Anda di halaman 1dari 5

SOAL IMTIHAN KELAS ITIDAD

DIROSAH FIQIH 1

1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam hokum islam dan berikan contohnya.


2. Apa yang anda pahami tentang Thoharoh, Jelaskan.
3. Sebutakan dan jelaskan macam-macam najis berilah contohnya dan bagaimana cara
mensucikannya.
4. Bagaimana menurut anda bila kita bertayamum dan sudah melaksakan sholat, tiba-tiba
diperjalanan kita menemukan air, apakah kita wajib mengulang tayamum dan sholat kita.
Jelaskan!
5. Sebutkan macam-macam sholat fardhu beserta batasan-batasan waktunya.

Goodluck.
Note Wajib;
1. Tulis Nama, Kelas pada lembar jawaban.
2. Jawablah sesuai urutan nomor
3. Kertas jawaban di kirim dalam bentuk PDF dan dikirim ke alamat email:
takimalkat26@gmail.com
4. Tulislah pada Subject:, “ FIQIH 1 “ Nama, Kelas
5. DILARANG KERAS COPY PASTE milik Teman, apabila ada jawaban yang sama
persis maka Nilai TIDAK akan dikeluarkan kedua-duanya.
Nama: Windatul Habibah
Kelas: Istidad D

Jawab:
1. Macam-Macam Hukum Dalam Islam
1. Wajib (Fardlu)
Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh seorang muslima yang telah
dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan akan mendapat dosa. Contoh : solat lima waktu, pergi haji (jika telah mampu),
membayar zakat, dan lain-lain.Wajib terdiri atas dua jenis/macam :
– Wajib ‘ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim mukalaf
seperti sholah fardu, puasa ramadan, zakat, haji bila telah mampu dan lain-lain.
– Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh muslim mukallaff namun jika
sudah ada yang malakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi yang lain seperti
mengurus jenazah.

2. Sunnah/Sunnat
Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala
dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Contoh : sholat sunnat, puasa senin kamis, solat
tahajud, memelihara jenggot, dan lain sebagainya.Sunah terbagi atas dua jenis/macam:
– Sunah Mu’akkad adalah sunnat yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW seperti
shalat ied dan shalat tarawih.
– Sunat Ghairu Mu’akad yaitu adalah sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW seperti puasa senin kamis, dan lain-lain.

3. Haram
Haram adalah suatu perkara yang mana TIDAK BOLEH sama sekali dilakukan oleh
umat muslim di mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan
siksa di neraka kelak. Contohnya : main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada
orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.

4. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi jika
dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT.
Contoh : posisi makan minum berdiri.

5. Mubah (Boleh)
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak
akan mendapat dosa dan tidak mendapat pahala. Contoh : makan dan minum, belanja,
bercanda, melamun, dan lain sebagainya.

2. Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah membersihkan
diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang
ditentukan oleh syariat islam.Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus
dilakukan dalam beberapa macam ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6[5:6] “Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.”

3. Berikut adalah jenis-jenis najis dalam fiqih Islam:


a. Najis Mukhaffafah.
Najis mukhaffafah adalah najis yang masuk dalam kategori ringan. Contohnya
adalah air kencing bayi yang berusia di bawah 2 tahun.Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya
ia pernah membawa seorang anaknya yang laki-laki yang belum makan makanan (kecuali
ASI). Lalu anak itu dipangku oleh Rasulullah SAW lalu anak itu kencing di pangkuannya.
Kemudian Nabi meminta air lalu memercikkan air itu ke bagian yang terkena air kencing
dan beliau tidak membasuhnya." (HR. Bukhari Muslim).Untuk menyucikan diri dari najis
mukhaffafah adalah hanya dengan memercikkan air sekali percikan saja kepada bagian yang
terkena najis. Meskipun masih terdapat bekas najis yang melekat, najis tersebut sudah
dianggap bersih atau suci.
b. Najis Mutawassithah.
Najis mutawassithah dalah najis yang masuk dalam kategori sedang. Najis ini keluar
dari kemaluan atau dubur manusia dan juga hewan. Air yang memabukkan, bangkai (selain
manusia, ikan, dan belalang).Najis mutawassithah sendiri dibedakan menjadi dua jenis yaitu
sebagai berikut:
- Najis ainiyah atau najis yang terlihat rupanya, rasa atau tercium baunya.
- Najis hukmiyah atau najis yang tidak tampak seperti bekas kencing dan miras.
Untuk menyucikan diri dari najis mutawassithah adalah dengan membersihkan bagian yang
telah terkena najis dengan menggunakan air yang mengalir, hingga najis dipastikan benar-
benar hilang.Cara membersihkan najis mutawassitah ini bisa dengan menggunakan air,
digosok-gosok menggunakan tanah atau benda lainnya, ataupun dengan cara lainnya. Najis
ini dianggap hilang apabila bekasnya juga ikut menghilang setelah dibersihkan.
c. Najis Mughallazhah.
Najis mughallazhah dalah najis yang masuk dalam kategori berat. Contoh najis ini
adalah air liur anjing.Dalam Alquran surat Al An-am ayat 145, Allah berfirman:”Qul laa
ajidu fii maa uhiya ilayya muharraman 'alaa taa'imiy yat'amuhuu illaa ay yakuna maitatan au
damam masfuhan au lahma khinziirin fa innahu rijsun au fisqan uhilla ligairillaahi bih, fa
manidturra gaira baagiw wa laa 'aadin fa inna rabbaka gafurur rahiim”
Artinya:Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya
semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang
dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Karena najis tersebut merupakan najis yang berat, maka untuk cara membersihkan diri dari
jenis najis ini memerlukan bilasan air sebanyak tujuh kali. Hal ini dilakukan dengan salah
satunya membersihkannya dengan menggunakan tanah agar najis tersebut akan benar-benar
hilang.Rasulullah bersabda, "Dari Abi Hurairota RA telah berkata : Bahwa Rasulullah SAW
telah bersabda, "cara mensucikan bejana tempat air salah satu dari kalian adalah dengan, jika
dijilat anjing maka hendaklah dibasuh sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur
dengan tanah"." (HR Muslim)
d. Najis Mafu.
Najis mafu adalah najis yang bisa dimaafkan karena tidak perlu dibasuh atau dicuci.
Contoh dari najis ini adalah seperti bangkai binatang yang tidak ada darah mengalir, nanah
atau darah yang setitik saja, debu, atau air-air yang bersemburat sedikit.
4. Seseorang yang telah mendapatkan air dan tidak terhalang dari
menggunakannya, tidak diperbolehkan melakukan tayammum. Namun bila sebelum
menemukan air tersebut, ia melakukan tayammum dan shalat dengannya, maka ia tidak
perlu mengulangi shalat yang telah dilakukannya meskipun waktu shalat tersebut masih
ada. Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diceritakan oleh Abu Sa’id al-
Khudri radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Pernah ada dua orang bepergian bersama. Ketika
dalam perjalanan, datanglah waktu shalat, namun mereka tidak mendapatkan air. Mereka
pun tayammum dengan tanah yang suci, lalu shalat. Setelah selesai shalat, mereka
mendapatkan air, sedangkan waktu shalat masih ada. Salah seorang dari mereka berwudhu
lalu mengulangi shalatnya, sedangkan yang satunya tidak mengulangi shalatnya. Setelah
pulang, mereka datang dan menceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam kejadian yang mereka alami. Rasulullah berkata kepada yang tidak mengulangi
shalatnya, ‘Kamu telah mengikuti sunnah dan shalat yang kamu lakukan telah cukup
bagimu.’ Sedangkan kepada yang mengulangi wudhu dan shalatnya beliau berkata,  ‘Kamu
mendapatkan dua pahala.'” (HR. Abu Dawud dan an-Nasai, dishahihkan oleh syaikh al-
Albani)

