Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Menyoal tentang perkembangan hadis di Indonesia, tentunya tidak pernah


luput dari peranan para Ulama maupun kiyai yang telah mencurahkan segala
bentuk pemikiran serta karyanya. Dari sekian banyak ulama yang
berkompeten, seorang mufasir maupun muhadits pada abad ke 20 ahkhir
dimana masa peralihan orde lama menuju orde baru bahkan jauh dari sebelum
masa kemerdekaan setelah mengenyam rasa pahit dari kekangan
kolonialisme, tidak mensyurutkan para ulama untuk tetap memberikan
pencerahannya kepada umat.
Terdapat banyak peran para ulama dan kiyai yang tercurahkan dalam karya
tulis mereka yang dipergunakan untuk menjawab berbagai permasalahan di
bidang ibadah maupun hal yang bersifat muamalah, serta persoalanlain yang
banyak terjadi pada zaman modern kali ini.
Waqaf merupakan salah satu permasalahan yang sering kali dikaitan dengan
bentuk kekayaan, harta, benda, yang secara tesurat maupun tercatat berpindah
ahli kepemilikan akan tetapi dengan berjalannya waktu dimana setiap
permasalah yang hadir terus berubah sepanjang hidup manusia.
Berawal dengan kepemilikan harta waqaf yang dimiliki Khalifah Umar Ibnul
Khatab dari kekayaan atas kemenangannya diperang Khaibar, memunculkan
aturan hukum yang kita kenal dengan waqaf higga masa kini. Sedikit menarik
nakna waqf yang dikemukakan A Hasan dalam terjemahannya terhadap kitab
Bulughul Maram.
Sebagai mana yang kita ketahui hadis merupakan salah satu sumber hukum
kedua setelah al quran, berbedanya dengan wahyu pertama hadis tidak secara
langsung dijaga keotentikan dalam setiap bentuk khobar maupun konten yang
ada. Al-quran setelah melalui beberapa tahapan verifikasi dan kodifikasi di
zaman khulafaurrasidin, kemudian masuk kedalam tahapan penyempurnaan
khot dan pemberian syakaldi era pemerintahan Dinasti (kerajaan) sehingga

1 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
menghasilkan mushaf yang sekarang digunakan oleh umat Islam yakni
mushaf Utsmani.
Makna Al-Jadid (baru) terhadap hadis memberikan sebuah legitimasi atas
wahyu pertama yang di turunkan oleh Allah swt melalui bimbingan malaikat
Jibril, menariknya hadis adalah bentuk pengaplikatipan atas wahyu secara
langsung oleh Nabi dengan perkataan, perbuatan, persetujuan, serta sifat yang
ada pada beliau.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Kitab Bulughul Maram?


2. Apa sajakah jenis jenis kitab bulughul maram?
3. Apa saja metode pembelajaran bulughul maram di pesantren?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Kitab Bulughul Maram
2. Untuk mengetahui apa sajakah jenis jenis kitab bulughul maram
3. Untuk mengetahui metode pembelajaran bulughul maram di pesantren

2 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kitab Bulughul Maram

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar


dan mengajar. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan
pembelajaran yang formal. Kegiatan yang dilakukan guru agar proses
belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa
nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus
mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam
kelas.

Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan


menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum.

Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk


memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu
tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.

Sedangkan Mulyasa mengemukakan bahwa pembelajaran pada


hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Bulughul Maram adalah kitab hadis yang ringkas. Di dalamnya
termuat hukum-hukum fiqih. Kitab ini pada dasarnya ditunjukan sebagai
tuntunan praktis dalam kehidupan umat Islam sehari-hari. Sesuai namanya,
bahasan kitab ini tidak jauh dari masalah taharah, shalat, jenazah, zakat,
puasa, haji, jual beli, nikah, rujuk, jinayah, jihad, makanan, sumpah dan
nazar, peradilan, dan pembebasan budak.

3 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
Kitab ini merupakan kitab yang sarat manfaat dan urgen, sekalipun
ukurannya yang relatif kecil. Namun demikian, keilmuan yang terkandung
tidak kalah dengan kajian keilmuan dan informasi perihal ketentuan
hukum Islam (hadis) yang terdapat pada kitab lain yang ukurannya lebih
besar. Ulama zaman dahulu sampai sekarang dapat menerima sebagai
bagian dari referensi kitab hadis yang dekat dengan dunia pendidikan
Islam. Begitu pula tidak sedikit di antara mereka yang mengambil manfaat
darinya. Bahkan tidak ada suatu majelisnya seorang ulama, melainkan
kitab bulūgh al-maram dijadikan sebagai pelajaran pokoknya. Para
penuntut ilmupun menghafalkannya.

