Anda di halaman 1dari 60

LATAR BELAKANG

1. Thaharah

Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran baik
yang bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti aib.

Adapun secara syar’I thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat


menghalangi kotoran berupa hadast atau najis dengan menggunakan air dan
sebagainya sedangkan untuk mengangkat najis harus dengan tanah.

2. Shalat

Shalat secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab yang berarti do’a.
secara terminologi shalat adalah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan,
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan
rukun-rukun yang telah ditetapkan.

3. Puasa

Menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, sedangkan puasa menurut
syariat ialah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami
istri dan semua hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga
terbenam matahari.

4. Zakat

Zakat menurut bahasa berarti kesuburan, kesucian, pensucian dan keberkataan.


Sedangkan menurut syara’ zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta
tertentu, menurut sifat-sfat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu.

2. Rumusan Masalah

1. Thaharah

Menurut tradisi kitab-kitab fiqih pembahasan thaharah selalu ditempatkan


pada poin yang pertama karena thaharah termasuk ibadah pokok yang diwajibkan
sebagaimana halnya ibadah-ibadah pokok lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.

Di antara bersuci yang diperintahkan ialah wudhu, mandi dan membersihkan najis
dari badan dan pakaian dan semua itu inti dari bersuci.

1
2. Shalat

Shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang paling utama karena
demikian utamanya, maka shalat menjadi pembeda antara orang yang beriman
dengan yang tidak beriman. Rasulullah SAW menyatakan dalam hadistnya :
barangsiapa yang meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja, maka ia telah kafir
yang nyata (H.R Tabrani)

Kemudian Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat merupakan tiang


agama.

3. Puasa

Puasa di bulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya fardu
ain atas setiap muslim yang sudah baligh. Puasa diisyaratkan pada tahun kedua
Hijriah sesudah turunnya perintah shalat dan zakat.

Puasa sudah bermula sejak awal manusia diciptakan di tandai dengan


peristiwa pelarangan Allah SWT kepada nenek kita Adam dan Hawa pada saat
memakan buah khuldi di surga.

4. Zakat

Zakat adalah salah rukun Islam. Demikian pentingnya ibadah ini menduduki
posisi ketiga setelah shalat. Allah menyebutkan soal zakat selalu berdampingan
penyebutannya dengan shalat dalam Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa keduanya
mempunyai arti yang penting dan memiliki hubungan yang erat, shalat merupakan
ibadah jasmaniah yang paling utama sedangkan zakat dipandang sebagai ibadah harta
yang paling mulia.

2
BAB I
THAHARAH
1.1 Definisi

َ ‫ اَل‬yang secara bahasa artinya suci atau


Kata thaharah bersal dari bahasa Arab ُ‫ط َهار‬
bersih. Thaharah menurut syari’at Islam ialah suatu kegiatan bersuci dari hadas maupun
najis sehingga seorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah yang dituntut
harus dalam keadaan suci seperti shalat. Kegiatan bersuci dari najis meliputi bersuci
pakaian dan tempat. Sedangkan bersuci dari hadas dapat dilakukan dengan cara
berwudhu, mandi dan tayammum serta mandi.

Taharah atau bersuci bertujuan untuk menyucikan badan dari najisdan hadas. Najis
adalah kotoran yang mewajibkan seorang muslim untuk menyucikan diri dari dan kepada
apa yang dikenainya.sedangkan hadas adalah suatu kondisi dimana seseorang yang
memilki wajib wudu atau mandi.

Taharah merupakan masalah yang sangat penting dalam agama islam dan
menjadi syarat seseorang yang hendak berhubungan dengan dengan Allah melalui
salat,tawaf dan sebagainya.

1.2 Hikmah Thaharah


Dalam syari’at islam,bersuci memiliki beberapa manfaat antara lain sebagai berikut :
1. Untuk membersihkan badan,pakaiaan,dan tempat dari hadas,dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.
2. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal
3. Menjaga kebersihan lingkungan tempat ibadah
4. Menjaga keberihan lingkungan tempat umum
5. Thaharah termasuk tuntunan fitrah.fitrah manusia cenderung kepada kebersihan dan
membenci kotoran serta hal-hal yang menjijikkan.
6. Memelihara kehormatan dan harga diri.karena manusia suka berhimpun dan duduk
bersama. Islam sangat menginginkan,agar orang muslim menjadi manusia terhormat
dan punya harga diri ditengah-tengah kawannya.
7. Memelihara kesehatan. Kebersiha merupakan jalan utama yang memelihara manusia
dari berbagai penyakit,karena penyakit lebih sering tersebar disebabkan oleh kotoran.
Dan membersihkan tubuh,membasuh wajah,kedua tangan,hidung dan kedua kaki
sebagai anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan kotoran akan
membuat tubuh terpelihara dari berbagai penyakit.
8. Beribadah kepada Allah dalam keaadan suci. Allah menyukai orang-orang yang
gemar bertaubat dan orang-orang yang bersuci.

1.3 Pembagian Najis dan Macam-macamnya


1. Najis mugallazah (tebal), yaitu najis anjing. Benda yang terkena najis ini hendaklah
dibasuh tujuh kali, satu kali diantaranya hendaklah dibasuh dengan air yang
dicampur tanah. Sabda Rasul Saw.:”Cara mencuci bejana seseorang dari kamu
apabila dijilat anjing, hendaklah dibasuh tujuh kali, slah satunya hendaklah dicampur
dengan tanah.”(Riwayat Muslim)
2. Najis mukhaffafah (ringan), misalnya kencing anak laki-laki yang belum memakan
makanan lain selain ASI. Cara mencuci benda yang kena najis ini cukup dengan

3
memercikan air ke benda tersebut meskipun tidak mengalir. Adapun kencing anak
perempuan yang belum memakan makanan selain ASI. Cara mencucinya hendaklah
dibasuh sampai air mengalir di atas benda yang kena najis,dan hilang zat najis dan
sifat-sifatnya, sebagaimana mencuci kencing orang dewasa. Hadist Rasul
Saw.:’Sesungguhnya Ummu Qais telah datang kepada Rasulullah Saw. Beserta bayi
laki-lakinya yang belum makan makanan selain ASI. Sesampainya di depan Rasul
Saw. Beliau dudukan anak itu dipangkuan beliau. Kemudian beliau dikencinginya,
lalu beliau meminta air, lantas beliau percikan air itu pada kencing kanak-kanak tadi,
tetapi beliau tidak membasuh kencing itu.(Riwayat Bukhari dan Muslim). Sabda
Rasul Saw : “Kencing kanak-kanak perempuan dibasuh sedangkan kencing kanak-
kanak laki-laki diperciki(Riwayat Tarmizi)
3. Najis mutawassithah(pertengahan), najis yang lain dari pada yang lain darikedua
najis di atas. Najis ini terbagi atas dua bagian:
a.Najis hukmiyah, yaitu yang kita yakini adanya , tetapi tidak nyata zat, bau,
rasa dan warnanya, hal ini seperti kencing yang sudah lama kering, sehingga sifat-
sifatnya telah hilang. Cara mencuci najis ini cukup dengan mengalirkan air diatas
benda yang kena najis itu.
b. Najis ‘ainiyah, yaitu yang masih ada zat, warna, rasa dan baunya.Kecuali
warna atau bau yang sangat sukar menghilangkannya, sifat ini dimaafkan. Cara
mencuci najis ini hendaklah dengan menghilangkan zat, rasa , warna dan baunya.
4. Pengertian Najis Ma'fu (Najis yang dimaafkan)
Najis yang dimaafkan artinya tak perlu dibasuh/dicuci, misalnya najis bangkai yang
tidak mengalir darahnya, darah atau nanah yang cuma sedikit, debu dan air lorong-
lorong yang memercik sedikit dan sukar menghindarkannya.
Adapun tikus atau cicak yang jatuh kedalam minyak atau makanan yang beku
kemudian ia mati di dalamnya, maka yang dibuang itu cukup makanan atau minyak
yang dikenainya saja. Sedangkan yang lain boleh dipakai kembali. Tetapi bila
makanan atau minyak yang terkena itu cair, maka hukumnya najis. Karena tidak dapat
dibedakan nama yang kena najis dan mana yang tidak kena najis.

1.4 Cara Mensucikan Najis


A. Menyucikan Badan
1.Bersuci dari hadas kecil dengan cara mengerjakan wudhu(mengambil air shalat dan
tayamum).
2. Bersuci dari hadas besar dengan cara ghusl(mandi)atau dengan tayamum bila
seseorang tidak memperoleh air atau tidak dapat memakai iar,lantaran sesuatu hal.
Tayamum adalah suatu rukhshah(keringanan)dalam hukum islam,sebagai pengganti
wudhu dan mandi karena sesuatu halangan(uzur).orang-orang dalam keadaan hadas
besar disebabkan: bersanggama(jima’), keluar mani ketika bermimpi atau karena
pengaruh syahwat, haid(menstruasi), nifas(puerperium) dan keguguran (abortus).
Selanjutnya harus mandi bagi orang-orang yang melakukan “aslama”, yakni orang-
orang yang masuk islam, walaupun mandi pengislaman ini tidak diistilahkan
mengangkat hadas besar orang-orang yang didatangi hadas besar itu namanaya junub.
3. Istinja. Istinja artinya bersuci sesudah keluar kotoran(kemih atau tahi)dari pada
salah satu dari dua pintu,yaitu dengan cara menggunakan air atau dengan tiga buah
batu,apabila tidak terdapat air.
4. Membersihkan badan dari segala kotoran dan najis yang melekat,seperti
darah,nanah,tahi,kemih,dan lai-lain.

4
5. Sunah yang berhubungan dengan kebersihan jasmani untuk kesehatan badan sendiri
dan menghindarkan rasa jijik orang-orang lain dalam pergaulan. Segi ini ialah:
membersihkan mulut,menyikat gigi,mandi memakai sabun.

B. Menyucikan pakaian,bajana dan mesjid


1. Membersihkan pakaian dari pada najis dan kotoran. Syarat sah shalat ialah
memakai pakaian dan tempat sujud yang suci dari najis dan kotoran-kotoran.
2. Air yang menjadi alat dasar untuk bersuci harus pua dengan air yang suci lagi
menyucikan. Air yang demikian itu boleh diminum dan boleh untuk thaharah,yaitu:air
yang jatuh dari langit atau air embun dan air yang terbit dari bumi seperti: air hujan,
air,laut, air sumur, air es, air embun dan air yang keluar dari mata air. Air untuk
thaharah agak berbeda dengan air bersih menurut syarat-syarat kesehatan. Sebab air
yang telah berubah sifat-sifatnya yaitu warna,rasa dan baunya dan yang bukan berasal
dari langit dan bumi tidak dapat digunakan untuk bersuci(thaharah), umpamanya:
airteh,air lemon,air kelapa,dan sebagainya.
3. Membersihkan bejana-bejana,alat-alat dapur dan tempat-tempat makan/minum
karen abersentuhan dengan benda-benda najis. Apabila bejana-bejana dan alat-alat
tersebut menjadi tercemar karena dijilat anjing atau babi harus dicuci 7 kali dengan air
yang suci lagi menyucikan,dan sekurang-kurangnya satu kali dari tujuh itu dicampur
dengan pasir(tanah).
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
“Bersihkan bejana kamu apabila dijilat anjing,bahwa mensucikannya tujuh kali
dengan air,air pertama hendaknya dicampur dengan tanah.”
4. Mesjid yang tercemar oleh najis anjing,harus dibersihkan dan dicuci dengan air
yang bersih.
C. Menyucikan rumah dan pekarangan
Sabda Rasulullah S.a.w.: “bahwasannya Allah itu baik dan wangi. Dia menyukai
kebaikan dan wewangian. Bahwasannya Allah itu bersih lagi baik,menyukai
kebersihan dan kebaikan. Bahwasannya Allah itu sangat murah tangannya, menyukai
kemurahan. Karena itu bersihkanlah halaman-halaman rumahmu. Jangan kamu
menyerupai orang-orang yahudi. Mereka mengumpulkan tahi-tahi binatang dirumah-
rumah mereka”.
D. Menyucikan jiwa dan tingkah laku
Kebersihan rohani dan kesucian laku perbuatan,adalah dua hal yang selalu
dituntut oleh islam. Kesucian jiwa itu dimulai dari tauhid,yaitu jiwa yang suci dari
kepercayaan syirik dengan segala macam bentuknya. Disusul dengan sikap mental
yang tinggi,yaitu niat yang ikhlas,perasaan yang kudus,pikiran yang kreatif,himmah
yang kuat dan cita-cita yang luhur.

5
Menyucikan tingkah laku dimulai dari membersihkan hidup dari perbuatan-
perbuatan bid’ah dan khurafat. Artinya setiap muslim harus hidup sesuai dengan
Sunnah Rasulullah,khuusnya dalam bidang ‘ubudiyah. Dan dalam keseluruhan
hidupnya harus menghiasi dirinya dengan akhlak mulia,sehingga seoarang muslim
menjadi “uswatun hasanah” (teladan paling baik) bagi manusia.

1.5 Wudhu dan Tata cara Wudhu serta yang membatalkan


Definisi wudhu ( ‫ ) ْال ُوض ُْو ُء‬dari sisi bahasa maupun istilah dalam syara’.

Pengertian Secara Bahasa :Al-Imam Ibnul Atsir Al-Jazariy –rahimahullah–


ْ maka yang
(Seorang ahli bahasa) menjelaskan bahwa jika dikatakan wadhu’ (‫)ال ُوض ُْو ُء‬,
ْ maka
dimaksud adalah air yang digunakan berwudhu. Bila dikatakan wudhu’ (‫)ال ُوض ُْو ُء‬,
yang diinginkan disitu adalah perbuatannya. Jadi, wudhu adalahperbuatan, sedang wadhu’
adalah air wudhu’. [Lihat An-Nihayah fi Ghoribil Hadits (5/428)]

Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy –rahimahullah– berkata, “Kata wudhu’ terambil


dari kata al-wadho’ah/kesucian (‫)ا ْل ُوض ُْو ُء‬. Wudhu disebut demikian, karena orang yang
sholat membersihkan diri dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang yang suci”. [Lihat
Fathul Bariy (1/306)]

Pengertian Secara Syariat

Definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk
peribadatankepada Allah ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan tata
cara yang khusus. (asy-Syarhul Mumti’, 1/148)

Sedangkan menurut Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-Sadlan –hafizhohullah-,

َ ٍ‫اء اْأل َ ْربَعَ ِة َماء‬


‫ط ُه ْو ٍر فِيا ْس ِت ْع َما ُل‬ ِ ‫ض‬ ِ ‫ َعلَى‬:‫َم ْعنَى ْال ُوض ُْو ِء‬
َ ‫صفَ ٍةاْأل َ ْع‬

ِ‫ص ٍة فِي الش َْرع‬ ُ ‫َم ْخ‬


َ ‫ص ْو‬

“Makna wudhu’ adalah menggunakan air yang suci lagi menyucikan pada
anggota-anggota badan yang empat (wajah, tangan, kepala, dan kaki) berdasarkan tata
cara yang khusus menurut syari’at”. [Lihat Risalah fi Al-Fiqh Al-Muyassar (hal. 19)]

untuk mensucikan badan dari hadats kecil.

TATA CARA WUDHU

Rukun wudhu ada 6 perkara, yakni niat, membasuh muka, membasuh tangan,
mengusap sebagian kepala dan membasuh kaki, dan tertib. Dari 6 perkara tersebut,
semuanya harus dilaksanakan dengan berurutan dan tenang. Jangan tergesa-gesa atau
terlalu cepat. Untuk lebih detilnya berikut ini tata cara berwudhu yang benar :

6
1. Membaca ‫يم‬
ِ ‫ٱلر ِح‬ ِ ‫ٱلر ۡح َمـ‬
َّ ‫ٰن‬ َّ ِ‫" ِب ۡس ِم ٱهلل‬bismillahirrohmanirrohim" sambil
mencuci kedua belah tangan sampai pergelangan tangan hingga
bersih

2. Berkumur-kumur sambil membersihkan gigi jika ada sisa-sisa


makanan

3. Mencuci lubang hidung 3 kali dari kotoran yang ada


didalam

4. Mencuci muka 3 kali, mulai dari tempat tumbuhnya rambut


kepala hingga bawah dagu dan dari telinga kanan hingga telinga
kiri, sambil niat wudhu. Lafadznya :
‫صغَ ِرفَ ْرضًا ِهللِ تَ َعا لَي‬ ِ ‫لوض ُْو َء ِل َر ْف ِع اْلحَ َد‬
ْ ‫ث اْ ََل‬ ُ ْ‫نَ َويْت ا‬
"Nawaitul Wudluu a Liraf'il Hadastil Ashghari Fardlan
Lillahita'ala"
Artinya : "Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadas kecil,
fardhu karena Allah"

5. Kemudian mencuci kedua belah tangan hingga siku-siku 3


kali

6. Kemudian membasahi sebagian rambut kepala 3 kali

7
7. Kemudian mencuci kedua telinga

8. Dan yang terakhir mencuci kedua kaki hingga diatas mata


kaki 3 kali

Setelah berwudhu, disunnahkan membaca doa setelah wudhu dan menghadap kiblat
sambil mengangkat kedua tangan. Berikut ini adalah lafadz doa setelah wudhu beserta
pengucapan dan artinya :
Asyhadu Alla Ila Haillallaah Wahdahu Laa Syariika Lahu Wa Asyhadu Anna
Muhammadan Abduhu Wa Rasuuluhu, Alloohummaj'alni Minattawwaabiina' Waj'alni
Minal Mu Tathahhiriina Waj'alni Min Ibadi Kash Shaalihiina"
Artinya : "Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang menyekutukan bagi-
Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku
orang yang ahli taubat, dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan
orang-orang yang shaleh"

Perkara-perkara yang Membatalkan Wudhu :

1. Keluarnya air kencing dan sesuatu yang dihukumi air kencing seperti cairan (yang
belum jelas) setelah kencing dan sebelum istibra'
2. Keluarnya tinja, baik dari tempatnya yang tabi'i atau yang lain, banyak ataupun
sedikit.
3. Keluarnya angin dari dubur, baik bersuara maupun tidak.
4. Tidur yang mengalahkan indera pendengar dan indera penglihat (hilang kesadaran).
5. Segala sesuatu yang menghilangkan kesadaran seperti gila, pingsan, mabuk, dan lain-
lainnya.
6. Istihadhah kecil dan sedang (bagi wanita).
7. Mengeluarkan suatu zat dari qubul (kemaluan) dan dubur (anus). Misalnya buang air
kecil, air besar, buang angin/kentut dan lain sebagainya.
8. Kehilangan kesadaran baik karena pingsan, ayan, kesurupan, gila, mabuk, dan lain-
lain.
9. Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya tanpa tutup.
10. Tidur dengan nyenyak, kecuali tidur mikro (micro sleep) sambil duduk tanpa berubah
kedudukan.

