Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat meneylesaikan makalah ini.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Ilmu Fiqh” yang telah
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Najasah dan
Istinja”.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam sebagai
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan najasah ?
2. Apa saja najasah yang disepakati dan diperselisihkan ?
3. Apa yang dimaksud dengan istinja’ ?
4. Bagaimana hukum istinja’ ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui makna najasah
2. Untuk mengetahui apa najsah yang telah disepakati dan diperselihkan
3. Untuk mengetahui makna dan hukum istinja’
BAB II
PEMBAHASAN
A. Najis
1.1 Pengertian
“Najasah adalah setiap hal yang dianggap kotor yang diperintahkan oleh syariat
untuk menjauhinya”
1.2 Najis dilihat dari berat dan tidaknyasuatu najis dapat didefinisikan sebagai
berikut:
a. Najis mukhoffafah
Adalah najis yang kategorinya ringan yaitu air kencing anak kecil laki-
laki. Cara mensucikannya adalah dengan hanya dengan memercikkan
air padanya.
b. Najis mutawassithoh
Adalah najis yang bisa dibilang najis sedang atau pertengahan, contoh:
kotoran manusia, korotan hewan, darah, dll. Cara mensucikannya
adalah dengan membasuhkan air ke bagian yang terkena najis.
c. Najis mugholadhoh
d. Najid ma’fu
Adalah najis yang ditolerir atau dimaafkan karena jumlahnya yang
sedikit, contoh: darah nyamuk, sehingga orang sholat yang terkena
darah nyamuk sholatnya tetap sah.
a. Najis ‘Ainiyah
Adalah semua jenis najis yang dapat dilihat oleh mataatau memiliki
sifat yang nyata, seperti bau, warna, rasa, serta wujudnya. Contohnya:
kotoran, darah, dan lain-lain.
b. Najis Hukmiyah
Adalah semua jenis najis yang bekasnya baik bau, warna, rasa, ataupun
wujudnyatidak dapat dilihat oleh mata. Contonya: air kencing yang
mengenai baju sehingga tak terlihat bekasnya.
1. Arak
2. Babi
3. Darah binatang yang mengalir karena terluka, dilukai, dan disembelih
4. Darah manusiakecuali yang sukar ditangani
1. Anjing
Menurut pendapat imam syafi’i dan hanbali, anjing dan babi beserta
seluruh tubuhnya adala najis
2. Bangkai binatang air atau bangkai binatang ynag tidak memiliki darah
Sebagian besar ulama’ sepakat bahwa bangkai binatang air atau binatang
yang tidak memiliki darah suci untuk dimakan.
Menutuh imam hanafi, bangkai binatang air dan semua binatang darah
adalah suci dan tyidak memiliki najis.
Menurut imam syafi’i dan hanbali, bangkai binatang air dan belalang
adalah suci akan tetapi bangkai binatang yang tidak memiliki darah
termasuk najis menurut imam syafi’i dan menurut imam hanbali najis.
Pendapat imam syafi’i dan hanbali, bahwa bekas air seni dan muntahan
bayi laki-laki yang masih menyusui kurang dari dua tahun sebelum
memakan makanan tambahan selain susu dan kurma yang sekadar untuk
tahnik ketika baru lahir cukup diperciki air. Berbeda dengan bayi
perempuan yang harus dicuci muntahan dan air seninya dengan air yang
mengalir.
Sementara imam hanafi dan maliki berbendapat, semua muntahan dan air
kencing bayi laki-laki maupun perempuan semuanya najis dan harus
dibersihkan sebagaimana najis-najis yang lain.
5. Air kencing, muntahan, dan segala yang keluar dari binatang yang halal
dimakan
Menurut maliki dan hanbali, air kencing unta, sapi, kambing, ayam,
burung dara, dan segala jenis burung, muntahan dan kotorannya suci.
Namun maliki berpendapat bahwa kotoran yang keluar darinya dianggap
najis bila yang dimakan termasuk najis juga.
6. Air mani
Mani yang keluar dari selain manusia adalah najis menurut Hanafi dan
Maliki. Menurut Hanbali, suci jika berasal dari binatang yang halal. Imam
syafi’i berpendapat termasuk suci selain mani dari anjing dan babi.
Mani manusia menurut Hanafi dan Maliki termasuk najis dan wajib
dibersihkan bendanya jika basah dan jika terlah kering cukup dengan
dikerok saja
Imam Syafi’i dan imam Hanbali, menambahkan jika mani manusia adalah
suci. Akan tetapi disunnahkan untuk mencucinya atau mengeriknya
sebagaimana hadts Aisyah, bahwa beliau mengerok mani dari pakaian
Rasulullah kemudian beliau shslst dengan pakaian itu.
7. Air nanah
Imam Hanafi dan Maliki memasukkan nanah baik yang kental ataupun
yang cair dalam kelompok benda najis. Imam Syafi’i dan Hanbali serta
ulama’ lain sepakat bahwa nanah adalah najis, namun imam Hanbal
memberi pernyataan bahwa darah dan nanah dimaafkan jika hanya sedikit
saja dan jika hal itu tidak terdapat pada makanan. Kadar sedikit yang
dimaafkan adalah yang tidak membatalkan wudhu karena hal ini akan
menyulitkan orang tersebut.
8. Jenazah manusia dan sesuatu yang keluar dari mulut orang yang tidur
Mengenai hal ini ada dua pendapat, imam Hanafi berpendapat bahwa
jenazah manusia adalah najis. Hal ini berdasarkan fatwa sebagian sahabat
termasuk Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair yang menyamakan jenazah manusia
dengan bangkai lainnya.
Menurut imam Syafi’i dan Hanbali air liur orang yang sedang tidur adalah
suci, tetapi Syafi’i berpendapat jika air liur tersebut berwarna kekuning
kuningan seperti nanah dan lendir maka hukumnya najis.
D. Istinja’
a. Wajib
Para ulama’ menganggap istinja’ itu hukumnya wajib ada dan yang
jadi pertimbangan adalah sesuatu yang keluar lewat dua lubang (qubul
dan dubur). Pendapat diambil oleh ulama’ Malikiyah, Syafi’iyah’, dan
hanabilah. Yang menjadi dasar hukum ini adalah hadits Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
b. Sunnah
Pendapat ini didukung oleh ulama’ Hanafiyah dan sebagian besar dari
Al Malikiyah. Maksudnya beristinja’ dengan menggunakan air itu
hukumnya bukan wajibtetapi sunnah. Yang penting bekas najis bisa
dihilangkan dengan batu atau dengan istijmar.