Nama lengkap kitab ini adalah “Bulugul Maram Min Adilatil


Ahkam” sebagaimana disebutkan langsung oleh pengarangnya sendiri
pada pembukaan kitab bulugul maram. Kitab ini termasuk ke dalam
klasifikasi kitab-kitab hukum yaitu kitab yang hanya mencakup hadis-
hadis hukum, di mana pengarangnya memilih hadis-hadis tersebut dari
kitab-kitab induk dalam mushanafat dan menyusunnya sesuai dengan
urutan bab yang terdapat dalam kitab fiqih. Walaupun kitab tersebut
khusus membahas hadis-hadis hukum, namun Imam Ibnu Hajar pada akhir
kitab menulis bab-bab yang penting mengenai adab (etika), akhlak, dzikir
dan doa sebagai pelengkap kitab tersebut.

B. Jenis - jenis kitab Bulughul Maram


Kitab-kitab syarah lain untul Bulūgh al-marām di antaranya:
1. Fathu Al-‘Allam karangan Nur Al-Hasan bin Shiddiq Khon. Banyak yg
menyebut kitab ini hanya menukil Subul al-Salām dengan membuang
pendapat hadawiyyah dan zaidiyyah. Syaikh Khudhoir berpendapat
tambahan pengarang sedikit sekali. Bisa dikatakan Fathu Al-‘Allam adalah
tahdzibnya Subul al-Salām
2. Minhatu Al-‘Allam bisyarhi Ahaditsi Bulughi Al-Marom karangan
Abdullah bin Sholih Al-Fauzan
3. Taudhihu Al-Ahkam karangan Abdullah Al-Bassam

4 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
4. At-Tibyan Fi Takhriji Wa Tabwibi Ahaditsi Bulughi Al-Marom
karangan Kholid bin Dhoifillah. Kitab ini mengandung takhrij paling
lengkap untuk bulughul marom
5. Fathu Dzi Al-Jalali Wa Al-Ikrom karangan Ibnu Al-‘Utsaimin
6. Ithafu Al-Kirom Bi At-Ta’liq ‘Ala Bulughi Al-Marom karangan
Shofiyyurrohman Al-Mubarokfuri
7. Mukhtashor Al-Kalam ‘Ala Bulughi Al-Marom karangan Faishol Al
Mubarok
8. Takhriju Ahaditsi Al-Bulugh karangan Samir Amin Az-Zuhairi
9. Nailu Al-Marom Syarhu Bulughi Al-Marom karangan Muhammad
Yasin bin Abdillah
10. Fathu Al-Wahhab Syarhu Bulughi Al-Marom karangan Muhammad
Ahmad Asy-Syanqithi

Sistematika Pembahasan Kitab Bulugul Maram:


Kitab bulugul maram merupakan salah satu kitab yang berisi
berbagai macam hadits tentang ilmu fiqih. Dalam penulisan kitab ini
terdapat beberapa bahasan didalamnya, diantaranya :
1) Pembahasan bersuci
2) Pembahasan sholat
3) Pembahasan jenazah
4) Pembahasan zakat
5) Pembahasan puasa
6) Pembahasan haji
7) Pembahasan jual beli
8) Pembahasan nikah
9) Pembahasan talak
10) Pembahasan tindak pidana pembunuhan dan pelukaan
11) Pembahasan hukuman had
12) Pembahasan jihad
13) Pembahasan makanan
14) Pembahasan sumpah dan nadzar

5 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
15) Pembahasan peradilan
16) Pembahasan memerdekakan budak
17) Pembahasan akhlak1