8
1.6 Mandi jinabah dan Tata caranya
Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan
air suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke
seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah
untuk menghilangkan hadas besar yang harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah
sholat.
Hukum mandi jinabah :
Para ulama sepakat bahwa seorang yang junub wajib melakukan mandi wajib. Hal
ini berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala (artinya):“Dan jika kalian junub, maka
bersucilah (mandilah).” (QS. Al-Maidah: 6)
Begitu juga dengan wanita yang telah suci dari haidh atau nifasnya, diwajibkan
mandi seperti mandinya orang yang junub. Berkata Al-Imam Al-Mawardi rahimahullah :
“Mandi seorang wanita dari haidh dan nifas seperti mandinya karena junub.” (Al-Hawi
Al-Kabir, 1/226)

TATA CARA MANDI JANABAH

Mandi janabah/mandi wajib memiliki dua cara:

1. Cara yang sederhana.

2. Cara yang sempurna.

Pertama: Cara yang sederhana

Cara mandi janabah yang sederhana namun mencukupi/sah adalah cukup dengan
berniat dalam hati, kemudian mengguyurkan air ke seluruh tubuh secara merata hingga
mengenai seluruh rambut dan kulitnya. (Lihat Al-Minhaj, 3/228)

Kedua: Cara yang sempurna

Mandi janabah/wajib yang sempurna terdiri dari:

1. Niat
Sebelum memulai mandi janabah, maka wajib berniat dalam hati. Karena niat
merupakan pembeda antara mandi biasa dengan mandi wajib.

2. Mencuci kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam wadah air

Hal ini sebagaimana diceritakan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

‫س َل ِم ْن ْال َجنَابَ ِة ي‬
َ َ ‫سله َم إِذَا ا ْغت‬ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ْبدَأ ُ فَيَ ْغ ِس ُل يَدَ ْي ِه ََ َكانَ َر‬
‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak mandi karena junub,


memulai dengan mencuci kedua telapak tangan.” (HR Al-Bukhari 240, Muslim 474)

9
Mencuci kedua telapak tangan dilakukan sebanyak dua atau tiga kali. Disebutkan
dalam riwayat lain dari Maimunah radhiyallahu ‘anha:

ِ ‫س َل َكفه ْي ِه َم هرتَي ِْن أ َ ْو ثَالَثًا ث ُ هم أَدْ َخ َل يَدَهُ فِي اْ ِإلن‬


‫َاء‬ َ َ‫فَغ‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencuci kedua telapak tangannya sebanyak


dua atau tiga kali, kemudian beliau memasukkannya ke dalam wadah air.” (HR.
Muslim 476)

3. Mencuci kemaluan dengan tangan kiri

4. Menggosokkan telapak tangan kiri ke tanah

5. Berwudhu

ternyata berwudhu ketika mandi janabah memiliki beberapa cara, yaitu:

1. Berwudhu secara sempurna seperti wudhu ketika hendak shalat


2. Berwudhu seperti ketika hendak shalat, dengan mengakhirkan mencuci kedua kaki
setelah mandi.
3. Berwudhu seperti wudhu ketika hendak shalat, tanpa mengusap kepala. Dari Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

‫ض ََ َويَ ْغ ِس ُل َوجْ َههُ َوذ َِرا َع ْي ِه ثَالَثًا ثَالَثًاث ُ هم يَ ْغ ِس ُل يَدَ ْي ِه ثَالَثًا َويَسْت‬ ُ ‫ْنش‬
ُ ‫ِق َويُ َمض ِْم‬

َ ْ‫َحتهى إِذَا بَلَ َغ َرأ‬


َ ‫سهُ لَ ْم يَ ْم‬
‫س ْح‬

“Kemudian beliau berwudhu dengan membasuh kedua telapak tangannya


sebanyak tiga kali, lalu memasukkan air ke dalam hidung sekaligus ke dalam mulut
dengan berkumur-kumur, lalu membasuh wajahnya dan kedua tangannya masing-
masing sebanyak tiga kali, hingga ketika sudah masuk bagian kepala beliau tidak
mengusapnya.” (HR. An-Nasa’i 419. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullah dalam Shahih Sunan An-Nasa’i 420 bab tidak mengusap kepala dalam
wudhu ketika mandi janabah).

Nampak dari hadits-hadits di atas, bahwa ketiga cara tersebut semuanya


sunnah untuk dilakukan. Karena masing-masingnya didasari oleh hadits yang shahih
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikianlah salah satu bentuk
penggabungan (jama’) terhadap hadits-hadits diatas yang dilakukan Al-Imam As-
Sindi rahimahullah dalam Syarh Sunan An-Nasa’i (1/225), karya beliau.

4. Menyela-nyela pangkal rambut dengan jari-jemari hingga kulit kepala terasa basah
5. Menuangkan air ke kepala sebanyak tiga kali

Caranya, tuangan air yang pertama untuk bagian kanan kepala, kemudian
tuangan yang kedua untuk bagian kiri kepala, lalu yang ketiga untuk bagian tengah
kepala. Cara ini disebutkan dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

10
َ ‫ق َرأْ ِس ِه اْأل َ ْي َم ِن ث ُ هم اْأل َ ْي‬
‫س ِر فَقَا َل ِب ِه َما ع‬ ِ ِّ ‫س ِط َرأْ ِس ِه ََفَأ َ َخذَ ِب َك ِ ِّف ِه فَبَدَأ َ ِب ِش‬
َ ‫لَى َو‬

“Kemudian beliau mengambil air dengan tangannya, yang pertama beliau


tuangkan air pada bagian kanan kepalanya, kemudian setelah itu bagian yang kiri, lalu
terakhir bagian tengah kepalanya.” (HR. Al-Bukhari no. 250, Muslim no. 478)

Inilah cara yang dipilih oleh sebagian ulama besar seperti Al-Hafizh Ibnu Hajar, Al-
Qurthubi, As-Sinji, Asy-Syaukani, dan yang lainnya (Lihat Nailul Authar, 1/270)

6. Mengguyurkan air ke seluruh tubuh


7. Mencuci kedua kaki

Demikian urutan tata cara mandi janabah yang sempurna. Jika seorang yang
junub, atau wanita yang selesai dari haidh atau nifas telah selesai melakukannya,
maka ia telah suci dari hadats besar.Hendaknya orang yang mandi janabah
memperhatikan

bagian-bagian tubuh yang rawan tidak terkena air, seperti ketiak, pusar, bagian
dalam telinga, dan bagian-bagian lainnya.

1.7 Tayamum dan Tata cara Tayamum serta yang membatalkan


Pengertian Tayamum secara lughat (bahasa) yaitu menyengaja, sedangkan
pengertian secara syara' adalah mendatangkan debu kewajah dan dua tangan dengan
syarat dan rukun tertentu. Ulama berbeda pendapat,apakah tayamum itu rukhshah atau
‘azimah. Menurut satu pendapat: jika karena tidak ada air maka disebut ‘azimah,namun
jika karena udzur (halangan) itu disebut rukhshah (kemurahan).

Tata cara Tayamum:


 Petama adalah niat tayamum [niat dalam hati], jika dilafadzkan maka bacaan niat
tayamum adalah sebagai berikut :

ِّ ‫نويت التِّي ِّمم إلستباحة ال‬


‫صالة فرضاهلل تعالى‬

Nawaitut tayammuma li-istibaahatish shalaati far-dlan lillaahi ta’aala


Artinya : aku niat betayammum untuk dapat mengerjakan shalat; fardlu karena Allah

 Setelah niat tayamum, mula-mula meletakkan dua belah tangan di atas debu untuk
diusapkan ke muka

 Debu yang ada di tangan


ditiup dulu, kemudian selanjutnya
mengusap muka dengan debu, dengan
dua kali usapan
 Urutan cara tayamum
yang ke empat adalah mengusap dua
belah tangan sampai pergelangan tangan
dengan debu sebanyak dua kali usapan

11
 Tertib(Berurutan).Yaitu urut
dari kedua usapan tersebut (berurutan;
wajah dulu kemudian kemudian kedua
tangan).

Yang membatalkantayamum

1. Segala yang membatalkan wudhu.


2. Melihat air sebelum shalat, kecuali yang bertayamum karena sakit.
3. Murtad (Keluar dari Islam).

1.8 Haid, Nifas, Hamil dan Radha’ah (menyusui)


A. Haid

Haidh atau haid (dalam ejaan bahasa Indonesia) adalah darah yang keluar dari
rahim seorang wanita pada waktu-waktu tertentu yang bukan karena disebabkan oleh
suatu penyakit atau karena adanya proses persalinan, dimana keluarnya darah itu
merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan oleh Allah kepada seorang wanita. Sifat
darah ini berwarna merah kehitaman yang kental, keluar dalam jangka waktu tertentu,
bersifat panas, dan memiliki bau yang khas atau tidak sedap.

Haid adalah sesuatu yang normal terjadi pada seorang wanita, dan pada setiap
wanita kebiasaannya pun berbeda-beda. Ada yang ketika keluar haid ini disertai
dengan rasa sakit pada bagian pinggul, namun ada yang tidak merasakan sakit. Ada
yang lama haidnya 3 hari, ada pula yang lebih dari 10 hari. Ada yang ketika keluar
didahului dengan lendir kuning kecoklatan, ada pula yang langsung berupa darah
merah yang kental. Dan pada setiap kondisi inilah yang harus dikenali oleh setiap
wanita, karena dengan mengenali masa dan karakteristik darah haid inilah akar
dimana seorang wanita dapat membedakannya dengan darah-darah lain yang keluar
kemudian.

Wanita yang haid tidak dibolehkan untuk shalat, puasa, thawaf, menyentuh
mushaf, dan berhubungan intim dengan suami pada kemaluannya. Namun ia
diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan tanpa menyentuh mushaf langsung (boleh
dengan pembatas atau dengan menggunakan media elektronik seperti komputer,
ponsel, ipad, dll), berdzikir, dan boleh melayani atau bermesraan dengan suaminya
kecuali pada kemaluannya.

Allah Ta’ala berfirman:

12
ِ ‫طه َْرَنَ ُفَُأ َْتوهن‬
ُ‫ُم ْنُ ََحيْث‬ ْ َ‫َىُي‬
َ َ‫طه َْرَنَ ُفَِإِذَاَُت‬ َ ‫لََُت َ ْْق ََرُبوهنُ ََحت‬
ُ ‫ُو‬
َ ‫يض‬ ْ ِ‫ساءُف‬
ِ ‫يُال َم ِح‬ َ ِِّ‫يضُق ْلُه َوُأَذًىُفَا ْعت َِزلواُْالن‬ ْ ‫َويَ ْسأَلونَكَ ُ َع ِن‬
ِ ‫ُال َم ِح‬
ُِّ ُُ‫ُأ َ َم ََرك‬
‫للا‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang (darah) haid. Katakanlah, “Dia itu adalah
suatu kotoran (najis)”. Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di
tempat haidnya (kemaluan). Dan janganlah kalian mendekati mereka, sebelum mereka
suci (dari haid). Apabila mereka telah bersuci (mandi bersih), maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepada kalian.” (QS. Al-Baqarah: 222).

Batasan Haid :

 Menurut Ulama Syafi’iyyah batas minimal masa haid adalah sehari semalam, dan
batas maksimalnya adalah 15 hari. Jika lebih dari 15 hari maka darah itu darah
Istihadhah dan wajib bagi wanita tersebut untuk mandi dan shalat.
 Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa mengatakan bahwa
tidak ada batasan yang pasti mengenai minimal dan maksimal masa haid itu. Dan
pendapat inilah yang paling kuat dan paling masuk akal, dan disepakati oleh
sebagian besar ulama, termasuk juga Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah juga
mengambil pendapat ini. Dalil tidak adanya batasan minimal dan maksimal masa
haid :

Firman Allah Ta’ala.

ْ ‫يضُُۖ َو َلَُتَ ْْق ََرُبوهنُ ََحت َٰىُ َي‬


َُ‫طه َْرَن‬ ْ ِ‫سا َءُف‬
ِ ‫يُال َم ِح‬ َ ِِّ‫يضُُۖق ْلُه َوُأَذًىُفَا ْعت َِزلواُالن‬ ْ ‫َو َي ْسأَلونَكَ ُ َع ِن‬
ِ ‫ُال َم ِح‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah : “Haid itu adalah suatu
kotoran”. Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan
janganlah kamu mendekatkan mereka, sebelum mereka suci…” [QS. Al-Baqarah : 222].

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan petunjuk tentang masa haid itu
berakhir setelah suci, yakni setelah kering dan terhentinya darah tersebut. Bukan
tergantung pada jumlah hari tertentu. Sehingga yang dijadikan dasar hukum atau
patokannya adalah keberadaan darah haid itu sendiri. Jika ada darah dan sifatnya dalah
darah haid, maka berlaku hukum haid. Namun jika tidak dijumpai darah, atau sifatnya
bukanlah darah haid, maka tidak berlaku hukum haid padanya. Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah menambahkan bahwa sekiranya memang ada batasan hari tertentu dalam
masa haid, tentulah ada nash syar’i dari Al-Qur’an dan Sunnah yang menjelaskan tentang
hal ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahmengatakan :“Pada prinsipnya,
setiap darah yang keluar dari rahim adalah haid. Kecuali jika ada bukti yang
menunjukkan bahwa darah itu istihadhah.”

Berhentinya haid :Indikator selesainya masa haid adalah dengan adanya gumpalan
atau lendir putih (seperti keputihan) yang keluar dari jalan rahim. Namun, bila tidak
menjumpai adanya lendir putih ini, maka bisa dengan mengeceknya menggunakan kapas
putih yang dimasukkan ke dalam vagina. Jika kapas itu tidak terdapat bercak sedikit pun,
dan benar-benar bersih, maka wajib mandi dan shalat. Sebagaimana disebutkan bahwa
dahulu para wanita mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan menunjukkan kapas
yang terdapat cairan kuning, dan kemudian Aisyah mengatakan :

13
َ ‫لََُت َ ْع َج ْلنَ ُ ََحتَىَُت َََريْنَ ُالْقَصةَُالبَ ْي‬
ُ‫ضا َء‬

“Janganlah kalian terburu-buru sampai kalian melihat gumpalan putih.”


(Atsar ini terdapat dalam Shahih Bukhari).

B. Nifas

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita melahirkan.
Darah ini tentu saja paling mudah untuk dikenali, karena penyebabnya sudah pasti, yaitu
karena adanya proses persalinan. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa
darah nifas itu adalah darah yang keluar karena persalinan, baik itu bersamaan dengan
proses persalinan ataupun sebelum dan sesudah persalinan tersebut yang umumnya
disertai rasa sakit. Pendapat ini senada dengan pendapat Imam Ibnu Taimiyah yang
mengemukakan bahwa darah yang keluar dengan rasa sakit dan disertai oleh proses
persalinan adalah darah nifas, sedangkan bila tidak ada proses persalinan, maka itu bukan
nifas.

Batasan nifas

Tidak ada batas minimal masa nifas, jika kurang dari 40 hari darah tersebut berhenti
maka seorang wanita wajib mandi dan bersuci, kemudian shalat dan dihalalkan atasnya
apa-apa yang dihalalkan bagi wanita yang suci. Adapun batasan maksimalnya, para ulama
berbeda pendapat tentangnya.

 Ulama Syafiiyyah mayoritas berpendapat bahwa umumnya masa nifas adalah 40 hari
sesuai dengan kebiasaan wanita pada umumnya, namun batas maksimalnya adalah 60
hari.
 Mayoritas Sahabat seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Aisyah,
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhum dan para Ulama seperti Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Ahmad, At-Tirmizi, Ibnu Taimiyah rahimahumullah bersepakat bahwa
batas maksimal keluarnya darah nifas adalah 40 hari, berdasarkan hadits Ummu
Salamah dia berkata, “Para wanita yang nifas di zaman Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam-, mereka duduk (tidak shalat) setelah nifas mereka selama 40 hari
atau 40 malam.” (HR. Abu Daud no. 307, At-Tirmizi no. 139 dan Ibnu Majah no.
648). Hadits ini diperselisihkan derajat kehasanannya. Namun, Syaikh Albani
rahimahullah menilai hadits ini Hasan Shahih. Wallahu a’lam.
 Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa tidak ada batasan maksimal masa nifas,
bahkan jika lebih dari 50 atau 60 hari pun masih dihukumi nifas. Namun, pendapat ini
tidak masyhur dan tidak didasari oleh dalil yang shahih dan jelas.

C. Hamil

Al-hamlu (hamil) dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata
hamalat. Dikatakan: "al-mar'atu haamil ma haamilatun idsaa kaanat hublaa" (wanita itu
hamil apabila ia sedang mengandung janin).

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

14
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu-
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula) ..." (al-Ahqaf: 15).

Sedangkan menurut istilah fuqaha, yaitu janin yang dikandung dalam perut ibunya,
baik laki-laki maupun perempuan.

