Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah seorang wanita wajib mandi jika
“Jika engkau memancarkan air (mani), maka mandilah karena junub. Jika tidak
melontarkan. Dan tidak mungkin terjadi bila tidak diikuti dengan syahwat.
sallam ditanya tentang seorang laki-laki yang mendapati basah (bekas air mani)
sedangkan dia tidak ingat apakah ia mimpi bersetubuh. Beliau menjawab, ‘Dia
wajib mandi.’ Dan tentang seorang laki-laki yang mimpi bersetubuh namun tidak
mendapati basah (bekas air mani). Beliau menjawab, ‘Dia tidak wajib mandi”.
adanya air mani, maka dia tidak wajib mandi. Dan barang siapa melihat air
mani, sedangkan dia tidak ingat apakah dia mimpi bersetubuh, maka dia tetap
wajib mandi.
kepayahan (kiasan untuk bersetubuh), maka ia wajib mandi. Meskipun tidak keluar
air mani.”
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya mandi dengan air dan bidara. (HR
sallam berkata kepada Fathimah binti Abi Khubaisy:“Jika datang haidh, maka
tinggalkanlah shalat. Dan jika telah lewat, maka mandi dan shalatlah.” (HR
Nifas menurut ijma’ ulama disamakan dengan haidh. Sehingga bila seseorang
Hari Jum’at
Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Mandi
hari Jum’at wajib bagi setiap orang yang telah baligh.” (HR Bukhari, Muslim, Abu
Dawud).
1. Niat
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dahulu, jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Tidak wajib bagi seorang wanita mengurai rambutnya ketika mandi junub. Namun
Dari Ummu Salamah dia berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita
berkepang dengan kepang yang sulit diurai. Apakah aku harus mengurainya ketika
cukuplah kamu menuangkan air 3 kali pada kepalamu. Kemudian guyurkan pada
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi setelah selesai haidh. Beliau lalu
bersabda:
1. Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan bidaranya lalu bersuci
dengan sebaik-baiknya.
pangkal kepalanya.
4. Setelah itu hendaklah ia mengambil secarik kapas yang diberi minyak misk, lalu
bersuci dengannya.”
seolah berbisik, “Ikutilah bekas-bekas darah itu dengannya.” (HR. Abu Dawud).
Dalam dua hadist diatas terdapat perbedaan. Dimana untuk mandi haidh,
masuk kedalam pangkal rambut. Sementara untuk mandi junub, tidak perlu diurai
tidak apa-apa.
Berdasarkan hadits Abu Rafi’: “Pada suatu malam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menggilir isteri-isterinya. Beliau mandi setiap selesai dari fulanah dan dari
si fulanah. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda tidak mandi sekali saja?”
Beliau berkata, “Yang seperti ini lebih suci, lebih baik, dan lebih bersih.”
Atau sekali mandi untuk shalat Zhuhur dan ‘Ashar (Zhuhur diakhirkan dan ‘Ashar
diawalkan). Juga sekali mandi untuk shalat Maghrib dan ‘Isya’ (Maghrib
sakit parah. Beliau lalu berkata, ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’ Kami
‘Letakkanlah air di bejana untukku.’ Kami pun melakukannya. Beliau lalu mandi
lantas bangkit dengan semangat. Namun beliau pingsan lagi, lalu tersadar dan
‘Ali bin Thalib Radhiyallahu anhu. Dia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
salalm dan berkata, “Sesungguhnya Abu Thalib telah meninggal dunia.” Beliau
berkata, “Pergi dan kuburkan dia.” Ketika aku telah menguburkannya, aku kembali
Seorang laki-laki bertanya kepada ‘Ali Radhiyallahu anhu tentang mandi. ‘Ali
menjawab, “Mandilah tiap hari jika kau suka.” Dia berkata, “Bukan, maksud saya
mandi yang benar-benar mandi (yang disyari’atkan dalam agama).” Dia berkata,
“(Mandi) hari jum’at, hari ‘Arafah, hari raya Qurban, dan hari ‘Idul Fithri.”
Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, “Dia melihat Nabi
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, bahwa dia tidak mendatangi Makkah
kecuali bermalam di Dzu Thuwa hingga datang pagi dan dia pun mandi. Kemudian
dia memasuki Makkah pada siang hari. Dia menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu