WAHYUDIANA AHSYAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PEMANFAATAN CAMPURAN FESES TERNAK SEBAGAI
BIOAKTIVATOR PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK
Tesis
Program Studi
Pengelolaan Lingkungan Hidup
WAHYUDIANA AHSYAM
Kepada
SEKOLAHPASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
NIM : P0302214005
ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Yang menyatakan
Wahyudiana Ahsyam
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat
Namun, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi tata bahasa, isi maupun sistematik penulisan. Oleh karena
kuliah. Terima kasih pula terhadap berbagai pihak yang telah membantu
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. drh. Lucia Ratna Winata, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Anwar
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Baharuddin Nurkin, M.Sc, Bapak Prof. Dr. Alfian
Noor, M.Sc, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, MS selaku dosen
salama ini.
Allah SWT.
Akhir kata semoga tesis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
A. Sampah .................................................................................... 6
B. Pengomposan ......................................................................... 19
C. Bioaktivator ............................................................................ 37
F. Hipotesis ................................................................................. 50
A. Hasil ...................................................................................... 63
B. Pembahsan .............................................................................. 71
A. Kesimpulan ........................................................................... 86
B. Saran........................................................................................ 86
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bau dari sampah, menyuburkan tanah dan starter untuk membuat pupuk
Penicilium).
produksi, dapat meningkatkan sifat fisika dan kimia tanah terutama dalam
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
2. Apakah jumlah N-Total, P tersedia dan K2O tersedia pada kompos yang
C. Tujuan Penelitian
E. Batasan Penelitian
yang berupa EM4 dan feses ternak, selama proses peguraian parameter
C/N.
E. Defenisi Istilah
rumah tangga.
Bioaktivator:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam
Sampah, salah satu cara yang efektif dalam mengurangi jumlah timbunan
senang mengunakan kompos dari pada pupuk kimia yang dapat merusak
kondisi asli tanah. Salah satu bentuk pengelolaan sampah pasar yang
berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan
2008 juga dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban
buruk menimbulkan pencemaran terhadap air, tanah, udara dan air. Selain
2012)
sampah plastik jumlahnya lebih sedikit dari pada sampah dari pemukiman.
Apalagi jika sampahnya berasal dari pasar sayur atau pasar buah
1. Sumber Sampah
ulang.
toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia
dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan
e. Industri
pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain atau lap yang jenuh
sebelum dibuang.
Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar
atau pasar ikan jenisnya relatif seragam sebagaian besar (95%) berupa
beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik
Sampah Pasar
Pemasaran
Pemasaran/
Pengepul
a. Jenis Sampah
Berdasarkan bahan asalnya sampah di bagi menjadi dua jenis
dan biru untuk B3. Jika proses klasifikasi ini diterapkan, diharapkan
b. Karakteristik sampah
(Siahaan, 2013).
c. Komposisi sampah
plastik, logam besi, non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah,
menjadi dua bagian, yaitu sampah organik dan non organik. Sampah
terdiri atas bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-
(Siahaan, 2013).
tangga berkisar antara 75% dan yang berasal dari pasar tradisional
tanaman.
3. Dampak sampah
sungai, ke laut atau ke dalam lapisan bumi yang lebih dalam. Cara
Limbah kota baik yang berupa padat maupun yang berupa cair atau
(Soerjani, 1987).
dikelompokkan menjadi:
a. Efek langsung
karsinogenik, teratogenik, dan lainnya. Selain itu ada pula sampah yang
Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain sampah
industri.
Leachete atau lindi ini adalah cairan yang mengandung zat padat
terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Khlorida, Sulfat, Phosfat, Zn, Ni, CO 2, H2O,
N2, NH3, H2S, Asam organik, dan H2. Tergantung dari kualitas sampah,
maka di dalam leachate bisa pula didapat mikroba patogen, logam berat,
4. Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume
a. Pengomposan (Composting)
b. Pembakaran sampah
angin maka sampah arang, sampah abu debu dan asap akan
c. Recycling
d. Reuse
e. Reduce
berlebihan.
