Anda di halaman 1dari 3

Norma agama merupakan kaidah kepercayaan yang ditujukan pada kewaiban manusia

kepada Tuhan atau dirinnya sendiri, Norma kesusilaan bersumber dari manusia itu
sendiri dengan pelanggaran yang menimbulkan rasa penyesalan dalam hati nurani, dan
Norma kesopanan merupakan kaidah yang bertujuan untuk mencapai "kesedapan" hidup
antar pribadi dalam berinteraksi.
Norma-norma seperti norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan semuanya
merupakan ukuran-ukuran atau pedoman yang menyatakan mengenai apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia, dan pelanggaran terhadap norma-norma
tersebut akan diancam dengan sanksi. Sanksi-sanksi ini bertujuan memulihkan
keseimbangan tatanan masyarakat yang telah terganggu oleh pelanggaran-pelanggaran
terhadap norma-norma tersebut.
Meski demikian, masih terdapat pelanggaran terhadap norma-norma ini karena berbagai
kepentingan yang tidak diatur dalam norma tersebut. Misalnya, ada orang yang
mengaku tidak beragama, ada orang yang mengabaikan sopan-santun, serta kepentingan-
kepentingan manusia dalam masyarakat seperti, keharusan kendaraan berjalan di
kiri, pemecatan buruh yang harus diberi surat keterangan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, maka diperlukan perlindungan lebih lanjut terhadap jaminan
kepentingan-kepentingan manusia dalam kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi
keadilan, ketertiban, serta bersifat mengikat dan memaksa. Hal inilah yang dikenal
dengan norma hukum. Norma Hukum berasal dari luar diri manusia, dan ditunjukkan
pada sikap lahir manusia (cogitationis poenam nemo patitut) , serta untuk
ketertiban Masyarakat itu sendiri

Peristiwa hukum merupakan kejadian dalam kehidupan sehari-hari manusia yang dapat
menyebabkan timbulnya akibat yang diatur oleh hukum. Akibat hukum sendiri merupakan
tindakan yang menimbulkan atau memperoleh suatu akibat (kelanjutan) yang diatur
oleh hukum, yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Jika sebuah peristiwa hukum
terjadi, maka akan mengakibatkan timbulnya kelanjutan-kelanjutan, hal kelanjutan-
kelanjutan inilah yang disebut sebagai akibat hukum. Dengan demikian, akibat hukum
hanya akan ada apabila terjadinya peristiwa hukum sesuai dengan peraturan hukum
yang berlaku. Adanya akibat hukum atau kelanjutan-kelanjutan inilah yang kemudian
dikenal dengan "bergeraknya hukum". Namun, peristiwa hukum tidak memiliki hubungan
kausalitas dengan akibat hukum, karena hal ada atau tidaknya akibat hukum bagi
suatu peristiwa dan isi akibat hukum tersebut, ditentukan oleh hukum sendiri, dan
karena hukum diatur oleh negara/pemerintahan, maka bergantung pula pada
negara/pemerintahan.
Peristiwa hukum dapat berupa perbuatan manusia seperti jual-beli, perkawinan,
pinjam-meminjam, dan bukan perbuatan manusia seperti kelahiran dan kematian.
Timbulnya akibat hukum alhasil dari suatu tindakan oleh subjek hukum yang membawa
akibat yang diatur oleh hukum, dimana akibat hukum ini memang dikehendaki,
menyebabkan terjadinya tindakan hukum oleh si petindak hukum. Namun, hal yang
terbalik dapat terjadi dimana sebuah tindakan yang oleh hukum diberi akibat, tetapi
akibat hukum ini tidak dikehendaki oleh si petindak. Hal ini merupakan bukan
tindakan hukum. Bukan tindakan hukum kemudian dapat dibedakan menjadi perbuatan
melawan hukum, dan perbuatan tidak melawan hukum.
Contoh peristiwa hukum dengan akibat hukum adalah kontrak jual-beli antara dua
pihak. Jika pihak A setuju membeli barang dari pihak B, dan kedua belah pihak
menyetujui syarat-syarat yang diatur dalam kontrak tersebut, maka terjadi peristiwa
hukum dengan perbuatan yang dilakukan manusia. Akibat hukum dari peristiwa ini
adalah pihak A harus membayar harga barang kepada pihak B, dan pihak B harus
memberikan barang sesuai dengan kesepakatan. Jika pihak A tidak membayar, maka A
melakukan bukan tindakan hukum dengan sebuah perbuatan melanggar hukum. Dan pihak B
dapat melakukan tindakan hukum seperti gugatan pengadilan. Sebaliknya, jika A
membayar maka dalam hal ini, peristiwa hukum (kontrak jual-beli) memiliki akibat
hukum yang dikehendaki oleh kedua belah pihak dan diatur oleh hukum, dimana
keduanya melahirkan peristiwa hukum, kemudian melakukan perbuatan bukan tindakan
hukum, dan menghasilkan perbuatan yang tidak melawan hukum.
Fungsi hukum menurut Rescoe Pound dan Friedmann
- Sarana pengendali sosial (social control) yakni hukum berfungsi untuk
mengendalikan masyarakat untuk berprilaku yang benar atau yang pantas, tidak
melakukan tindakan melawan hukum
contoh: misalnya orang bisa mencari nafkah, namun tidak boleh lewat merampok
bank, dan hal tersebut diatur dalam hukum
- Sarana untuk mengadakan perubahan/penggerak dalam masyarakat (social engineering)
yakni hukum dibuat oleh seseorang atau kelompok yang mendapat kepercayaan dari
masyarakat sebagai pemimpin lembaga kemasyarakatan untuk mengadakan perubahan
mengikuti keinginan orang yang menetapkan hukum tersebut ke arah yang lebih baik.
contoh: Melihat tingkat publikasi jurnal di Indonesia pada tahun 2010 masih
rendah, pada tahun 2014 pemerintah mengharuskan dosen program studi magister/doktor
untuk menulis jurnal literatur yang terakreditasi, untuk mengadakan perubahan
sosial yakni meningkatnya tingkat publikasi jurnal dan kemahiran dosen dalam
menyusunnya. (Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara 24 TAHUN 2OI4)
- Penyelesaian perselisihan (dispute settlement): fungsi hukum yang ini dapat
dilihat melalui pengajuan perkara ke pengadilan, dimana usai proses rangkaian
pengadilan akan menghasilkan keputusan yang menyelesaikan perkara
contohnya: Pengajuan gugatan sengketa hasil Pilpres 2019 oleh Prabowo di MK

