAW. Adalah shahabat Bilal itu
menyerukan adzan apabila Nabi SAW. telah duduk di atas mimbar, dan ia iqomah apabila Nabi SAW. telah
turun. (HR. Imam Ahmad dan Nasai).
8. Tertib dalam membacakan rukun-rukun khutbah, yaitu: Hamdalah, Syahadat, Shalawat, wasiyat, Ayat Al-
Quran dan Doa.

4.8 HAL-HAL YANG DIMAKRUHKAN DALAM KHUTBAH

1. Membelakangi Jamaah
2. Terlalu banyak bergerak
3. Meludah
4.9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIAKAN OLEH KHOTIB

1. Melakukan persiapan, mental, fisik dan naskah khutbah
2. Memilih materi yang tepat dan up to date
3. Melakukan latihan seperlunya
4. Menguasai materi khutbah
5. Menjiwai isi khutbah
6. Bahasa yang mudah difahami
7. Suara jelas, tegas dan lugas
8. Pakaian sopan, memadai dan Islami
9. Waktu maksimal 15 menit
10. Bersedia menjadi Imam shalat Jumat



4.10 MATERI KHUTBAH

1. Tegakkan akidah, murnikan ibadah, perluas ukhuwwah
2. Evaluasi amaliah (ummat) mingguan
3. Kaji masalah secara cermat dan singkat
4. Berikan solusi yang tepat
5. Tema-tema lokal peristiwa keseharian lebih diutamakan
6. Hindari materi yang menjenuhkan atau persoalan tanpa pemecahan.[6]

Tahjizul Jenazah
Setiap makhluk di bumi ini pasti mengalami kematian, tak seorang pun yang dapat mengelaknya, karena
kematian adalah kewajiban dan merupakan salah satu takdir mubram bagi makhluk hidup. Allah SWT telah berfirman:

Artinya: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..(QS. Ali Imran: 185)
Kita dilarang untuk menangisi jenazah secara berlebihan karena ketika kita menangisinya maka mayyit sedang di siksa
di dalam kubur. Dalam hadits disabdakan : ketika Rasulullah Saw melewati mayyit seorang yahudi yang familinya
menangisinya dan Rasulpun bersabda Engkau menangisinya dan ia sedang di siksa di dalam kubur. [7]Dalam
kahidupan sehari-hari, tentulah diantara kita ada yang meninggal mendahului kita, entah teman, saudara, atau pun
keluarga kita. Orang yang meninggal disebut jenazah, kita harus memperlakukan jenazah sebaik mungkin, entah dari
memandikan, mengkafankan, menyolatkan, dan menguburkannya. Berikut ini akan dijelaskan hal-hal yang terkait
tentang jenazah.


5.1 Halhal yang harus dilakukan terhadap jenazah
1. Matanya hendaklah dipejamkan, menyebut yang baik-baik, mendoakakn, dan memintakan ampun atas
dosanya.
2. Seluruh badannya hendaklah ditutup dengan kain.
3. Tidak ada halangan untuk mencium jenazah bagi keluarganya atau sahabat-sahabatnya yang sangat sayang
dan berduka cita karena kematiannya.
4. Keluarga jenazah hendaklah segera membayar hutang si jenazah.[8]

5.2 Beberapa kewajiban yang berhubungan dengan jenazah
1. Memandikan jenazah
Hukum memandikan jenazah fardu kifayah, syarat wajib mandi: (a) jenazah orang Islam (b) ada tubuhnya walaupun
sedikit (c) jenazah bukan mati syahid. Untuk melepaskan kewajiban sekurang-kurangnya memandikan jenazah satu kali
asalkan merata hingga najisnya hilang, ketika mandi pun tubuh jenazah harus ditutup dengan kain, air untuk mandi
jenazah sebaiknya air dingin, kecuali jika berhajat pada air panas karena sangat dingin atau susah menghilangkan
kotorannya. Memandikan jenazah baik juga menggunakan sabun dan untuk air pembasuh penghabisan sebaiknya
dicampur dengan sedikit kapur barus atau wangi-wangian. Yang berhak memandikan jenazah adalah yang berjenis
kelamin sama dengan jenazah, namun jika yang memandikan istri (jika jenazahnya suaminya) dan suami (jika
jenazahnya istrinya) atau mahramnya, maka walaupun berbeda jenis kelaminnya boleh.