B. Pengomposan
dalamnya. Dengan kata lain, kompos merupakan salah satu jenis pupuk
organik karena berasal dari bahan organik yang melapuk. Selain kompos
masih ada beberapa jenis pupuk organik lainnya, yaitu pupuk kandang,
tanah dan tanaman memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah yang akan
mengembalikan kesuburan tanah, dimana tanah yang keras akan menjadi
gembur, tanah yang miskin akan menjadi subur dan tanah masam akan
menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur
dan kualitas panennya akan lebih baik dari pada tanaman yang tidak
kandungan unsur hara makro maupun mikronya yang lengkap. Unsur hara
makro yang terkandung dalam kompos antara lain N, P, K, Ca, Mg, dan S,
sedangkan kandungan unsur mikronya antara lain Fe, Mn, Zn, Cl, Cu, Mo,
tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal, proses oksigen
bahan mineral (abu) 3-5%, di samping itu terdapat bahan larut mineral air
panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam amonium)
sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin.
organik menjadi sama dengan nisbah C/N tanah. Nisbah C/N adalah hasil
suatu bahan. Nilai nisbah C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang
kadar karbon dan nitrogen yang terdapat di dalam bahan. Rasio C/N
Secara umum semakin tinggi rasio C/N dari bahan organik maka
nitrogen yang tidak dapat diasimilasi akan hilang akibat proses volatilisasi
sebagai amoniak atau denitrifikasi. Pada kondisi nilai C/N rendah dan
kondisi yang sesuai, amoniak akan dioksidasi lebih lanjut menjadi nitrit
dan nitrat. Selama pengomposan akan terjadi penurunan nilai nisbah C/N
2017).
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Nurhayani, 2007).
Fungsi kompos sebagai amandemen tanah adalah mirip pupuk kimia yaitu
Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan
oleh masyarakat karena kompos dapat dibuat dari bahan yang sangat
mengacu bahwa kadar air optimal suatu bahan agar proses pengomposan
berjalan dengan baik berkisar antara 50-60%, maka. Sampah kota yang
memperoleh aerasi yang baik, maka ukuran dari bahan baku sebaiknya
jumlah terbatas.
partikel tanah. Dengan struktur tanah yang baik ini berarti difusi O 2
atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses fisiologis di akar akan
(CPIS, 1991).
secara lengkap, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca,
Mg, Zn, Cu, B, Zn, Mo, dan Si). Dalam jangka panjang, pemberian
sebagai fitin, fosfolipid, dan asam nukleat. Kedua yang terakhir hanya
Fe atau Ca-P yang tidak tersedia bagi tanaman, akan dirombak oleh
yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara makro dan mikro dan
kation (KTK) yang lebih besar dari pada misel lempung (3-10 kali)
dependent charge). Pada nilai pH 3,5, KTK liat dan C-organik sebesar
63 dan 325,5 me 100g-1. Nilai KTK mineral liat kaolinit (3-5 me 100g-
1
), illit (30-40 me 100g-1), montmorilonit (80-150 me 100g-1),
akan tetapi mikroorganisme yang ada dalam tanah juga terpacu untuk
organik dapat berasal dari limbah atau hasil pertanian dan nonpertanian
(limbah kota dan limbah industri) (Kurnia et al., 2001). Dari hasil pertanian
antara lain berupa sisa tanaman (jerami dan brangkasan), sisa hasil
pertanian (sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, dan belotong),
pupuk kandang (kotoran sapi, kerbau, ayam, itik, dan kuda), dan pupuk
hijau. Limbah kota atau sampah organik kota biasanya dikumpulkan dari
pupuk organik antara lain limbah industri pangan. Berbagai bahan organik
pengkayaan dengan hara lain. Pupuk organik yang berasal dari pupuk
bahan pembelah lainnya. Kadar hara yang dikandung pupuk organik pada
2006).
Pengomposan.
