SEMESTER : II (DUA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Thaharah menurut pengertian bahasa berarti “suci/kesucian” atau
‘bersih/kebersihan”. Kata ini mengandung pengertian yang lebih luas, yaitu
mencakup kebersihan atau kesucian dari segala kotoran yang bersifat fisik
(material), seperti kencing dan kotoran, maupun secara hukum seperti berhadats.
Seseorang dikatakan bersih dari hadats, apabila telah mandi dan berwudhu.
Seseorang yang dalam keadaan junub disebut kotor secara hukum karena dia
belum mandi wajib. Dia disebut bersih apabila ia telah mandi. Mandi adalah cara
untuk membersihkan badan dari junub (hadats besar). Seseorang juga dipandang
kotor secara hukum, apabila ia belum berwudhu. Seseorang yang sudah berwudhu
sudah dipandang bersih menurut hukum. Wudhu adalah cara untuk membersihkan
badan dari kotoran (hadats kecil).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah pengertian mandi wajib?
b. Apa saja hal-hal yang menyebabkan wajibnya melaksanakan mandi?
c. Bagaimana tata cara mandi wajib yang benar dan sempurna?
d. Apa saja Hal-hal yang haram dikerjakan oleh seseorang sedang berhadats
besar?
C. TUJUAN
1. Memahami pengertian mandi wajib dan tata cara mandi wajib
2. Memenuhi tugas Mata Kulih Fiqih Ibadah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mandi Wajib
Yang dimaksud dengan ‘mandi’ disini ialah mengalirkan air ke seluruh badan
dengan niat. Yang dinamakan mandi menurut istilah fikih ialah menggunakan air
atas semua bagian badan menurut cara-cara tertentu. Mandi wajib bagi perempuan
adalah persis seperti mandinya lelaki, yaitu dengan mratakan air ke sekujur
tubuhhanya saja ketika mandi sehabis haid atau nifas, maka berkas-berkas darah
harus dibersihkn sama sekali dengan bahan yang baunya mengalahkan bau darah.
Firman Allah SWT dalam Q. S. Al-Maaidah : 6
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS : Al-Maidah : 6)
Dalam bahasa arab, mandi berasal dari kata Al-Ghuslu, yang artinya
mengalirkan air pada sesuatu. Menurut istilah, Al-Ghuslu adalah menuangkan air
ke seluruh badan dengan tata cara yang khusus bertujuan untuk menghilangkan
hadast besar. Mandi wajib dalam islam ditujukan untuk membersihkan diri
sekaligus mensucikan diri dari segala najis atau kotoran yang menempel pada
tubuh manusia. Untuk itu, mandi wajib diharuskan sebagaimana dalam Ayat
diatas.
Jika mani keluar tanpa syahwat, tetapi karena sakit atau cuaca dingin, maka ia
tidak wajib mandi.
Jika seseorang bermimpi namun tidak mendapatkan air mani maka tidak wajib
baginya mandi, demikian dikatakan Ibnul Mundzir.
Jika seseorang dalam keadaan sadar (tidak tidur) dan mendapatkan mani namun ia
tidak ingat akan mimpinya, jika dia menyakini bahwa itu adalah mani maka wajib
baginya mandi dikarenakan secara zhohir bahwa air mani itu telah keluar
walaupun ia lupa mimpinya. Akan tetapi jika ia ragu-ragu dan tidak mengetahui
apakah air itu mani atau bukan, maka ia juga wajib mandi demi kehati-hatian.
Jika seseorang merasakan akan keluar mani saat memuncaknya syahwat namun
dia tahan kemaluannya sehingga air mani itu tidak keluar maka tidak wajib
baginya mandi.
Jika seseorang melihat mani pada kainnya namun tidak mengetahui waktu
keluarnya dan kebetulan sudah melaksanakan shalat maka ia wajib mengulang
shalatnya dari waktu tidurnya terakhir
4. Karena kematian
Segala sesuatu berasal dari niatnya. Untuk itu, termasuk pada pelaksanaan
mandi wajib pun juga harus diawali dari niat. Untuk pelafadzan niat adalah “Aku
berniat mengangkat hadas besar kerana Allah Taala”. Setelah itu bisa kita
mengucapkan bismillah, sebagai permulaan untuk mensucikan diri. Hal ini
dikarenakan ada banyak fadhilah bismillah jika dibacakan seorang muslim dalam
aktivitasnya.
“Ummu Salama RA, aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang cara-
cara mandi, beliau bersabda, “Memadailah engkau jiruskan tiga raup air ke
kepala. Kemudiian ratakannya ke seluruh badan. Dengan cara itu, sucilah
engkau” (HR Muslim)
Membasuh semua anggota badan termasuk kulit atau rambut dengan air
serta meratakan air pada rambut hingga ke pangkalnya. Selain itu wajib juga
membasuh dengan air ke seluruh badan termasuk rambut-rambut, bulu yang ada
pada seluruh anggota badan, telinga, kemaluan bagian belakang ataupun depan.