Melihat darah ketika hamil

Apabila seorang wanita hamil melihat darah keluar, berlangsung selama masa haid
yang terpendek (sehari-semalam), dan tidak lebih dari masa haid yang terpanajng (15
hari, 15 malam), maka darah ini dianggap darah haid, demikian menurut pendapat yang
lebih nyata. Oleh sebab itu, ia wajib meninggalkan shalat, puasa dan hal-hal lain yang
diharamkan atas wanita yang sedang haid. Adapun bila darah yang dilihatnya kurang dari
masa haid yang terpendek, atau melebihi masa haid yang terpanjang, maka baik yang
pertama maupun yang kedua dianggap darah istihadhah, dan hukumnya mengikuti hukum
darah istihadhah, baik yang berkenaan dengan shalat maupun lainnya.

Dan ada pula yang berpendapat, darah yang dilihat oleh wanita hamil, secara mutlak
dianggap darah istihadhah, apa pun adanya, dan bukan darah haid. Dan hal seperti inilah
yang kebanyakan terjadi. Namun haid yang dialami oleh seorang wanita hamil, kalau
tidak dikatakan tidak mungkin, maka jarang sekali terjadi.

Lama Hamil

Paling pendek, hamil itu berlangsung selama 6 bulan, berdasarkan dua ayat mulia
dalam al-Qur’an, yaitu firman Allah Ta’ala: Mengandungnya sampai menyapihnya adalah
tiga puluh bulan. (Q.S. al-Ahqaf: 15). Dan firman Allah Ta’ala:dan menyapihnya dalam
dua tahun. (Q.S. Luqman: 14). Maksudnya, paling lambat, menyapihnya dan menetek,
adalah setelah anak itu berumur dua tahun.

Apabila masa hamil sampai dengan menyapih anak adalah 30 bulan, sedang saat
harus menyapih itu di kala anak berumur 2 tahun, amaka masa hamil adalah 6 bulan,
yaitu masa hamil yang paling pendek. Artinya, apabila ada seorang wanita yang
melahirkan anak kurang dari 6 bulan setelah perkawinannya, sedang bayinya itu hidup,
maka bayi itu tidak bisa secara pasti dinisbatkan kepada ayahnya.

Adapun umumnya, masa hamil itu 9 bulan, berdasarkan kenyataan. Karena pada
umumnya, wanita melahirkan anak setelah 9 bulan sejak mulainya kehamilan, atau lebih
atau kurang daripada itu beberapa hari. Sedang masa hamil yang terpanjang menurut as-
Syafi’i RH, adalah 4 tahun, yaitu masa kehamilan yang bila tidak dikatakan tidak pernah
terjadi, maka jarang sekali yang sampai sejauh itu, sekalipun bisa saja atau benar-benar
pernah terjadi; yang atas kejadian itu as-Syafi’i mendasari pendapatnya.

D. Radha’ah (menyusui)

Radha'ah adalah penyusuan/menyusui bayi yang dilakukan oleh perempuan selain ibu
kandung. Hal ini terjadi karena banyak faktor. Seperti ibu asli bayi tidak keluar ASI atau

15
tidak mau menyusui atau ibu asli bayi meninggal dunia atau memiliki penyakit yang
menular sehingga dikuatirkan menular ke anaknya apabila memaksa menyusui bayinya,
dan lain sebagainya. Radha'ah memiliki akibat hukum dalam Islam. Yakni, terjadinya
hubungan mahram antara bayi (radhi') dan ibu yang menyusui (murdhi'ah) serta anak-
anaknya ibu yang menyusui.

Dalil Radha’ah/Menyusui :

Dalil Quran :
1. QS Al-Baqarah 2:233

ُ‫وف‬ َ ُ‫ضع ٓو ۟اأ َ ْو ٰلدَك ْمُفَ ََلُجنَا َحُ َعلَيْك ْمُ ِإ ُذَا‬
ِ ‫سل ْمتمُمآُ َءاَتَيْتمُ ُِب ْال َم ْعَر‬ ِ ‫َو ِإ ْنأ َ َردَت ُّ ْمُأََنَُت َ ْست ََْر‬

Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.

2. QS An-Nisâ’ 4:23

ُ‫ُِوأمهٰ تكمُالّٰتِ َٓى‬ ْ ‫ُوُبَنَات‬


َ ‫ُاْل ْخت‬ َ ‫خ‬ ْ ‫ُو ٰخ ٰلتك ْمُ َوُبَنَات‬
ِ َ ‫ُاْل‬ َ ‫ُوأَخ َٰوَتك ْم‬
َ ‫ُو َع ّٰمتك ْم‬ َ ‫تُ َعلَيْك ْمُأمهٰ تك ْم‬
َ ‫ُو َُبنَاَتك ْم‬ ْ ‫َح ِ َِّر َم‬
‫مُمنَ ُالَرضٰ َع ُِة‬ ِّ ِ ‫ك‬ ‫َت‬‫َو‬‫خ‬ َ
ٰ َ ْ ‫ض ْع‬
‫أ‬ ‫ُو‬ ‫م‬ ‫َك‬ ‫ن‬ َ ‫أ َ ْر‬

Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang


perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan;

Dalil Hadits :
1. Hadits Bukhari: ‫إَن ُالَرضاعة َُتحَرم ُما َُتحَرمه ُالولدة‬. Mahram radha'ah sama dengan mahram
karena kelahiran.
2. Hadits Bukhari: ‫يحَرم ُمن ُالَرضاعة ُما ُيحَرم ُمن ُالنسب‬. Mahran radha'ah sama dengan mahram
karena kekerabatan (nasab)

Syarat Radha’ah
1. Adanya air susu manusia (‫)لبنُاْلدمية‬.
2. Air susu itu masuk ke dalam perut (bayi) (‫)وصولُإليُجوفُطفل‬
3. Bayi tersebut belum berusia dua tahun (‫)دوَنُالحولين‬

Rukun Radha’ah
1. Anak yang menyusu (‫)ألَرضيع‬
2. Perempuan yang menyusui (‫)المَرضعة‬
3. Kadar air susu (‫ )مْقدارُاللبن‬minimal yaitu 3 isapan

16
BAB II
SHALAT
2.1 Definisi Sholat

Menurut bahasa,salat berarti doa,sedangkan menurut istilah adalah bentuk ibadah


yang terdiri atas gerakan-gerakan dan ucapan-ucapan yang dimulai dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.

Menurut ahli fikih,sholat adalah perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri degan salam,dengan menjalankannya kita sudah termasuk
beribadah kepada Allah SWT Sesuai dengan syariat-syariat yang telah ditentukan.

Menurut ahli hakikat,sholat adalah menghadapkan jiwa kepada Allah sehingga dapat
melahirkan rasa takut kepada Allah SWT dan dapat membangkitkan kesadaran terhadap
kebesaran serta kesempurnaan kekuasaannya.

Menurut ahli makrifat,sholat adalah menghadap kepada Allah SWT dengan sepenuh
jiwa dan sebenar-benarnya khusyuk dihadapanya serta ikhlas kepadanya disertai dengan
hati dalam berdzikir,berdoa,dan memuji.

Salat yang diwajibkan bagi setiap muslim adalah salat lima waktu yang terdiri atas
Zuhur empat rakaat,Asar empat rakaat,Magrib tiga rakaat.isya empat rakaatdan subuh dua
rakaat.

Salat merupakan ibadah khusus,karena itu tata cara pelaksanaanya harus sesuai
dengan contoh yang dilakukun oleh Nabi. Mencontoh salat nabi dapat dipelajari melalui
hadist-hadistnya sebagaimana disabdakannya

“salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat.”(Hadis riwayat Bukhari)

Salat dalam agama islam menempati tempat yang paling tinggi di antara ibada-ibadah
yang lain yang lain bahkan Nabi menempatkannya sebagai tiang agama,sebagaimana
sabda Nabi:

“Pokok urusan ialah islam,sedang tiangnya adalh salat,dan puncaknya adalah


berjuang dijalan Allah.”(Al-Hadis)

Amal seorang muslim yang pertama kali diperhitungkan diakhirat adalah salat dan
amal yang lainnya akan memilki makna atau tidak sangat tergantung kepada
salatnya,sabda Nabi:

“Amalan yang mula-mula dihisab dari seseorang hamba pada hari kiamat adalah salat.
Jika ia baik, baiklah seluruh amalannya,sebaliknya jika jelek,jeleklah semua amalannya

(Hadis riwayat jabrani dari AbduRah bin Qut)

17
2.2 Rukun sholat
Rukun-rukun shalat terdiri dari 13 rukun yang wajib anda ketahui :

1. Berdiri bagi yang mampu


2. Takbiiratul-Ihraam,
3. Membaca Al-Fatihah pada setiap rakaatnya,
4. Ruku’,
5. I’tidal setelah ruku’,
6. Sujud dengan anggota tubuh yang tujuh sebanyak dua kali dengan tuma’ninah,
7. Duduk di antara dua sujud,
8. Thuma’ninah (Tenang) dalam semua amalan,
9. Tertib rukun-rukunnya,
10. Tasyahhud Akhir,
11. Duduk untuk Tahiyyat Akhir,
12. Shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
13. Salam dua kali.

2.3 Syarat sah shalat


Syarat sah shalat ialah:
1. Beragama Islam
2. Sudah baligh dan berakal
3. Suci dari hadist
4. Suci seuruh anggota badan,pakain dan tempat
5. Menutup aurat,laki laki auratnya antara pusar dan lutut,sedang wanita seluruh
anggota badannya kecuali muka dan dua belah tapak tanga.
6. Masuk waktu yang telah di tentukan untuk masing masing shalat
7. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnah
8. Menghadap kiblat
2.4 Shalat-shalat sunah

Shalat sunnah adalah shalat yang dilakukan diluar ibadah shalat wajib. Kita pun
dianjurkan melaksanakn shalat sunnah. Shalat wajib ibarat modal,sedangkan shalat
sunnah adalah keuntungannya.

Shalat sunnah ada dua bagian: Muthlaqah danMuqayyadah. Muthlaqah adalah yang
dikenal dengan sunnah rawatib, yaitu yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat wajib.
Ia terdiri dari dua bagian: muakkadah (yang ditekankan) dan ghairu muakkadah (tidak
ditekankan).

1. Shalatsunnah muakkadah ada sepuluh raka’atDari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma,


ia berkata, “Aku ingat sepuluh raka’at dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : dua
raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudahnya. Dua raka’at sesudah Maghrib,
dua raka’at sesudah ‘Isya’, serta dua raka’at sebelum shalat Shubuh. Pada saat itulah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salalm tidak mau ditemui. Hafshah Radhiyallahu anhuma
menceritakan padaku bahwa jika mu-adzin mengumandangkan adzan dan fajar (yang
kedua) telah terbit, beliau shalat dua raka’at.”.Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma,

18
“Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan empat raka’at
sebelum shalat Zhuhur, dan dua raka’at sebelum shalat Shubuh.”
2. Shalat sunnah ghairu muakkadah: Dua raka’at sebelum shalat ‘Ashar, Maghrib, dan
‘Isya’.Dari ‘Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:“Di antara dua adzan (antara adzan dan iqamat-ed.) ada shalat, di
antara dua adzan ada shalat.” Kemudian beliau berkata pada kali yang ketiga, “Bagi
siapa saja yang menghendakinya.”

Disunnahkan untuk menjaga empat raka’at sebelum shalat ‘Ashar

Dari ‘Ali Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa mengerjakan shalat empat raka’at sebelum shalat ‘Ashar. Beliau memisahkan antara
raka’at-raka’at tadi dengan mengucapkan salam pada para Malaikat muqarrabiin (yang
didekatkan kepada Allah), dan yang mengikuti mereka dengan baik dari kalangan
muslimin dan mukminin.” Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

َ ً ‫ َر ِح َم للاُ ْام َرأ‬.


ْ َ‫صلهى قَ ْب َل ْالع‬
‫ص ِر أ َ ْربَعًا‬

“Semoga Allah merahmati orang yang shalat empat raka’at sebelum ‘Ashar.” [8]

2.5 Sunah shalat


Sunnah dalam shalat adalah
1. Mengangkat kedua tangan pada empat posisi
2. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri.
3. Membaca Do’a Iftitah
4. Membaca Ta’awudz sebelum membaca surat Alfatihah
5. Membaca Amin sesudah membaca surat Alfatihah
6. Membaca surat atau ayat Alquran setelah membaca surah Alfatihah
7. Mengeraskan bacaan surat Alfatihah dan Surah/ayat ketika waktu shalat Maghrib,
Isya dan Shubuh
8. Membaca takbir setiap berpindah rukun
9. Meluruskan punggung dengan belakang kepala ketika ruku’
10. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud
11. Membaca Sami’allohu Liman hamidah dan Robbana lakalhamdu ketika i’tidal
12. Membaca doa perlindungan sesudah membaca tasyahud akhir

2.6 Yang membatalkan shalat

Shalat seseorang akan batal apabila ia melakukan salah satu di antara hal-hal berikut ini:

1. Meninggalkan salah satu syarat shalat, atau rukunnya. Seperti sabda Rasulullah
SAW kepada orang a’rabiy (badui) yang tidak bagus shalatnya:“Kembalilah shalat
karena kamu belum shalat.” (HR Asy Syaikhani). Di antaranya adalah terbuka
aurat, berubah arah kiblat, berhadats saat shalat.
2. Makan minum dengan sengaja meskipun sedikit. Sedang jika terjadi karena lupa,
atau tidak tahu, atau ada selilit di antara gigi yang ditelan, maka itu tidak
membatalkan menurut mazhab Syafi’iy dan Hanbali.
3. Sengaja berbicara di luar bacaan shalat. Sedang jika dilakukan karena tidak tahu
hukumnya, atau lupa maka tidak membatalkan shalat, seperti dalam hadits

19
Muawiyah bin Al Hakam As Salamiy, yang berbicara ketika shalat karena tidak
tahu hukumnya, dan Rasulullah tidak menyuruhnya mengulang shalat, tetapi
mengatakan kepadanya: “Sesungguhnya shalat ini tidak baik untuk bicara dengan
sesama manusia, sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir, dan membaca Al Qur’an.”
(HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dan An Nasa’iy)
4. Banyak bergerak dengan sengaja atau lupa di luar gerakan shalat. Tetapi jika
terpaksa seperti menolong orang dalam bahaya, menyelamatkan orang yang hendak
tenggelam, ia wajib menghentikan shalatnya.
5. Tertawa dan terbahak-bahak keduanya membatalkan shalat. Tertawa adalah yang
terdengar orang yang melakukan itu saja, sedang terbahak-bahak adalah yang
terdengar orang lain. Sedang tersenyum tidak membatalkan.
6. Salah baca yang merubah makna dengan perubahan yang keji, atau kalimat kufur.
7. Makmum yang ketinggalan dua rukun fi’liyah dengan sengaja tanpa sebab, atau
mendahuluinya dengan dua rukun fi’liyah menurut mazhab Syafi’iy meskipun ada
sebab. Seperti jika imam membaca dengan cepat sehingga makmum di belakangnya
ketinggalan asal tidak lebih dari tiga rukun dimaksud.
8. Mengingatkan bacaan bukan imamnya. Atau imam membetulkan bacaan orang
yang tidak ikut shalat bersamanya menurut mazhab Hanafi

2.7 Waktu-waktu shalat

Pembahasan mengenai waktu-waktu shalat ini akan di mulai dari shalat subuh terlebih
dahulu walaupun kebanyakan ulama memulainya dari shalat zhuhur. Wallahul muwaffiq
‘ilash shawab.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata, “Sekelompok pengikut mazhab


kami (mazhab Hambali) seperti Al-Khiraqi dan Al-Qadhi pada sebagian kitabnya serta
selain keduanya, memulai dari waktu shalat zhuhur. Di antara mereka ada yang memulai
dengan shalat fajar/subuh seperti Abu Musa, Abul Khaththab, dan Al-Qadhi pada satu
pembahasan, dan ini yang lebih bagus karena shalat wustha (shalat pertengahan) adalah
shalat ashar. Shalat ashar bisa menjadi shalat wustha apabila shalat fajar merupakan
shalat yang awal7.” (Al-Ikhtiyarat dalam Al-Fatawa Al-Kubra, 1/45)

1. Cahaya kemerah-merahan yang terlihat di arah barat setelah matahari tenggelam.


2. Yakni dalam dua hari untuk mengajariku tata cara shalat dan waktu-waktunya.
(‘Aunul Ma’bud, Kitab Ash-Shalah, bab fil Mawaqit)
3. Yaitu saat matahari tenggelam dan masuk waktu malam dengan dalil firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:
4. ‫ام ِإلَى اله ْي ِل‬ ِّ ِ ‫ث ُ هم أَ ِت ُّموا ال‬
َ ‫ص َي‬
5. “Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam hari.”
6. Awal terbitnya fajar yang kedua berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Makan dan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian benang yang putih dari
benang yang hitam dari fajar (jelas terbitnya fajar).”
7. Lihat keterangan tentang isfar dalam pembahasan waktu shalat fajar yang akan
datang setelahnya.
8. Dengan demikian boleh mengerjakan shalat di awal waktunya, di pertengahan dan
di akhir waktu. (‘Aunul Ma’bud, Kitab Ash-Shalah, bab fil Mawaqit)
9. Sehingga bila diurutkan menjadi sebagai berikut:
10. Shalat pertama: shalat fajar, kedua: shalat zhuhur, ketiga: shalat ashar, keempat:
shalat maghrib, kelima: shalat isya.

20
11. Dengan demikian shalat ashar jatuh pada pertengahan, sehingga diistilahkan shalat
wustha.

2.8 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan shalat

Al-Imam Ghozzali berkata :Di dalam sholat terdapat 12.000 hal yang kemudian
dihimpun dalam 12 macam, barangsiapa yang hendak mengerjakan sholat maka harus
memperhatikan 12 hal tersebut agar sholatnya sempurna.6 hal sebelum mulai
mengerjakan sholat dan 6 hal lagi ketika mengerjakan sholat.