1. Rasio C/N
karbon dan nitrogen dari bahan asal. Karbon dibutuhkan oleh mikroba
pengomposan yang efisien. Terlalu besar rasio C/N (>40) atau terlalu
oleh mikroba utama yang aktif pada suhu rendah adalah jamur. Hal ini
2. Ukuran partikel
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak
3. Aerasi
anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat
kasar struktur maka makin besar volume pori udara dalam campuran
2006).
4. Porositas
dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara.
Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan. Apabila
rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan
5. Kelembaban (Moisturecontent)
besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya
6. Temperatur
yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan
gulma.
8. Kandungan hara
pengomposan.
Parameter Nilai
C/N – rasio bahan 30 – 35 : 1
C/P – rasio bahan 75 – 150 : 1
Bentuk / ukuran materi 1,3 – 3,3, cm untuk proses pabrik
3,3 – 7,6 cm untuk proses biasa
Sederhana
Kadar air bahan 50 – 60 %
Aerasi 0,6 – 1,8 m3 udara/hari/kg bahan selalu
proses termofilik, sedang untuk proses
selanjutnya makin berkurang
Temperatur maksimum
55oC
Sumber: Unus (2002).
unsur hara secara lengkap. Jika kekuragan unsur hara, tanah tersebut
dinyatakan tidak subur. Begitu pula tanaman diatasnya akan sulit tumbuh
adalah Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fospor (P),
Potasium (K), Kalium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Klor (Cl), Boron
(B), Tembaga (Cu), Magan (Mn), Besi (Fe), Seng (Zn) dan Molibdenum
menjadi lambat dan cenderung kerdil. Ada enam unsur yang dibutuhkan
Keenam unsur tersebut lebh dikenal sebagai unsr hara makro, bakan N,
hara sekunder. Tujuh unsur hara lainnya, seperti Cl, B, Cu, Mn, Fe, Zn
diproses. Bentuk lubang mudah dibuat, selain itu setiap bahan baku
sampai merata.
2. Berbentuk bak, baik dengan dinding yang terbuat dari batu bata
sampah.
d. Manfaat Pengomposan
1. Aspek Ekonomi
limbah.
d. Menambah penghasilan.
2. Aspek Lingkungan
jumlah panen)
karya)
C. Bioaktivator
2007).
dari bahan organik berkayu yang dikenal dengan borefinery. Salah satu
2009).
hari) perlu dicari solusi alterbatif pembuatan kompos. Salah satu cara
2014).
Teruo Higa dari Uniersitas Ryukyus Jepang. Larutan EM4 ini mengandung
bahan organik.
kuning kecoklatan. Cairan ini berbau sedap dengan rasa asam mais dan
tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5. Apabila tingkat keasaman melebihi
4,0 maka cairan ini tidak dapat digunakan lagi. Pada EM4 mikroorganisme
1. Bakteri fotosintesis
antara lain asam amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif dan gula
3. Ragi
bakteri fotosintesis.
4. Actinomycetes
5. Jamur fermentasi
yang merugikan.
