Anda di halaman 1dari 5

Fiqh Al-Wajiz Mandi

Hal-hal Yang Mewajibkannya:


Keluar mani baik pada saat terjaga maupun saat tidur.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,:

 “Sesungguhnya air (mandi) itu disebabkan air (keluarnya mani)” (HR.Al-

Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi)

 Ummu Sulaim Radhiyallahu anhuma, berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya

Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah seorang wanita wajib mandi jika

mimpi bersetubuh?” Beliau berkata, “Ya, jika dia melihat air.”

 “Jika engkau memancarkan air (mani), maka mandilah karena junub. Jika tidak

memancarkannya, maka engkau tidak wajib mandi.” (Nailul Authar). Asy-

Syaukani berkata, yang dimaksud dengan memancarkan adalah dengan

melontarkan. Dan tidak mungkin terjadi bila tidak diikuti dengan syahwat.

 Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam ditanya tentang seorang laki-laki yang mendapati basah (bekas air mani)

sedangkan dia tidak ingat apakah ia mimpi bersetubuh. Beliau menjawab, ‘Dia

wajib mandi.’ Dan tentang seorang laki-laki yang mimpi bersetubuh namun tidak

mendapati basah (bekas air mani). Beliau menjawab, ‘Dia tidak wajib mandi”.

(HR. Muslim). Maksudnya barangsiapa mimpi bersetubuh dan tidak melihat

adanya air mani, maka dia tidak wajib mandi. Dan barang siapa melihat air

mani, sedangkan dia tidak ingat apakah dia mimpi bersetubuh, maka dia tetap

wajib mandi.

Jima’ walaupun tidak mengeluarkan air mani


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Jika ia telah duduk di antara keempat cabang istrinya, kemudian ia membuatnya

kepayahan (kiasan untuk bersetubuh), maka ia wajib mandi. Meskipun tidak keluar

air mani.”

Masuk Islamnya orang kafir


Dari Qais bin ‘Ashim, ia menceritakan bahwa ketika masuk Islam, Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya mandi dengan air dan bidara. (HR

Bukhari, Muslim, Abu Dawud).

Dessy Puji Arianti Page 1


Fiqh Al-Wajiz Mandi

Terputusnya haidh dan nifas


Berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam berkata kepada Fathimah binti Abi Khubaisy:“Jika datang haidh, maka

tinggalkanlah shalat. Dan jika telah lewat, maka mandi dan shalatlah.” (HR

Bukhari, Muslim, Abu Dawud).

Nifas menurut ijma’ ulama disamakan dengan haidh. Sehingga bila seseorang

selesai masa nifasnya, maka diwajibkan baginya untuk mandi junub.

Hari Jum’at
Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Mandi

hari Jum’at wajib bagi setiap orang yang telah baligh.” (HR Bukhari, Muslim, Abu

Dawud).

Rukun-rukun dalam mandi:

1. Niat

2. Meratakan air pada seluruh badan

Tata cara yang disunnahkan ketika mandi:

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dahulu, jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wasallam hendak mandi janabah (junub), beliau memulainya dengan:

1. Membasuh kedua tangan


2. Menuangkan air dari tangan kanan ke tangan kiri
3. Membasuh kemaluan
4. Berwudhu seperti wudhu untuk sholat
5. Mengambil air dan memasukkan jari-jarinya ke pangkal rambut sampai dirasa
cukup

6. Menuangkan air ke kepala 3 kali tuangan


7. Mengguyur seluruh badan
8. Membasuh kedua kakinya. (HR. Muslim, Shahih)
Dengan catatan:

Tidak wajib bagi seorang wanita mengurai rambutnya ketika mandi junub. Namun

hukumnya menjadi wajib bila mandi karena selesai haidh.

 Dalil yang menunjukkan bahwa tidak perlu mengurai rambut:

Dessy Puji Arianti Page 2


Fiqh Al-Wajiz Mandi

Dari Ummu Salamah dia berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita

berkepang dengan kepang yang sulit diurai. Apakah aku harus mengurainya ketika

mandi janabah? Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak,

cukuplah kamu menuangkan air 3 kali pada kepalamu. Kemudian guyurkan pada

seluruh tubuhmu. Maka sucilah engkau” (HR. Muslim)

 Dalil yang menunjukkan mandi junub karena haidh:

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Asma’ bertanya kepada Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi setelah selesai haidh. Beliau lalu

bersabda:

1. Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan bidaranya lalu bersuci

dengan sebaik-baiknya.

