Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP DASAR MENGENAI HUKUM

Dosen Pengampu:

Dr. Tri Eka Putra M.Waruwu M.HI

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

SEFFIN GRANADY

PRODI/SEMESTER:HUKUM KELUARGA-PAGI/II (DUA)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH ABDUL HALIM HASAN
AL_ISHLAHIYAH
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...
BAB I Pembahasan........................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C.Tujuan Masalah..........................................................................................................
BAB II: PEMBAHASAN..............................................................................................
Pengertian etimologi dan terminologi…………………………………………………...
Kesimpulan…………………………………………………………………………........
PEMBAHASAN

A.Subjek Hukum

Subyek hukum adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam kehidupan
sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam sistem hukum Indonesia, yang sudah
barang tentu berdasar dari sistem hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum
(perusahaan, organisasi, institusi).
Dalam dunia hukum, subyek hukum dapat diartikan sebagai pembawa hak,
yakni manusia dan badan hukum

1. Manusia (natuurlijk persoon). Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah


menjadi subyek hukum secara kodrati atau secara alami. Anak-anak serta balita
pun sudah dianggap sebagai subyek hukum. Manusia dianggap sebagai hak mulai
ia dilahirkan sampai dengan ia meninggal dunia. Bahkan bayi yang masih berada
dalam kandungan pun bisa dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat urusan
atau kepentingan yang menghendakinya. Namun, ada beberapa golongan yang
oleh hukum dipandang sebagai subyek hukum yang "tidak cakap" hukum. Maka
dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum mereka harus diwakili atau dibantu
oleh orang lain, seperti anak yang masih dibawah umur, belum dewasa, atau belum
menikah, dan orang yang berada dalam pengampunan seperti orang yang sakit
ingatan, pemabuk, pemboros.
2. Badan Hukum (rechts persoon). Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri dari
kumpulan orang yang diberi status "persoon" oleh hukum sehingga mempunyai hak
dan kewajiban. Badan hukum dapat menjalankan perbuatan hukum sebagai
pembawa hak manusia. Seperti melakukan perjanjian, mempunyai kekayaan yang
terlepas dari para anggotanya dan sebagainya. Perbedaan badan hukum dengan
manusia sebagai pembawa hak adalah badan hukum tidak dapat melakukan
perkawinan, tidak dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum dimungkinkan
dapat dibubarkan.

B.Objek Hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum, dan dapat
menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Menurut terminologi (istilah) ilmu hukum,
objek hukum disebut pula ”benda atau barang,” sedangkan ”benda atau barang” menurut
hukum adalah segala barang dan hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis, dan
dibedakan atas sebagai berikut.

1. Benda yang Berwujud dan Benda Tidak Berwujud


1. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat dicapai atau dilihat dan
diraba oleh panca indera, contohnya, rumah, meja, kuda, pohon kelapa.
2. Benda tidak berwujud, yaitu segala macam benda yang tidak berwujud, berupa
segala macam hak yang melekat pada suatu benda, contoh, hak cipta, hak atas
merek, hak atas tanah, hak atas rumah.

1 H. Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, 2013, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 61
2 Advendi Simangunsong dan Elsi Kartika Sari, 2004, Hukum dalam Ekonomi, Penerbit Grasindo, Jakarta, hal 8
2. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak

1. Benda bergerak, yaitu benda yang bergerak, karena:


1. Sifatnya dapat bergerak sendiri, seperti hewan (kuda, sapi, kambing);
2. Dapat dipindahkan, seperti kursi, meja, buku;
3. Benda bergerak karena penetapan atau ketentuan undang-undang, yaitu hak
pakai atas tanah dan rumah, hak sero, hak bunga yang dijanjikan.
2. Benda tidak bergerak, yaitu setiap benda yang tidak dapat bergerak sendiri atau
tidak dapat dipindahkan, karena:

1. Sifatnya yang tidak bergerak, seperti hutan, kebun dan apa yang didirikan di atas
tanah, termasuk apa yang terkandung di dalamnya;
2. Menurut tujuannya, setiap benda yang dihubungkan dengan benda yang karena
sifatnya tidak bergerak, seperti wastafel di kamar mandi, ubin, alat percetakan yang
besar di pabrik;
3. Penetapan undang-undang, yaitu hak atas benda tidak bergerak dan kapal yang
tonasenya/beratnya 20 m3.