D. Feses Ternak
Kotoran ternak yang berasal dari usaha tani pertanian antara lain
dalam kotoran hewan jauh lebih rendah dari pada pupuk kimia. Sehingga
hewan lebih kaya akan berbagai unsur hara dan kaya akan mikroba,
maka kotoran ternak tersebut juga akan kaya zat tersebut. Kotoran ternak
Salah satu bahan organik yang sangat baik bagi tanah adalah
campran bahan alam dan dikomposkan. Kotoran ternak sapi, kuda dan
kg/hari dan ayam 200 g/hari. Apabila kotoran tersebut dikomposkan maka
akan terjadi penyusutan sekitar 50%. Kotoran ternak sangat baik
sedikit bau. Hal ini disebabkan karena kotoran sapi mengandung feses
hara dari pupuk kandang antara lain disebabkan karena bentuk N, P serta
unsur lain terdapat dalam bentuk senyawa kompleks organo protein atau
Sumber N P K Ca Mg S Fe
%
Sapi perah 0,53 0,35 0,41 0,28 0,11 0,05 0,004
Sapi daging 0,65 0,15 0,30 0,12 0,10 0,09 0,004
Kuda 0,70 0,10 0,58 0,79 0,14 0,07 0,010
Unggas 1,50 0,77 0,89 0,30 0,88 0,00 0,100
Domba 1,28 0,19 0,93 0,59 0,19 0,09 0,020
Sumber: Tan (1993)
Menurut Hiola (2015) menyebutkan Pupuk kandang merupakan
banyak dilakukan. Sebagai bagian integral dari usaha tani ternak di tingkat
pupuk organik sangat tergantung dari jenis bahan yang digunakan dalam
Kandungan hara yang dikandung dalam jenis pupuk organik kotoran sapi
berbentuk padat terdiri dari nitrogen 0,40%, fosfor 0,20% dan kalium
0,10%. Jenis pupuk organik dari sampah organik terdiri dari nitrogen
tanah sehingga daya pegang air tanah meningkat dan pergerakan udara
(aerasi) di dalam tanah menjadi lebih baik. Fungsi biologi pupuk kompos
adalah sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroba di dalam tanah.
pembentukan pori mikro dan makro tanah menjadi lebih baik (Ayeni,
2008).
pemasok hara tanah dan meningkatkan retensi air. Apabila kandungan air
tersedia.
maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk
fisiologis ayam. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang
Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang
tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih
menghasilkan sekitar 6,6% per hari dari bobot hidup kotoran ayam
memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air
E. Kerangka Konseptual
berkualitas baik dalam waktu cepat sehingga volume limbah organik dapat
sampah di TPA. Namun apabila dikelolah dengan baik dan benar maka
Aktivitas Masyarakat
Sampah
Bertumpuknya sampah
di pasar tradisonal
Pengelolaan dengan
Pengomposan yang baik dan Pengomposan
ramah lingkungan
Penambahan Bioaktivator
• EM4
• Feses Ternak
(Kotoran Ayam dan Sapi)
Mempercapat laju Penguraian
Sampah Organik
KOMPOS
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
dimaksud adalah :
P1 : Limbah organik + Feses Sapi dan Feses Ayam (50% : 50%) + EM4,
P2 : Limbah organik + Feses Sapi dan Feses Ayam (60% : 40%) + EM4,
P3 : Limbah organik + Feses Sapi dan Feses Ayam (70% : 30%) + EM4
P4 : Limbah organik + Feses Sapi dan Feses Ayam (80% : 20%) + EM4
Universitas Hasanuddin.
dari pasar tradisional kota Makassar dan feses ternak diperoleh dari
1. Tempat Pengomposan
b. Kardus
Pengaktifan EM4:
a. Alat:
b. Ala-alat dilaboratorium
Neraca analitik, Gelas piala volume 500 ml, Botol plastik isi 250 ml
therm), Biuret, Erlenmeyer vol. 100 ml, Labu takar volume 100 ml,
6. Bahan kimia
Larutan baku P2O5 mg/ml, Lartan asam sulfat 2%, Larutan amoniak
E. Metode Kerja
1. Tahap pendahuluan
2. Tahap eksperiment
Pada tahap eksperiment dilakukan persiapan bahan baku yang
Keterangan:
al., 1965) P total menggunakan metode Bray and Kurts (Black et al.,
ditambahkan 15 ml aquadest.
hijauan.
6. Langkah-langkah ini diulangi tanpa contoh bahan organik untuk
blangko.
( )
( )
Keterangan:
al., 1987).
aquadets.
katalisator.
untuk blanko
N HCl.
7. Menghitung jumlah total N:
Keterangan:
f : faktor pengenceran
ts : HCl yang diperlukan untuk titrasi sampel (ml)
tb : HCl yang diperlukan untuk titrasai blanko (ml)
perubahan warna.
( )
al., 1984):
telah mendidih.
blanko.
dalam labu ukur 100 ml, cuci beberapa kali dengan aquades
HClO4 lartansulfur.
