ِ من الر
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
الحمد هلل الذى فضل على بنى آدم بالعلم والعمل على جميع العالم
Segala puji bagi Allah yang telah mengangkat harkat derajat manusia dengan ilmu dan amal, atas
seluruh alam
وبعد… فلما رأيت كثيرا من طالب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم واليصلون من منافعه وثمراته
وهى العمل به والنشر يحرمون لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه
dan setelah itu,.. ketika saya melihat banyak para pencari ilmu di zaman kita yang bersungguh-
sungguh dalam mencari ilmu, tapi tidak mendapat manfaat dan buahnya, yakni berupa pengalaman
dari ilmu tersebut dan menyebarkannya, karena mereka salah caranya, dan meninggalkan syarat-
syaratnya
بعد ما استخرت هللا،رجاء الدعاء لى من الراغبين فيه المخلصين بالفوز والخالص فى يوم الدين
تعالى فيه
Dengan harapan semoga orang-orang yang tulus ikhlas mendo’akan saya sehingga saya
mendapatkan keuntungan dan keselamatan di akherat. Begitu do’a saya dalam istikharah ketika
akan menulis kitab ini
Kitab ini saya beri nama Ta’limul Muta’alim Thariqatta’allum.Yang terdiri dari tiga belas pasal.
فصل فى التوكل
Fasal tentang tawakal
فصل فى الورع
Fasal tentang bersikap wara’
وما ينقص، وما يزيـد فى العـمـر، وفيـما يمـنع، فـيمـا يجـلب الـرزق: فصل
Fasal tentang hal-hal yang mempermudah datangnya rizki, hal-hal yang dapat memperpanjang,dan
mengurangi umur
BAB I
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة:قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
Rasulullah saw bersabda : “Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
وكل من اشتغل بشيئ منها يفترض عليه علم التحرز[ عن الحرام فيه
setiap orang yang menangani suatu aktifitas dan pekerjaan maka ia kewajiban ilmu untuk menjahui
keharaman di sesuatu tersebut
وكذلك يفترض عليه علم أحوال القلب من التوكل واإلنابة والخشية والرضى
begitu juga wajib baginya ilmu tentang keadaan-keadaan hati, seperti tawakkal, taubat, takut dan
ridlo
وتعظيم األستاذ وتوقيره،علم أن طالب العلم ال ينال العلم وال ينتفع به إال بتعظيم العلم وأهله
Ketahuilah, sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan
kemanfaatannya, kecuali dengan memuliahkan ilmu beserta ahlinya, dan memuliahkan guru.
وما سقط من سقط إال بترك الحرمة والتعظيم، ما وصل من وصل إال بالحرمة:قيل
Dikatakan: Tidak akan sampai maksud seseorang,kecuali ia mau menghormat. Sebaliknya,
seseorang akan jatuh dari kedudukanya akibat ia tidak mau menghormati dan meremehkan.
وإنما يكفر، أال ترى أن اإلنسان ال يكفر بالمعصية، الحرمة[ خير من الطاعة:وقيل
[[ وبترك الحرمة،باستخفافها
Dikatakan oleh sebagian ulama: Menghormati itu lebih baik dari pada taat. Tidaklah engkau tahu,
bahwa seorang menjadi kufur bukan karena berbuat maksiat. Tetapi ia bisa menjadi kufur lantaran
tidak mengindahkan perintah dan larangan Allah swt.
إن، أنا عبد من علمنى حرفا[ واحدا: قال على رضى هللا عنه،ومن تعظيم العلم تعظيم األستاذ
وإن شاء استرق،شاء باع
Termasuk memuliakan guru adalah memuliakan guru. Sayyidinah Ali berkata: Aku adalah budak
bagi orang yang mengajarkan ilmu kepadaku,meskipun hanya satu huruf. kalau orang tersebut
ingin menjualku, maka bolelah. jika ingin membebaskan atau menetapkan aku sebagai budaknya
aku tetap mau.
Kami pernah dibacakan sebuah syair sayidinah Ali mengenai masalah memuliakan guru,yaitu:
Aku tahu bahwa hak seorang guru itu harus diindahkan melebihi segala hak. Dan lebih wajib
dijaga oleh setiap orang islam.