Untuk mandi besar, maka rambut harus dalam kondisi terurai atau tidak
terikat. Hal ini untuk benar-benar mensucikan seluruh tubuh, sedangkan jika
terikat maka tidak sempurna mandinya. Dikhawtirkan tidak semua bagian dibasuh
atau terkenai air. Selain itu, bisa juga selepas dalam kondisi junub atau haidh bagi
wanita mencukur bulu kemaluan. Mencukur bulu kemaluan dalam islam adalah
suatu yang juga sangat dianjurkan dan mencukur bulu kemaluan pria dalam
islam pun sangat dianjurkan. Hal ini bisa menambah kebersihan, dan tidak banyak
kotoran yang bersisa yang masih melekat dalam bulu di badan.
Hal-hal berikut adalah cara mandi yang baik menurut Rasulullah dalam
hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Muslim yang
melaksanakannya maka akan sesuai sebagaimana Rasulullah melakukannnya.
Tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Terlebih dahulu mencucui tangan sebanyak tiga kali, sebelum tangan tersebut
digunakan mandi, atau dimasukkan ke dalam tempat pengambilang atau
penampungan air
2. Untuk membersihkan kemaluan dan kotoran, maka hendaklah untuk
menggunakan tangan kiri, bukan tangan kanan. Tangan kanan digunakan untuk
makan, sedangkan tidak mungkin menggunakannya untuk membersihkan
kemaluan.
3. Setelah membersihkan kemaluan, maka cucilah tangan dengan menggosokkannya
pada tanah, bisa juga dengan sabun agar hilang kotoran tersebut dari tangan.
4. Berwudhu dengan cara berwudhu yang benar sesuai aturan/rukunnya dalam islam,
selagi akan melakukan shalat.
5. Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali
6. Mencuci kepala (keramas) mulai dari kepala bagian kanan ke bagian kiri dan
membersihkannya hingga sela-sela rambut, agar benar-benar bersih dan sempurna
7. Mengguyur air mulai dari sisi badan sebelah kanan lalu pada sisi sebelah kiri
D. HAL-HAL YANG HARAM DIKERJAKAN OLEH
SESEORANG SEDANG BERHADATS BESAR
Nabi saw bersabda : “Allah tidak akan menerima shalatnya seseorang yang
berhadats sehingga ia berwudlu.” (HR. Bukhoro-Muslim)[3]
b. Thawaf
Menurut golongan ulama hanafiah, bersuci untuk tawaf ini adalah wajib
dan bukan syarat. Karena itu sahlah tawaf yang dilakukan oleh orang yang
berhadas hanya saja ia berdosa.
2. Menyentuh mushaf
Mushaf merupakan berbagai lembaran atau media yang memuat catatan
tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang masih terpisah-pisah dan tidak dijilid atau
dibukukan dalam satu buku khusus.[6]
Seorang yang berhadats dilarang menyentuh (tanpa pembatas) mushaf Al-
Qur’an sebagaiman Allah berfirman,
“tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. (QS. Al-Waqiah:
79)
3. Membaca al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an satu ayat sekalipun dengan maksud sebagai bacaan.
Tetapi sebagai dalil atau dzikir maka hal ini boleh asalkan tidak membacanya
satu ayat penuh. Hal ini berdasarkan hadits dari Ali:
“Rasulullah biasa membacakan Qur’an kepada kami selama beliau tidak
sedang junub.”
Sabda Rasulullah saw :
“tidak boleh bagi orang junub dan orang haid membaca sesuatu dari Al-
Qur’an.” (Riwayat Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibn Majah).
Semua ulama mazhab sepakat bahwa bagi orang junub tidak boleh
berdiam dimasjid,hanya mereka berbeda pendapat tentang boleh tidaknya
kalau ia lewat didalamnya, sebagaimana kalau ia masuk dari satu pintu ke
pintu lainnya.
Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Hanafi: tidak boleh kecuali sangat
darurat (penting).
Menurut syafi’I dan hanafi: boleh kalau hanya lewat saja, asal jangan berdiam.
Menurut Mazhab Imamiyah tidak boleh berdiam dan melewati kalau di
Masjidil Haram dan Masjid Rasulullah (masjid nabawi di Madinah), tetapi
kalau selain dua masjid tersebut boleh melewatinya, tapi kalau berdiam, tetap
tidak boleh dimasjid mana saja.
Berdasarkan keterangan ayat 43 surat An-Nisa’:
“(jangan pula) hampiri masjid sedang kamu sedang keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja.”
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membaca makalah yang saya buat tentang mandi wajib yang mana
cabang dari thaharah, dapat diambil kesimpulan bahwasanya mandi wajib tidaklah
seperti mandi yang biasa kita lakukan dalam keseharian kita. Namun mandi untuk
menghilangkan hadats besar yang ada pada diri kita dan dalam sebuah moment
yang khusus pula. Mandi wajib dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
dengan tetap mengikuti madzhab yang baik dan benar juga tidak melenceng dari
syariat Islam serta yang melakukan pun merasa nyaman melakukannya.
Berbagai pokok permasalahan telah dikaji di atas sebagaimana hakikat
mandi besar itu sendiri. Mandi besar berkaitan erat dengan berwudhu.
B. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan. Pemakalah menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.
Dan akhirnya pemakalah mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan,
baik dalam sistematika penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal
penyampaian materi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemkalah sendiri
khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umumnya dalam kehidupan ini.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA