Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQH

MACAM-MACAM NAJIS

Dosen Pengampu : Lewis Pramana Lubis, M.Si

D
I
S
U
S
U
N

Oleh : Dhea Annisa Putri

Kelompok : 4

HUKUM KELUARGA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI

TAHUN AJARAN 2023/202


KATA PENGATAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpah rahmat dan hidayahnya sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul “MACAM MACAM NAJIS” Makalah ini
disusun agar dapat bermanfaat sebagai media sumber informasi dan pengetahuan.

Ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah FIQH , teman teman dan semua pihak yang telah
terlibat dan memberikan bantuan dalam bentuk moril maupun materil dalam proses penyusunan makalah
ini, sehingga dapat selesai tepat waktu.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurnah, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat konstruktif sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna serta bisa
digunakan sebagaimana semestinya.

Binjai, 29 maret 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang I
B. Rumusan Masalah I
C. Tujuan Masalah I

BAB II Pembahasan

A. Pengertian najis II
B. Cara mensucikan najis II
C. Jenis-jenis najis II
D. Benda-benda yang termasuk najis IV
E. Najis yang dimaafkan VI
F. Cara mencuci benda yang terkena najis VII

BAB III Penutup

Kesimpulan X

Saran X

Daftar pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bersih atau suci dan najis bergantungan pada pandangan syariah karena manusia terkadang
menganggap baik sesuatu yang keji dan menganggap keji sesuatu yang baik. Oleh sebab itu, asal segala
sesuatu itu adalah suci. Jadi, orang yang mengatakan sesuatu itu najis, ia harus membutikannya dengan
tepat. Sebaliknya, orang yang mengatakan sesuatu itu suci, tidak perlu memaparkan dalil.

Apabila sesuatu itu diciptakan untuk kita, dapat disimpulkan bahwa kita boleh memanfaatkannya
sesuai dengan kemauan kita. Sedangkan, suatu yang najis tidak dimanfaatkan bagaimanapun bentuknya.
Sesuatu yang najis adalah semua hewan yang tidak dapat dimakan selain manusia, hewan yang darahnya
tidak mengalir, dan binatang yang sulit dimakan, seperti kucing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian
makalah ini. Adapun rumusan makalahnya sebagai berikut :

1. Apa pengertian najis?


2. Apa saja benda-benda yang termasuk najis?
3. Apa saja jenis-jenis najis?
4. Bagaimana cara istinja?
5. Apa saja najis yang dimaafkan?
6. Bagaimana cara mencuci benda yang terkena najis?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian najis
2. Untuk mengetahui jenis jenis najis
3. Untuk mengetahui benda yang termasuk najis
4. Untuk mengetahui cara-cara membersihkan najis

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Najis
Najis merupakan lawan dari thaharah ( suci ), Secara etimologi najis berarti sesuatu yang dapat
mengotori,menjijikan. Sedangkan menurut istilah syara’, najis adalah sesuatu yang kotor dan dapat
menghalangi keabsahan shalat selama tidak ada sesuatu yang meringankan atau Sesuatu yang
menjijikkan atau benda yang kotor yang wajib di bersihkan oleh setiap muslim. 1Menurut beberapa tokoh
pengertian najis adalah:

Menurut Sayyid Sabi, Najis adalah kotoran yang bagi setiap muslim wajib mensucikan diri dari padanya
dan mensucikan apa yang dikenainya.

Menurut Imam Maliki, Najis adalah sesuatu sifat yang menurut syar’i dilarang mengerjakan shalat dan
memakai pakaian yang terkena najis atau ditempat yang ada najisnya.

Menurut Musthafa Kamal Pasha, Najis adalah suatu perkara yang dipandang kotor dan menjijikan.

B. Cara Mensucikan Najis


Air Muthlaq : Air suci dan menyucikan , menurut kesepakatan para ulama madzhab.

Tanah : Dapat menyucikan telapak kaki dan alas kaki yang dipergunakan berjalan diatas tanah , ataupun
menggosok sesuatu yang melekat diatas alas kaki.

Debu : Bagi seorang yang berhalangan menggunakan air karena sesuatu maka diperbolehkan
membersihkan hadist dengan debu.

Benda Keras : Benda-benda yang suci dari asalnya dan tidak terkena hadist semisal, batu, kayu, tanah
keras, dan sebangsanya yang dapat menyucikan dari najis dan kotoran.

C. Jenis-jenis Najis
Di dalam fiqih najis dikelompokkan dalam 3 kategori, yakni najis mukhaffafah, najis
mutawassithah, dan najis mughalladhah. Najis mughalladhah adalah najisnya anjing dan babi beserta
anakan salah satu dari keduanya. 2Najis mukhaffafah adalah najis air kencingnya bayi laki-laki yang
belum makan selain air susu ibu dan belum sampai usia dua tahun. Sedangkan najis mutawassithah adalah
najis-najis lainnya.

Ketiga kategori najis tersebut masing-masing memiliki cara tersendiri untuk menyucikannya.

Adapun tata cara menyucikan najis sebagai berikut:

1
Azmi Abu ‘Ani, Fiqih Ibadah Praktis, Pustaka Ar-rayyan, Padang : 2015. Hlm 15
2
Ust. Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, Sandro Jaya Jakarta, Jakarta 2005
1. Najis mughalladhah ( Berat )

Dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah
satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum dibasuh dengan air mesti dihilangkan terlebih dulu
‘ainiyah atau wujud najisnya. Dengan hilangnya wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada
lagi warna, bau dan rasa najis tersebut. Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat
yang terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air. Untuk benar-benar menghilangkannya dan
menyucikan tempatnya barulah dibasuh dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya
dicampur dengan debu. Pencampuran air dengan debu ini bisa dilakukan dengan tiga cara: Pertama,
mencampur air dan debu secara berbarengan baru kemudian diletakkan pada tempat yang terkena najis.
Cara ini adalah cara yang lebih utama dibanding cara lainnya. Kedua, meletakkan debu di tempat yang
terkena najis, lalu memberinya air dan mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh. Ketiga, memberi
air terlebih dahulu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya debu dan mencampur keduanya, baru
kemudian dibasuh.

2. Najis mukhaffafah ( Ringan )

Yang merupakan air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan dan minum selain ASI dan belum
berumur dua tahun, dapat disucikan dengan cara memercikkan air ke tempat yang terkena najis. Cara
memercikkan air ini harus dengan percikan yang kuat dan air mengenai seluruh tempat yang terkena
najis. Air yang dipercikkan juga mesti lebih banyak dari air kencing yang mengenai tempat tersebut.
Setelah itu barulah diperas atau dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan air yang dipakai untuk
menyucikan harus mengalir.

3. Najis mutawassithah ( Sedang )

Dapat disucikan dengan cara menghilangkan lebih dahulu najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada lagi
warna, bau, dan rasan najis tersebut baru kemudian menyiram tempatnya dengan air yang suci dan
menyucikan. Sebagai contoh kasus, bila seorang anak buang air besar di lantai ruang tamu, umpamanya,
maka langkah pertama untuk menyucikannya adalah dengan membuang lebih dahulu kotoran yang ada di
lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya sudah tidak ada dan yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin
bahwa wujud kotoran itu sudah tidak ada (dengan tidak adanya warna, bau dan rasa dan lantai juga
terlihat kering) baru kemudian menyiramkan air ke lantai yang terkena najis tersebut. Tindakan
menyiramkan air bisa cukup di area najis saja, dan sudah dianggap suci meski air menggenang atau
meresap ke dalam. Selanjutnya kita bisa mengelapnya lagi agar lantai kering dan tak mengganggu orang.

Sumber: https://islam.nu.or.id/syariah/tiga-macam-najis-dan-cara-menyucikannya-yJf72

D. Benda-Benda Yang Termasuk Najis


1.Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari mayat manusia.
Adapun bangkai binatang laut seperti ikan dan bangkai binatang darat yang tidak berdarah ketika
masih hidupnya seperti belalang serta mayat manusia, semuanya suci. Firman Allah Swt:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai.” (Al-Maidah: 3)

Adapun bangkai ikan dan binatang darat yang tidak berdarah, begitu juga mayat manusia, tidak
masuk dalam arti bangkai yang umum dalam ayat tersebut karena ada keterangan lain. Bagian bangkai,
seperti daging, kulit, tulang, urat, bulu, dan lemaknya semuanya itu najis menurut madzab syafi’i.
3
Menurut madzab Hanafi, yang najis hanya bagian-bagian yang mengandung roh(bagian-bagian yang
bernama) saja, seperti daging dan kulit. Bagian-bagian yang tidak bernyawa, seperti buku, tulang, tanduk,
dan bulu, semuanya itu suci. Bagian-bagian yang tak bernyawa dari anjing dan babi tidak termasuk najis. 4

Adapun bangkai yang tidak dikategorikan pada najis:

- Bangkai ikan dan belalang

- Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir, contohnya;

* bangkai lalat, semut, lebah, dan kutu.

- Tulang, tanduk, kuku, rambut, dan bulu dari bangkai

* Ini termasuk bagian dari bangkai yang suci karena kita kembalikan kepada hukum asal segala
sesuatu adalah suci.

2. Darah

Segala macam darah itu najis selain hati dan limpa. Firman Allah SWT yang artinya

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi”. (Q.S Al-Maidah : 3)

Dikecualikan juga darah yang tertinggal di dalam daging binatang yang sudah disembelih, begitu juga
darah ikan. Kedua macam darah ini suci atau dimaafkan, artinya diperbolehkan atau dihalalkan.

3. Nanah

Segala macam nanah itu najis, baik yang kental maupun yang cair, karena nanah itu merupakan
darah yang sudah busuk.

4. Segala benda yang keluar dari dua pintu

Semua itu najis selain mani, baik yang biasa seperti tinja, air ataupun yang tidak biasa seperti
mazi, baik dari hewan yang halal dimakan ataupun yang haram dimakan.

5. Arak, setiap minuman yang memabukkan

3
M. imam pamungkas, fiqih 4 mazhab, al-makmur, Jakarta
4
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidahb, fiqih wanita (edisi Indonesia),( jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 1998)
Semua najis dapat dicuci kecuali arak. Jika ia sudah menjadi cuka dengan sendirinya, maka ia
menjadi suci apabila cukup syarat-syaratnya begitu juga kulit bangkai dapat menjadi suci setelah
disamak.

6. Anjing dan babi

Semua hewan suci, kecuali anjing dan babi.

7. Bagian badan binatang yang diambil dari tubuhnya selagi hidup

Hukum bagian-bagian badan binatang yang diambil selagi hidup ialah seperti bangkainya.
Maksudnya, kalau bangkainya najis, maka yang dipotongnya najis seperti babi atau kambing. Kalau
bangkainya suci yang dpotong sewaktu hidupnya pun suci pula seperti yang diambil dari ikan hidup.
Kecuali bulu hewan yang halal dimakan hukumnya suci.

8. Kotoran dan Kencing Hewan Yang Haram Dimakan Dagingnya

Setiap binatang yang tidak boleh (haram) dimakan dagingnya menurut syari’at islam seperti
keledai, maka semua yang keluar dari binatang-binatang tersebut adalah najis, baik itu kotoran maupun
kencingnya.

9. Hewan Jalalah (Liar)

Jalalah adalah hewan liar yang memakan kotoran, baik kotoran unta, sapi, kamping, ayam, angsa,
dan lain-lainnya, sehingga hewan tersebut berubah baunya.

10. Khamr

Khamr menurut jumhur ulama, dihukumi najis.

11. Wadi

Wadi adalah cairan kental yang biasanya keluar setelah seseorang selesai dari buang air kecilnya
(kencing). Wadi ini dihukumi najis dan harus disucikan seperti halnya kencing, tetapi tidak wajib mandi.

12. Madzi

Madzi adalah cairan bening sedikit kental yang keluar dari saluran kencing ketika bercumbu atau
nafsu syahwat mulai terangsang. Terkadang tidak merasakan akan proses keluarnya. Hal itu sama-sama
dialami oleh laki-laki dan juga wanita, akan tetapi jumlahnya lebih banyak.

13. Kencing dan Muntah Manusia

Menurut kesepakatan para ulama, keduanya adalah najis.

14. Mani

Mengenai mani, terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama, yang mana sebagian dari mereka
menganggapnya najis. Yang jelas ia tetap suci.
E. Najis yang dimaafkan
1. Percikan kencing yang amat sedikit, yang tidak bisa ditangkap oleh mata telanjang, manakala percikan
itu mengenai pakaian maupun tubuh. Begitu pula percikan najis-najis lainnya, baik najis mughalazhah,
mukhaffafah maupun mutawassithah.