Sebagai (balasan) memuliakan guru, amat pantaslah jika beliau diberi seribu dirham, meskipun
hanya mengajar satu kalimat.
فإن من علمك حرفا واحدا مما تحتاج إليه فى الدين فهو أبوك فى الدين
Karena sesungguhnya orang yang mengajarkanmu satu huruf, yang hal itu (masalah agama)
memang kamu perlukan , maka ia temasuk (dihukumi) sebagai bapakmu dalam agama.
من أراد أن يكون ابنه: قال مشايخنا:وكان أستاذنا الشيخ اإلمام سديد الدين الشيرازى يقول
وإن لم يكن ابنه عالما، ويكرمهم ويطعمهم ويطيعهم شيئا،عالما ينبغى أن يراعى الغرباء من الفقهاء
يكون حفيده عالما
Guru kami, syekh imam sadiduddin syairazi berkata: Guru-guruku berkata:”Barang siapa yang
menginginkan anaknya menjadi orang alim, maka seyogianya menjaga,memuliakan,menghormati
dan memberi segala sesuatu kepada mereka yang pergi untuk belajar (Mondok). jika anaknya tidak
menjadi orang alim, maka cucu-cucunyainsya Allah menjadi orang alim.”
وال يكثر، وال يبتدئ بالكالم عنده إال بإذنه، وال يجلس مكانه،ومن توقير المعلم أن اليمشى أمامه
وال يدق الباب بل يصبر حتى يخرج األستاذ، وال يسأل شيئا عند ماللته ويراعى الوقت،الكالم عنده
Sebagaimana dari memuliakan guru ialah janganlah berjala didepanya, duduk ditempat duduknya,
memulai berbicara kecuali mendapat izin darinya, banyak bicara, dan jangan mengajukan pertayaan
jika guru dalam keadaan tidak enak ,dan jagalah waktu, jangan sampai mengetuk-ngetuk pintunya ,
tetapi sabarlah sebentar tunggu sampai dia keluar.
فإنه ال طاعة، ويمتثل أمره فى غير معصية هلل تعالى، ويجتنب سخطه، أنه يطلب رضاه:فالحاصل
إن شر الناس من يذهب دينه لدنيا:للمخلوق فى معصية الخالق كما قال النبى صلى هللا عليه وسلم
توقير أوالده ومن يتعلق به:ومن توقيره .بمعصية الخالق
Walhasil: Seorang murid hendaknya selalu meminta keridhaan gurunya, menjauhi kemurkaanya,
melaksanakan perintah, kecuali perintah maksiat kepada Allah swt. Atau taat kepada makhluk dan
maksiat kepada tuhan. Termasuk memuliakan guru ,ialah menghormati dan memuliakan anak-anak
serta familinya.
وكان أستاذنا شيخ اإلسالم برهان الدين صاحب الهداية رحمة هللا عليه حكى :أن واحدا من
أكابر األئمة بخارى كان يجلس الدرس ،وكان يقوم فى خالل الدرس أحيانا فسألوا عنه ,فقال :إن ابن
أستاذى يلعب مع الصبيان فى السكة ،ويجيئ أحيانا إلى باب المسجد ،فإذا رأيته أقوم له تعظيما
.ألستاذى
Guru kami, syekh imam burhanuddin pengarang kitab Al-Hidayah pernah bercerita: Ada seorang
alim diantara tokoh imam-imam yang ada dinegara bukhara , sesekali beliau berdiri ketika ditengah-
tengah majelis pengajian. (karena sering berbuat demikian), kemudian orang-orang bertanya kepada
imam tersebut. jawabanya:” Sebab putra guruku sedang bermain bersama teman-temanya .oleh
)karena itu ,kalau aku melihatnya maka aku berdiri untuk anak itu.(maksudku berdiri,tiada lain
”lantaran memuliakan guruku.
والقاضى اإلمام فخر الدين األرسابندى كان رئيس األئمة فى مرو وكان السلطان يحترمه غاية
االحترام وكان يقول :إنما وجدت بهذا المنصب بخدمة األستاذ فإنى كنت أخدم األستاذ القاضى اإلمام
.أبا زيد الدبوسى وكنت أخدمه وأطبخ طعامه [ثالثين سنة] وال آكل منه شيئا
Seorang Qodhi, imam fakhruddin Al-Arsabandi pimpina para imam di negera Marwa, dan sultan
sangat menghormatinya .Dan dia berkata: ”Adapun aku memperoleh derajat (kedudukan) ini,
lantaran menghormati guru. Karena aku berkhidmah (melayani) kepada guruku Imam Abu Yazid
Ad-Dabusi. Aku melayani dan memasakan untuk guruku,sedang aku tidak makan dari apa yang
”aku masak tadi.
