Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah


Subhanahu Wata’ala sehingga kita masih diberikan nikmat kesehatan, kesempatan, hidayah
serta taufik, suatu nikmat yg begitu banyak dan besar sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada junjunan
Nabi besar Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sahabat serta keluarganya sebab jasa
beliaulah yang membawa umat manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT.
PEMBAHASAN

A. Bersuci dari Hadas


Dalam hukum Islam, soal bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk bagian
ilmu dan amalan yang penting, terutama karena diantara syarat sholat diwajibkan suci
dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan tempatnya dari najis. Firman Allah
SWT.:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-


orang yang menyukai diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
Perihal bersuci meliputi beberapa perkara berikut:
a. Alat bersuci, seperti air, tanah, dan sebagainya
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-janis najis yang perlu disucikan
d. Benda yang wajib disucikan
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci

Bersuci ada dua bagian


a. Bersuci dari hadas. Bagian ini khusus untuk badan, seperti mandi,
berwudu, dan tayamum
b. Bersuci dari najis. Bagian ini berlaku pada badan, pakaian, dan tempat.

1. Wudhu
Perintah wudu bersamaan dengan perintah wajib salat lima waktu, yaitu satu
tahun setengah sebelum tahun Hijriyah.
Syarat-Syarat Wudu
1. Islam
2. Mumayiz,karena wudu itu merupakan ibadat yang wajib diniati,sedangkan
orang yang tidak beragama Islam dan orang yang belum mumayiz tidak diberi
hak untuk berniat
3. Tidak berhadas besar
4. Dengan air yang suci dan mensucikan
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit,seperti getah dan
sebagainya yang melekat di atas kulit anggota wudu
Fardu (rukun) wudu
1. Niat
2. Membasuh muka
3. Membasuh dua tangan sampai ke siku
4. Menyapu sebagian kepala
5. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki
6. Menerbitkan rukun-rukun diatas
Beberapa sunat wudu
1. Membaca ‘bismillah’ pada pemulaan wudu
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pada pergelangan
3. Berkumur-kumur
4. Memasukan air ke hidung
5. Menyapu seluruh kepala
6. Menyapu kedua telinga luar dan dalam
7. Menyilang- nyilang jari kedua tangan dan jari-jari kaki
8. Mendahulukan anggota kanan daripada kiri
9. Membasuh setiap anggota tiga kali
10. Berturut-turut antara anggota
11. Dll
Hal-hal yang membatalkan wudlu
1. Keluar sesuatu dari dua pintu atau dari salah satunya
2. Hilang akal
3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan
4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan

