Cara untuk menjaga kebersihan dan kesucian diri adalah dengan mandi dan berwudhu. Namun,
dalam islam dikenal dengan istilah mandi wajib. Mandi wajib ini adalah sebuah aturan dari Allah
untuk umat muslim dalam kondisi tertentu dan syarat tertentu. Bagaimana sebetulnya mandi wajib
dan cara untuk melaksanakannya, akan dibahas dalam artikel di bawah ini.
Dalam bahasa arab, mandi berasal dari kata Al-Ghuslu, yang artinya mengalirkan air pada sesuatu.
Menurut istilah, Al-Ghuslu adalah menuangkan air ke seluruh badan dengan tata cara yang khusus
bertujuan untuk menghilangkan hadast besar. Mandi wajib dalam islam ditujukan untuk
membersihkan diri sekaligus mensucikan diri dari segala najis atau kotoran yang menempel pada
tubuh manusia. Untuk itu, mandi wajib diharuskan sebagaimana dalam Ayat diatas.
Dalam Islam, ada kondisi-kondisi dimana seorang muslim atau muslimah diwajibkan untuk
melaksanakan mandi (mandi wajib). Hal-hal tersebut membuat seseorang terhalang untuk shalat,
masuk ke dalam masjid, dan juga melaksanakan ibadah lainnya karena dalam kondisi yang tidak
suci.
Selain itu, sebagaimana Rasulullah SAW dalam sebuah hadist, mengatakan bahwa
Sayyid Sabiq, seorang ulama fiqh mengatakan tentang persoalan keluarnya air mani dan mandi
wajib, hal-hal tersebut adalah berikut :
Jika mani keluar tanpa syahwat, tetapi karena sakit atau cuaca dingin, maka ia tidak wajib
mandi.
Jika seseorang bermimpi namun tidak mendapatkan air mani maka tidak wajib baginya
mandi, demikian dikatakan Ibnul Mundzir.
Jika seseorang dalam keadaan sadar (tidak tidur) dan mendapatkan mani namun ia tidak
ingat akan mimpinya, jika dia menyakini bahwa itu adalah mani maka wajib baginya mandi
dikarenakan secara zhohir bahwa air mani itu telah keluar walaupun ia lupa mimpinya.
Akan tetapi jika ia ragu-ragu dan tidak mengetahui apakah air itu mani atau bukan, maka
ia juga wajib mandi demi kehati-hatian.
Jika seseorang merasakan akan keluar mani saat memuncaknya syahwat namun dia tahan
kemaluannya sehingga air mani itu tidak keluar maka tidak wajib baginya mandi.
Jika seseorang melihat mani pada kainnya namun tidak mengetahui waktu keluarnya dan
kebetulan sudah melaksanakan shalat maka ia wajib mengulang shalatnya dari waktu
tidurnya terakhir
2. Bertemunya/bersentuhannya alat kelamin laki-laki dan wanita, walaupun tidak keluar mani
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Apabila seseorang duduk
diantara anggota tubuh perempuan yang empat, maksudnya; diantara dua tangan dan dua
kakinya kemudian menyetubuhinya maka wajib baginya mandi, baik mani itu keluar atau tidak.”
(HR. Muslim dan
Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Apabila dua kemaluan telah
bertemu maka wajib baginya mandi. Aku dan Rasulullah saw pernah melakukannya maka kami
pun mandi.” (HR. Ibnu Majah)
Dari hadist di atas dapat dipahami bahwa bila suami-istri yang telah berhubungan badan, walaupun
tidak keluar mani, sedangkan telah bertemunya kemaluan dia antara keduanya, maka wajib
keduanya mandi wajib, untuk mensucikan diri.