وكان الشيخ اإلمام األجل شمس األئمة الحلوانى رحمة هللا عليه قد خرج[ من بخارى وسكن فى
بعض القرى أياما لحادثة وقعت له وقد زاره تالميذه غير الشيخ اإلمام شمس األئمة القاضى بكر بن
محمد الزرنجرى رحمه هللا تعالى ،فقال له حين لقيه :لماذا لم تزرنى؟ قال :كنت مشغوال بخدمة
الوالدة .قال :ترزق العمر ،الترزق رونق الدرس ،وكان كذلك ،فإنه كان يسكن فى أكثر أوقاته فى
.القرى ولم ينتظم له الدرس .فمن تأذى منه أستاذه يحرم بركة العلم وال ينتفع بالعلم إال قليال
syekh Imam Al-Ajallu Syamsul Aimmah Al-Huwani, keluar dari negara bukhara untuk mengungsi
beberapa hari kesuatu daerah. Selama dalam pengungsian, banyak muridnya yang datang
menjenguk,kecuali Syekh Abu Bakar Az-Zaranji. setelah setelah Syekh Abu Bakar dengan syekh
Hulwani, bertanya kemudian Syekh Hulwani kepada Syekh Abu Bakar:” Mengapa hanya kamu
sendiri yang tidak datang menjengukku?.” Syekh Abu Bakar menjawab:”karena pada saat itu kami
repot melayani ibu. Syekh Hulwani berkata:”Kalau begitu, engkau akan diberi rezeki umur,tetapi
engkau tidak diberi rezeki enaknya belajar.” kenyataannya Syekh Abu Bakar mecocoki pada
perkataan Syekh Hulwani. Karena Syekh Abu Bakar sering menetap di desa, maka pengajiaanya
tidak lancar. Oleh karena itu, barang siapa yang membuat sakit hati gurunya maka ia tidak akan
memperoleh (terhalang) keberkahan ilmu dan tidak bisa berhasil memperoleh ilmu yang bermanfaat,
kecuali sedikit.
Ketahuilah! sesungguhnya guru dan dokter keduanya jika tidak dihormati, tentu tidak akan mau
memberi nasihat dengan benar.
Maka terimalah rasa dengan sabar rasa sakitmu, jika kamu meremehkan doktermu. Dan terimalah
kebodohanmu,jika kamu meremehkan gurumu.
حكى أن الخليفة هارون راشيد بعث ابنه إلى األصمعى ليعلمه العلم واألدب فرآه يوما يتوضأ
إنما بعثت إليك: فعاتب األصمعى [فى ذلك] بقوله، وابن الخليفة يصب الماء على رجله،ويغسل رجله
[ ويغسل باألخرى رجلك؟،لتعلمه وتؤدبه فلماذا لم تأمره بأن يصب الماء بإحدى يديه
Ada sebuah cerita: Seorang khalifah baghdad, namanya Harun Ar-Rasyid, mengirimkan putranya
kepada Ustadz Ashmu’i agar dididik tentang ilmu dan tata krama. Pada suatu hari Khalifah Harun
Ar-Rasyid menjenguk anaknya, kebetulan Ustadz Ashmu’i sedang wudu membasuh kakinya.
Sedang putra Khalifah Harun Ar-Rasyid menguncurkan air untuk wudunya(Ustadz Ashmu’i). Pada
saat khalifah Harun Ar-Rasyid melihat kejadian tersebut, seketika itu tidak terima dan berkata
kepada Ustadz Ashmu’i :”Sesungguhnya kukirim kepadamu itu agar engkau didik dan ajari tata
krama. Tapi, mengapa engkau tidak memerintahkan anakku agar menguncurkan air dengan tangan
kanan,sedang tangan kirinya untuk menggosokan kakimu?.” Termasuk dalam memuliakan ilmu,
ialah memuliakan kitab. Maka seyogianya bagim orang yang mencari ilmu hendaknya jangan
sampai memegang kitab, kecuali dengan keaadan suci.