Pentingnya pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak yang diberikan hukum
dalam kaitannya dengan pengalihan hak, yaitu terhadap benda bergerak, cukup dilakukan
dengan penyerahan langsung, sedangkan benda tidak bergerak dilakukan dengan
penyerahan dengan surat atau akta balik nama

C.Masyarakat Hukum

Pada mulanya, istilah masyarakat hukum adat diperkenalkan oleh van Vollenhoven untuk
menunjukkan warga pribumi (native) atau suku asli Indonesia. Hal ini berkaitan dengan
keluarnya kebijakan politik Pemerintah Belanda didasarkan pada Pasal 131 IS (Indische
Staatregeling) 1939, maka warga negara Indonesia ketika itu dibedakan ke dalam warga
pribumi (Irlander), Eropa dan Timur Asing. Pengakuan atas perbedaan warga negara
tersebut membawa konsekuensi timbulnya keanekaragaman hukum (Pluralstic legal
systems). Hukum Adat adalah “ hukum yang tidak bersumber pada peraturan-peraturan
yang dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda dahulu atau alat-alat kekuasaan lainnya yang
menjadi sendinya dan diadakan sendiri oleh kekuasaan Belanda dahulu”.

R.Subekti dan R.Tjitrosudibio,1995,Kitab Undang-undang Hukum Perdata cet.27..Pradnya Paramita,Jakarta, h. 475.


D.Hubungan hukum

hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subjek hukum. Dalam hubungan
hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak
yang lain.18 Hukum sebagai himpunan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
sosial memberikan suatu hak kepada subjek hukum untuk berbuat sesuatu atau menuntut
sesuatu yang diwajibkan oleh hak itu, dan terlaksananya kewenangan/hak dan kewajiban
tersebut diijamin oleh hukum. Setiap hubungan hukum mempunyai dua segi: Segi
bevoegdheid (kekuasaan/kewenangan atau hak) dengan lawannya plicht atau kewajiban.
Kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum (orang atau badan hukum)
dinamakan hak

Ciri-Ciri Hubungan Hukum

1. adanya orang-orang yang hak dan kewajibannya saling berhadapan;


2. adanya objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban; dan
3. adanya hubungan antara pemilik hak dan pengembang kewajiban atau adanya
hubungan terhadap objek yang bersangkutan.

Syarat-Syarat Terjadinya Hubungan Hukum

Agar sebuah hubungan hukum dapat terwujud, sejumlah syarat-syarat khusus.


Adapun syarat terjadinya hubungan hukum

1. haruslah ada dasar hukumnya, yakni peraturan yang mengatur hubungan itu; dan
2. harus menimbulkan hubungan hukum

Penggolongan Hubungan Hukum

Secara garis besar, berdasarkan sudut pandangnya, hubungan hukum dapat dibedakan
atas sudut pandang kedudukan subjek dan sudut pandang sifat hubungannya.

Berdasarkan sudut pandang kedudukan subjek, hubungan hukum dibedakan atas


hubungan hukum sederajat (nebeneider) dan tidak sederajat (nacheinander):

 hubungan hukum sederajat: tidak hanya terdapat dalam hukum perdata saja, namun
juga terdapat dalam hukum kenegaraan dan hukum internasional; dan
 hubungan hukum tidak sederajat: tidak hanya terdapat dalam hukum negara (antara
penguasa dengan warga), tetapi juga dalam hukum keluarga (orang tua dan anak).

Sudikno Mertokusumo,2006,Hukum Acara perdata Indonesia, Liberty , Yogyakarta,h. 15. 3 R.Subekti,2001,Hukum


Pembuktian,Pradinya Paramita Jakarta, h.48.
Kemudian, berdasarkan sudut pandang sifat hubungannya, hubungan hukum
dibedakan atas hubungan timbal balik dan timpang.
 hubungan hukum timbal balik: para pihak yang berhubungan sama-sama memiliki
hak dan kewajiban; dan
 hubungan hukum timpang: salah satu pihak hanya memiliki hak, sementara pihak
yang lain hanya memiliki kewajiban.

Macam-Macam Hubungan Hukum

Terkait macam-macam hubungan hukum, R. Soeroso membaginya ke tiga jenis hubungan


hukum berikut.