5.macam-macam sholat fardhu beserta batasan-batasan waktunya.


a. Waktu Sholat Dzuhur
Waktu sholat dzuhur dimulai saat matahari tergelincir dan berakhir setelah bayangan setiap
sesuatu berukuran sama dengan aslinya ditambah bayangan yang muncul saat matahari
tergelincir.
b. Waktu Sholat Ashar
Permulaan waktu ashar adalah adanya kelebihan bayangan dari bayangan yang sama dengan
bendanya. Akhir waktu ashar secara ikhtiar adalah saat panjang bayang-bayang suatu benda
mencapai dua kali lipat dari benda aslinya. Sedangkan secara jawaz waktu ashar berakhir
ketika matahari terbenam. Dalil yang menunjukkan waktu ashar adalah:Dari Abu Hurairah
r.a. bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang sempat mengerjakan satu
rakaat sholat subuh sebelum matahari terbit, maka ia tetap mendapati Sholat Subuh (di
dalam waktunya). Barangsiapa yang sempat mengerjakan satu rakaat Sholat Ashar sebelum
matahari terbenam, maka ia telah mendapati Sholat Ashar (di dalam waktunya).” (HR.
Bukhari)
c. Waktu Sholat Maghrib
Waktu Sholat Maghrib itu hanya satu, yaitu mulai matahari terbenam ditambah beberapa
saat untuk mengumandangkan adzan, berwudhu, menutup aurat, sholat maghrib, dan sholat
lima rakaat.Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Syafi’i dalam qoul Jadidnya. Sedangkan
dalam qoul qodimnya ia berpendapat waktu shalat magrib itu memanjang hingga hilangnya
awan merah.Selain itu dijelaskan juga dalam hadis Nabi Muhammad SAW:Sesungguhnya
Rasulullah Saw, bersabda: Waktu Sholat Maghrib adalah selama awan belum menghilang.”
(HR. Muslim)
d. Waktu Sholat Isya
Permulaan waktu isya adalah hilangnya awan merah. Akhir waktu ikhtiyar shalat isya
adalah sepertiga malam. Sedangkan akhir waktu jawaznya adalah sebelum terbit fajar kedua.
Dalil yang menunjukkan waktu Sholat Isya adalah apa yang diriwayatkan oleh imam
Muslim dan yang lainnya:Dari Abu Qotadah r.a. sesungguhnya Rasulullah Saw, bersabda:
“Ingatlah bahwa sesungguhnya tidak ada kelalaian pada orang yang tidur. Sesungguhnya
lalai itu terdapat pada orang yang tidak mengerjakan sholat sampai datang waktu shalat
berikutnya.”(HR. Muslim)
e. Waktu Sholat Subuh
Permulaan waktu Sholat Subuh adalah munculnya fajar kedua. Akhir waktu ikhtiyar Sholat
Subuh adalah munculnya suasana remang-remang. Sedangkan akhir waktu jawaznya adalah
munculnya matahari.Dalil yang menjelaskan tentang waktu shalat shubuh adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Musa Al-Asy’ari seperti yang telah kami
kemukakan di depan.

Anda mungkin juga menyukai