فينبغى لطالب العلم أن ال يأخذ الكتاب إال بطهارة، تعظيم الكتاب:ومن تعظيم العلم.
Diceritakan oleh syekh Hulwani:” Adanya aku bisa berhasil dalam memperoleh ilmu, adalah karena
aku memuliakan ilmu. Karena, setiap kali Aku hendak mengambil khurasan (lembaran kitab), Aku
selalu dakam keadaan suci.”
، إنما نلت هذا العلم بالتعظيم:وحكى عن الشيخ شمس األئمة الحلوانى رحمه[ هللا تعالى أنه قال
فإنى ما أخذت الكاغد إال بطهارة.
Pada suatu malam, Syekh Imam As-Sarakhsy sakit perut (masuk angin). Pada malam itu beliau
berwudu berulang kali (sampai tujuh belas kali). Karena beliau tidak belajar kitab, kecuali dalam
keadaan suci.
وتوضأ فى تلك الليلة، وكان يكرر،والشيخ اإلمام شمس األئمة السرخسى كان مبطونا فى ليلة
وهذا ألن العلم نور والوضوء نور فيزداد نور العلم،سبع عشرة مرة ألنه كان ال يكرر إال بالطهارة
به.
(Adapun memuliakan ilmu dengan bersuci {wudu} ketika memegang kitab atau sedang belajar), itu
adalah karena sesunggunya ilmu adalah nur {sinar} dan wudu juga nur. Maka jadilah ilmu itu
bertambah lantaran adanya wudu.
ومن التعظيم الواجب للعالم أن ال يمد الرجل إلى الكتاب ويضع كتاب التفسير فوق سائر الكتب
[تعظيما] وال يضع شيئا آخر على الكتاب.
termasuk juga memuliakan ilmu yang wajib, ialah jangan sekali-kali memanjangkan kaki {selonjor}
pada kitab, dan ketika meletakkan kitab Tafsir hendaknya diletakan diatas kitab-kitab yang lainya .
Semua itu hanya untuk memuliakan, dan jangan meletakan apa-apa diatas kitab.
أن فقيها كان:وكان أستاذنا الشيخ برهان الدين رحمه هللا تعالى يحكى عن شيخ من المشايخ
برنيابي:] فقال له [بالفارسية،وضع المحبرة على الكتاب
Guru kami Syekh Burhanuddin, menceritakan tentang kata-kata salah seorang guru: Ada seorang
pandai yang biasa meletakan tempat tinta diatas kitabnya, kemudian ketahuan oleh gurunya
sehingga gurunya berkata dengan bahasa persi :”Bumayabi {kalau begitu, engkau tidak akan
memperoleh ilmu yang brmanfaat.}”
:وكان أستاذنا القاضى اإلمام األجل فخر الدين المعروف بقاضى خان رحمه هللا تعالى يقول
إن يرد بذلك االستخفاف فال بأس بذلك واألولى أن يحترز عنه
Guru kami, Syekh fakhrul islam yang terkenal dengan sebutan”Qadhi Khan” pernah berkata:”
kalau sekiranya dalam meletakan sesuatu diatas kitab tersebut, tidak bermaksud meremehkan, maka
tidak apa-apa. Tetapi sebaiknya dapat menjaga dari meletakan sesuatu diatas kitab.
أن يجود كتابة الكتاب وال يقرمط ويترك الحاشية إى عند الضرورة:ومن التعظيم.
Termasuk juga memuliakan ilmu, yaitu menulis kitab dengan tulisan yang baik, jangan sampai
tulisan itu kecil-kecil,( akan tetapi) hendaknya jelas dan terang. Dan janganlah meninggalkan
pinggiran (memberi sisa halaman pinggir), untuk mencatat hal-hal yang perlu, terkecuali dengan
keadaan terpaksa.
إن عشت تندم، ال تقرمط خطك:ورأى أبو حنيفة رحمه هللا تعالى كتابا يقرمط فى الكتابة فقال
يعنى إذا شخت وضعف نور بصرك ندمت على ذلك.وإن مت تشتم.