15 ml aquades.
menit.
8. Menghitung asbsorbansi larutan pada panjang gelombang 420
sama.
Penghitungan:
( )
Keterangan:
Pembuatan larutan
- Larutan Molybdate-vander
larutan tersebut.
- Larutan sandar
PASAR TRADISONAL
Limbah Domestik
Sampah Organik
Aplikasi pengomposan
P0 P1 P2 P3 P4
L. Organik + L. Organik L. Organik + L. Organik + L. Organik +
EM4 + 50% : 60% : 40% + 70% : 30% + 80% : 20% +
50% + EM4 EM4 EM4 EM4
Parameter
Suhu, pH, Kelembaban, Laju
Dekomposisi, Rasio C/N, N.
P, dan K
Analisi Data
BAB IV
A. Hasil
ternak (Ayam dan Sapi) dan EM4, selama proses dekomposisi selama
lima minggu atau 35 hari dengan ulangan 4 kali, dan dilakukan uji
1. Suhu
pengomposan.
pada tiap perlakuan yakni 37,2 0C. Pada hari ke–5 suhu dekomposisi
P1, P2, P3, dan P4. Pada perlakuan P0 sebagai kontrol, suhu tidak
dan Lampiran 1.
60
50
P0
40 P1
P2
30
P3
20 P4
10
0
5 10 15 20 25 30 35
pengomposan.
Nilai pH pada perlakuan berbeda yaitu antara 5,6 dan 7. Selama
memiliki nilai yang konstan yakni 5, pada hari ke5 pH telah meningkat dan
konstan hingga hari ke20 dikisaran nilai 6 pada perlakuan P1, P2, P3, P4.
menurung hingga hari ke35. Sedangkan P0 sebagai kontrol pada hari ke-5
tidak berbeda pada perlakuan P1, P2 dan P4, peningkatan pH terjadi pada
keyakni 8,5 dan ke25 yakni 8. Dan penurunan pH perlahan menurun pada
hari ke15, 20, 30 dan hari ke35 nilai pH yang paling rendah. Fluktuasi
Lampiran 1.
6 P0
5 P1
4 P2
P3
3
P4
2
0
5 10 15 20 25 30 35
3. Kelembaban
pengomposan.
Pada hari ke0 P1, P3 dan P4 yaitu: 52% P2 69% dan P0 73%. Pada hari
ke5 kelembaban berkisaran antara 74% dan mulai mengalami kenaikan
120
100
80
P0
P1
60
P2
P3
40 P4
20
0
5 10 15 20 25 30 35
pengomposan.
bawah ini:
minggu.
0,3
0,25
P0
0,2
P1
0,15
P2
0,1 P3
0,05 P4
0
I II III IV V
pengomposan.
Tabel 11. Kandungan bahan organik hasil dekomposis limbah
sayuran
Keterangan :
P0= Limbah organik dengan penambahan EM4 (Kontrol)
P1= Limbah organik + Feses Sapi dan Feses Ayam (50% : 50%) + EM4.
P2= Limbah organik + Feses Sapi dan Feses Ayam (60% : 40%) + EM4.
P3= Limbah organik + Feses Sapi dan Feses Ayam (70% : 30%) + EM4.
P4= Limbah organik + Feses Sapi dan Feses Ayam (80% : 20%) + EM4.
hampir sama yaitu sebesar 23,52% hingga 26,41% dan yang paling
pada P0 (0,98%). Phospor dalam bentuk P2O5 nilai yang dihasilkan hampir
(13).
B. Pembahasan
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini disajikan pada
kimia dan fisika harus dicapai sampah organik domestik menjadi kompos
(SNI, 2004).