4. Karena kematian
“Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Rasulullah saw bersabda dalam keadaan berihram terhadap
seorang yang meninggal terpelanting oleh ontanya,”Mandikan dia dengan air dan daun
bidara.” (HR.Bukhori Muslim)
Orang yang mengalami kematian, ia wajib untuk dimandikan. Untuk itu mandi wajib ini berlaku
pula bagi yang meninggal, walaupun ia bukan mandi oleh dirinya sendiri, melainkan dimandikan
oleh orang-ornag yang lain. Untuk pelaksanaannya, maka setelah dimandikan ada
pelaksanaan shalat jenazah dalam islam, sebagai shalat terakhir dari mayit.
berikut cara-caranya yang diambil dari HR Muslim dan Bukhari, mengenai bab tata cara
pelaksanaan mandi wajib.
Hal-hal berikut adalah cara mandi yang baik menurut Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim. Muslim yang melaksanakannya maka akan sesuai sebagaimana
Rasulullah melakukannnya. Tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Terlebih dahulu mencucui tangan sebanyak tiga kali, sebelum tangan tersebut digunakan mandi,
atau dimasukkan ke dalam tempat pengambilang atau penampungan air
2. Untuk membersihkan kemaluan dan kotoran, maka hendaklah untuk menggunakan tangan kiri,
bukan tangan kanan. Tangan kanan digunakan untuk makan, sedangkan tidak mungkin
menggunakannya untuk membersihkan kemaluan.
3. Setelah membersihkan kemaluan, maka cucilah tangan dengan menggosokkannya pada tanah, bisa
juga dengan sabun agar hilang kotoran tersebut dari tangan.
4. Berwudhu dengan cara berwudhu yang benar sesuai aturan/rukunnya dalam islam, selagi akan
melakukan shalat.
5. Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali
6. Mencuci kepala (keramas) mulai dari kepala bagian kanan ke bagian kiri dan membersihkannya
hingga sela-sela rambut, agar benar-benar bersih dan sempurna
7. Mengguyur air mulai dari sisi badan sebelah kanan lalu pada sisi sebelah kiri
Hal yang makruh saat melaksanakan mandi wajib
1. Menggunakan air secara berlebihan
“Nabi SAW mandi dengan segayung hingga lima gayung air dan berwudhu dengan secupak air”
(HR Bukhari dan Muslim)
“Cukuplah engkau mandi dengan segantang air. Lalu seorang lelalki berkata, ini tidak mencukupi
bagiku. Jabir menjawab, Ia telah pun mencukupi bagi orang yang lebih baik dan rambutnya lebih
lebat daripada engkau (yakni Rasulullah SAW)” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadist di atas dijelaskan oleh Rasulullah bahwa untuk melaksanakan mandi, maka tidak
perlu berlebihan menggunakan air. Air yang digunakan adalah secukupnya dan tidak
menghambur-hamburkannya. Hal ini mengingat bahwa dalam ajaran islam tidak mengajarkan
sikap berlebih-lebihan termasuk dalam menggunakan sesuatu.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya mandi wajib yang mana cabang
dari Thaharah tidaklah seperti mandi yang biasa kita lakukan dalam keseharian kita. Namun mandi
untuk menghilangkan hadats besar yang ada pada diri kita dan dalam sebuah moment yang khusus
pula. Mandi wajib dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dengan tetap mengikuti madzhab
yang baik dan benar juga tidak melenceng dari syariat Islam serta yang melakukan pun merasa
nyaman melakukannya. Berbagai pokok permasalahan telah dikaji di atas sebagaimana hakikat
mandi besar itu sendiri. Mandi besar berkaitan erat dengan berwudhu.
Al-Habsyi, Muhamad Bagir. 2005. Fiqh Praktis I Menurut Al-Quran, As- Sunah Dan Pendapat
Para Ulama. Bandung: Mizan Pustaka,
Masyur, Kahar.2004. Salat Wajib Menurut Madzab Yang Empat. Jakarta : Rineka Cipta.
Rasyid, Sulaiman. 1986. Fiqh Islam. Bandar Lampung: PT. Sinar Baru Algensidno,