1. Mengafani jenazah
Hukum mengafani jenazah adalah fardu kifayah, untuk jenazah laki-laki dibutuhkan tiga kain lapis, caranya
dihamparkan sehelai-sehelai, dan di atas tiap-tiap lapis itu ditaburkan wangi-wangian (kapur barus). Kedua tangannya
diletakkan di atas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri. Untuk jenazah perempuan sebaiknya dikafani dengan lima
lembar kain, yaitu basahan, baju, tutup kepala, kerudung, dan kain yang menutupi seluruh badan. Cara mengafaninya
mula-mula dipakaikan kain basahan, baju, tutup kepala, lalu kerudung kemudian dimasukkan ke dalam kain yang
meliputi seluruh badannya, diantara lapisan kain tadi sebaiknya diberi wewangian. Kecuali jenazah meninggal ketika
sedang dalam ihram haji atau umrah, ia tidak boleh diberi harum-haruman dan jangan pula ditutup kepalanya. Kain
kafan yang baik untuk jenazah ialah yang baik sifatnya, baik cara memakainya, serta terbuat dari bahan yang baik,
jangan sampai berlebih-lebihan memilih yang mahal harganya.[9]

1. Menyalatkan jenazah
Sebelum menyalatkan jenazah, ada beberapa hal yang harus kita ketahui diantaranya:
1. Syarat- syarat sholat jenazah
a) Sholat jenazah sama halnya dengan sholat lain, yaitu harus menutup aurat, suci dari hadast besar dan kecil, suci
badan, pakaian, dan tempatnya serta menghadap kiblat.
b) Jenazah harus sudah dimandikan dan dikafani.
c) Letak jenazah sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali kalau shalat dilakukan di atas kubur atau shalat
ghaib.
1. Rukun dan cara mengerjakan sholat jenazah
Shalat jenazah tidak dengan ruku dan sujud serta tidak dengan adzan dan iqomat, caranya sebagai berikut:
Setelah berdiri sebagaimana mestinya akan mengerjakan sholat, maka:
a) Niat, menyengaja melakukan shalat atas jenazah dengan empat takbir, menghadap kiblat karena Allah. Lafadz
niatnya:
/ ( )

b) Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan Allahu akbar bersamaan dengan niat, sambil meletakkan
tangan kanan di atas tangan kiri di atas perut (sedakep), kemudian membaca surat fatihah (tidak membaca surat yang
lain). Setelah membaca surat fatihah terus takbir membaca Allahu akbar.
c) Setelah takbir yang kedua, lalu membaca shalawat atas Nabi SAW:


d) Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) )
( ( ) ( ) ( ) )
(

Keterangan: untuk jenazah perempuan lafadz lahu diganti menjadi lahaa, jika jenazah anak-anak, maka doanya seperti
di bawah ini:




e) Selesai takbir keempat, kemudian membaca doa:



f) Kemudian memberi salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri dengan ucapan:

g) Setelah salam, kemudian bersama-sama membaca surat alfatihah, dan imam membaca doa sebagai berikut:


( ) x )
( () ( )


5.3 Sholat Ghaib
Sholat ghaib dilakukan bila ada keluarga atau handai tolan kita yang meninggal di tempat yang jauh dari kita, maka
disunahkan melakukan sholat ghaib atas jenazah itu, walaupun sudah lewat seminggu atau lebih, sholat ghaib pada
jenazah itu adalah sah, sebagaimana sholat jenazah biasa. Bacaannya sama dengan sholat jenazah yang bukan ghaib,
hanya niatnya saja disebutkan atas mayyit ghaib, yakni sebagai berikut:[10]

/
DOA dan DZIKIR
6.1 Doa sholat istikharah



Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon
kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari
anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui,
sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau
mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam
agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau -Nabi Shallallahualaihi wasallam bersabda: di dunia atau akhirat-
sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa
persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan
persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada,
kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.

6.2 Bacaan Doa Qunut



6.3 Doa Sunat Sembahyang Tasbih


6.4 Doa Solat Witir

6.5 Doa Solat Ististiqa

Segala puji bagi Allah pemelihara alam semesta, Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Raja hari
kiamat, tiada Tuhan selain Allah, Yang berbuat menurut kehendak-Nya. Ya Allah, Engkaulah Allah yang tiada Tuhan
selain-Mu. Engkaulah Maha Kaya, sedangkan kami adalah papa, turunkanlah kepada kami hujan, dan jadikanlah apa
yang Engkau turunkan itu menjadi bekal sampai beberapa lama.Riwayat Abu Daud.

Ya Allah siramilah kami, Ya Allah siramilah kami, Ya Allah siramilah kami Riwayat Muslim

Ya Allah siramilah kami dengan hujan yang menyuburkan dan yang baik kesudahannya yang bertapis-tapis yang
memberi manafaat tidak memberi mudharat segera tidak berlambat-lambatRiwayat Abu Daud.

Ya Allah siramilah hambaMu dan haiwan-haiwan ternakanMu dan sebarkanlah rahmatMu dan hidupkanlah
negeriMu yang mati Riwayat Malik dan Abu Daud.

6.6 Doa Sholat Taubat



6.7 Doa sholat hajat
Dilakukan apabila selesai solat, terus sujud kepada Allah dan membaca tasbih ini kemudian bacalah doa dan
mintalah apa yang kita hajatkan.