12 hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Ilmu Pengetahuan
Nabi Muhammad SAW bersabda :“Amal sedikit dengan ilmu itu lebih baik,
daripada amal banyak tanpa ilmu”
2. Wudlu
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Tidak sah sholat melainkan dengan suci”
3. Pakaian
Alloh SWT berfirman : “Pakailah pakaianmu yg bagus pada setiap (memasuki)
masjid”(QS.Al-‘Arof:7:31)
4. Memelihara Waktu
Alloh SWT berfirman : “Sungguh sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS.An-nisa.4:103)
5. Menghadap Qiblat
Alloh SWT berfirman : “Maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil harom dan
dimana saja kama berada maka hadapkanlah wajahmu kearah itu”. (QS.Al-
Baqoroh.2:150)
6. Niat
Nabi Muhammad SAW bersabda :“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu harus
disertai niat dan balasan bagi setiap amal seseorang adalah sesuai apa yang dia
niatkan”
7. Takbirotul Ikhrom
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Yang mengharamkan sholat (dari segala sesuatu
yang bukan amalan sholat), adalah takbir dan yang menghalalkannya (dari segala
sesuatu yang bukan amalan sholat) adalah salam”
8. Berdiri
Alloh SWT berfirman : “Dan laksanakanlah sholat karena Alloh Ta’ala dengan
khusyu’.(QS.Al-Baqoroh.2:238)
9. Membaca ayat suci al-qur’an
Alloh SWT berfirman : “Karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-
Qur’an”.(QS.Al-Muzzamil.73:20)
10. Ruku’
Alloh SWT berfirman : ‘Dan ruku’ lah” (QS.Al-Baqoroh.2:43)
11. Sujud
Alloh SWT berfirman : “Dan sujudlah”(QS.Al-Hajj.22:77)

21
12. Duduk
Nabi Muhammad SAW bersabda : ‘Apabila seseorang telah mengangkat kepalanya
dari sujud yang terakhir dan ia duduk kira kira cukup untuk membaca tasyahud
maka telah sempurnalah sholatnya”
a. Shalat berjamaah dan tata caranya

Berjamaah berasal dari bahasa Arab, yaitu jamaah, yang artinya berkumpul
atau banyak. shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan bersama-sama
sekurang-kurangnya dilakukan oleh dua orang dengan tertib dan teratur, sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadis, yang satu bertindak sebagai imam yang satu lagi
bertindak sebagai makmum.Hukum sholat berjamaah adalah sunah muakad,
yaitu pekerjaan yang lebih utama dikerjakan oleh Nabi Muhammad saw. Ada
juga yang mengatakan bahwa hukum shalat berjamaah adalah fardu kifayah atau
wajib kifayah. Artinya, jika di masyarakat sudah ada yang melaksanakan shalat
berjamaah, yang lain tidak terkena dosanya. Akan tetapi, apabila di masyarakat
Islam tidak ada yang shalat berjamaah, masyarakat itu akan terkena dosa.

Dasar hukum shalat berjamaah adalah :

Artinya :
Dari Abdullah ibnu Umar r.a. Rasulullah saw. bersabda: "shalat berjamaah lebih
utama dari shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (H.R. Bukhari dan
Muslim)

2.9 Tata Cara Shalat Berjamaah


a. Berjamaah Campuran
Susunan saf untuk makmum campuran
adalah barisan pertama kelompok
atau jamaah pria, berikutnya anak-
anak, dan di belakangnya wanita,
jangan pada tempat yang renggang
antara seorang makmum dengan
makmum lain. Hadi£ Nabi
Muhammad saw yang artinya:
“Penuhkanlah olehmu jarak yang
kosong di antara kamu, maka
sesungguhnya setan dapat masuk di
antara kamu seperti anak kambing
(H.R. Ahmad)

b.Berjamaah Dua Orang atau Lebih


Jika makmum sendirian atau shalat berjamaah dua orang, posisi makmum
harus di sebelah kanan imam, hampir sejajar dengan imam, atau jarak

22
antara imam dan makmum, disunahkan tidak lebih dari 3 zira, yaitu kurang
lebih50cm.
Susunan sesuai dengan hadis yang artinya :Pada suatu saat, ketika Nabi
Muhammadsaw. akan shalat Magrib, saya datang lalu berdiri sebelah kirinya,
beliau mencegahku dan menyuruhku berdiri di sebelah kanannya, kemudian
datang temanku, lalu kami berbaris di belakangnya.Akan tetapi, jika makmum
masbuq, makmum yang kanan bergeser satu langkah ke belakang, dan
makmum masbuq tepat di belakang imam merapat dengan makmum muwafiq.

Jika ada masbuq satu lagi, maka masbuq merapat ke sebelah kiri imam.
Seterusnya, ada dua masbuq lagi maka masbuq yang satu ke sebelah kanan,
masbuq yang kedua di sebelah kiri. Perhatikan gambar berikut ini!

Niat Bacaan Shalat Berjamaah


Misalnya, niat imam shalat Zuhur. Bacaannya adalah:

Artinya:Aku berniat shalat fardu Zuhur empat rakaat menghadapkiblat


menjadiimam karena Allah semata.

Makmum Wajib Mengikuti Perbuatan Imam


Dalam shalat berjamaah, makmum wajib mengikuti perbuatan imam atau gerakan
imam. Demikian pula bacaan yang dibaca imam, semua dibaca pula oleh makmum, seperti
dia shalat sendiri, kecuali beberapa hal berikut ini:
a) Jika imam membaca surah Al-Fatihah dinyaringkan, makmum wajib
mendengarkannya dengan saksama, tidak boleh mengikuti. Demikian pula, jika imam

23
membaca surah-surah lainnya yang dinyaringkan, makmum wajib mendengarkannya,
dengan saksama tidak boleh mengikuti bacaan.
b) Apabila imam selesai membaca surat Al-Fatihah pada kata walad dallin, makmum
membaca aamiin dan jika imam membaca “sami’allaahu liman hamidah,” makmum tidak
boleh mengikutinya, tetapi hendaklah makmum menyambut dengan ucapan: “rabbanaa
lakalhamd……”
c) Apabila imam membaca surah Al-Fatihah dan surah lainnya yang tidak dinyaringkan,
makmum wajib membaca surah Al-Fatihah dan sunah membaca surah lainnya.
d) Jika imam batal, imam harus mengundurkan diri dan digantikan oleh makmum yang
di belakangnya, dengan cara maju ke depan menggantikan kedudukan imam.
e) Apabila imam keliru, makmum di belakangnya memperingatkan imam dengan bacaan
subhanallah.” Itu jika makmumnya laki-laki, sedangkan bila makmumnya perempuan, ia
menepuk belakang tangan kirinya dengan telapak tangan kanan.
f) Untuk makmum masbuq, dia harus menambah kekurangan rakaatnya, yaitu: setelah
imam memberi salam, ia meneruskan shalatnya. Jika dia sempat mengikuti imam
membaca Al-Fatihah dari awal, dia mendapat rakaat itu. Sebagaimana hadis Nabi
Muhammad saw yang artinya:
Jika ia mendapatkan imam, sedangkan kita ketinggalan, maka ikuti apayang ia
kerjakan.Dahului dengan berniat dan takbiratul ihram. Apabila kamu mendengar iqamat,
maka berjalanlah kamu berburu-buru, yang kamu dapati keadaan imam boleh kamu kerjakan.
Dan apa yang kau ketinggalan, maka kamu sempurnakan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

2.10 Shalat jum’at dan tata caranya

Salat Jumat (Arab: ‫ صالة الجمعة‬Salāt al-Jum`ah) adalah aktivitas ibadah salat
wajib yang dilaksanakan secara berjama'ah bagi lelaki Muslim setiap hari Jumat yang
menggantikan salat dzhuhur. Salat Jumat hanya dipraktikkan oleh penganut Sunni dan
tidak dipraktikkan oleh penganut Syi'ah.[1]

Sholat Jumat adalah sholat 2 rokaat yang dilakukan di hari Jumat secara
berjamaah setelah khutbah Jumat setelah masuk waktu Dhuhur.Untuk
dapatmelakukan sholat Jum’at berjamaah, jumlah yang hadir harus minimal 40 orang
dan dilakukan di masjid yang dapat menampung banyak jamaah.Hukum sholat jumat
bagi laki-laki adalah wajib. Hal ini berdasarkan dalil sholat Jumat yang diambil dari
Al Qur’an, As-Sunnah dan ijma atau kesepakatan para ulama. Dalilnya adalah surat
Al Jumu’ah ayat 9 yang berbunyi,

Hai orang-orang yang beriman, apabila diserukan untuk menunaikan sholat


Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli."

Sedangkan hadist Nabi yang memerintahkan untuk melaksanakan sholat Jumat


adalah dari hadist Thariq bin Syihab yang bunyinya,

Jumatan adalah hak yang wajib atas setiap muslim dengan berjamaah, selain
atas empat (golongan), yakni budak sahaya, wanita, anak kecil atau orang yang
sakit." (HR. Abu Dawud)

24
Jadi, hukum shalat Jum’at bagi laki-laki adalah fardhu ‘ain, yakni wajib
dilakukan bagi setiap laki-laki. Sedangkan bagi wanita tidak diwajibkan, namun tetap
harus melaksanakan sholat Dhuhur.

Adapun pelaksanaan sholat jum’at sama seperti sholat lainnya. Di mulai dengan
membaca niat sholat Jum’at seperti dibawah ini:

Artinya: "Aku niat shalat fardhu jumat 2 rakaat menghadap kiblat mengikuti
imam karena Allah ta'ala."

Tatacara Shalat Jum’at

`Sebelum berangkat ke masjid untuk shalat Jum’at, mandi dan menggosok gigi,
kemudian memakai pakaian yang paling baik dan bersih, memakai wangi-wangian.
Menjelang waktu dhuhur, para jamaah berdatangan ke masjid, kemudian shalat
tahiyatul masjid dan shalat sunnah sekehendaknya (jumlah rakaatnya tidak ditentukan
melainkan sesuai dengan kemampuan masing-masing). Atau, duduk sambil
menunggu imam (khatib) naik ke mimbar. Khatib naik ke mimbar dan mengucapkan
salam lalu duduk. Kemudian dikumandangkan adzan, setelah selesai adzan lalu khatib
berdiri untuk memulai khutbah. Setelah khutbah selesai, lalu dikumandangkan
iqamah, dan selanjutnya imam memimpin shalat jamaah Jum’at dua rakaat dengan
bacaan yang keras (jahr) seperti imam memimpin shalat Maghrib, Isya’ dan Shubuh.

2.11. Sholat Janazah dan Tata Caranya

Shalat jenazah adalah shalat yang dikerjakan sebanyak 4 kali takbir, dan hokum
dari shalat jenazah adalha fardu kifayah (kewajiban yang ditujukan kepada orang
banyak, tetapi bila sebagian sudah melaksanakan maka gugurlah kewajiban bagi yang
lain).

RasulullahSAWbersabda : “Shalatkanlah mayat-mayatmu!” (HR. Ibnu Majah).

“Shalatkanlah olehmu orang-orang yamg sudah meninggal yang sebelumnya


mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” (HR. Ad-Daruruquthni).

Keutamaan orang yang menshalatkan jenazah dijelaskan dalam hadits berikut :

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda : ” Siapa yang mengiringi jenazah
dan turut menshalatkannya maka ia memperoleh pahal sebesar satu qirath (pahala

25
sebesar satu gunung), dan siapa yang mengiringinya sampai selesai
penyelenggaraannya, ia akan mamperoleh dua qirath.” (HR. Jama’ah dan Muslim).

Berikut ini adalah Tata CaraSholat Jenazah :

1. Berdiri tegak menghadap kiblat, Kedua belah tangan berada di samping sejajar
dengan pinggul, Sedangkan kepala agak tunduk ke sajadah. Hati dan pikiran
berkonsentrasi, lalu membaca lafal shalat jenazah, yaitu : a. Jika jenazah orang laki-
laki:

USHALLII 'ALAA HAADZAL MAYYITI ARBA'A TAKBIIRAATIN FARDHAL


KIFAAYATI MA'MUUMAN LILLAAHITA' AALAA,
Jika jenazah orang perempuan:

USHALLII 'ALAA HAADZIHIL JANAAZATI ARBA'A TAKBIIRAATIN FARDHAL


KIFAAYATI MA'MUUMAN LILLAAHITA' AALAA.

(Jika menjadi imam, kata MA'MUUMAN diganti dengan -IMAAMAN!)


2. Setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah tangan diangkat (jari-jari
terbuka rapat, kecuali ibu jari!) sejajar dengan kedua bahu (ujung jari-jari sejajar
dengan telinga!) sambil mengucapkan "ALLAAHU AKBAR". Pada saat tangan
diangkat dan mulut mengucapkan kalimat takbir ini, hatinya mengatakan: "Aku niat
shalat atas jenazah ini 4 takbir, fardhu kifayah mengikut imam, karma Allah Ta'ala."
(Jika sebagai imam, jika sebagai ma'mum diganti dengan 'menjadi ma'mum'!).
Setelah hati selesai mengucapkan niat, dan bacaan takbir selesai, kedua belah tangan
diturunkan perlahan-lahan, dan diletakkan di atas pusar dan di bawah dada, Tangan
kanan diletakkan di atas tangan kiri, lalu langsung mem-baca isti'adzah dan Al-Fatihah
(tanpa membaca do'a iftitah!).

26
3. Setelah selesai membaca surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan bertakbir yang kedua
sambil mengangkat kedua tangan dengan gerakan sama seperti gerakan pada takbir
pertama (tapi tanpa niat), dalam posisi tetap berdiri, tanpa ruku dan tanpa sujud.
Selesai bertakbir kedua tangan kembali ke posisi semula, yaitu bersedekap, lalu
membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.yang lafalnya

Sekurang-kurangnya (minimal):

Yang paling sempurna (lengkap):

Artinya: "Wahai Allah! Berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan
berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah
memberi keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, sungguh di alam semesta ini
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia"
4. Selesai membaca shalawat, dilanjutkan dengan bertakbir yang ketiga sambil
mengangkat kedua tangan, tanpa ruku' dan tanpa sujud Selesai bertakbir, kedua
tangan kembali: ke posisi semula, yaitu bersedekap, lalu membaca doa yang ditujukan
untuk jenazah, yaitu:
a. Sekurang-kurangnya:

Jika jenazah seorang perempuan, maka lafalnya:

27
b. Yang paling sempurna (lengkap):

Jika jenazah seorang perempuan, maka lafalnya:

Artinya: "Wahai Allah! Ampunilah dia,berilah dia rahmat, berilah dia kesejahteraan,
maafkanlah kesalahdnnya, luaskanlah tempat kediamannya, bersihkanlah dia dengan air, es
dan embun, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana baju putihdibersihkan
dari kotoran, dan gantilah rumahhya dengan rumah yang lebih baik, keluarganya dengan
keluarga yang lebih baik, dan istri (suami)nya dengan istri (suami) yang lebih baik, dan
peliharalah dia dari fitnah (siksa) kubur dan azab neraka"
Jika jenazah seorang anak laki - laki yang masih kecil (belum baligh), maka doanya:

28
Jika seorang anak perempuan, maka lafalnya:

Artinya: "Wahai Allah! Jadikanlah dia sebagai simpanan pendahuluan bagi


kedua orang tuanya, titipan, pelajaran (nasihat), contoh, penolong, dan beratkanlah
timbangan (kebaikan) kedua orang tuanya, curahkanlah kesabaran di hati mereka
berdua, janganlah Kau jadikan fitnah bagi mereka berdua setelah kematiannya,
janganlahKau cegah pahalanya bagi mereka berdua."

Selesai membaca doa untuk jenazah, dilanjutkan dengan bertakbir yang


keempatsambilmengangkat keduatangan,tanparuku'

Jika jenazah seorang perempuan maka lafalnya :

29
5. Setelah membaca doa tersebut dilanjutkan membaca salam, sambil menoleh kekanan
dan ke kiri, yaitu

Setelah itu membaca surat Al-Fatihah bersama-sama dan imam hendaklah


membaca doa, sedangkan makmum mengamininya. Adapun doa yang dibaca setelah
selesai shalat jenazah adalah:

2.12Hikmah dan Keutamaan Shalat

1. Tinjauan dari segi moral

Shalat merupakan benteng hidup kita agar jangan sampai terjerumus ke dalam
perbuatan keji dan munkar.Disamping itu shalat juga membersihkan jiwa dari sifat-
sifat yang buruk, khususnya cara-cara hidup yang materialis yang menjadikan urusan
duniawi lebih penting dari segala-galanya termasuk ibadah kepada Allah.

Disamping hal-hal diatas, shalat juga membina rasa persatuan dan persaudaraan
antara sesama umat Islam.

2. Tinjauan dari segi fisik (kesehatan)

Hikmah shalat menurut tinjauan kesehatan ini dijelaskan oleh DR. A. SABOE
yang mengemukakan pendapat ahli-ahli (sarjana) kedokteran yang termasyhur
terutama di barat. Mereka berpendapat sebagai berikut :

a. Bersedekap, meletakkan telapak tangan kanan diatas pergelangan tangan kiri


merupakan istirahat yang paling sempurna bagi kedua tangan sebab sendi-sendi,
otot-otot kedua tangan berada dalam posisi istirahat penuh. Sikap seperti ini akan
memudahkan aliran darah mengalir kembali ke jantung,serta memproduksi getah
bening dan air jaringan dari kedua persendian tangan akan menjadi lebih baik
sehingga gerakan di dalam persendian akan menjadi lebih lancar. Hal ini akan
menghindari timbulnya bermacam-macam penyakit persendian seperti
rheumatik. Sebagai contoh, orang yang mengalami patah tangan, terkilir maka
tangan/lengan penderita tersebut oleh dokter akan dilipatkan diatas dada ataupun
perut dengan mempergunakan mitella yang disangkutkan di leher.