2. Sedikit darah, nanah, darah kutu dan tahi lalat atau najisnya, selagi hal itu tidak diakibatkan oleh
perbuatan dan kesengajaan orang itu sendiri.

3. Darah dan nanah dari luka, sekalipun banyak, dengan syarat berasal dari orang itu sendiri, dan bukan
atas perbuatan dan kesengajaannya, sedang najis itu tidak melampaui dari tempatnya yang biasa.

4. Tahi binatang yang mengenai biji-bijian ketika ditebah, dan tahi binatang ternak yang mengenai susu
di kala diperah, selagi tidak terlalu banyak sehingga merubah sifat susu itu.

5. Tahi ikan dalam air apabila tidak sampai merubahnya, dan tahi burung-burung di tempat yang sering
mereka datangi seperti masjid al-haram di Mekah, Masjid Nabawi di Madinah, dan masjid Umawi. Hal
itu karena tahi binatang tersebut telah merata di mana-mana, sehingga sulit dihindarkan.

6. Darah yang mengenai baju tukang jagal, apabila tidak terlalu banyak. Dan Darah yang masih ada pada
daging.

7. Mulut anak kecil yang terkena najis mutahannya sendiri, apabila ia menyedot tetek ibunya.

8. Debu di jalan-jalan yang mengenai orang.

9. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir. Maksudnya, binatang itu sendiri tidak mempunyai
darah, apabila bangkainya itu tercebur dalam benda cair, seperti lalat, lebah dan semut, dengan syarat
binatang itu tercebur sendiri dan tidak merubah sifat benda cair yang diceburi.

F. Cara Mencuci Benda Yang Terkena Najis


1.Pakaaian atau Anggota Badan yang Terkena Najis

Pakaian atau anggota badan yang terkena najis, wajib dicuci dengan air bersih(air yang suci dan
mensucikan), sedemikian rupa sehingga zat najis itu hilang warnanya, baunya dan rasanya. Jika, setelah
cukup dicuci, masih juga ada sedikit warna atau bau yang sukar dihilangkan, hal itu dimaafkan.

2. Zat Najis yang Tidak Tampak

Bila zat najis itu tidak tampak; seperti kencing yang sudah lama kering, sehingga telah hilang
tanda-tandanya atau sifat-sifatnya, cukup mengalirkan air diatasnya, walaupun hanya satu kali saja.
3.Bejana yang Terkena Jilatan Anjing

Bejana yang bagian dalamnya terkena jilatan anjing, dibasuh tujuh kali, yang pertama atau salah
satunya dicampur dengan tanah. Boleh juga menggantikan tanah dengan sabun, atau pembersih lain yang
kuat. Dan juga anggota badanatau lainnya , yg tersentuh anjing, wajib mencucinya sampai benar-benar
bersih.

4.Cara Menyucikan Kencing Bayi

Kencing bayi (laki-laki atau perempuan) berusia dibawah dua tahun dan tidak makan makanan
selain air susu manusia (baik dari ibinya sendiri atau ataupun seorang wanita lainnya), cukup diperciki air
bersih diatasnya dan sedikit lagi dibawahnya.

5.Tanah yang Terkena NajisFCT 1222T6

Untuk menyucikan tanah yang terkena najis, cukup dengan menuangkan air diatasnya, sehingga
meliputi tempat najis tersebut.

6.Mentega yang Terkena Najis

Mentega, minyak yang bekudan yang serupa dengan itu, apabila terkena zat najis(misalnya
kejatuhan bangkai cicak dan lainnya) cukup dibuang bagian yang terkena najis tersebut dan sekitarnya
saja. Akan tetapi, jika najis itu menyentuh bahan makanan yang cair, seperti minyak goreng misalnya,
maka semuanya manjadi najis.

7.Kaca, Pisau dan Keramik

Untuk membersihkan kaca, pisau, pedang keramik dan segala benda yang permukaannya licin
seperti itu, apabila terkena najis, cukup dengan mengusapnya sehingga hilang bekas-bekas najis tersebut.

8.Sepatu dan Sandal

Bagian bawah sepatu, sandal dan sebagainya, apabila terkena najis, cukup dibersihkan dengan
cara menggosoknya ketanah sehingga hilang zat dari najisnya.