C. Metode Pembelajaran Kitab Bulughul Maram di Pesantern

Materi kajian hadis yang sangat populer di tengah-tengah masyarakat


ialah kajian hadis tematik. Salah satu kajian dari berbagai macam bentuk
kajian hadits tematik ialah kajian hadis ahkam. Hadis-hadis yang berisi
tentang kajian hadits-hadits amali (praktis). Persebaran kajian hadis ahkam di
tengah-tengah masyarakat dapat dikelompokkan dua bentuk, yakni oral (lisan)
dan tulisan. Kajian lisan ialah kajian-kajian hadits yang disampaikan melalui
metode lisan yang disampaikan pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti,
halaqah, pengajian, atau dakwah seorang ulama hadits. Selanjutanya kajian
ahkam tulisan, ialah melalui kitab-kitab, buku, atau artikel sejenis yang
menyajikan kumpulan hadits-hadits secara tematik baik secara detail atau
ringkas, yang banyak beredar di tengah-tengah masyarakat.
Keberadaan metode pada kegiatan pembelajaran dapat diterapkan di
kelas non formal (asrama, masjid, langgar dan sejenisnya) dan dapat pula
diterapkan di kelas formal (sekolah atau madrasah) dimana pada pembelajaran
non formal beberapa metode yang diterapkan antaranya :
1. Metode Wetonan
Metode wetonan atau bandongan yang terapannya dilakukan dengan
cara “kyai membaca sesuatu kitab dalam waktu tertentu dan santri membawa
kitab yang sama, kemudian santri mendengarkan dan menyimak tentang
bacaan kyai tersebut”. Santri ketika ustadz/ ustadzah atau guru menerapkan
metode ini diberikan kebebasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti
pembelajaran. Absensi santri tidak dilakukan ketika pembelajaran berlangsung
dan tidak menggunakan istilah kenaikan kelas. Lama belajar santri tidak
tergantung pada lama tahun belajar, akan tetapi ditentukan oleh cepat tidaknya
santri manamatkan kitabnya. Bagi santri yang lebih cepat menamatkan
1
Ibnu Hajar Al-Asqolani, Bulugul Maram,( Surabaya: Kharisma,2005)hal 5

6 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
kitabnya, maka yang bersangkutan boleh meneruskan ke kitab yang lebih
tinggi atau mempelajari kitab yang lain.
2. Metode Sorogan
Metode sorogan, yang diakui merupakan “metode yang paling sulit
dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab dalam penerapan
metode sorogan dituntut kesabaran, kerajinan, kataatan dan disiplin pribadi
dari murid”. Metode ini dalam penerapannya dilakukan dengan cara santri
mengajukan kitab yang akan dibaca kepada kyai, kemudian ketika santri
membaca kitab terdapat kesalahan, maka kesalahan tersebut disempurnakan
langsung oleh kyai. Pembelajaran kitab dengan penerapan metode sorogan
dilakukan untuk santri yang permulaan belajar atau kepada santri-santri
khusus yang dianggap pandai dan diharapkan dikemudian hari menjadi
seorang „alim.
3. Metode Muhawarah
Metode muhawarah atau muhadasah, merupakan metode untuk
“melatih santri bercakap-cakap dengan bahasa Arab yang diwajibkan oleh
pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di pondok”25. Penerapan
metode muhawarah atau muhadasah dibeberapa pesantren tidak diwajibkan
dilakukan setiap hari, ada menerapkan satu atau dua kali dalam seminggu
yang digabungkan dengan latihan muhadlarah atau kitabah yang bertujuan
melatih ketrampilan santri berpidato.
4. Metode Mudzakarah
Metode mudzakarah merupakan “suatu pertemuan ilmiah yang secara
spesifik membahas masalah diniyah seperti ibadah dan akidah serta masalah
agama pada umumnya”. Dalam penerapannya metode mudzakarah dibedakan
menjadi menjadi tiga tingkatan kegiatan, yaitu tingkatan pertama mudzakarah
yang dilakukan oleh sesama santri untuk membahas suatu masalah dengan
tujuan melatih para santri agar terlatih dalam memecahkan persoalan dengan
menggunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah seorang santri ditunjuk sebagai
juru biacara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah yang
didiskusikan. Tingkatan kedua mudzakarah yang dipimpin oleh kyai, dimana
pada tingkatan ini hasil mudzakarah para santri diajukan untuk dibahas dan

7 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
dinilai oleh kyai. Biasanya dalam mudzakarh tingkat kedua ini berisi tanya
jawab dengan mayoritas menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
komunikasi. Tingkat ketiga mudzakarah antar kyai. Ini biasanya menggunakan
kitab-kitab yang tersedia untuk menyelesaikan suatu masalah yang penting.
Mudzakarah ini juga dilakukan untuk memper dalam pengetahuan agama para
kyai, dan
5. Metode Majlis Ta‟lim
Metode majlis ta‟lim merupakan “suatu media penyampaian ajaran
Islam yang bersifat umum dan terbuka”27. Dalam penerapan metode ini
peserta pembelajaran atau disebut dengan jama‟ah terdiri dari berbagai lapisan
yang memiliki latar belakang pengetahuan bermacam-macam dan tidak
dibatasi oleh tingkat usia maupun perbedaan kelamin. Penerapan metode pada
kegiatan ta‟lim di pondok pesantren dilakukan pada waktu-waktu tertentu, ada
yang seminggu sekali atau sebulan sekali. Terkait dengan materi yang
disampaikan dengan penerapan metode ini “umumnya berisi nasehat-nasehat
keagamaan yang bersifat amar ma‟ruf nahi munkar. Ada kalanya materi
diambil dari kitab-kitab tertentu seperti tafsir Qur‟an dan Hadits”.2