6.8 Doa iftitah


6.9 Doa Setelah Sholat Dhuha



6.10 Doa Setelah Salat Tahajud

6.11 Doa Sehari -hari


Doa ketika akan tidur

Doa ketika bangun tidur

Doa ketika hendak berpakaian

Doa ketika hendak membuka pakaian

Doa ketika masuk dan keluar rumah

Doa ketika masuk kamar kecil / wc


Doa ketika keluar kamar kecil / wc

Doa ketika mendapat berita gembira

Doa menghilangkan rasa marah


Doa ketika melihat diri di cermin

Doa ketika melihat barang yang di suka


Doa ketika sulit tidur

Doa ketika merasa ketakutan/terkejut

Doa ketika menghadapi kecelakaan/musibah

Doa ketika sulit menghadapi segala urusan

Doa ketika mendengar berita kematian

Doa ketika hendak makan[11]


DZIKIR
Kata dzikr menurut bahasa artinya ingat. Sedangkan dzikir menurut pengertia syariat adalah mengingat Allah SWT
dengan maksud untuk mendekatkan diri kepadaNya. Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu
mengingat akan kekuasaan dan kebesaranNya sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takabbur.

Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan bagaimamanapun, kecuali ditempat yang
tidaksesuai dengan kesucian Allah. Seperti bertasbih dan bertahmid di WC.
Bentuk dan Cara Berdzikir
a. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita
bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu
Allah SWT. Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah SWT akan bertambah.
b. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma
Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir,
tahlil, sholawat, membaca Al-Quran dan sebagainya.
c. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-
laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-
amalan tersebut adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari nafkah,
bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan
perbuatan.
Manfaat Berdzikir
1. Kita akan menjadi dekat kepada allah SWT, sehingga kita terhindar dari perbuatan-pert-buatan maksiat.
2. Kita akan menjadi tenang dan tentram, sebagaimana firman allah SWT.



Artinya :
Hanya dengan mengingat allah hati menjadi tentram (Q.S Ar-rad:28)

1. Dimana pun kita berada dan kemana pun kita pergi selalu dilindungi allah SWT.
2. Akan terhindar dari pikiran-pikiran kotor karna pikiran kita selalu mengingat allah SWT.
3. Di akhirat kelak, kita akan diberi tempat yang sangat menyenangkan yaitu surga.


DZIKIR SESUDAH SHALAT


















BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari makalah ini, penyusun menyimpulkan bahwa agama Islam mengajarkan umat Muslim untuk menjalankan ibadah
sesuai syariat, yakni mengajarkan kita tata cara thaharah yang baik, shalat yang baik, ketika melaksanakan khutbah,
memperlakukan jenazah, tata cara haji dan umrah, dzikir dan doa, dan masih banyak lagi.

3.2 Saran
Penyusun berharap agar makalah ini dapat dijadikan rujukan dalam praktik ibadah sehari-hari umat Muslim, supaya
kita mengetahui betapa pentingnya menjalankan ibadah sesuai dengan syariat dan hukum yang telah ditetapkan
menurut Al-Quran dan Hadist.

[ 1 ] Ahmad Bisyri Syakur, Lc., M.A, 2011, The Pocket Fiqih (cara baru memahami fiqih dengan praktis dan cepat, PT.
grafindo media pratama Bandung, Cet. 1. hal 59
[ 2 ] [ 2 ] Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A. dk, 2000, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Isla,. PT. Prenada Media
Bogor, Cet.1, hal 125-30
[3] Rasjid Sulaiman, Fiqih Islam,penerbit sinar baru algensindo,2011,bandung.hal.58
[4] Musannif Effendie, Risalah bimbingan shalat lengkap. Terbitan yayasan sosial pendidikan dan penelitian
islam,M.A.JAYA.Jakarta-Indonesia

[5] Tatang Ibrahim, 2008, (Bandung: Armico), hal. 15.
[6]Drs. H.M. Syamsuddin, M.Pd., 2003, (Bandung: PT. Rosda Karya),cet. Ke -4,hal.14
[7] Imam Malik Ibn Anas, kumpulan hadits al-muwattha imam malik ibn anas (kumpulan hadist dan hukum islam
pertama) ,cet. Ke-1, (Jakarta:Pt. Raja Grafindo Persada).hal.115.
[8]Sulaiman, Fiqih Islam, cet. ke-40, (Jakarta: Sinar Baru Algensindo, 2007), h. 162.
[9]Sulaiman, Fiqih Islam, cet. ke-40, (Jakarta: Sinar Baru Algensindo, 2007), h.165-170.
[10] Machsum, Tuntunan shalat lengkap, 2003,CV.Beringin 55,Surakarta, hal.61-66.
[11] Machsum, Tuntunan shalat lengkap, 2003,CV.Beringin 55,Surakarta, Hal.74-102

Anda mungkin juga menyukai