1. Hubungan hukum bersegi satu atau eenzijdige rechtsbetrekkigen: dalam hubungan


hukum ini, hanya ada satu pihak yang berwenang sementara pihak lainnya hanya
berkewajiban. Contoh hubungan ini adalah perikatan sebagaimana diatur
dalam Pasal 1234 KUH Perdata yang menerangkan bahwa perikatan ditujukan
untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat
sesuatu.
2. Hubungan hukum bersegi dua atau tweezijdige rechtsbetrekingen: dalam hubungan
hukum ini, kedua belah pihak memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Contoh
hubungan ini tergambar dalam perjanjian jual beli sebagaimana diatur dalam Pasal
1457 KUH Perdata, di mana kedua belah pihak memiliki kewajiban untuk
menyerahkan barang dan pihak lainnya membayar harga yang dijanjikan.
3. Hubungan hukum antara satu subjek hukum dengan subjek hukum lain: hubungan
hukum jenis ini terdapat dalam hal hak milik atau eigendomsrecht. Contoh hubungan
ini tersirat dalam Pasal 570 KUH Perdata, yang menerangkan bahwa pemilik tanah
berhak untuk menikmati hasil dari tanah selama tidak melanggar ketentuan
perundang-undangan. Selain itu, pemilik juga berhak memindahtangankan
tanahnya. Sementara subjek hukum lainnya berkewajiban untuk mengakui bahwa
pemilik adalah orang yang mempunyai tanah itu dan pemilik tersebut berhak untuk
menikmati atau memungut hasil dari tanahnya.
E.Peristiwa Hukum

Persitiwa Hukum adalah peristiwa yang membawa akibat yang diatur oleh hukum. Ataupun
dapat dikatakan sebagai keadaan, kejadian atau sikap yang menimbulkan tindakan hukum.
Peristiwa Hukum sendiri menjadi pemicu dalam timbulnya hukum, ketika peristiwa hukum
dilakukan, dengan sendirinya ada hukum yang berlaku. Contoh sederhana yaitu sidang
pengadilan yang mana dalam sebuah sidang menimbulkan tindakan hukum.

Peristiwa Hukum sendiri terbagi 2 yaitu:


1. Perbuatan Subjek Hukum. Peristiwa Hukum pada umumnya dilakukan oleh Subjek
Hukum
2. Bukan Perbuatan Subjek Hukum. Peristiwa Hukum tidak selamanya dilakukan oleh
Subjek Hukum, namun dapat juga diluar itu. Contoh: daluarsa

Ada dua jenis Daluwarsa yaitu:

 Daluwarsa acquisitief, yaitu daluwarsa atau lewat waktu yang menimbulkan hak, misalnya
sewa menyewa rumah yang telah selesai masanya maka si penyewa berhak mengembalikan
rumah yang disewa kepada pemiliknya.
 Daluwarsa extinctief, yaitu daluwarsa atau lewat waktu yang melenyapkan kewajiban,
misalnya A, seorang satpam menjaga gudang, yang pada masa tertentu digantikan oleh
satpam B maka selesailah kewajiban A menjaga gudang.

Peristiwa hukum pasif dan Peristiwa hukum berkelanjutan


 Peristiwa hukum pasif, seperti penghentian perjanjian yang dinegosiasikan.
 Peristiwa hukum yang berkelanjutan seperti sewa. Sewa berlangsung selama bertahun-tahun.
Peristiwa hukum positif dan peristiwa hukum negatif.
Peristiwa hukum positif selalu digambarkan dengan peristiwa yang sesuai dan tidak melanggar
hukum yang berlaku di sebuah negara atau daerah tertentu.

Contoh:

Seorang pria secara sah menikahi seorang wanita. Akibat yang diatur secara hukum timbul dari
perkawinan atau perkawinan ini yaitu hukum perkawinan, di mana timbul hak dan kewajiban
bagi pasangan suami istri dalam hal ini.

Pasal 31(2) UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 berbunyi;

“Masing-masing pihak berhak mengambil tindakan hukum”.

Sebaliknya, Pasal 34(2) mengatur bahwa “istri wajib mengurus rumah tangga dengan sebaik-
baiknya”.

F.Hubungan hukum

Perbuatan hukum adalah perbuatan subyek hukum (orang atau badan hukum) yang secara
sengaja dilakukan sehingga menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Perbuatan
yang dimaksud, misalnya membuat surat wasiat, membuat perjanjian, dan lain-lain.

Perbuatan hukum dibagi menjadi dua hal, yaitu :

Perbuatan hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula. Misalnya : pembuatan surat wasiat
dan pemberian hadiah sesuatu benda (hibah).

Perbuatan hukum dua pihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik).
Misalnya : membuat perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa, dan lain-lain.
Perbuatan yang dilarang oleh hukum (onrechtmatige daad)

Adalah suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian kepada orang lain dan mewajibkan si
pelaku untuk mengganti kerugian yang ditimbulkannya

Jadi perbuatan hukum adalah segala perbuatan subjek hukum yang menimbulkan hak dan
kewajiban dengan ditandai adanya pernyataan kehendak. Sedangkan yang bukan
perbuatan hukum adalah suatu perbuatan yang akibatnya tidak dikehendaki oleh yang
bersangkutan.

Dari kedua golongan perbuatan tersebut yang penting bagi hukum administrasi negara
adalah golongan perbuatan hukum , sebab perbuatan tersebut langsung menimbulkan
akibat hukum tertentu bagi hukum administrasi negara

Anda mungkin juga menyukai