Sedangkan pada pembelajaran formal (di sekolah atau madrasah) di


antara metode yang dapat diterapkan yaitu :
1. Metode Ceramah
Metode Ceramah merupakan “cara penyajian atau penyampaian informasi melalui
penerangan dan penuturan secara lisan oleh pendidik terhadap peserta
didiknya”29. Jika mencermati ayat-ayat al-Qur‟an yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. ternyata banyak disampaikan dalam bentuk ceramah.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah “suatu cara menyajikan materi pelajaran dengan jalan
guru mengajukan suatu pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dijawab, bisa
pula diatur pertanyaan-pertanyaan diajukan oleh siswa lainnya”31. Penerapan
metode ini dalam al-Qur‟an banyak dicontohhkan oleh Allah swt. dalam
menyampaikan firman-Nya, diantaranya dalam surat Ar-Rahman (55) ayat 46-51.
2
Sunyoto, A., Ajaran Tasawuf dan Pembinaan Sikap Hidup Santri Pesantren Nurul Haq
Surabaya : Studi Kasus, (Malang : FPS IKIP, 1990), h. 75

8 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
3. Metode Demonstarsi
Metode demontrasi merupakan “cara yang digunakan dalam penyajian pelajaran
dengan cara meragakan bagaimana membuat, mempergunakan serta
memperaktikkan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan, atau bagaimana
mengerjakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang mana dalam meragakan
disertai dengan penjelasan lisan.
4. Metode Problem Solving
Metode probel solving (pemecahan masalah) adalah “penyajian bahan ajar oleh
guru dengan merangsang anak berpikir secara sistematis dengan menghadapkan
siswa kepada beberapa masalah yang harus dipecahkan”.3
5. Metode Resitasi
Metode resitasi (pemberian tugas) merupakan “cara mengajar di mana seorang
pendidik memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik, sedangkan hasil
tersebut diperiksa oleh pendidik dan peserta didik mempertanggung
jawabkannya”.4

BAB III
3
Horikoshi. Kyai dan Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1987.
4
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2006), h. 154

9 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
KESIMPULAN

Bulughul Maram adalah kitab hadis yang ringkas. Di dalamnya


termuat hukum-hukum fiqih. Kitab ini pada dasarnya ditunjukan sebagai
tuntunan praktis dalam kehidupan umat Islam sehari-hari. Sesuai namanya,
bahasan kitab ini tidak jauh dari masalah taharah, shalat, jenazah, zakat,
puasa, haji, jual beli, nikah, rujuk, jinayah, jihad, makanan, sumpah dan
nazar, peradilan, dan pembebasan budak.

Kitab-kitab syarah lain untul Bulūgh al-marām di antaranya:

1. Fathu Al-‘Allam karangan Nur Al-Hasan bin Shiddiq Khon.


Banyak yg menyebut kitab ini hanya menukil Subul al-Salām dengan
membuang pendapat hadawiyyah dan zaidiyyah. Syaikh Khudhoir
berpendapat tambahan pengarang sedikit sekali. Bisa dikatakan Fathu
Al-‘Allam adalah tahdzibnya Subul al-Salām

2. Minhatu Al-‘Allam bisyarhi Ahaditsi Bulughi Al-Marom


karangan Abdullah bin Sholih Al-Fauzan

3. Taudhihu Al-Ahkam karangan Abdullah Al-Bassam

Keberadaan metode pada kegiatan pembelajaran dapat diterapkan di


kelas non formal (asrama, masjid, langgar dan sejenisnya) dan dapat pula
diterapkan di kelas formal (sekolah atau madrasah) dimana pada pembelajaran
non formal beberapa metode yang diterapkan antaranya :
1. Metode Wetonan
Metode wetonan atau bandongan yang terapannya dilakukan
dengan cara “kyai membaca sesuatu kitab dalam waktu tertentu dan santri
membawa kitab yang sama, kemudian santri mendengarkan dan
menyimak tentang bacaan kyai tersebut”.
2. Metode Sorogan
Metode sorogan, yang diakui merupakan “metode yang paling sulit
dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab dalam

10 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
penerapan metode sorogan dituntut kesabaran, kerajinan, kataatan dan
disiplin pribadi dari murid”.

DAFTAR PUSTAKA

11 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n
Ibnu Hajar Al-Asqolani, Bulugul Maram,( Surabaya: Kharisma,2005)hal 5
Sunyoto, A., Ajaran Tasawuf dan Pembinaan Sikap Hidup Santri
Pesantren Nurul Haq Surabaya : Studi Kasus, (Malang : FPS IKIP, 1990), h. 75
Horikoshi. Kyai dan Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1987.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2006), h. 154

12 |T e l a a h K i t a b B u l u g h u l M a r a m d i P e s a n t r e n

Anda mungkin juga menyukai