30
b. Ruku’, yaitu membungkukkan badan dan meletakkan telapak tangan diatas lutut
sehingga punggung sejajar merupakan suatu garis lurus. Sikap yang demikian ini
akan mencegah timbulnya penyakit yang berhubungan dengan ruas tulang
belakang, ruas tulang pungung, ruas tulang leher, ruas tulang pinggang, dsb.
c. Sujud, sikap ini menyebabkan semua otot-otot bagian atas akan bergerak. Hal ini
bukan saja menyebabkan otot-otot menjadi besar dan kuat, tetapi peredaran urat-
urat darah sebagai pembuluh nadi dan pembuluh darah serta limpa akan menjadi
lancar di tubuh kita. Dengan sikap sujud ini maka dinding dari urat-urat nadi
yang berada di otak dapat dilatih dengan membiasakan untuk menerima aliran
darah yang lebih banyak dari biasanya, karena otak (kepala) kita pada waktu itu
terletak di bawah. Latihan semacam ini akan dapat menghindarkan kita mati
mendadak dengan sebab tekanan darah yang menyebabkan pecahnya urat nadi
bagian otak dikarenakan amarah, emosi yang berlebihan, terkejut dan sebagainya
yang sekonyong-konyong lebih banyak darah yang di pompakan ke urat-urat nadi
otak yang dapat menyebabkan pecahnya urat-urat nadi otak, terutama bila
dinding urat-urat nadi tersebut telah menjadi sempit, keras, dan rapuh karena
dimakan usia.
d. Duduk Iftrasy (duduk antara dua sujud & tahiyat awal), posisi duduk seperti ini
menyebabkan tumit menekan otot-otot pangkal paha,hal inimengakibatkan
pangkal paha terpijit. Pijitan tersebut dapat menghindarkan atau menyembuhkan
penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang menyebabkan tidak dapat berjalan.
Disamping itu urat nadi dan pembuluh darah balik di sekitar pangkal paha dapat
terurut dan tirpijit sehingga aliran darah terutama yang mengalir kembali ke
jantung dapat mengalir dengan lancar. Hal ini dapat menghindarkan dari penyakit
bawasir.
e. Duduk tawaruk (tahiyat akhir), duduk seperti ini dapat menghindarkan penyakit
bawasir yang sering dialami wanita yang hamil.Kemudian duduk tawaruk ini
juga dapat untuk mempermudah buang air kecil.
f. Salam,diakhiri dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal ini sangat berguna
untuk memperkuat otot-otot leher dan kuduk, selain itu dapat pula untuk
menghindarkan penyakit kepala dan kuduk kaku.

31
BAB III
ZAKAT

3.1 Definisi Zakat

Zakat berasal dari kata zaka yang bermakna al-numulu (menumbuhkan),


alziyadah(menambah), al-barakah (memberkatkan), dan at-thahir (menyucikan).
(Abdurrahman Qadir, 2001 : 62)Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti
suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya
terkandung harapan untuk beroleh berkat, membersihkan jiwa dan memupuknya
dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq : 5)

Zakatmenurut IstilahSyarah hadits pilihan Bukhari Muslim, Abdullah bin


Abdurrahman Ali Bassam:367 berpendapat bahwa zakat berarti hak wajib dalam harta
yang khusus, yaitu hewan ternak, hasil bumi, uang tunai, barang dagangan, yang
diperuntukkan bagi delapan golongan yang disebutkan di dalam surat At-Taubah pada
waktu tertentu yaitu genap satu tahun, selain buah-buahan bahwa waktu panennya
merupakan waktu yang diwajibkan.

Dalam Kifayatul Akhyar juz 1, Muhammad Al-Husaini, Taqiyuddin Abu Bakr


berpendapat zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.

Adapun menurut Sayyid Sabiq (Fikih Sunnah juz 3), zakat ialah nama atau sebutan
dari sesuatu hak Allah Ta'ala yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.

3.2 Macam- macam Zakat

Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut.

1. Zakat mal (zakat harta), yaitu zakat emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan
(buah-buahan dan biji-bijian), dan barang perniagaan.
2. Zakat nafs, yaitu zakat jiwa yang dinamai juga dengan zakat fitrah (zakat yang
diberikan berkenaan dengan telah selesainya mengerjakan puasa Ramadan)

Secara terperinci macam-macam zakat ada 8 (delapan) jenis yaitu sebagai


berikut.

a. Zakatan’am (binatang).
b. Zakat emas dan perak.
c. Zakat bahan makanan yang mengenyahgkan (zakat zuru).
d. Zakat buah-buahan.
e. Zakat harta perniagaan.
f. Zakat hasil tambang (zakat madin).
g. Zakat harta terpendam (zakat rikaz).
h. Zakat fitrah

32
3.3 Yang berhak menerima zakat

Ada 8 golongan yang berhak menerima zakat, baik zakat fitrah atau zakat mal,
dan dibagikan kepada mereka sesuai dengan tartib (kebutuhan) yang tertera dalam al-
qur’an. Karena Allah telah membuat sepasi antara golongan dan golongan dengan
waw al-‘athaf. Firman Allah yang artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah
untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang,
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(Qs at-taubah ayat: 60)

1) Al-fuqara’

Orang faqir (orang melarat) Yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, tidak
memiliki harta dan tidak mempunyai tenaga untuk menutupi kebutuhan dirinya dan
keluarganya.

2) Al-Masakin

Orang miskin berlainan dengan orang faqir, ia tidak melarat, ia mempunyai


penghasilan dan pekerjaan tetap tapi dalam keadaan kekurangan, tidak mencukupi
untuk menutupi kebutuhan dirinya dan keluarganya.

3) Al’amilin

Yaitu amil zakat (panitia zakat), orang yang dipilih oleh imam untuk
mengumpulkan dan membagikan zakat kepada golongan yang berhak menerimanya.
Amil zakat harus memiliki syarat tertentu yaitu muslim, akil dan baligh, merdeka, adil
(bijaksana), medengar, melihat, laki-laki dan mengerti tentang hukum agama

4) Almuallafah

Yaitu orang yang baru masuk islam dan belum mantap imannya, terbagi atas tiga
bagian:

 orang yang masuk islam dan hatinya masih bimbang. Maka ia harus didekati
dengan cara diberikan kepadanya bantuan berupa zakat
 orang yang masuk islam dan ia mempunyai kedudukan terhormat. Maka diberikan
kepadanya zakat untuk menarik yang lainya agar masuk islam
 orang yang masuk islam jika diberikan zakat ia akan memerangi orang kafir atau
mengambil zakat dari orang yang menolak mengeluarkan zakat.

5) Dzur- Riqab

Yaitu hamba sahaya (budak) yang ingin memerdekan dirinya dari majikannya
dengan tebusan uang.

33
6) Algharim

Yaitu orang yang berhutang karena untuk kepentingan peribadi yang bukan maksiat
dan tidak sanggup membayarnya. Orang ini sepantasnya dibantu dengan diberikan
zakat kepadanya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat
Islam atau berhutang untuk kemaslahatan umum seperti membangun masjid atau
yayasan islam maka dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu
membayarnya.

7) Fi sabilillah (Almujahidin)

Yaitu Orang yang berjuang di jalan Allah (Sabilillah) tanpa gajih dan imbalan demi
membela dan mempertahankan Islam dan kaum muslimin.

8) Ibnu Sabil

yaitu musafir yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil) yang bukan bertujuan
maksiat di negeri rantauan, lalu mengalami kesulitan dan kesengsaraan dalam
perjalanannya.

3.4 Yang Tidak Berhak Menerima Zakat

Ada beberpa golonga yang tidak berhak (haram) menerima zakat dan tidak shah
zakat jika diserahkan kepada mereka, antara lain sebagai berikut:

 Orang kafir atau musyrik


 Orang tua dan anak termasuk ayah, ibu, kakek, nenek, anak kandung dan cucu
laki-laki dan perempuan
 Istri, karena nafkahnya wajib bagi suami
 Orang kaya dan orang yang mampu untuk bekerja
 Keluarga Rasulullah saw yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Berdasarkan
hadist yang diriwayatkan dari Abdul Muttalib bin Rabiah bin Harks, sabda
Rasulullah saw,

“Sesungguhnya shadaqah (zakat) itu adalah kotoran manusia, sesungguhnya ia


tidak halal (haram) bagi Muhammad dan bagi sanak keluarganya”. (HR Muslim)

3.5 Kadar,Tata cara Haul dan Nisab

Makna Pengertian HaulDitinjau dari sudut pandang bahasa, haul mengandung


makna yang berasal dari bentuk kata mufrod yaitu "hu'uulun" dan kata yang lain
adalah ahwalun. Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama. Dimana dari keduanya
sama-sama disandarkan dengan kata assanah yang memiliki makna "tahun".
Sementara itu, jika ditinjau dari segi istilah, arti kata haul yang dijelaskan dalam surat
al-Baqarahayat 240 pada gambar berikut ini:

34
Makna Pengertian Nisab/Nishab/Nisob

Menurut bahasa, Nisab mengandung makna tangkai nishabul mal: adalah suatu
takaran yang telah mencapai guna wajib zakat. Dari penjelasan nishab menurut bahasa
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, pengertian Nishab menurut istilah adalah
batasan-batasan yang harus dicapai terkait suatu harta kekayaan sehingga seseorang
memiliki kewajiban untuk melakukan zakat. Nishab ini merupakan salah satu syarat
yang wajib hukumnya dipenuhi bagi orang yang hendak melakukan zakat. Tanpa
adanya nishab, maka seseorang tersebut belum wajib mengeluarkan zakat. Adapun
bila seseorang tersebut hendak memberi, itu dengan niatan untuk bersadaqoh dan
bukan berzakat.

a. Nisab dan Haul Zakat Emas, Perak dan Uang


Ketiga jenis harta, yaitu emas, perak dan uang zakatnya dikeluarkan setelah
dimiliki secara pasti selama satu tahun qomariyah (haul). Besar nisab dan jumlah yang
harus dikeluarkan berbeda-beda. Nisab emas 91,92 gram emas murni, nisab uang
sama dengan nisab emas tersebut. Dan menurut Qardawi nisabnya senilai 85 gram.
Sedangkan nisab perak senilai 642 gram perak, dan menurut mazhab Hanafi nisabnya
senilai 700 gram.
b. Nisab dan Haul Zakat Barang yang diperdagangkan
Nisab barang yang diperdagangkan sama dengan nisab emas yaitu 91,92 gram,
dan menurt qardawi seanilai 85 gram emas dan dikeluarkan tiap akhit tahun.
c. Nisab dan Haul Zakat Hasil peternakan
Yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah binatang ternak yang telah
dilpelihara selama satu tahun di tempat pengembalaan dan tidak dipekerjakan sebagai
tenaga pengangkutan dan sebagainya dan sampai nisabnya.[3] Untuk kambing 40-120
ekor, zakatnya 1 ekor kambing, setiap 121-200 ekor zakatnya 2 ekor, dan 201-300
zakatnya 3 ekor, selanjutnya setiap pertambahan 100 ekor zakatnya tambah 1 ekor.
Nisab sapi adalah 30 ekor, 30-39 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur satu tahun lebih,
40-59 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur dua tahun lebih, 70-79 ekor zakatnya 2 ekor
sapi berumur satu tahun dan dua tahun lebih, selanjutnya setiap penambahan 30 ekor
zakatnya 1 ekor sapi berumur satu tahun lebih danseterusnya.
d. Nasab dan Haul Zakat Hasil Bumi
Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus
dilakukan setiap kali panen atau menunai. Nisabnya kurang lebih 1.350 kg gabah atau
750 kg beras. Kadar zakatnya 5 % untuk hasil bumi yang diairi atas usaha penanam
sendiri dan 10 % kalau pengeirannya tadah hujan tanpa usaha yang menanam.

35
e. Nisab dan Haul Zakat Hasil tambang dan barang temuan
Dalam kitab-kitab fiqh, barang tambang dan barang temuan yang wajib
dizakati hanyalah emas dan perak saja.[4] Nisab barang tambang sama dengan nisab
emas dan perak dan dikeluarkan setiap kali barang tambang itu selesai diolah.
Sedangkan barang temuan zakatnya dikeluarkan setiap orang menemukan barang
tersebut. Menurut kesepakatan ulama empat mazhab, harta temuan wajib dizakati
seperlimanya (20%) dan tidak ada nisabnya

3.6 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Masalah Zakat

Apa hukum melaksanakan zakat fitrah?

Hukum melaksanakannya adalah wajib. Allah SWT berfirman, “Dirikanlah


shalat dan tunaikanlah zakat.” (QS. Al-Baqarah: ayat 110).

“Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul agar kamu
mendapat rahmat.” (QS. An-nur: ayat 56).

“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan, satu sha`
tamar (kurma) atau satu sha` sya`ir (gandum) atas setiap orang yang merdeka atau
hamba sahaya laki-laki maupun perempuan Muslin.” (HR Jama`ah).

Siapa sajakah yang diwajibkan untuk membayarnya?

Kewajiban menunaikanzakat fitrah berlaku pada setiap orang dari kaum Muslim
tanpa membedakan antara orang yang merdeka dengan hamba sahaya, laki-laki dan
perempuan, anak-anak dan dewasa, fakir, kaya, bahkan bayi yang baru lahir pun tetap
dikenakan wajib zakat. Namun untuk bayi, yang membayar adalah orangtua atau
walinya.Hadits Nabi SAW, dari Abu Hurairah ra:“Dari Abu Hurairah ra, diwajibkan
zakat fitrah atas orang merdeka dan hamba sahaya laki-laki dan perempuan, anak-
anak dan dewasa, fakir dan kaya.”

Apa sajakah yang dizakati dalam zakat fitrah?

Makanan yang menjadi makanan pokok setempat. Bila makanan pokok suatu
negeri adalah gandum, maka gandumlah yang dizakati. Namun bila makanan pokok
suatu negeri adalah beras, seperti di negeri kita Indonesia, maka beraslah yang
dizakati.

“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan, satu sha`
tamar (kurma) atau satu sha` sya`ir (gandum) atas setiap orang yang merdeka atau
hamba sahaya laki-laki maupun perempuan Muslin.” (HR Jama`ah).

Berapakah takaran yang wajib dikeluarkan dalam zakat fitrah?

Para ulama dan umat Islam Indonesia telah bersepakat bahwa besarnya zakat
fitrah adalah 2,5 kg beras (makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia),
disamakan dengan satu sha` tamar (kurma) atau satu sha` syair (gandum). Hal ini
didasarkan pada hadits riwayat Bukhori dan Muslim, dari Ibnu Umar:

36
“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha` tamar (kurma) atau
satu sha` sya`ir (gandum).”Satu sha`= 4 mud, satu mud kira-kira 0,6 kg, jadi
satu sha` setara dengan kira-kira 2,4 kg. Lalu dibulatkan menjadi 2,5 kg.

Kapankan waktu membayar zakat fitrah?

Penunaian zakat fitrah dimulai dari awal Ramadhan hingga sebelum orang-
orang berangkat untuk pergi melaksanakan shalat Id.

Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Rasulullah SAW menyuruh kami mengeluarkan


zakat fithri sebelum manusia pergi shalat.”

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menunaikannya sebelum shalat, maka


itulah zakat yang diterima. barangsiapa menunaikannya sesudah shalat, maka itu
dipandang sedekah biasa.”

Menurut riwayat Bukhari, bahwa para sahabat memberikan zakat fithrah


sebelum hari raya, sehari atau dua hari.

Siapa sajakah yang berhak menerima zakat?

Ada 8 golongan yang berhak menerima zakat, baik itu zakat, sebagaimana
disebutkan dalam surah At-Taubah.Allah SWT berfirman:“Sesungguhnya zakat itu
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya
(muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang
berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.”
(QS.At-Taubah: ayat 60).

Namun golongan yang diutamakan menerima zakat fitrah ialah fakir miskin,
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:

“Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang
berpuasa dari perkataan kosong dan keji, dan sebagai pangan bagi orang-orang
miskin.”

3.7 Hikmah dan Keutamaan Zakat

1. Zakat merupakan rukun Islam ketiga setelah shalat, terletak di tengah-tengah antara
lima rukun Islam yang lain, didahului dengan syahadah dan shalat, lalu diikuti
dengan puasa dan menuaikan haji bagi mereka yang berkemampuan, sebagai rukun
terakhir.
2. Apabila diteliti, kita mendapati bahwa zakat berbeda dari rukun-rukun Islam yang
lain. Kesemua rukun Islam merupakan amalan taabudiyah kepada Allah. Akan
tetapi, kita lihat, zakat tidak hanya berhubungan dengan Allah (habluminallah),
tetapi juga berhubungan dengan manusia (habluminannaas) secara langsung.
3. Zakat merupakan rukun istimewa yang Allah turunkan dan tetapkan sebagai rukun
Islam yang menyentuh secara langsung tentang penghidupan atau ekonomi umat
Islam. Inilah satu-satunya amalan ibadah yang Allah wajibkan dan tetapkan sebagai
rukun Islam.

37
4. Zakat memiliki kontribusi dan peran besar dalam dakwah dan jihad yang mutlak
membutuhkan harta. Urgensi keterkaitan antara dakwah dan harta, tercermin secara
implisit di dalam Al-Qur`an, tatkala menyebutkan batas pengorbanan seorang
muslim kepada Islam, umumnya kata "amwal" (harta) selalu diiringi dengan kata
"anfus" (jiwa). Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, jiwa
dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.... (QS At-Taubah[9]:
111). Dari sini, tampaknya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa zakat merupakan
sebuah kewajiban yang memiliki efek peran integral, meliputi pembinaan pribadi,
keluarga, masyarakat, negara dan terwujudnya khilafah sebagai sasaran akhir
dakwah Islam.

B. Hikmah Zakat

Pertama, sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-


Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus
mengembangkan harta yang dimiliki. Selain itu, zakat juga bisa dijadikan sebagai
neraca, guna menimbang kekuatan iman seorang mukmin serta tingkat kecintaannya
yang tulus kepada Rabbul izzati. Sebagai tabiatnya, jiwa manusia senantiasa dihiasi
oleh rasa cinta kepada harta, sebagaimana firman Allah, dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga). (QS Ali Imran[3]:14)

Kedua, menolong, membantu dan membina kaum dhuafa (orang yang lemah
secara ekonomi) maupun mustahiq lainnya ke arah kehidupannya yang lebih baik dan
lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak,
dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus
memberantas sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul ketika mereka (orang-
orang fakir miskin) melihat orang kaya yang berkecukupan hidupnya tidak
memedulikan mereka.

Ketiga, Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang
dibutuhkan oleh ummat Islam, seperti saran ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan
ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM)
muslim.