9.Tali Jemuran

Tali jemuran yang pernah digunakan untuk menjemur pakaian yang terkena najis, dapat dianggap
suci kembali jika telah mengering, baik karena panas matahari atau hembusan angin.

10.Tetesan Air yang Meragukan

Apabila seseorang terkena tetesan air atau percikan air yang tidak jelas najis atau tidaknya, maka
tidak wajib menanyakan hal itu dan menyucinya. Akan tetapi jika ia telah diberitahu oleh orang
terpercaya bahwa air itu adalah najis, maka wajib manyucinya.
11.Pakaian yang Terkena Lumpur Jalanan

Pakaian yang terkena lumpur jalanan, tidak harus dicuci walaupun jalanan tersebut biasanya
terkena najis. Kecuali jika ia yakin bahwa yang mengotorinya itu zat najis.

12.Melihat Najis di Pakaian Setelah Selesai Shalat

Jika seseorang telah menyelesaikan shalatnya, lalu melihat najis di pakaian atau tubuhnya,
sedangkan sebelum itu ia tidak mengetahuinya, atau telah mengetahui tetrapi terlupa maka ia hanya wajib
mengulangi shalatnya yang terakhir saja. Yakni sebelum mengetahui adanya najis tersebut.

13.Najis yang Tidak Dikenali Tempatnya

Jika seseorang mengetahui adanya najis pada pakaiannya tetapi kini ia tidak tahu lagi di bagian
manakah najis tersebut, wajiblah ia mencuci semuanya, karena hanya dengan begitu ia dapat meyakini
kesuciannya.

14.Menyamak Kulit Bangkai

Kulit bangkai, selain anjing dan babi, dapat menjadi suci setelah melalui proses penyamakan.

15.Menggunakan Alat-Alat Makan-Minum Orang-Orang Non-Muslim

Dirawikan bahwa abu Tsa’labah Al-Khusyani pernah bertanya, “Ya Rasulullah, adakalanya kami
berada di negeri Ahl’l-Kitab. Bolehkah kami makan dengan menggunakan alat-alat makan-minum
mereka? Jawab Nabi Saw., “jika ada yang lainnya, sebaiknya tidak menggunakan alat-alat mereka.
Tetapi jika tidak ada, cucilah dan kemudian makanlah”. (HR. Bukhari dan Muslim)5

BAB III
5
Muhammad Bagir Al- Habsyi, fiqih Praktis, ( Bandung : Penerbit Mizan 1999 )
PENUTUP
A. Kesimpulan

Najis adalah bentuk kotoran yang setiap muslim diwajibkan untuk membersihkan diri darinya
atau mencuci bagian yang terkena olehnya.

Benda yang termasuk najis antara lain : Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari mayat
manusia, Darah, Nanah, Segala benda cair yang keluar dari dua pintu, Arak, Anjing dan Babi dll.

Najis terbagi menjadi tiga yaitu : Najis Mughalladhoh (tebal), Najis Mukhaffafah (ringan), Najis
Mutawassitah (pertengahan). Dan najis pertengahan terbagi menjadi dua yaitu : Najis hukmiah, yaitu
yang kita yakini adanya. Najis ‘ainiyah, yaitu yang masih ada zat, warna, rasa, dan baunya, kecuali warna
atau bau yang sangat sukar menghilangkannya.

B. Saran

Dari pembahasan di atas dan kesimpulan yang telah ada, kita telah mengetahui Pengertian Najis.
Untuk itu setelah kita mengetahuinya, tahap selanjutnya memahaminya dan bisa tahu Cara mensucikanya
dan beberapa contohnya.. Supaya kita mengerti tentang najis untuk di jalan allah swt. Semoga dengan
membaca makalah ini bertambah pengetahuan kita tentang najis dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, (Bandung: Penerbit Mizan, 1999),

Ust. Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, Sandro Jaya Jakarta, Jakarta :

2005

Azmi Abu ‘Ani, Fiqih Ibadah Praktis, Pustaka Ar-rayyan, Padang : 2015.

Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Edisi Indonesia), (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1998)

Syekh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta : 2011

M.imam pamungkas, fiqih 4 mazhab, al-makmur, Jakarta

http://makalahcyber.blogspot.co.id/2012/05/makalah-tentang-thaharah.html

http://bodohtapisemangat.blogspot.co.id/2015/05/makalah-tentang-thaharah.html

Anda mungkin juga menyukai