Keterangan : * nilai lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari
maksimum
** hasil penelitian
bahan organik dan proses asimilasi Fosfor terjadi karena adanya enzim
oleh organisme yang mengubah bentuk nutriet P menjadi bentuk PO4-2 (P-
organik. Dari sifat unsur Fosfor sebagai bahan organik maka unsur ini
al., 2011). Unsur fosfor sebagai bahan organik memiliki peranan yang
(1,06%) sedangkan nilai terrendah pada perlakuan P0, P2, P3, dan P4
(0,88%, 0,92%, 0,91% dan 0,99%) unsur kalium berasal dari hasil
pembentukan protein dan karbohidrat bagi tanaman. Selain itu, unsur ini
kalium yaitu daun tampak keriting dan mengkilap. Lama kelamaan, daun
biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat, meningkatkan kualitas buah
karena bentuk, kadar, warna yang lebih baik, membuat tanaman menjadi
1. Suhu
ini suhu tertinggi yang diperoleh 60oC pada perlakuan P3, tumpukan
pada hari ke-20 dan mulai menurun secara perlahan-lahan pada hari
turut. Dan tumpukan dibalik 5 kali selama proses dekomposisi. Pada hari
ke-30 pengamatan kompos berkisar 57oC dengan ciri fisik kompos telah
30oC.
fase yaitu fase mesofilik (23-450C) dan fase termofilik (45-650C). Kisaran
disamping itu enzim yang dihasikan mengurangi bahan organik yang tidak
b). Menetralisis bibit hama (seperti ulat), c). Memetikan bibit rumput atau
menjadi CO2 uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan terurai,
suhu menjadi 40-60 0C, 2). Tahap berikutnya dekomposisi suhu mulai
awal proses dekomposisi yaitu pada hari ke0 pH relatif sama yakni 5,
2000)
Derajat keasaman merupakan faktor lingkungan yang penting bagi
(Maradhy, 2009).
umumnya optimal dikisaran 6 pada P1, P2, P3 dan P4, pada hari ke-25
ideal untuk proses dekomposisi aerobik adalah 6-8 karena pada derajat
3. Kelembaban
kelembaban hari ke-10 sampai ke-20 yang masih tinggi pada semua
tumpukan menimbulkan bau. Oleh karena itu maka tahap satu minggu
sedap. Seperti asam amino organik (asam asetat, asam buturat, asam
4. Laju dekomposisi
Hasil analisis statistik menujukkan bahwa kelembaban dalam
secara granual yang dilakukan oleh agen biologi maupun fisika. Sebagai
berat dari berat awal limbah sayuran pada semua perlakuan sangat
yaitu apabila reduksi sampah cepat menurun maka tinggi tumpukan akan
memakan apa yang ada pada penumpukan kompos. Bahan organik diurai
yaitu jika jumlah perbandingan antara karbon dan nitrogen masih berkisar
Protein
asama amino, + O2 + Nutrien + Mikroorganisme Kompos + Sel-sel
baru +
lipid Sel-sel Mati
karbohidrat
selulosa + CO2 + H2O + NO3+ SO2 + Pansa
lingin
debu
tanah, cacing kremi, keong kecil, semut, kumbang tanah) dan termifilik
(mikroorganisme yang hidup pada temperatur 45-650C (Rochaeni et, al,.
2003).
dan ragi tersebut dipercepat lagi dengan bantuan enzim amilase, protease
biasanya dari jenis Bacillus sp, kemudian Actimycetes dan dari golongan
jamur atau ragi yang menguraikan bahan organik terutama selulosa. Pada
proses biologi dapat diketehui bahwa bakteir jenis Azotobacter dapat pula
adanya bau busuk jika dibandngkan limbah sayur yang dibiarkan begitu
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
B. Saran
Ayeni L.S. 2008. Integration of cocoa pod ash, poultry manure and NPK
20:10:10 for Soil Fertility Management-Incubation Study.
Continental Journal Agronomy (2): 25 – 30.
Black C.A. Evans D.D, White J.L., EnsmingerL.E., Clark F.E., and Dinauer
R.R (eds) 1965. Methods of Soil Analysis. Part 2. American
Societyof Agronomy, Inc., Wisconsin. Amerika.