Keempat, Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi


harta, sehingga diharapkan akan lahir masyarakat makmur dan saling mencintai
(marhammah) di atas prinsip ukhuwah Islamiyyah dan takaful ijtima'i.

Kelima, menyebarkan dan memasyarakatkan etika bisnis yang baik dan benar.

Keenam, menghilangkan kebencian, iri, dan dengki dari orang-orang sekitarnya


kepada yang hidup berkecukupan, apalagi kaya raya serta hidup dalam kemewahan.
Sementara, mereka tidak memiliki apa-apa, sedang tidak ada uluran tangan dari orang
kaya kepadanya.

38
Ketujuh, dapat menyucikan diri dari dosa, memurnikan jiwa (tazkiyatun nafs),
menumbuhkan akhlak mulia, murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan, dan
mengikis sifat bakhil atau kikir serta serakah. Dengan begitu, suasana ketenangan
batin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, akan
selalu melingkupi hati.

Kedelapan, menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam


distribusi harta (social distribution), dan keseimbangan tanggung jawab individu
dalam masyarakat.

Kesembilan, zakat adalah ibadah mliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi
sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan merupakan perwujudan
solidaritas sosial, rasa kemanusiaan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat
persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan
golongan miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan
yang kuat dengan yang lemah.

Kesepuluh, mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, di mana hubungan


seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya
dapat menciptakan situasi yang aman, tenteram lahir batin. Dalam masyarakat seperti
itu tidak akan ada lagi kekhawatiran akan hidupnya kembali bahaya atheisme dan
paham atau ajaran yang sesat dan menyesatkan. Sebab, dengan dimensi dan fungsi
ganda zakat, persoalan yang dihadapi kapitalisme dan sosialisme dengan sendirinya
sudah terjawab. Akhirnya sesuai dengan janji Allah SWT.

39
BAB IV

PUASA

4.1 Definisi Puasa

Kata puasa di adopsi dari bahasa arab yaitu kata shiyam. Kata ini disebut
dalam Al-Qur’an sebanyak 13 kali.112 dalam pengertian hukum syariat, dan sekali
yang berarti menahan diri untuk tidak berbicara. Kata Shaum untuk arti kedua
terdapat dlam firman Allah SWT ketika berkisah tentang Maryam: “Sesungguhnya
aku telah bernazar berpuasauntuk Tuhan yang maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”(QS. Maryam19;26)

Selain pengertian secara bahasa diatas,ada pula definisi puasa yang


dikemukakan oleh beberapa ahli Agama:

 Menurut Mohammad Asad, puasa adalah “the obstinence of speech” memaksa


diri untuk tidak bercakap, perkataan yang negatif, berbahaya dan merugikan
seperti memfitnah, berbohong, caci maki,mengadu doma dan sebagainya.
 Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, puasa bisa menjadikan orang mapu membiasakan
diri untuk dapat bersifat dengan salah satu sifat Allah . sifat tidak makan dan
minum meskipun hanya untuk sementara waktu, sekaligus dapat menyerupakan
diri dengan orang-orang yang muraqabah.
 Menurut Yusuf al-Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga dan
segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk
manifestasi rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah Swt,
dalam hal meninggalkan segala larangan. Untuk melatih jiwa dalam rangka
menyempurnakan ibadah kepadanya.

4.2 Penetapan Awal dan Akhir puasa


a. Penetapan dengan hisab melalui pendekatan wujudul hilal.
Artinya awal Ramadhan dan awal Syawal ditetapkan berdasarkan
perhitungan hisab asalkan posisi hilal berada di atas ufuk berapa pun derajat
tingginya, walaupun kurang dari 0,5 derajat, dan walaupun hilal tidak dapat
dilihat dengan mata kepala, karena yang penting hilal sudah wujud. Jadi
rukyatul hilal bil fi’li tidak perlu dilakukan dalam penetapan awal atau akhir
bulan.
b. Penetapan dengan hisab melalui pendekatan imkanur rukyat.
Artinya awal Ramadhan dan awal Syawal ditetap-kan berdasarkan
perhitungan hisab asalkan posisi hilal berada pada ketinggian yang mungkin
dirukyat (imkanur rukyat). Pada umumnya, mereka yang berpendapat seperti ini
menetapkan bahwa hilal yang imkan dirukyat minimal berada pada posisi dua
derajat. Oleh karena itu, apabila posisi hilal kurang dari dua derajat tidak imkan
dirukyat dan tidak bisa ditetapkan sebagai awal Ramadhan dan awal Syawal,
sehingga awal ramadhan dan awal Syawal ditetapkan pada hari berikutnya.
c. Penetapan dengan rukyat bil fi’li.
Artinya awal ramadhan dan awal Syawal harus tetap didasarkan pada
melihat bulan sabit. Hisab hanya berfungsi sebagai pemandu dalam melakukan
rukyat bil fi’li agar rukyat yang dilakukan menjadi efektif. Sekalipun demikian,
tidak setiap syahadah atau rukyat bil fi’li bisa diterima. Syahadah atau rukyat bil

40
fi’li yang bisa diterima adalah apabila posisi hilal berada di atas ufuk.Apabila
posisi hilal di bawah ufuk, maka harus ditolak.

Dari penjelasan di atas kita ketahui bahwa pendapat pertama dan ke dua dalam
menetapkan awal dan akhir Ramadhan dengan menggunakan hisab tanpa melakukan
rukyat, sedangkan pendapat ke tiga lebih mengedepankan rukyat bil fi’li, sehingga
awal ramadhan dan awal Syawal baru bisa ditetapkan setelah melakukan rukyatul
hilal pada malam 30 Sya’ban dan 30 Ramadhan. Apabila hilal dapat di-rukyat
sekalipun kurang dari dua derajat maka awal Ramadhan dan awal Syawal dapat
ditetapkan. Dan kalau tidak berhasil dirukyat maka ditetapkan hari berikutnya dengan
cara istikmal (menyempurnakan umur bulan menjadi 30 hari).

4.3 Puasa-puasa Sunnah

Dalam ajaran agama islam terdapat beberapa jenis puasa sunnah, yaitu:

1. PUASA ARAFAH

Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada hari kesembilan
bulan Dzulhijjah bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji. Dalam
sebuah hadist Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalah telah bersabda yang
artinya: “Tiada amal yang soleh yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih
disukai daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama dalam bln Dzulhijjah).”
(Hadist Riwayat al-Bukhari).

Dan dalam Taudhih Al-Ahkam, Asy-Syaikh Abdullah Al-Bassam berkata:

“Puasa hari arafah adalah puasa sunnah yang paling utama berdasarkan
ijma’ para ulama.”
Jika Puasa Arafah disunnahkan bagi mereka yang sedang tidak
melaksanakan ibadah haji, lalu bagaimana dengan mereka yang sedang
melaksanakan ibadah haji di tanah suci?
Al-Imam As-Syafie’i telah berpendapat bahwa bagi mereka yang pada saat
itu sedang melaksanakan ibadah haji di Arafah akan lebih baik apabila mereka
tidak melakukan puasa di hari itu, dengan tujuan agar mereka kuat dalam
berdo’a dan menjalankan ibadah haji di sana. Imam Ahmad RadiAllahuanhu
pun mengatakan bahwa “Jika ia sanggup berpuasa maka boleh berpuasa, tetapi
jika tidak hendaklah ia berbuka, sbb hari ‘Arafah memerlukan kekuatan
(tenaga).”

Adapun niat dalam melakukan puasa arafah adalah “Nawaitu ashoumul


arafah lilyaumil ghoddi lillahi Ta’ala.” artinya “Saya niat puasa Arafah.

2. PUASA DI SEMBILAN HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH

Di sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah, umat muslim dianjurkan


untuk memperbanyak amalan seperti berdzikir, istigfar, berdo’a, bersedekah,
serta yang paling ditekankan adalah melakukan puasa. Mengapa? Karena
mengerjakan puasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah sama seperti kita

41
berpuasa selama setahun penuh serta seperti kita mengerjakan sholat setiap
malam yang sebanding dengan sholat pada malam Lailatul Qodar.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:”Tiada
sebarang hari pun yang lebih disukai Allah dimana seorang hamba beribadat di
dalam hari-hari itu daripada ibadat yang dilakukannya di dalam 10 hari
Zulhijah. Puasa sehari di dalam hari itu menyamai puasa setahun dan qiamulail
(menghidupkan malam) di dalam hari itu seumpama qiamulail setahun.”
Dalam Hadist yang diriwatkan oleh Hunaidah bin Khalid, dari isterinya, dari
beberapa istri Nabi SAW:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan puasa sembilan hari di awal
bulan Zulhijjah, di Hari Asyura dan tiga hari di setiap bulan iaitu hari Isnin
yang pertama dan dua hari Khamis yang berikutnya.” (Hadith Riwayat Imam
Ahmad dan an-Nasa’ie)

3. PUASA TASU’A

Puasa Tasu’a adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 9


Muharam. Puasa ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada
keesokan harinya yaitu di tanggal 10 Muharram. Kenapa harus begitu? Karena
dihari yang sama yaitu tanggal 10 Muharram orang-orang Yahudi juga
melakukan puasa.
Jadi melakukan puasa ditanggal 9 Muharram untuk mengiringi puasa
keesokan harinya akan dapat membedakan dengan puasa yang dilakukan oleh
orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ketika
Rasulullah Sshallallahu ‘Alaihi Wa sallam sedang melaksanakan puasa Asyura,
dan beliau memerintahkan para sahabat untuk melakukan puasa di hari itu juga,
ada beberapa sahabat yang berkata yang artinya:“Wahai Rasulullah,
sesungguhnya tanggal 10 Muharram itu, hari yang diagungkan orang Yahudi
dan Nasrani.” Lalu Rasulullah menjawab yang artinya “Jika datang tahun depan,
insyaaAllah kita akan puasa tanggal 9 (Muharram)”.”Ibnu Abbas melanjutkan,
“Namun belum sampai menjumpai Muharam tahun depan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.” (HR. Muslim 1916).

Adapun niat untuk melaksanakan puasa Sunnah tasu’a adalah


“Nawaitu sauma gadhin min yaumi tasu’a sunnatan lillahi ta’ala.” yang artinya
“Aku berniat puasa Sunnah Tasu’a karena Allah Ta’ala.”

4. Puasa Asyura (10 Muharram)

Ini adalah puasa sunnah yang dilakukan pada keesokan hari setelah
melakukan puasa sunnah Tasu’a. Imam As-Syafii dan pengikut madzhabnya,
imam Ahmad, Ishaq bin Rahuyah, dan ulama lainnya mengatakan bahwa
dianjurkan menjalankan puasa di hari kesembilan dan kesepuluh bulan
Muharram secara berurutan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam- Bersabda yang artinya:“Seutama-utama puasa setelah
Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah
shalat fardhu, ialah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)

42
Adapun niat puasa Asyura adalah “Nawaitu sauma ghodin min yaumi
‘asyura sunnattan lillahi ta’ala.” yang artinya “Aku berniat puasa sunnah
Asyura’, karena Allah ta’ala.”

Dari Abu Qatadah Al Anshari Radhiallahu Anhu, ia berkata yang


artinya:“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai
puasa pada hari ‘Asyura`, beliau menjawab: “Ia akan menghapus dosa-dosa
sepanjang tahun yang telah berlalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Dari penjelasan di atas jelas sudah bahwa puasa sunnah yang dilakukan pada
tanggal 10 Muharram adalah puasa sunnah yang terbaik dan terutama setelah
menjalankan puasa Romadhon, dan keutamaannya adalah Allah akan
mengampuni semua dosa setahun yang lalu. Yang dimaksud dengan semua dosa
di sini adalah dosa-dosa yang kecil, sedangkan dosa-dosa besar tidak akan
diampuni oleh Allah kecuali dengan taubat dan rahmat dari Allah.

5. PUASA SYAWAL

Puasa syawal merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan pada enam hari di
bulan syawal yang merupakan sunnah Nabi Muhammad Sholallahu alaihi
Wassalam. Adapun untuk pelaksanaannya bisa dilakukan secara berurutan
maupun secara terpisah.Akan tetapi menurut fatawa Ibni Utsaimin dalam kitab
“Ad-Da’wah“, 1:52–53 menyatakan bahwa “Boleh melaksanakan puasa sunnah
secara berurutan atau terpisah-pisah. Namun, mengerjakannya dengan
berurutan, itu lebih utama karena menunjukkan sikap bersegera dalam
melaksanakan kebaikan, dan tidak menunda-nunda amal yang bisa
menyebabkan tidak jadi beramal.”

Untuk menjalankannya ibadah puasa sunnah syawal, niatnya adalah


“Nawaitu sauma ghodin an sittatin min syawalin sunattan lillahi taala.”

6. PUASA SENIN-KAMIS

Puasa senin kamis merupakan puasa sunnah yang paling sering dikerjakan
oleh Rasulullah sholallahu Alaihi Wassalam. Dari Abu Harrairah Radiallahu
Anhu pernah berkata:
“Bahwasanya Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak berpuasa
pada hari Senin dan Kamis.” Dan ketika Rasulullah ditanya tentang alasnnya,
Beliau bersabda “Sesungguhnya segala amal perbuatan dipersembahkan pada
hari Senin dan Kamis, maka Allah akan mengampuni dosa setiap orang muslim
atau setiap orang mukmin, kecuali dua orang yang bermusuhan.” Maka Allah
pun berfirman “Tangguhkan keduanya.” (HR. Ahmad)
Mengapa Puasa Sunnah senin kamis sangat dianjurkan oleh Baginda Rasul?
Dalam sebuah Hadist yang disampaikan Abu Hurrairah,, Rasulullah Sholallahu
Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:“Segala amal perbuatan manusia pada
hari Senin dan Kamis akan diperiksa oleh malaikat, karena itu aku senang
ketika amal perbuatanku diperiksa aku dalam kondisi berpuasa.” (HR.
Tirmidzi)
Selain itu, dalam sebuah hadist, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga
bersabda:“Hari itu adalah hari di mana aku dilahirkan, dan di mana aku
dijadikan Rasul dan diturunkannya padaku wahyu”. (H.R. Muslim)

43
Adapun niat puasa senin kamis adalah :

 “NAWAITU SAUMA YAUMAL ITSNAII SUNNATAN LILLAHI


TANA’ALA” yang artinya “Saya niat puasa hari Senin, sunnah karena
Allah ta’ala.”
 “NAWAITU SAUMA YAUMAL KHOMIISI SUNNATAN LILLAHI
TAA’ALA” yang artinya “Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah
ta’ala.”

7. PUASA DAUD

Puasa daud adalah puasa sunnah yang dilakukan secara selang-seling, yaitu
sehari berpuasa dan sehari berbuka (tidak berpuasa). Dari Abdullah bin Amru
radhialahu ‘anhu, Rasulullah holallahu Alaihi Wassalam pernah
bersabda:“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang
dinamakan) puasa Daud ‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling
afdhal. Lalu aku berkata, sesungguhnya aku mampu untuk puasa lebih dari itu,
maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada puasa yang lebih
afdhal dari itu. ” (HR. Bukhari No : 1840)
Dalam hadist lain, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga
bersabda:“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud.
Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur
separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya.
Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari Muslim)

Adapun niat dalam menjalankan puasa sunnah Daud adalah


“Nawaitu shauma daawuda sunnatal lillahi ta’aala.” Yang artinya “Saya niat
puasa Daud, sunnah karena Allah ta’ala.”

8. PUASA SYA’BAN

Jenis puasa sunnah yang dianjurkan Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam


yang lainnya adalah puasa di bulan Sya’ban. Dari Saidatina aisyah Radiallahu
Anhu beliau berkata:“Adalah Rasulullah saw berpuasa sampai kami katakan
beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau
tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan
puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat
beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan
Abu Dawud).
Dari Usamah bin Zaid ra, dia berkata:“Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya
tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada
seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang
manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan
yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya
menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR.
Nasa’i)
Dari hadist-hadist di atas kita tahu betapa pentingnya menjalankan puasa
sunnah di bulan Sya’ban, seperti :

44
 Berpuasa satu hari di bulan sya’ban akan membawa keuntungan bagi umat
seperti Allah mengharamkan tubuhnya dari api neraka, kelak akan menjadi
penghuni syurga dan menjadi teman bagi nabi Yusuf Alaihissalam, akan
mendapatkan pahala seperti yang telah dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi
Ayub dan Nabi Daud.
 Berpuasa 3 hari di permulaan, pertengahan, dan akhir bulan sya’ban akan
membawa keuntungan seperti akan mendapatkan pahala 70 nabi dan
layaknya beribadah 70 tahun, jika ia meninggal di tahun tersebut, maka ia
akan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mati syahid.
 Berpuasa pada hari kamis pertama dan terakhir di bulan sya’ban akan
membawa keuntungan seperti akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
dan akan dimasukkan ke dalam surga kelak.
 Berpuasa di hari senin terakhir di bulan sya’ban akan diampuni dosa-dosanya
oleh Allah SWT.
 Dan apabila berpuasa satu bulan penuh di bulan sya’ban akan mendatangkan
keuntungan seperti akan diberikan kemudahan saat ia mati seperti terlepas
dari kegelapan alam kubur, terbebas dari huru hara malaikan munkar dan
nakir, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat, serta ia akan dijadikan
penghuni syurga.

