Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 10
3.2 Saran....................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Istinja’
Istinja’ juga merupakan salah satu cara thaharah dari hadas kecil. Istinja’ berarti mencuci
tempat keluar kotoran dari satu jalan, qubul (depan) dan dubur (belakang), atau mengusap
dengan batu dan semisalnya (Azzam dan Hawwas, 2009:23). Menuru tiga imam, istinja’
wajib dilakukan sebelum melakukan sholat.
Menurut Rahman Ritonga, dalam bukunya, beliau menyatakan bahwa istinja’ adalah
membasuh dengan air atau menyapu dengan batu (Ritonga, 1997:26). Secara khusus
membersihkan najis dengan batu atau benda-benda keras lainnya disebut dengan istijmar, dan
hukum keduanya adalah wajib menurut jumhur ulama.
Tidak diperbolehkan membersihkan najis tinja maupun air kencing menggunakan media
tulang, kotoran hewan yang sudah mengeras (membatu), dan batu yang dimuliakan (Azzam
dan Hawwas, 2009:25)
Menurut Asy Syafi’i, tidak ada keharusan beristinja’ menggunakan batu atau air kecuali
setelah dirinya keluar kotoran, baik dari jalan depan atau jalan belakang (Muchtar, 2014:18).
Secara ringkasnya thaharah dari najis dapat dilakukan dengan istinja’, memercikkan air,
mencuci atau membasuh dengan air dan menyamak (untuk najis berat). Untuk thaharah dari
hadas dapat dilakukan dengan wudlu’ tayammum, dan mandi besar.
2. Wudhu, Tayamum Dan Mandi Besar
a. Wudhu
Perintah wajib wudlu’ bersamaan dengan perintah wajib shalat lima waktu. Secara etimologis
berarti kebersihan (annadhofah). Kamil Musa mendefinisikan wudlu secara terminologi yakni
sifat yang nyata (suatu perbuatan yang dilakukan dengan anggota-anggota badan yang
tertentu) yang dapat menghilangkan hadas kecil yang ada hubungannya dengan shalat atau
ibadah yang lain yang berhubungan dengan Allah (Ritonga, 1997:29).
Syarat-syarat Wudhu
Islam
Mumayiz
Tidak berhadas besar
Air suci mensucikan
Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit
Rukun Wudhu
Niat
Membasuh muka
Membasuh dua tangan sampai siku
Menyapa sebagian kepala
Membasuh dua telapak kaki
Tertib
Sunah Wudhu
Membaca basmalah
Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan sebelum berkumur
Berkumur
Memasukkan air ke hidung
Menyapu seluruh kepala
Menyapu kedua telinga luar dan dalam
Menyela-nyela jari kedua tangan dan menyela-nyela jari kedua kaki
Mendahulukan anggota kanan
Membasuh setiap anggota tiga kali
Jangan bercakap-cakap
Hal-Hal yang Membatalkan Wudhu
Keluar sesuatu dari dua jalan atau salah satunya
Hilang akal
Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan
Menyentuh kemaluan dngan telapak tangan.
Tidur (Mulkhan,1994:221)
b. Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan beberapa
syarat. Tayamum adalah pengganti wudlu atau mandi sebagai rukhsah (keringanan) untuk
orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa udzur:
Udzur karena sakit, kalau ia memakai air bertambah sakitnya atau lambat sembuhnya
menurut keterangan dokter
Karena dalam perjalanan
Karena tidak ada air
Syarat tayamum
Sudah masuk waktu shalat, tayamum disyariatkan untuk orang yang terpaksa,
sebelum masuk waktu shalat maka belum terpaksa
Sudah berusaha mencari air tetapi tidak dapat sedangkan waktu shalat sudah masuk
Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut imam syafi’i tidak sah tayamum selain
dengan tanah akan tetapi menurut pendapat imam yang lain boleh (sah) tayamum
dengan tanah pasir atau batu
Fardu ( tayamum)
Niat
Orang yang akan melaksanakan tayamum hendaknya berniat karena akan mengerjakan shalat
dan sebagainya, bukan semata mata menghilangkan hadats sebab sifat tayamum tidak dapat
menghilangkan hadats, hanya diperbolehkan untuk melakukan shalat karena darurat
Mengusap muka dengan tanah
Mengusap kedua tangan sampai siku dengan tangan
Menertibkan rukun rukun, artinya mendahulukan muka dengan tangan
Sunah tayamum
Membaca bismillah
Mengembus tanah dari dua telapak tangan supaya tanah yang diatas tangan menjadi
tipis
Membaca dua kalimat syahadat sesudah tayamum
Hal Hal Yang Membatalkan Tayamum
Tiap hal yang membatalkan wudlu juga membatalkan tayamum
Ada air. Mendapatkan air sebelum shalat maka batal lah tayamum bagi yang tayamum
karena tidak ada air bukan karena sakit
Menurut asy syafi’i dalam surat Al maidah [5]:6
Ketentuan hukum yang memperbolehkan tayamum adalah ketika dalam kondisi berikut :
Dalam perjalanan dan sulit mendapat air
Orang yang sedang sakit baik ditempat pemukiman atau dalam perjalanan
Cara Bertayamum
Allah berfirman : maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci). Usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan debu itu ( surat almaidah 5:6). Hadits riwayat ibnu shammah menjelaskan
sesungguhnya Rasulullah bertayamum lalu menyapu mukanya dan kedua lengannya.
Asy syafi’i mengatakan bahwa seseorang tidak dinamakan bertayamum kecuali telah
mengusap bagian wajah dan kedua lengan sampai dua siku dengan debu. Siku merupakan
bagian yang wajib disapu. Apabila ia meninggalkan salah satunya baik yang ditinggalkan itu
besar atau kecil lalu mengerjakan shalat, maka shalatnya tidak sah.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Secara etimologi thaharah berarti bersih dan jauh dari kotoran-kotoran, baik yang kasat mata
ataupun yang tidak kasat mata, seperti aib dan dosa. Kata thatharah sendiri berasal dari kata
thahara-yathhuru-thahuran-thaharatan yang berarti suci. Secara terminologi ath thaharah
adalah bersih atau suci dari najis baik najis faktual semisal tinja maupun najis secara hukmi,
yaitu hadats. Dengan kata lain, thaharah adalah keadaan yang terjadi sebagai akibat hilangnya
hadats atau kotoran.
Cara thaharah dari hadas
1. Hadas besar cara mensucikannya yaitu dengan mandi wajib
2. Hadas kecil cara mensucikannya sukup dengan berwudlu’ atau tayammum
Bersuci ada dua bagian :
1. Bersuci dari hadas. Bagian ini khusus untyk badan seperti mandi, berwudlu’, dan
tayammum.
2. Bersuci dari najis. Bagian ini berlaku pada badan, pakaian, dan tempat.
3.2 SARAN
Demikian makalah tentang “Thaharah” ini kami buat. Semoga makalah ini dapat diterima dan
dipahami oleh para pembaca, dan juga membawa manfaat barokah untuk kehidupan yang
selanjutnya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna, dan masih
memerlukan kritik dan juga saran dari para pembaca. Maka dari itu kritik dan saran akan
kami tunggu dan akan kita jadikan sebagai pelajaran dan juga bekal untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://firdajeka.wordpress.com/2018/01/08/contoh-makalah-thaharah/