CPIS (Centre for Policy and Implementation Studies) dan Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. 1991. Penelitian dan Pengembangan Pupuk
Kompas Sampah Kota. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. h, 37.
Diah S. Dan Rasti S. 2006. Kompos Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Journal. h, 45-52
Djaja W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran ternak dan
Sampah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. h, 17.
Nur H.S., 20017. Aplikasi Enzim Bakteri Selulolitik Dan Xilanolitik Dalam
Dekomposisi Substrat Limbah Tanaman Padi(Tesis) Bandung: IPB.
22-25
Tan K.H. 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker. Inc. New
York. h, 50.
Widarti B.N. 2015. Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku Pada Pembuatan
Kompos dari Kubis dan Kulit Pisang. Teknik Lingkungan, Jurnal
Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 hln 75 - 80:
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip.
Suhu
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
P0 8 33.3750 3.24863 1.14856 30.6591 36.0909 29.00 37.00
P1 8 45.5000 9.91392 3.50510 37.2118 53.7882 34.00 60.00
P2 8 45.8750 8.67570 3.06732 38.6219 53.1281 38.00 58.00
P3 8 46.8750 8.27108 2.92427 39.9602 53.7898 38.00 60.15
P4 8 44.3750 8.79834 3.11068 37.0194 51.7306 34.00 57.00
Total 40 43.2000 9.19922 1.45452 40.2579 46.1421 29.00 60.00
ANOVA
pH
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
P0 8 6.5626 1.29387 .45745 5.4808 7.6442 5.00 8.50
P1 8 6.0000 .53452 .18898 5.5531 6.4469 5.00 7.00
P2 8 5.8750 .64087 .22658 5.3392 6.4108 5.00 7.00
P3 8 5.8750 .64087 .22658 5.3392 6.4108 5.00 7.00
P4 8 6.0000 .53452 .18898 5.5531 6.4469 5.00 7.00
Total 40 6.0625 .78600 .12428 5.8111 6.3139 5.00 8.50
ANOVA
Kelembaban
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
P0 8 70.3750 14.64765 5.17873 58.1293 82.6207 50.00 95.00
P1 8 60.5000 25.50070 9.01586 39.1809 81.8191 6.00 94.00
P2 8 71.8750 12.62014 4.46189 61.3243 82.4257 59.00 96.00
P3 8 70.1250 13.55873 4.79374 58.7896 81.4604 53.00 93.00
P4 8 72.5000 16.79286 5.93717 58.4608 86.5392 52.00 97.00
Total 40 69.0750 16.94393 2.67907 63.6561 74.4939 6.00 97.00
ANOVA
Laju Dekomposisi
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
P0 6 1.0800 2.41068 .98416 -1.4499 3.6099 .04 6.00
P1 6 3.1367 7.28165 2.97272 -4.5050 10.7783 .13 18.00
P2 6 3.1083 7.29544 2.97835 -4.5478 10.7644 .09 18.00
P3 6 3.0933 7.30277 2.98134 -4.5705 10.7571 .09 18.00
P4 6 3.1283 7.28579 2.97441 -4.5176 10.7743 .09 18.00
Total 40 2.7093 6.19307 1.13069 .3968 5.0219 .04 18.00
ANOVA
C-Organik, N, P, K, C/N
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
P0 5 6.9180 8.00387 3.57944 -3.0201 16.8561 .88 16.00
P1 5 8.7700 10.18309 4.55402 -3.8740 21.4140 1.06 23.14
P2 5 8.5580 10.67016 4.77184 -4.6908 21.8068 .92 25.41
P3 5 8.5280 10.63977 4.75825 -4.6830 21.7390 .91 25.31
P4 5 8.8600 10.66029 4.76743 -4.3765 22.0965 .99 23.52
SNI 5 2.9180 4.26522 1.90747 -2.3780 8.2140 .10 10.00
Total 30 7.4253 8.79123 1.60505 4.1426 10.7080 .10 25.41
ANOVA
Perlakuan P2 Perlakuan P3
Perlakuan P4 Perlakuan P0
Hasil Dekomposisi