Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Najis

Islam sangat menganjurkan umatnya agar menjaga kebersihan, kesucian, dan


kesehatan. Karena lingkungan yang kotor adalah sarang penyakit. Selain kebersihan diri
sendiri, Islam juga berseru kepada umatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Kebersihan yang terjaga akan berdampak pula pada aktivitas ibadah yang menjadi
lebih khusyuk dan tenang. Seperti diriwayatkan dalam Al-Qur’an Surat Al Ma’idah ayat 6.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan Shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.”

1. Menurut Bahasa Arab


Najis secara literal dan dalam bahasa arab (Al Qadzarah) memiliki makna segala sesuatu
yang bersifat ‘kotor’.

2. Menurut Para Alim Ulama Syafi’iyah


Menurut para alim ulama ahli bidang Fiqih yang tertuang dalam buku Riyadhul Badi’ah hal
26, najis adalah segala sesuatu yang kotor serta dapat mencegah keabsahan Shalat
(membatalkan Shalat).

3. Menurut Al Malikiyah
Al Malikiyah mendefinisikan najis sebagai sifat hukum suatu benda yang mengharuskan
seseorang tercegah dari suatu kebolehan melakukan Shalat bila terkena atau berada di
dalamnya.

Sederhananya, najis adalah kotoran yang menempel pada tubuh, tempat, maupun
pakaian kita dan menyebabkan batalnya ibadah yang kita lakukan (salah satu contoh dari
ibadah tersebut adalah Shalat).

Mengingat bahwa najis dan kotoran dapat menyebabkan batalnya ibadah, maka Islam
mewajibkan untuk membersihkan diri kita terlebih dahulu sebelum melakukan ibadah. Sesuai
yang tertuang dalam Al-Qur’an Surat Al Muddatstsir ayat 4.

“Dan bersihkanlah pakaianmu!”


Sesuai firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al Muddatstsir ayat 4 di atas, dapat
dipahami bahwa jika kita ingin ibadah yang dilakukan diterima oleh Allah SWT maka wajib
membersihkan diri dari najis dan kotoran terlebih dahulu. Kewajiban membersihkan najis
juga diperjelas dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 222.

“Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang menyucikan diri.”

Contoh-Contoh Najis
Islam mendefinisikan najis ke dalam beberapa tingkatan, yaitu ringan, sedang, dan
berat. Berikut akan disebutkan apa saja hal yang digolongkan sebagai najis. Silakan disimak!

1. Bangkai Makhluk Hidup


Bangkai makhluk hidup dapat dikategorikan sebagai najis. Semua bangkai adalah
najis kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang. Sesuai yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
dari Maimunah:

“Dari Ibnu Abbas dari Maimunah bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang bangkai tikus
yang jatuh ke dalam lemak (minyak samin). Maka Beliau menjawab, “Buanglah bangkai
tikus itu dan apa pun yang ada di sekitarnya. Lalu makanlah lemak kalian.”” (HR. Al
Bukhari).

2. Air Liur Anjing


Bagian tubuh anjing yang termasuk najis adalah air liurnya. Terdapat hadis dalam
Islam yang memperkuat bahwa air liur anjing dikategorikan sebagai najis. Abu Hurairah ra
meriwayatkan dari Rasulullah SAW: “Bersihkan bejana atau wadah kalian yang telah dijilat
anjing dengan mencucinya sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan debu.”

Terdapat hadis lain yang diriwayatkan pula oleh Abu Hurairah ra sesuai sabda
Rasulullah SAW: “Jika anjing menjilat salah satu bejana kalian, maka buanglah isinya dan
cucilah sebanyak tujuh kali”.

Selain dua hadis di atas, riset ilmiah juga membuktikan bahwa air liur anjing
mengandung banyak bakteri dan virus sehingga dapat membahayakan manusia dan
sekitarnya. Itulah mengapa diharuskan untuk membersihkan dan menyucikan sesuatu yang
terkena air liur dari anjing (misalnya bekas jilatan anjing).

3. Darah
Bukti bahwa darah dapat digolongkan menjadi najis tertuang dalam Al-Qur’an Surat
Al An’am ayat 145.

“Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan
bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu adalah rijs” (QS. Al An’am ayat
145.

Rijs seperti yang disebutkan pada ayat di atas memiliki pengertian najis dan kotor.
Darah yang termasuk sebagai najis adalah darah haid. Selain itu, di kalangan ulama masih
terdapat perbedaan pendapat mengenai darah manusia dapat digolongkan sebagai najis atau
tidak.

Beberapa ulama seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, Ibnu Arabi, Al
Qurthubi, An Nawawi, Ibnu Hajar, dan Imam Ahmad berpendapat bahwa darah manusia itu
najis. Namun terdapat pengecualian pada darah syuhada dan darah yang hanya sedikit dapat
ditolerir sebagai tidak najis.