2. Mandi wajib
Yang dimaksud dengan “mandi” di sini ialahmengalirkan air ke seluruh
badan dengan niat. Firman Allah SWT.:
“Dan jika kamu junub, maka mandilah.” (QS Al Maidah: 6)
a. Sebab-sebab wajib mandi
Sebab-sebab wajib mandi ada enam, tiga diantaranya biasa terjadi pada laki-
laki dan perempuan, dan tiga lagi tertentu (khusus) pada peempuan saja.
1) Bersetubuh, baik keluar mani ataupun tidak. Sabda Rasulullah SAW.:
“Apabila dua yang dikhitan bertemu, maka sesungguhnya telah
diwajibkan mandi, meskipun tidak keluar mani.” (HR. Muslim)
2) Keluar mani, baik keluarnya karena bermimpi ataupun sebab lain dengan
sengaja atau tidak, dengan perbuatan sendiri atau bukan. Sabda Rasulullah
SAW:
Dari Ummi Salamah. Sesungguhnya Ummi Sulaim telah bertanya kepada
Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu
memperkatakan yang hak. Apakah perempuan wajib mandi apabila
bermimpi? Jawab beliau, “Ya (wajib atasnya mandi), apabila ia melihat
air (artinya keluar mani).” (sepakat ahli hadits)
Dari Khaulah, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Nabi SAW.
Mengenai perempuan yang bermimpi seperti laki-laki bermimpi. Jawab
Nabi, “Ia tidak wajib mandi sehingga keluar maninya, sebagaimana laki-
laki tidak wajib mandi apabila tidak keluar mani.” (HR Ahmad dan Nasai)
3) Mati. Orang islam yang mati, fardu kifayah atas muslimin yang hidup
memandikannya, kecuali orang yang mati syahid. Sabda Rasulullah Saw.:
Dari Ibnu Abbas. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Telah berkata tentang
orang berihram yang terlempar dari punggung untanya hingga ia
meninggal. Beliau berkata, “Mandikanlah dia olehmu dengan air dan
daun sidr (sabun).” (HR Bukhari dan Muslim)
Beliau berkata tentang orang yang mati dalam peperangan Uhud,
“Jangan kamu mandikan mereka.” (HR Ahmad)
4) Haid. Apabila seorang perempuan telah berhenti dari haid, ia wajib mandi
agar ia dapat shalat dan dapat bercampur dengan suaminya. Dengan mandi
itu badannya pun menjadi segar dan sehat kembali. Sabda Rasulullah
Saw.:
Beliau berkata kepada Fatimah binti abi hubaisy, “Apabila datang haid
itu, hendaklah engkau tinggalkan shalat. Dan apabila habis haid itu,
hendaklah engkau mandi dan shalat.” (HR Bukhari)
5) Nifas. Yang dinamakan nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan
perempuan sesudah melahirkan anak. Darah itu merupakan darah haid
yang berkumpul, tidak keluar sewaktu perempuan itu mengandung.
6) Melahirkan, baik anak yang dilahirkan itu cukup umur ataupun tidak,
seperti keguguran.
b. Fardu (rukun) mandi
1) Niat. Orang yang junub hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan
hadas junubnya, perempuan yang baru habis (selesai) haid atau nifas
hendaklah berniat menghilangkan hadas kotorannya.
2) Mengalirkan air ke seluruh badan.
c. Sunat-sunat mandi
1) Membaca “bismillah” pada permulaan mandi.
2) Berwudu sebelum mandi
3) Menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan.
4) Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri.
5) Berturut-turut
d. Mandi sunat
1) Mandi hari jum’at disunatkan bagi orang yang bermaksud akan
mengerjakan shalat jum’at, agar baunya yang busuk tidak mengganggu
orang di sekitar tempat duduknya. Sabda Rasulullah Saw.
Dari Ibnu Umar. Ia berkata, “Rasulullah Saw. Telah bersabda, “Apabila
salah seorang hendak pergi shalat jum’at, hendaklah ia mandi.” (HR
Muslim)
2) Mandi hari raya idul fitri dan hari raya kurban.
Dari Fakih bin Sa’di. Sesungguhnya Nabi Saw. Mandi pada hari jumat,
hari Arafah, Hari Raya Fitri, dan pada Hari Raya Haji. (HR Abdullah Bin
Ahmad)
3) Mandi orang gila apabila ia sembuh dari gilanya, karena ada sangkaan
(kemungkinan) ia keluar mani.
4) Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah.
Dari Zaid bin Tsabit. Sesungguhnya Rasulullah Saw. membuka pakaian
beliau ketika hendak ihram, dan beliau mandi. (HR Tirmidzi)
5) Mandi sehabis memandikan mayat. Sabda Rasulullah Saw.
“Barangsiapa memandikan mayat, hendaklah ia mandi; dan barangsiapa
membawa mayat, hendaklah ia berwudu.” (HR Tirmidzi dan dikatakan
Hadits Hasan)
6) Mandi seorang kafir setelah memeluk agama islam, sebab ketika beberapa
sahabat masuk islam, mereka disuruh Nabi Mandi. Menurut Hadits:
Dari Qais bin Asyim. Ketika ia masuk islam, Rasulullah Saw.
Menyuruhnya mandi dengan air dan daun bidara. (HR Lima ahli hadits
selain ibnu majah)
Perintah ini menjadi sunat hukumnya, bukan wajib, karena ada karinah
(tanda) yang menunjukkan bukan wajib, yaitu beberapa orang sahabat
ketika mereka masuk islam tidak disuruh mandi oleh Nabi.
Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka da kedua tangan sampai siku dengan
beberapa syarat1. Tayamum adalah pengganti wudu atau mandi, sebagai rukhsah atau
keringanan untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan ( uzur) yaitu
1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat sembuhnya
2. Karena perjalanan
3. Karena tidak adanya air
“ Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air (
kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapatkan air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik( bersih) ; sapulah mukamu dan kedua
tanganmu dengan tanah itu “ ( Al-Maidah)
Hukum Tayamum
Hadist yang paling sah mengenai tayamum ialah hadis Ammar ibn yasir. Hadist
tersebut, tegas diterangkan bahwa tepukan tanah cukup sekali saja untuk muka dan dua
telapak tangan. Memang , tidak ada suatu hadist pun dalam bab ini menentangnya.

1
Fuqoha hadist, diantaranya Ahmad, sependapat dengan hadist tersebut. Pendapat
ulama hadist sah dari yang mengatakan bahwa tayamum dua kali tepuk, sekali buat muka,
sekali buat tangan hingga siku.
Syafi’i dalam Al-Jadid dan Abu Hanifah berpendapat demikian. Atau dua kali tepuk
hingga pergelangan tangan ( ku’ain)2
Syarat tayamum:
1. Sudah masuk waktu shalat. Tayamum disyariatkan untuk orang yang terpaksa.
Sebelum masuk waktu shalat ia belum terpaksa, sebab shalat belum wajib atasnya
ketika itu.
2. Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sudah masuk.
Alasannya adalah ayat tersebut di atas. Kita disuruh bertayamum bila tidak ada air
sesudah dicari dan kita yakin tidak ada; kecuali orang sakit yang tidak diperbolehkan
memakai air, atau ia yakin tidak ada air di sekitar tempat itu, maka mencari air tidak
menjadi syarat baginya.
3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat imam syafi’i, tidak sah
tayamum selain dengan tanah. Menurut pendapat imam yang lain, boleh (sah)
tayamum dengan tanah, pasir, atau batu. Dalil pendapat yang kedua ini adalah sabda
Rasulullah Saw.
“Telah dijadikan bagiku bumi yang baik, menyucikan, dan tempat sujud.” (Sepakat
Ahli Hadits)
Perkataan “bumi” termasuk juga tanah, pasir, dan batu.
4. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum itu hendaklah ia bersih
dari najis, menurut pendapat sebagian ulama; tetapi menurut pendapat yang lain tidak.
Fardu (Rukun) Tayamum
1. Niat. Orang yang akan melakukan tayamum hendaklah berniat karena hendak
mengerjakan sholat dan sebagainya. Bukan semata-mata untuk menghilangkan hadas
saja, sebab sifat tayamum tidak dapat menghilangkan hadas, hanya diperbolehkan
untukmelakukan sholat karena darurat. Keterangan bahwa niat tayamum hukunya
wajib ialah hadits yang mewajibkan niat wudhu yang lalu.
2. Mengusap muka dengan tanah
3. Mengusap kedua tangan sampai ke siku dengan tanah. Keterangannya ialah ayat di
atas.