2. Kemudian mengucurkannya ke atas kepala dan menguceknya kuat-kuat hingga ke

pangkal kepalanya.

3. Lantas mengguyur seluruh badannya dengan air.

4. Setelah itu hendaklah ia mengambil secarik kapas yang diberi minyak misk, lalu

bersuci dengannya.”

Asma’ berkata, “Bagaimana cara dia bersuci dengannya?” Beliau berkata:

“Subhaanallaah, bersucilah dengannya.” ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata sambil

seolah berbisik, “Ikutilah bekas-bekas darah itu dengannya.” (HR. Abu Dawud).

Dalam dua hadist diatas terdapat perbedaan. Dimana untuk mandi haidh,

diperintahkan untuk menggosoknya dengan kuat karena dikhawatirkan air tidak

masuk kedalam pangkal rambut. Sementara untuk mandi junub, tidak perlu diurai

tidak apa-apa.

Mandi-mandi yang disunnahkan:

1. Mandi setiap selesai jima’.

Berdasarkan hadits Abu Rafi’: “Pada suatu malam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam menggilir isteri-isterinya. Beliau mandi setiap selesai dari fulanah dan dari

si fulanah. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda tidak mandi sekali saja?”

Beliau berkata, “Yang seperti ini lebih suci, lebih baik, dan lebih bersih.”

Dessy Puji Arianti Page 3


Fiqh Al-Wajiz Mandi

2. Mandinya wanita mustahadh setiap akan shalat

Atau sekali mandi untuk shalat Zhuhur dan ‘Ashar (Zhuhur diakhirkan dan ‘Ashar

diawalkan). Juga sekali mandi untuk shalat Maghrib dan ‘Isya’ (Maghrib

diakhirkan dan ‘Isya’ diawalkan). Serta untuk Shubuh sekali mandi.

3. Mandi setelah pingsan

‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

sakit parah. Beliau lalu berkata, ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’ Kami

berkata, ‘Belum, mereka menunggu Anda, wahai Rasulullah.’ Beliau berkata,

‘Letakkanlah air di bejana untukku.’ Kami pun melakukannya. Beliau lalu mandi

lantas bangkit dengan semangat. Namun beliau pingsan lagi, lalu tersadar dan

berkata, ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’ Kami berkata, ‘Belum. Mereka

menunggu Anda, wahai Rasulullah.'” ‘Aisyah lalu menyebutkan penisbatan hadits

ini ke Abu Bakar dan kelanjutannya.

4. Mandi setelah menguburkan orang musyrik

‘Ali bin Thalib Radhiyallahu anhu. Dia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

salalm dan berkata, “Sesungguhnya Abu Thalib telah meninggal dunia.” Beliau

berkata, “Pergi dan kuburkan dia.” Ketika aku telah menguburkannya, aku kembali

kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Mandilah.”

5. Mandi pada dua hari raya dan hari arafah

Seorang laki-laki bertanya kepada ‘Ali Radhiyallahu anhu tentang mandi. ‘Ali

menjawab, “Mandilah tiap hari jika kau suka.” Dia berkata, “Bukan, maksud saya

mandi yang benar-benar mandi (yang disyari’atkan dalam agama).” Dia berkata,

“(Mandi) hari jum’at, hari ‘Arafah, hari raya Qurban, dan hari ‘Idul Fithri.”

6. Mandi setelah memandikan jenazah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa memandikan mayat,

maka hendaklah ia mandi.”

7. Mandi untuk ihram umrah dan haji

Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, “Dia melihat Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam melepas pakaian berjahit dan mengenakan pakaian

ihram) serta mandi untuk ihram.”

Dessy Puji Arianti Page 4


Fiqh Al-Wajiz Mandi

8. Mandi ketika memasuki Makkah

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, bahwa dia tidak mendatangi Makkah

kecuali bermalam di Dzu Thuwa hingga datang pagi dan dia pun mandi. Kemudian

dia memasuki Makkah pada siang hari. Dia menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam pernah melakukannya.

Dessy Puji Arianti Page 5

Anda mungkin juga menyukai