Sedangkan ulama lainnya yaitu Asy Syaukani, Al Albani, Shiddiq Hasan Khan, dan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berpendapat bahwa darah manusia tidaklah najis.
Abu Hurairah ra meriwayatkan pula sebuah hadis dari sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya seorang Mukmin tidak menajisi” (HR. Bukhari nomor 285, Muslim nomor
371)

Hadis di atas menjadi salah satu landasan bahwa darah manusia kecuali darah haid
adalah suci dan tidak menyebabkan najis.

4. Nanah
Banyak pendapat yang mengemukakan bahwa nanah adalah turunan dari darah. Hal
tersebut karena nanah sejatinya merupakan sel darah putih yang telah mati dan bercampur
dengan bakteri. Sehingga para ulama banyak yang bersepakat jika nanah yang keluar dari
tubuh tergolong najis. Kitab Al Mughni meriwayatkan:

“Nanah adalah segala turunan darah, hukumnya seperti darah.”

5. Babi
Sama seperti hukum Islam yang berlaku terhadap anjing, maka babi juga dianggap
najis. Najis dari anjing dan babi dikelompokkan ke dalam najis berat.

6. Khamr atau Minuman Keras


Belum banyak yang tahu jika selain haram, khamr atau minuman keras yang dapat
memabukkan adalah najis. Namun, khamr dikatakan najis bukan karena kandungan yang
terdapat di dalamnya, tetapi karena efek dari khamr yang dapat membuat seseorang mabuk
dan kehilangan kesadaran.

Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, terdapat contoh najis lainnya, yaitu
muntah, semua yang keluar melalui qubul dan dubur, serta bagian anggota tubuh binatang
yang dipotong ketika masih hidup.
Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya
Menurut Fiqih, najis dalam Islam dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
berdasarkan tingkatannya, yaitu Najis Mukhaffafah (ringan), Najis Mutawassitah (sedang),
dan Najis Mughalladah (berat). Nah, pada bagian kali ini kita akan membahas mengenai
macam-macam najis tersebut. Terus simak ya!

1. Najis Mukhaffafah
Najis Mukhaffafah adalah najis ringan. Salah satu contoh dari najis mukhaffafah
adalah air kencing bayi berjenis kelamin laki-laki dengan usia kurang dari 2 tahun. Dan bayi
tersebut hanya meminum air susu ibu, belum mengonsumsi makanan jenis lainnya.

Selain itu, contoh selanjutnya dari najis ringan adalah madzi (air yang keluar dari lubang
kemaluan akibat rangsangan) yang keluar tanpa memuncrat.

Cara Membersihkan Najis Mukhaffafah


Cara membersihkan najis ini tergolong cukup mudah. Karena termasuk ke dalam najis ringan,
maka hanya perlu dibersihkan dengan cara yang singkat.

Menggunakan Percikan Air


Cara membersihkan najis ringan yang pertama yaitu dengan percikan air ke area tubuh,
pakaian, atau tempat yang terkena najis mukhaffafah. Lalu diikuti dengan mengambil wudhu.
Maksud dari percikan air yang disebutkan sebelumnya yaitu air mengalir yang membasahi
seluruh tempat yang terkena najis. Dan air tersebut harus lebih banyak dibandingkan najisnya
(misal air kencing bayinya).

Misalnya yang terkena najis mukhaffafah adalah pakaian, maka ketika pakaian tersebut telah
diperciki air, maka selanjutnya dapat langsung dijemur dengan dikeringkan di bawah sinar
matahari seperti biasa.

Mandi dan Berwudhu


Apabila yang terkena najis mukhaffafah adalah anggota tubuh, maka jika yang terkena sedikit
bisa disucikan dengan berwudhu. Namun, jika yang terkena najis adalah banyak, maka Islam
menganjurkan untuk mandi agar najis tersebut benar-benar hilang.

Mencuci Dengan Sabun


Cara terakhir untuk bersuci dari najis mukhaffafah adalah mencuci yang terkena najis
(misalnya anggota tubuh) dengan sabun hingga tidak berbau lalu dilanjutkan dengan
berwudhu.

2. Najis Mutawassithah
Najis Mutawassithah termasuk ke dalam najis sedang. Contoh dari najis sedang ini adalah
segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur manusia atau binatang (terkecuali air mani).
Selain itu, contoh lainnya adalah khamr atau minuman keras dan susu hewan dari binatang
yang tidak halal untuk dikonsumsi.
Bangkai makhluk hidup (kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang) juga digolongkan
sebagai najis mutawassithah. Najis mutawassithah dibedakan kembali menjadi dua jenis,
yaitu Najis ‘Ainiyah dan Najis Hukmiyah.

a. Najis ‘Ainiyah
Secara sederhana, najis ‘ainiyah adalah najis yang masih ada wujudnya. Najis ini dapat
terlihat rupanya, dapat tercium baunya, serta dapat dirasakan rasanya. Contoh dari najis
‘ainiyah adalah air kencing yang masih terlihat dengan jelas wujud dan baunya.