2
4. Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari tangan. Alasannya
sebagaimana keterangan menertibkan rukun wudhu yang telah lalu. Sebagian ulama
ada yang berpendapat bahwa tidak wajar menertibkan rukun tayamum.
Beberapa masalah yang bersangkutan dengan tayamum.
1. Orang yang tayamum karena tidak ada air, tidak wajib mengulangi sholatnya apabila
mendapat air. Alasannya ialah ayat tayamum diatas. Tetapi orang yang tayamum
karena junub, apabila mendapat air maka ia wajib mandi bial ia hendak mengerjakan
sholat berikutnya, sebab tayamum itu tidak menghilangkan hadas, melainkan hanya
boleh untuk keadaan darurat.
2. Satu kali tayamum boleh dipakai untuk beberapa kali sholat. Baik sholat fardhu
ataupun sholat sunnah. Kekuatannya sama dengan wudhu, karena tayamum itu adalah
pengganti wudhu bagi orang yang tidak dapat memakai air. Jadi, hukumnya sama
dengan wudhu, demikian pendapat sebagian ulama. Yang lain berpendapat bahwa
satu kali tayamum hanya sah untuk satu kali sholat fardhu dan beberapa sholat
sunnah, tetapi golongan ini tidak dapat memberikan dalil yang kuat atas pendapat
mereka.
3. Boleh tayamum apabila luka atau karena hari sangat dingin, sebab luka itu termasuk
dalam pengetian sakit. Demikian juga bila memakai air ketika hari sangat dingin,
dikhawatirkan akan menjadi sakit.
Sunnat tayamum
1. Membaca bismillah. Dalilnya adalah hadits sunnah wudhu, sebab tayamum
merupakan pengganti wudhu.
2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang di atas tangan itu menjadi
tipis.
3. Membaca dua kalimat syahadat sesuadah selesai tayamum, sebagaimana sesudah
selesai berwudhu.
Hal-hal yang membatalkan tayamum
1. Tiap-tiap hal yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum.
2. Ada air. Mendapatkan air sebelum sholat, batallah tayamum bagi orang yang
tayamum karena ketiadaan air, bukan karena sakit. Sabda rasulullah Saw.
Dari Abu Dzar. Rasulullah Saw. Telah berkata, “Tanah itu cukup bagimu untuk
bersuci walau engkau tidak mendapat air sampai sepuluh tahun. Tetapi apabila
engkau memperoleh air, hendaklah engkau memperoleh air, hendaklah engkau
sentuhkan air itu ke kulitmu.” (HR Tirmidzi)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadats dibedakan menjadi dua, jaitu hadats kecil dan hadats besar. Hadats
kecil ialah sesuatu kotoran yang maknawi (tidak dapat dilihat dengan mata kasar),
yang berada pada anggota wudhu’, yang menegah ia dari melakukan solat atau amal
ibadah seumpama solat, selama tidak diberi kelonggaran oleh syara’. Sedangkan
hadats besar ialah sesuatu yang maknawi (kotoran yang tidak dapat dilihat oleh mata
kasar), yang berada pada seluruh badan seseorang, yang dengannya menegah
mendirikan solat dan amal iadah seumpamanya, selama tidak diberi kelonggaran oleh
syara’.
Hadats bisa dihilangkan dengan bersuci seperti mandi, berwudhu, dan
tayamum. Selama hadats itu masih belum dibersihkan maka tidak boleh melakukan
aktivitas-aktivitas yang dilarang untuk orang yang belum suci dari hadats.
Daftar Pustaka
Rasyid, Sulaiman. 2012. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Syaltut, Mahmud. 2007. Fiqh Tujuh Madzhab. Bandung: Pustaka Setia
Ash-Shiddieqy, Teungke Muhammad Hasby. 2011. Kuliah Ibadah. Semarang:
Pustaka Rizki Putra
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 2000. Terjemah Bulughul Maram. Jakarta: Pustaka Amani

Anda mungkin juga menyukai