Imam Abu Hanifah pernah melihat orang menulis dengan tulisan yang lembut(kecil-kecil). Seketika
itu Abu Hanifah berkata:” Jangalah tulisanmu kamu buat kecil-kecil, sebab kalau kamu masih
hidup nanti kamu rugi. Dan kalau kamu sudah mati, kamu akan dicaci maki. Artinya jika kamu
diberi umur panjang sampai tua, sedang penglihatanmu sudah berkurang,tentu kamu akan merasa
rugi atas perbuatanmu dulu ( menulis dengan tulisan yang kecil).
وما انتخبنا، ما قرمطنا ندمنا: أنه قال،وحكى عن الشيخ اإلمام محمد مجد الدين الصرحكى
وما لم نقابل ندمنا،ندمنا.
وهو أيسر على، فإنه تقطيع أبى حنيفة رحمه هللا تعالى،وينبغى أن يكون تقطيع الكتاب مربعا
الرفع والوضع والمطالعة.
Sebaiknya kitab itu dibagi menjadi empat kurasan. Kitab dipotong menjadi empat adalah peraturan
Imam Abu Hanifah. Demikian itu agar memudahkan untuk diangkat dan diletakan, juga
memudahkan untuk keperluan muthala’ah.
ومن، فإنه من صنيع الفالسفة ال صنيع السلف،وينبغى أن ال يكون فى الكتابة شيئ من الحمرة
مشايخنا كرهوا استعمال المركب األحمر.
Dan sebaiknya pada tulisan tersebut jangan sampai ada tinta (tulisan merah) karena sesungguhnya
kitab yang ada tulisan merah itu pekerjaan orang Filsafat, bukan pekerjaan para ulama kuno.
sebagian dari guru kami ada yang tidak senang apabila ada tulisan yang diselingi dengan warna
merah.
والتملق مذموم. تعظيم الشركاء [فى طلب العلم والدروس] ومن يتعلم منه:ومن تعظيم العلم
إال فى طلب العلم.
Termasuk juga memuliakan ilmu, adalah memuliakan guru {dalam mencari ilmu dan pelajaran} dan
mereka yang belajar darinya. Melekat hati adalah tercelah, kecuali melekatnya hati dalam mencari
ilmu
Dia harus menyanjung gurunya dan rekan-rekannya sehingga dia bisa mendapatkan keuntungan dari
mereka.
وإن سمع مسألة واحدة أو،وينبغى لطالب العلم أن يستمع العلم والحكمة بالتعظيم والحرمة
حكمة واحدة ألف مرة.
Sebainya, orang yang mencari ilmu itu hendaknya mendengarkan ilmu dan hikmah serta
memuliakan dan menghormati. Meskipun masalah tersebut pernah didengar seribu kali.
من لم يكن تعظيمه بعد ألف مرة كتعظيمه فى أول مرة فليس بأهل العلم:وقيل.
Dikatakan:” Barang siapa yang memulikan ilmu yang sudah didengarkan seribu kali itu tidak sama
dengan waktu memuliakan ilmu ketika mendengarkan pertama kali, maka ia tidak termasuk ahli
ilmu.”
فإن األستاذ قد، بل يفوض أمره إلى األستاذ،وينبغى لطالب العلم أن ال يختار نوع العلم بنفسه
فكان أعرف بما ينبغى لكل واحد وما يليق بطبيعته،حصل له التجارب فى ذلك.
Sebaiknya, orang mencari ilmu itu janganlah memilih bermacam-macam ilmu atas pilihanya sendiri,
tetapi serahkanlah semua itu pada guru. Karena seorang guru adalah sudah berpengalaman banyak
mengenai memilih ilmu, disamping sudah mengetahui mana ilmu yang baik sesuai akal dan tabiat
( Watak) orang tersebut (maksudnya,seorang guru itu sudah bisa mengira-ngirakan terhadap
muridnya, misalnya si fulan itu cocoknya belajar ilmu fiqih, tetapi kalau si fulan yang ini pantasnya
belajar ilmu hadis, demikian seterusnya).
برهان الحق والدين رحمه هللا تعالى يقول وكان الشيخ اإلمام األجل األستاذ شيخ االسالم
وكانوا يصلون إلى،كان طلبة العلم فى الزمان األول يفوضون أمرهم فى التعلم إلى اساتذهم
فال يحصل مقصودهم من العلم والفقه، واآلن يختارون بأنفسهم،مقصودهم ومرادهم.