Cara untuk membersihkan najis ‘ainiyah adalah dengan tiga kali mencuci menggunakan air
lalu ditutup dengan menyiram lebih banyak pada bagian yang terkena najis.

b. Najis Hukmiyah
Sedangkan jenis najis sedang lainnya yaitu najis hukmiyah. Najis hukmiyah adalah najis yang
tidak bisa dilihat rupanya, tidak berbau, dan tidak ada rasa. Contoh najis hukmiyah adalah air
kencing bayi yang telah mengering sehingga tidak meninggalkan bekas apa pun (baik dari
segi rupa yang tidak terlihat oleh mata dan tidak berbau).

Contoh lain dari najis ini adalah air khamr yang telah mengering. Cara membersihkan najis
hukmiyah yaitu cukup dengan menggunakan air mengalir dengan volume yang lebih besar
daripada najis tersebut.

3. Najis Mughalladah
Najis mughalladah merupakan najis berat. Jenis najis ini adalah yang paling berat dan
membutuhkan penanganan khusus untuk menyucikannya. Yang termasuk ke dalam najis
mughalladah adalah anjing, babi, dan darah. Apabila bagian tubuh atau pakaian tersentuh
oleh babi, terkena air liur dari anjing, atau terkena darah baik secara sengaja atau pun tidak
disengaja, maka termasuk dari najis berat.

Cara untuk membersihkan najis ini cukup rumit. Cara yang dapat dilakukan untuk bersuci
yaitu dengan membasuh bagian yang terkena najis sebanyak tujuh kali (salah satu dari
ketujuh basuhan tersebut dengan menggunakan air yang tercampur dengan debu atau tanah),
lalu disusul dengan membasuhnya menggunakan air.

Namun, sebelum dibersihkan menggunakan air, najis mughalladah yang mengenai tubuh atau
pakaian harus benar-benar hilang wujudnya terlebih dahulu.

4. Najis Ma’fu
Jenis najis yang terakhir yaitu najis ma’fu. Sederhananya, najis ini adalah najis yang
dimaafkan. Najis ma’fu dapat ditolerir sehingga yang terkena najis jenis ini dapat
mengabaikan untuk membasuh atau mencuci.

Contoh dari najis ma’fu adalah najis kecil yang tidak kasat mata seperti ketika kita
buang air kecil tanpa melepas seluruh pakaian yang menempel di badan, secara tidak sengaja
mungkin ada sedikit sekali percikan air kencing tersebut yang mengenai pakaian. Nah, maka
hal tersebut ditolerir sehingga tidak perlu bersuci.

Karena sesungguhnya agama Islam adalah agama yang tidak memberatkan umatnya.
Oleh karena itu, terdapat jenis najis yang dapat ditolerir. Ibadahnya (shalat dan membaca Al-
Qur’an) umat muslim yang secara tidak sengaja terkena najis ma’fu tetap dianggap sah dan
tidak batal.

Kesimpulan
Dalam agama Islam, sesuatu yang dianggap kotoran dan harus dihindari untuk terkena
pada pakaian atau tubuh karena dapat membatalkan ibadah disebut dengan najis.
Sederhananya, najis adalah kotoran yang menempel pada tubuh, tempat, maupun pakaian kita
dan menyebabkan batalnya ibadah yang kita lakukan (salah satu contohnya adalah shalat).

Sesuatu yang terkena najis harus segera disucikan. Cara menyucikan diri disebut
dengan thaharah. Thaharah memiliki kedudukan yang utama dalam ibadah. Karena
keabsahan sebuah ibadah yang dilakukan oleh umat muslim juga bergantung dari thaharah.
Apabila seseorang menunaikan Shalat saat masih ada setetes najis yang ada di tubuhnya,
maka ibadahnya dianggap tidak sah dan batal.

Najis digolongkan menjadi tiga jenis sesuai dengan tingkatannya. Yang pertama yaitu
najis mukhaffafah atau najis ringan, najis mutawassithah atau najis sedang, najis mughalladah
atau najis berat, dan najis ma’fu atau najis yang dapat dimaafkan tanpa perlu bersuci.

Contoh-contoh najis yaitu air liur anjing, babi, darah, air kencing bayi laki-laki di bawah usia
dua tahun, darah, nanah, khamr, segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur, hingga
bangkai makhluk hidup kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang.

Anda mungkin juga menyukai