Adapun niat puasa sunnah sya’ban adalah


“Nawaitu sauma syahri syahban lillahi ta’ala” yang artinya “Saya niat puasa
bulan sya’ban , sunnah karena Allah ta’ala.”
4.4 Sunah-sunah Puasa

1. Sahur, walaupun hanya seteguk air. Hendaknya dilakukan pada akhir malam
agar menjadi kekuatan bagi yang berpuasa. Sebagaimana disebut dalam sebuah
hadis “Bersahurlah, sesungguhnya sahur itu penuh keberkahan”(lihat attachment
hadis no. 1). Dalam hadis lain juga disebutkan “Sahur itu penuh keberkahan,
maka jangan kalian tinggalkan sekalipun dengan seteguk air, karena
sesungguhnya Allah dan para malaikatNya mengirim salawat atas orang-orang
yang bersahur” (attachment hadis no. 2). Sementara hadis yang menganjurkan
agar kita bersahur pada akhir malam adalah riwayat Thabrani, “Ada 3 hal akhlak
para Rasul: segera berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan kanan
di atas tangan kiri pada waktu salat”.(hadis no.3)
2. Segera berbuka, sebelum melaksanakan salat Maghrib. Disunnatkan berbuka
dengan kurma basah atau kurma kering atau manis-manisan, atau air dan
hendaknya mengutamakan bilangan ganjil dalam memakan buah tersebut.
Sebagaimana hadis “Bahwasanya Rasulullah, berbuka dengan anggur basah
sebelum salat dan jika tidak ada maka dengan anggur kering dan jika tidak ada
dengan air”.
3. Berdo’a saat buka:Ya Allah, sesungguhnya karena Engkaulah aku berpuasa
(allâhumma laka shumtu)Atas rizkimu aku berbuka (wa ‘alâ rizqika
afthartu)Hanya kepadamu aku bertawakkal (wa ‘alayka tawakkaltu)Kepadamu
aku beriman (wa bika âmantu)Wahai Dzat Yang Maha luas keutamaannya (yâ
wâsi’alfadhli)
Ampunilah aku (ighfir lî)Segala puji bagi Allah (alhamdu lillâh)

Yang telah menolongku sehingga aku berpuasa (alladzî a’ânanî fa shumtu)


Yang memberiku rizki sehingga aku berbuka (wa razaqanî fa afthartu) [no. 5]

45
4. Menyediakan bebuka bagi orang yang berpuasa.
5. Bersuci dari junub, haid, dan nifas sebelum subuh.
6. Menjaga lisan dan semua anggota badan dari perbuatan tidak terpuji.
Sebagaimana dalam hadis “Jika seseorang berpuasa, maka hendaklah dia tidak
melakukan perbuatan tercela dan jika diganggu maka hendakalh ia berkata ‘Aku
sedang berpuasa'”. (hadis no. 6)
7. Meninggalkan syahwat yang tidak membatalkan puasa, seperti menikmati
hal-hal yang menggoda telinga, penglihatan dan penciuman, karena hal itu tidak
sesuai dengan hikmah puasa.
8. Tidak berbekam baik untuk dirinya ataupun orang lain dan hendaknya
tidak mencicipi masakan dan menghindari berciuman.
9. Berbuat baik terhadap keluarga dan kerabat serta memperbanyak
shadaqah bagi fakir miskin.
10. Menyibukkan diri dengan belajar dan membaca al-Qur’an serta
memperbanyak berdzikir dan shalawat atas Nabi saw serta perbuatan baik
lainnya.
11. I’tikaf terutama pada 10 hari terakhir, dengan harapan agar ibadah yang ia
lakukan bertepatan dengan Lailatul Qadar.

4.5 Hal-hal Yang Membatalkan Puasa

Hal pertama yang membatalkan puasa, adalah makan dan minum, atau
memasukkan sesuatu ke dalam lubang tubuh dengan sengaja. Dasarnya adalah
Q.S. Al-Baqarah: 187, “.. .makan dan minumlah hingga waktu fajar tiba (yang)
dapat membedakan antara benang putih dan hitam…”.Perkecualian terjadi pada
mereka yang tidak sengaja makan dan minum. Diriwayatkan, “Barangsiap lupa
berpuasa, kemudian ia makan dan minum, hendaklah ia menyempurnakan puasa,
karena sesungguhnya Allah yang memberikan makan dan minum tersebut”. (H.R.
Bukhari)

Kedua, melakukan hubungan badan secara sengaja. Yang tergolong dalam


hubungan badan adalah, masuknya alat kelamin pria dengan wanit dalam keadaan
sengaja dan sadar.

Ketiga, melakukan pengobatan pada kemaluan atau dubur, yang


memungkinkan masuknya sesuatu dari salah satu lubang tersebut.

Keempat, muntah dengan sengaja. Sebaliknya, jika kita muntah karena sakit
atau tidak disengaja, puasanya masih sah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah,
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang tidak sengaja muntah, ia tidak
diwajibkan mengganti puasanya, dan barang siapa yang sengaja muntah maka ia
wajib mengganti puasa”.

Kelima, keluarnya air mani karena adanya sentuhan. Dalam hal ini, baik yang
melakukan masturbasi hingga keluar atau menggunakan tangan/bagian tubuh istri,
sama-sama batal berpuasa. Sementara, jika seseorang mimpi basah, maka tidak
dikategorikan batal puasa.

Keenam, haid bagi wanita. Diriwayatkan oleh Aisyah, haid membatalkan


puasa, dan wanita yang masih mampu, wajib menggantinya. “Kami (kaum

46
perempuan) diperintahkan mengganti puasa yang ditinggalkan, tetapi tidak
diperintahkan untuk mengganti shalat yang ditinggalkan”. (H.R. Muslim)

Ketujuh, nifas atau darah yang keluar dari kemaluan perempuan setelah
melahirkan. Jika ia berpuasa dan mengeluarkan nifas, berarti puasanya tidak sah.

Kedelapan, gila atau hilang kewarasan. Seseorang wajib berpuasa jika sudah
cukup umur dan waras. Ketika ia menjadi gila, otomatis kewajiban berpuasa
tersebut.

Kesembilan, murtad atau keluar dari agama Islam. Puasa Ramadhan adalah
kewajiban umat Islam, sehingga ketika ia mengingkari Allah sebagai Tuhan Yang
Maha Satu, atau tidak lagi menganut Islam, kewajban itu terhapus dan puasanya
tidak sah.

4.6 Hikmah dan Keutamaan Puasa


1. Ash-shaum adalah salah satu sebab terbesar yang mengantarkan seseorang
menuju taqwa.Sedangkan taqwa itu akan mendorong orang yang menjalankan
ibadah shaum untuk meninggalkan berbagai larangan Allah Ta’ala, baik berupa
minuman, makanan, dan jima’ (hubungan suami-istri) dan beberapa larangan
sejenisnya yang disukai oleh hawa nafsu, dan shaum dilakukan dalam rangka
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala dengan mengharapkan balasan
di sisi-Nya.
2. Orang yang menjalankan ibadah shaum melatih jiwanya agar senantiasa
merasa diawasi oleh Allah (muroqobatullah) sehingga dia meninggalkan
kemauan hawa nafsunya meskipun mampu menurutinya, sebab dia mengetahui
adanya pengawasan Allah Ta’ala terhadap dirinya.
3. Ash-shaum dapat mempersempit ruang gerak syaithan karena ia masuk ke
dalam tubuh anak Adam melalui aliran darah.
4. Ash-shaum akan melemahkan kekuatan syaithan, sehingga orang tersebut
semakin terjauhkan dari kemaksiatan.
5. Orang yang menunaikan ash-shaum, mayoritasnya akan melakukan banyak
ketaatan dan itu merupakan bagian dari ketaqwaan kepada Allah Ta’ala
6. Terkhusus bagi orang kaya bila merasakan pedihnya lapar karena ash-
shaum maka akan muncul dalam dirinya kepedulian kepada fuqara`, dan
hal ini juga merupakan bagian dari ketaqwaan kepada Allah Ta’ala.

Asy-Syaikh Al-’Utsaimin ketika ditanya tentang hikmah ash-shaum, beliau


shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab antara lain : bahwa ash-shaum
mememiliki beberapa hikmah dalam hal sosial kemasyarakatan, antara lain
munculnya perasaan di tengah-tengah kaum muslimin bahwa mereka adalah
umat yang satu, makan dan bershaum di waktu yang sama.
Asy-Syaikh Alu Bassam dalam Taudhihul Ahkam menyebutkan hikmah lain dari
ibadah ash-shaum, di antaranya :1. Mendorong seseorang untuk bersyukur
kepada Allah dan mengingat berbagai nikmat-Nya.2. Memiliki manfaat
kesehatan, yaitu memberikan kesempatan pada alat pencernaan untuk istirahat.

47
BAB V
HAJI DAN UMRAH

5.1. Definisi Haji dan Umrah


Pengertian haji menurut bahasa (etimologi) adalah pergi ke Baitullah (Kakbah) untuk
melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan atau ditentukan Allah swt.Pengertian haji
secara istilah (terminologi) adalah pergi beribadah ke tanah suci (Mekah), melakukan
tawaf, sa’i, dan wukuf di Padang Arafah serta melaksanakan semua ketentuan-ketentuan
haji di bulan Zulhijah.
Pengertian umrah menurut bahasa (etimologi) yaitu diambil dari kata “i’tamara”
yang artinya berkunjung. Di dalam syariat, umrah artinya adalah berkunjung ke Baitullah
(Masjidil Haram) dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dengan memenuhi syarat
tertentu yang waktunya tidak ditentukan seperti halnya haji.

5.2. Rukun Haji


Rukun haji adalah sebagai berikut.

Ihram
Ihram yaitu berniat untuk mulai mengerjakan ibadah haji dengan memakai kain putih
yang tidak dijahit. Ibadah ini dimulai setelah sampai di miqat (batas-batas yang telah
ditetapkan.
Wukuf di Arafah
Wukuf di Arafah adalah berhenti di Padang Arafah sejak tergelintirnya matahari
tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.
Tawaf Ifadah
Tawaf ifadah adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali dengan syarat sebagai
berikut.
1. Suci dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian.
2. Menutup aurat.
3. Kakbah berada di sebelah kiri orang yang mengelilinginya.
4. Memulai tawaf dari arah hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah satu pojok di
luar Kakbah.
Sa’i
Sa’i adalah lari-lari kecil atau jalan cepat antara Safa dan Marwa (keterangan lihat QS
Al Baqarah: 158). Syarat-syarat sa’i adalah sebagai berikut.
1. Dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwa.
2. Dilakukan sebanyak tujuh kali.
3. Melakukan sa’i setelah tawaf qudum.
Tahalul
Tahalul adalah mencukur atau menggunting rambut sedikitnya tiga helai. Pihak yang
mengatakan bercukur sebagai rukun haji, beralasan karena tidak dapat diganti dengan
penyembelihan.
Tertib.
Tertib maksudnya adalah menjalankan rukun haji secara berurutan.

48
5.3.Syarat Sah Haji
Syarat wajib haji adalah mampu (kuasa), Islam, berakal, balig, merdeka, ada bekal,
dan amandalam perjalanan.

5.4.Wajib Haji
Wajib haji ada tujuh macam, yakni sebagai berikut.
a) Ihram mulai dari miqat.
b) Bermalam di Muzdalifah pada malam hari raya haji.
c) Melempar Jumratul Aqabah.
d) Melempar tiga jumrah yakni.
e) Bermalam di Mina.
f) Tawaf wada.
g) Menjauhkan diri dari larangan atau perbuatan yang diharamkan dalam ihram dan
umrah

5.5.Tata Cara Haji dan Umrah


Pelaksanaan amalan ibadah haji dimulai sejak tanggal 8 Dzulhijjah, dengan rincian
sebagai berikut:
1. Jamaah haji melakukan ihram untuk ibadah haji, dimulai dengan mandi, memakai
wewangian serta mengenakan pakaian ihram, sambil ber-talbiyah mengucapkan,
“Labbaika allahumma hajjan, labbaika allahumma labbaik, labbaika la syarika
laka labbaika, innal hamda wan nikmata laka wal mulku la syarika laka.” [HR.
Bukhari]

Memakai Ikhram Mandi Memakai Farfum

2. Berangkat menuju Mina dan setelah di Mina, mereka mendirikan shalat zhuhur, ashar,
maghrib dan isya serta shalat subuh. Setiap shalat dikerjakan pada waktunya, namun
shalat yang jumlah rakaatnya empat diqashar sehingga menjadi dua rakaat. Para
jamaah tetap berada di Mina sampai matahari terbit pada tanggal 9 Dzulhijjah.

Tanggal 9 Dzulhijjah (hari arafah)


1. Jamaah haji berangkat menuju ke Arafah setelah matahari terbit sambil melafazhkan
talbiyah. Disunnahkan bagi jama’ah untuk singgah di namirah dan jika
memungkinkan berdiam di sana hingga matahari tergelincir, jika memungkinkan.
Namirah adalah sebuah tempat yang terletak dekat perbatasan arafah, apabila matahari
tergelincir, dan masuk maktu zhuhur. Disunnahkan bagi imam atau orang yang
diwakilkan untuk menyampaikan khutbah di hadapan para jama’ah, berkenaan dengan

49
kondisi kaum muslimin, agar kembali memperbaharui tauhid, hukum-hukum seputar
ibadah haji, dan perkara-perkara penting lainnya.
2. Kemudian mereka mendirikan shalat zhuhur dan ashar dengan cara qashar dan jamak
taqdim, hari Disunnahkan bagi jama’ah pada hari tersebut menghadap kiblat sambil
memperbanyak do’a dengan tadharru’ dan khusyu’ kepada Allah subhanahu wata’ala.
dan juga disunnahkan untuk terus-menerus berdo’a dan mengulang-ulangnya. Sebaik-
baik do’a yaitu do’a pada arafah; Dan do’a yang paling baik yang aku ucapkan dan
para Nabi sebelumku ;La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahulmulku wa
lahulhamdu wa huwa ala kulli syaiin qadiir, (Tidak ada dzat yang berhak
disembah kecuali Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dialah pemiliki
kekuasaan dan segala pujian dan ia berkuasa atas segala sesuatu.). [HR.
Tirmidzi] Disunnahkan juga untuk melafazhkan do’a-do’a ma’tsur, dan meninggalkan
do’a-do’a yang tidak dicontohkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Apabila para jama’ah membaca Al Qur’an maka itu lebih baik, dan juga disunnahkan
memperbanyak shalawat kepada Nabi.
3. Para jama’ah haji berang dari arafah menuju muzdalifah setelah matahari terbenam,
dan tidak boleh keluar dari arafah sebelum matahari terbenam, apabila seorang keluar
sebelum terbenam matahari ia wajib kembali walaupun pada malam hari, karena kalau
tidak, maka ia wajib membayar dam (denda) satu ekor kambing, sepertujuh unta atau
sepertujuh sapi.

Muzdalifah Namirah

Arafah

Malam kesepuluh bulan Dzulhijah ; berangkat menuju muzdalifah;


1. Jama’ah haji berangkat dari arafah menuju muzdalifah, dan disunnahkan berangkat
dengan tenang agar tidak mengganggu orang lain, dan disunnahkan senantiasa
melafazhkan talbiyah dan memperbanyak dzikir kepada Allah.

50
2. Apabila telah sampai di muzdalifah, maka para jama’ah mengerjakan shalat maghrib
kemudian dijama’ dengan shalat isya’ yang diqashar, hal tersebut dilakukan sebelum
para jama’ah disibukkan dengan barang-barangnya.
3. Wajib hukumnya bermalam di muzdalifah pada malam kesepuluh dan mengerjakan
shalat subuh pada waktu fajar. Tidak boleh meninggalkan muzdalifah kecuali bagi
orang yang lemah seperti wanita, anak-anak dan orang-orang yang bersama mereka,
atau para petugas haji, maka diboleh bagi mereka untuk meninggalkan muzdalifah
pada malam hari apabila bulan telah hilang.
4. Apabila telah selesai mendirikan shalat subuh, disunnahkan untuk datang ke
masy’arul haram kemudian menghadap kiblat dan memperbanyak dzikir, takbir dan
berdo’a mengangkat tangan. Aktifitas tersebut dilakukan hingga datang waktu isfar
yaitu ; waktu dimana cahaya fajar mulai terang namun sebelum terbit matahari,
dimanapun tempat di muzdalifah yang digunakan untuk bermalam hukumnya boleh,
berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “aku bermalam disini
(muzdalifah), semua tempat di muzdalifah adalah tempat untuk bermalam
(mabit)” [HR. Muslim]
5. Apabila seseorang hendak bertolah dari muzdalifah disunnahkan untuk
mengumpulkan tujuh batu kerikil untuk melempar Jamarat pada hari pertama
(tasyriq), adapun hari-hari setelahnya maka mengumpulkan batu-batu tersebut di
mina, dan diperbolehkan mengumpulkan batu kerikil dimana saja
Hari kesepuluh dzulhijah (hari ‘eid)
1. Para jamaah melaksanakan shalat fajar di Muzdalifah, dilanjutkan dengan dzikir dan
doa sampai sesaat sebelum matahari terbit.
2. Jama’ah haji bertolak dari muzdalifah menuju mina sebelum terbit matahari. Sambil
memperbanyak lafazh talbiyah, dan disunnahkan mempercepat langkah apabila
sampai di lembah muhassir, adalah sebuah lembah yang terletak antara muzdalifah
dan mina. Dan apabila jama’ah telah sampai di mina maka diwajibkan mengerjakan
ibadah hari ‘ied, yaitu semua ibadah haji ; melempar jamratul ‘aqabah, Mencukur atau
memotong rambut, thawaf, dan sa’i
3. Apabila para jama’ah telah sampai di mina kemudia menuju jamratul ‘aqabah, yang
merupakan jamarat yang terakhir dari arah mina, dan jamratul ula dari arah mekah.
Apabila telah sampai di jamarat, maka jama’ah tidak melafazhkan talbiyah lagi, dan
memulai dengan melempar tujuh batu kerikil secara berturut-turut, dan bertakbir pada
setiap kali lemparan. Waktu melempar dimulai pada subuh hari ‘id. Apabila melempar
sebelum subuh atau akhir malam hukumnya sah, dan batas waktu melempar hingga
terbit fajar pada hari ke 11.
4. Mencukur habis rambut, atau memendekkan. Lebih afdhal apabila dicukur habis. Dan
bagi perempuan memendekkan rambutnya seukuran ujung jarinya.
5. Berangkat menuju kota Makkah untuk melakukan thawaf ifadhah. Tidak diwajibkan
idhthiba’ ketika thawafa ifadhah. Setelah selesai melaksanakan thawaf, jika
memungkinkan disunnahkan mendekati maqam ibrahim ‘alaihissalam untuk
melaksanakan shalat sunnah dua raka’at dibelakang maqam tersebut. Pada thawaf
ifadhah tersebut lebih afdhal untuk melepaskan pakaian ihram, setelah melempar dan
mencukur rambut dan mengenakan pakaian biasa dengan menggunakan parfum.
Berdasarkan hadits dari ‘aisyah radhiyallahu ‘anhu ;“aku pernah memberi
wewangian ketika beliau hendak memakai pakaian ihram dan setelah
melepaskan pakaian ihram sebelum beliau melakukan thawaf di ka’bah.”
[Muttafaq ‘Alaih]

51
6. Waktu pelaksanaan thawaf ifadhah ; setelah terbit matahari pada hari ‘id. Boleh
melakukannya sebelum terbit fajar pada malam ‘id, bagi yang ingin cepat berangkat
dari muzdalifah karena sebab tertentu, sakit, para wanita yang membawa anak , atau
petugas haji. Dan diperbolehkan menundanya hingga akhir hari ‘id akan tetapi hal
tersebut menyelisihi sunnah.
7. Bagi orang yang mengerjakan haji tamattu’ diwajbkan sa’i antara shafa dan marwah
setelah melaksanakan thawaf ifadhah. Adapun bagi haji ifrad dan qiran jika telah
melakukan sa’i setelah thawaf qudum .tidak diwajibkan baginya untuk sa’i setelah
thawaf ifadhah. Apabila telah selesai mengerjakan thawaf ifadhah dan sa’i, maka
selesailah seluruh rangkaian ibadah pada hari ‘id, dan kembali ke mina untuk
bermalam pada malam ke sebelas.