Para pelajar ( santri ) masa lalu, semuanya menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan
pendidikan kepada gurunya. Oleh karena itu, mereka dapat berhasil segala maksud dan tujuannya.
Akan tetapi para pelajar masa sekarang ini, mereka senang memilih dengan caranya sendiri. Oleh
sebab itu mereka tidak bisa memperoleh apa yang dikehendaki dari ilmu dan fiqih.
وكان يحكى أن محمد بن إسماعيل البخارى رحمه هللا تعالى كان بدأ بكتابة الصالة على محمد
لما روى أن ذلك العلم أليق، إذهب وتعلم علم الحديث: فقال له محمد بن الحسن،بن الحسن رحمه[ هللا
فطلب علم الحديث فصار فيه مقدما على جميع أئمة الحديث،بطبعه.
Diceritakan: Sesungguhnya Syekh Muhammad bin Ismail Al-Bukhari rahimahullah memulai belajar
pada seorang guru, Syekh Muhammad bin Hasan, hendak belajar ilmu fiqih khusus mengenai
masalah sholat. Beliau, syekh Muhammad Hasan berkata kepada syekh Muhammad Ismail:”
Sebaiknya engkau pindah dari sini, dan belajarlah ilmu hadis”. Syekh Muhammad bin Hasan
berkata demikian itu, karena beliau mengerti dan faham bahwa akal, watak dan fak Syekh
Muhammad Ismail adalah lebih cocok belajar ilmu hadis. Setelah syekh Muhammad Bin Ismail
menerima perintah demikian ,lalu pergilah belajar ilmu hadis. kenyataannya, Syekh Muhammad
bin Ismail menjadi unggul dalam ilmu hadis, melebihi ulama-ulama hadis.
بل ينبغى أن يكون،وينبغى لطالب العلم أن اليجلس قريبا من األستاذ عند السبق بغير ضرورة
بينه وبين األستاذ قدر القوس فإنه أقرب إلى التعظيم.
Sebaiknya bagi pelajar ketika sedang belajar, jangan sampai duduk berdekatan dengan sang guru,
kecuali dalam keaadan terpaksa. Akan tetapi sebaiknya duduk antara murid dan guru itu kira-kira
sepanjang qaus ( bagian yang melengkung (busur) ). Sebab yang demikian itu sudah berarti
memuliakan guru.
وقد قال رسول هللا، فإنها كالب معنوية،وينبغى لطالب العلم أن يحترز عن األخالق الذميمة
وإنما يتعلم اإلنسان بواسطة ملك. ال تدخل المالئكة بيتا فيه كلب أو صورة:صلى هللا عليه وسلم
Sebainya pula seorang murid dapat menjaga dari budi pekerti yang tercela ( sifat madzmumah).
Karena sifat tercela itu diibaratkan seperti anjing (yang tidak tampak). Rasulullah saw berkata: ”
Malaikat itu tidak berkenan masuk rumah ( seseorang) yang didalam rumah tersebut terdapat
gambar-gambar atau anjing.” Karena ilmu itu memakai lantaran malaikat. Adapun perihal budi
pekerti yang tercela, dapat diketahui pada kitab-kitab yang menerangkan tentang akhlak.
واألخالق الذميمة تعرف فى كتاب األخالق وكتابنا هذا ال يحتمل بيانها.
قيل:
Dalam kitab ini kami tidak menerangkan tetang akhlak. Diantara ( dikhususkan ) yang mencari
ilmu, harus dapat menjaga dari sifat takabur ( sombong ). Dikatakan dalam syair:
Ilmu itu musuh orang-orang yang sombong, sebagaimana banjir merusak tempat-tempat yang
tinggi.
Semua pangkat ( keluhuran) itu tidak diperoleh dari kesungguhan, melainkan dari fadhal (karunia)
Allah swt. Disamping itu, bergandengan dengan amal usaha. Karena jarang sekali menemukan
keluhuran tanpa usaha yang sungguh-sungguh.
Sebab, banyak sekali seorang budak yang menduduki tempat orang merdeka. Dan sebaliknya,
banyak sekali orang merdeka yang terjatuh menempati kedudukan seorang budak