Rangkaian Pelaksanaan Ibadah Hari ‘Id

Disunnahkan tertib dalam melaksanakan ibadah pada hari ‘id sebagai berikut:
melempar, menyembelih, Mencukur rambut, thawaf, dan sa’i. Diperbolehkan mendahulukan
salah satu rangkaian tertib ibadah pada hari ‘id tersebut, karena Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam telah memberi keringanan. Apabila bercukur terlebih dahulu baru kemudian
melempar maka hajinya sah, demikian juga dengan menyembelih terlebih dahulu baru
melempar. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah ditanya tentang
mendahulukan atau mengakhirkan rangkaian ibadah pada hari ‘id, namun beliau shallallahu
‘alaihi wasallam “kerjakanlah, tidak ada kesulitan pada ibadah-ibadah yang dilakukan
pada hari itu” [Muttafaq ‘Alaih]

Melempar Jamratul ‘Aqabah

Menyembelih Hewan Kurban

Mencukur atau memotong Rambut

52
Tawaf

Sa’i antara Safa dan Marwa

Bermalam di Mina

Hari-hari tasyriq

Ada tiga hari yaitu: tanggal 11, 12, dan 13 bulan dzulhijah, dinamakan dengan hari
tasyriq, karena pada hari tersebut hewan-hewan kurban disembelih ditengah terik matahari.
Sabda Rasululla shallallah ‘alaihi wasallam :“ sesungguhnya hari ini adalah hari makan
dan minum serta hari berdzikir kepada Allah” [HR. Abu Dawud]

Siang dan malam tanggal 11 dzulhijah:

Diwajibkan bermalam di mina pada malam 11 dzulhijah, sementara pada siang


harinya setelah tergelincir matahari, para jama’ah haji melempar di tiga jamarat. setiap
jumrah terdiri dari tujuh kali lemparan. [Yaitu tiga lubang yang mana disetiap lubang ada satu
tiang terpancang, jamarat berada di ujung mina dari arah mekah, yang pertama jumrah sughra
, wustha, kemudian jumrah kubra yaitu jumrah ‘aqabah, yang berada di perbatasan mina dari
arah kota mekah.]

53
Al-Jamratul

Al-Jamratul Wustha

UlaAl-Jamratul ‘Aqabah

Hari ke 12 dan malamnya :

Diwajibkan bagi jamaah haji untuk bermalam di mina pada malam 12 dzulhijjah.
Apabila matahari telah tergelincir, maka para jamaah melakukan pelemparan jamarat seperti
hari ke 11. Apabila ada jamaah yang ingin buru-buru, maka ia melempar dan keluar dari mina
sebelum matahari terbenam. Jika matahari terbenam dan ia tetap di mina , bermalam dan
melempar jamarat pada hari ke 13 , maka itu lebih baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,“barang siapa yang ingin mempercepat (meninggalkan mina) setelah dua
hari, maka tidak ada dosa baginya dan barang siapa mengakhirkannya tidak ada dosa
(pula) baginya..“. (Al-Baqarah: 203).

Yang dimaksud dengan dua hari pada ayat tersebut adalah dua hari tasyriq yaitu
tanggal 11 dan 12 dzulhijjah, atau menunda hingga menyempurnakan hingga hari ke 13

Hari ke 13 dan malamnya :

Setelah matahari tergelincir, kembali melempar jamarat seperti hari-hari sebelumnya,


hingga selesai waktu melempar pada waktu terbenam matahari pada hari ke 13

54
Tawaf Wada’

Apabila seseorang ingin berangkat keluar kota mekah, maka wajib baginya untuk
melakukan tawaf wada’, ia termasuk kewajiban haji, tidak sa’i setelahnya. Kewajiban tawaf
wada’ gugur bagi wanita haidh dan nifas.

Menunda Tawaf Ifadhah dan Melakukannya di Tawaf Wada’

Dibolehkan menunda tawaf ifadhah dan melakukannya di tawaf wada’, namun hal
demikian menyelisihi sunnah, hukumnya sah dengan syarat ia berniat tawaf ifadhah dan
melakukan sa’i setelahnya.

Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Umrah

1. Jika seorang yang berumrah sampai di Miqat makani, disunnahkan untuk mandi,
memakai wewangian, mengenakan pakaian ihram dan melafazkan niatnya dengan
mengucapkan, “Labbaika umratan.” (Aku penuhi panggilanmu untuk berumrah).

Mandi

Memakai Wewangian

Menggunakan Ikhram

2. Ia memulai talbiyah dengan mengucapkan,“Labbaika allahumma labbaika,


labbaika la syarika laka labbaik, innal hamda wan nikmata laka wal mulku la
syarika laka“ (Aku memenuhi paggilan-Mu ya Rabb aku memenuhi panggilan-
Mu, tidak ada sekutu bagimu sesungguhnya pujian dan semua nikmat adalah

55
milikmu demikian pula kekuasaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu). [HR.Bukhari]
Dan ia tetap talbiyah sampai ia melihat Baitullah dan menyentuh Hajar Aswad.
3. Setelah itu ia masuk ke Masjid Al-Haram dengan mendahulukan kaki kanannya
sambil membaca doa masuk masjid.
4. Ia berhenti talbiyah dan memulai thawaf. Dimulai dari Hajar Aswad jika
memungkinkan untuk mencium atau menyentuhnya. Jika, tidak maka cukup
menunjuk ke arahnya.
5. Menjadikan Ka’bah di sebelah kirinya dan mulai mengelilinginya sebanyak tujuh kali
dimulai dari Hajar Aswad dan di akhir di Hajar Aswad pula.
6. Disunnahkan bagi pria untuk berlari-lari keci di tiga putaran pertama, berlari-lari kecil
maksudnya adalah berjalan cepar dengan langkah pendek, dan melakukan Idthibaa’
yaitu membuka pundak sebelah kanan, sehingga kain selendang ihram berada di
bawah ketiak kanannya, dan sisi lainnya berada di atas pundak kirinya.
7. Selama melakukan thawaf ia bebas berdoa apa saja. Dan ketika sejajar dengan Rukun
Yamani, ia menyentuhnya dan bertakbir. Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad
dianjurkan mengucapkan doa “Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati
hasanah wa qina azabannar“ (Ya Allah limpahkanlah kebaikan duniawi kapada
kami dan limpahkan pula kebaikan akhirat kepada kami dan hindarkanlah
kami dari siksa api neraka). [HR. Abu Dawud]
8. Setelah seorang selesai pada putaran ketujuh, maka ia kembali menutup pundak
kanannya tidak beridhthibaa’, karena idthibaa’ hanya disunnahkan ketika tawaf umrah
dan tawaf qudum. Kemudian menuju maqam Ibrahim ‘alaihissalam jika
memungkinkan lakukan salat dua raka’at dibelakang maqam, pada raka’at pertama
setelah Al-Fatihah membaca surah Al-Kafirun, dan pada raka’at kedua membaca
surah Al-Ikhlash. Jika hal ini tidak bisa dilakukan, maka seseorang bisa salat dimana
saja dibelakang maqam.
9. Setelah itu ia mendekati area Shafa sambil membaca firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syiar Allah,
maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah maka tidak
ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa
yangmengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya
Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 158)
10. Setelah itu ia naik ke bukit Shafa, menghadap kiblat, sambil mengangkat kedua
tangannya seraya bertakbir dan bertahmid dan membaca, “La ialaha illallah
wahdahu la syarika lahul mulku wa lahul hamdu wa hua ala kulli syain qadiir,
aayibuuna taaibuuna aabiduuna saaihuuna lirabbina haamiduuna, shadaqallahu
wa’dahu wa nashara abdahu wa hazamal ahzaaba wahdahu.” [HR. Bukhari]
(Tidak ada dzat yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada
sekutu baginya, kepunyaannyalah segala kekuasaan dan pujian, dan Dia Maha
Berkuasa atas segala sesuatu, kami kembali, kami bertaubat, kami beribadah dan
sujud serta memuji Allah. Allah telah memenuhi janji-Nya dan ia telah menolong
hamba-Nya serta Dia telah menghinakan musuh-mushuNya). Kemudian ia berdoa
kepada Allah. Dzikir ini dibaca tiga kali dan masing-masing disambung dengan doa.
Dan juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “lalu ia berdo’a di Marwa
seperti yang dilakukan di bukit Safa” [HR. Muslim]
11. Kemudian ia turun menuju bukit Marwah sambil mempercepat langkahnya di antara
dua tanda berwarna hijau [Yaitu dua tanda yang digunakan sebagai tanda bahwa Siti
Hajar mempercepat langkah ketika berlari antara safa dan marwa] , lalu kembali
menuju Shafa.

56
Sa’i antara Safa dan Marwa

12. Sa’i antara Shafa dan Marwah dilakukan sebanyak tujuh kali. Disunnahkan ketika
melakukan sa’i dalam keadaan suci, namun jika ia dalam keadaan berhadats sa’inya
sah. Juga disunnahkan berurutan antara sa’i dan tawaf.
13. Setelah melaksanakan sa’i, ia memendekkaan atau menggunting rambutnya. Bagi
kaum wanita dianjurkan memotong sepanjang satu ruas jari. Bagi pria disunnahkan
untuk menggundul kepalanya berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi
wasallam, “Ya Allah ampunilah mereka yang menggundul kepalanya. Para
sahabat berkata,“Orang yang memendekkan rambutnya juga ya Rasulullah?’
Beliau bersabda, “Ya Allah ampunilah mereka yang menggundul kepalanya.”
Para sahabat berkata, “Orang yang memendekkan rambutnya juga ya
Rasulullah?” Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali kemudian mengatakan
dan orang yang memendekkan rambutnya.” [HR. Bukhari]
14. Kemudian ia melakukkan tahallul, sekaligus menandakan pelaksanaan umrahnya telah
selesai.Pelaksanaan tawaf dan sa’i bagi kaum wanita sama halnya dengan kaum pria,
kecuali ia tidak boleh berlari-lari kecil pada tawaf dan tidak boleh berjalan cepat pada
dua tanda hijau, dan tidak mencukur rambutnya, akan tetapi hanya memotong ujunng
rambutnya sepanjang ujung jari.

5.6.Miqat Haji

Miqat (bahasa Arab: ‫ )ميقات‬adalah batas bagi dimulainya ibadah haji (batas-batas
yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji
perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat. Miqat digunakan dalam melaksanakan
ibadah haji dan umrah.

Miqat terdiri dari dua jenis :

1. Miqat Zamani - batas yang ditentukan berdasarkan waktu:


o Bagi haji, miqat bermula pada bulan Syawal sampai terbit fajar tanggal 10
Zulhijah yaitu ketika ibadah haji dilaksanakan.
o Bagi umrah, miqat zamani bermula pada sepanjang tahun pada waktu umrah
dapat dilakukan.
2. Miqat Makani - batas yang ditentukan berdasarkan tempat:
o Bagi mereka yang tinggal di Makkah, tempat untuk ihram haji adalah Makkah
itu sendiri (rumah sendiri). Untuk umrah ialah keluar dari tanah haram
Makkah yaitu sebaiknya di Ji'ranah, Tan'eim atau Hudaibiyah.
o Bagi mereka yang datang dari sebelah timur seperti Indonesia, Malaysia,
Singapura dan kebanyakan negara Asia lain, tempatnya adalah di Yalamlam
atau Jeddah
o Bagi yang datang dari barat seperti Mesir, miqatnya di Juhfah.
o Bagi yang datang dari selatan seperti Yaman, tempat untuk berihram adalah
Qarnul Manazil.

57
o Bagi yang datang dari Madinah, tempatnya di Dzulhulaifah Bir Ali (Abyar
'Ali).
o Bagi yang datang dari bahagian Iraq pula adalah di Dzatu 'Irq.

5.7.Hal-hal Yang Membatalkan Haji


Haji batal karena salah satu dari dua perkara berikut:
1.Berhubungan intim
Jika dilakukan sebelum melempar jumrah ‘Aqabah, apabila dilakukan setelah
melempar jumrah ‘Aqabah dan sebelum thawaf Ifadhah hajinya tidak batal walaupun
demikian ia berdosa.
Sebagian ulama berpendapat bahwa hubungan intim tidak membatalkan haji karena
tidak ada dalil yang jelas mengenai hal ini.

2.Meninggalkan salah satu rukun dari rukun-rukun haji


Apabila haji seseorang batal karena salah satu dari dua perkara ini, maka wajib
baginya berhaji kembali tahun berikutnya apabila ia mampu, sebagaimana yang telah
kami jelaskan tentang makna mampu. Jika tidak, maka pada waktu ia mampu untuk
ber-haji, karena kewajiban haji bersifat segera setelah ada kemampuan.

5.8.Hikmah dan Keutamaan Haji dan Umrah

Orang yang melaksanakan ibadah haji atau umrah akan mendapat banyak hikmah
yang akan dia rasakan dalam hidup dan kehidupannya, jika dilaksanakan dengan baik dan
benar. Di dunia, dia akan hidup lebih religius, dermawan, dan cinta kasih pada sesama.
Harta berlimpah yang diberikan Allah Swt padanya akan digunakan untuk kepentingan
sosial yang terarah dengan baik dan benar. Di akhirat, dia akan mendapat ganjaran surga,
seperti sabda Rasulullah Saw:

"Haji yang mabrur (baik) tidak ada balasan baginya keculai surga (H.R.Ahmad dan
ath-Thabrani).

Diantara hikmah yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Merupakan rihlah muqaddasah (perjalanan suci) sehingga seluruh kegiatannya


merupakan ibadah yang akan mendapat pahala dan ridha Allah.
2. Sebagai syi'ar yang mengandung esensi menyucikan dan membesarkan nama Allah
seperti terdapat dalam kalimat talbiyyah.
3. Agar manusia melakukan instrospeksi diri atas amal perbuatannya sehari-hari.
4. Mencitrakan diri sebagai hamba Allah Swt. yang patuh dan taat pada segala perintah-
Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
5. Banyak hikmah yang dikandung dalam berbagai aktivitas ibadah haji. Di antaranya
adalah sebagai berikut.

 Hikmah pakaian ihram: kesederhanaan (karena pakainnya dianjurkan tidak


memakai bahan mewah seperti sutera), kesucian hati dan jiwa (dimana warna
putih sangat dianjurkan), rendah hati, dan tidak sombong serta berlebihan.
 Hikmah thawaf: dalam thawaf kegiatan 'berputar' yang melambangkan
perputaran alam semesta, juga jumlah putaran sebanyak 'tujuh' yang

58
melambangkan bilangan 7 hari, 7 lapis langit dan bumi, dan 7 lapis surga dan
neraka. Ka'bah sebagai pusat thawaf adalah miniautr bangunan suci Baitul Maqdis
yang ada di atas langit dengan dikelilingi puluhan ribu malaikat (sebagian riwayat
menyebutkan 70.000 malaikat) yang berthawaf setiap harinya.
 Hikmah wuquf di Arafah: perenungan diri atas segala amal perbuatan manusia,
miniatur digiringnya manusia di padang mahsyar dengan amalan yang dilakukan
ketika di dunia, keinsyafan sebagai hamba Allah yang penuh dosa hingga harus
dibersihkan, dan sebagai simbol pembebasan manusia.
 Hikmah sa'i: lambang kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Jama'ah haji
diingatkan perjuangan Siti Hajar (istri nabi Ibrahim as) ketika mencari air dengan
berlari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali.
 Melempar jamrah: simbol penentangan manusia terhadap setan. Melempar
jamrah (kerikil) adalah simbol yang di dalamnya mengingatkan manusia untuk
melempar (nafsu setan) sejauh-jauhnya dari jiwa mereka.

59
KESIMPULAN DAN PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Thaharah adalah bersih dari kotoran atau mensucikan diri


2. Shalat adalah ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir yang diakhiri dengan salam
3. Puasa adalah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami
istri dan semua hal yang membatalkan puasa
4. Zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu.

2. Penutup

Agama Islam sangat memperhatikan masalah thararah karena dalam ilmu fiqih
poin pertama yang dijumpai adalah masalah thaharah. Shalat, adalah tiang agama karena
tanpa shalat berarti kita sama saja meruntuhkan agama. Ibarat rumah, kalau tidak ada
tiangnya tentu akan runtuh. Puasa adalah menahan nafsu. Islam mengajak kita berpuasa
agar menahan nafsu. Zakat adalah pensucian harta yng kita dapatkan.

Semoga makalah ini sangat bermanfaat bagi kita semua. Jika terdapat kesalahan harap
dimaklumi, karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan

60

Anda mungkin juga menyukai