Faktor2 penegakkan hukum:


menurut Lawrence Friedman:
- Struktur Hukum (structure of law)
- Substansi Hukum (Substance of law)
- Budaya Hukum (legal culture)
menurut Soerjono Soekanto:
- Struktur Hukum
- Substansi Hukum
- Budaya Hukum
- Sarana dan fasilitas (sarana prasarana)
- Kultur Hukum (masyarakat)
atau
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, menurut Soerjono
Soekanto antara lain:1
1. Faktor hukumnya sendiri.
2. Faktor penegak hukum, yakni fihak-fihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup

alasan mengapa manusia menjadi bagian dalam subjek hukum. Mengapa manusia disebut
sebagai subjek hukum.
Subjek hukum merupakan segala sesuatu yang dapat mempunyai (memiliki, dan
mendukung) hak dan kewajiban. Kemampuan untuk mendukung hak dan kewajiban ini
disebut sebagai kewenangan hukum. Kewenangan hukum diberikan kepada subjek hukum
oleh hukum objektif, dan menurut L. J. Van Apeldoorn setiap orang diberikan
kewenangan hukum. Sehingga manusia dapat dikategorikan sebagai subjek hukum karena
memiliki hak dan kewajiban (kewenangan hukum) yang didukung oleh sifat manusia
sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Di Indonesia sendiri, setiap orang adalah
pendukung hak (dengan demikian, kewajiban juga) sehingga setiap orang dapat
dibilang sebagai subjek hukum. Hal ini dungkap pada Pasal 1 KUH Perdata yang
berbunyi, "Menikmati hak kewarganegaraan tidaklah tergantung pada hak kenegaraan"
Namun meskipun semua manusia memiliki kewenangan hukum, tidak semua manusia dapat
melaksanakan atau mewujudkan hak dan kewajibannya dikarenakan oleh berbagai faktor
seperti usia, disabilitas dan lain sebagainya. Sehingga, hanya orang yang
memmpunyai kecakapan bertindak yang dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.
Dikarenakan susah untuk membedakan antara orang yang cakap atau tidak, maka semua
orang dianggap cakap melakukan perbuatan hukum kecuali yang jelas tidak cakap
(sakit, difabel, anak2, dalam keadaan pailit dll). Orang-orang yang tidak cakap
diwakili oleh pengampu misalnya anak2 oleh orang tua, orang pailit oleh kurator,
dsb.

Objek hukum: segala yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek atau
pokok dalam suatu hubungan hukum. objek hukum dapat berupa benda/barang ataupun hak
yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis.
dibedakan menjadi:
-benda berwujud(dapat dirasakan oleh panca indra) dan tidak berwujud(haki:hak
cipta, paten, hak waris, dll) (pasal 503 KUHPerdata
- Benda bergerak (yang bisa digerakkan: laptop berwujud bergerak, mobil) dan tidak
bergerak( tanah, gedung, kapal uk.>20m3) (pasal 504 KUHPerdata)

Perbedaan H. Publik dan H.Privat


no HUKUM PRIVAT HUKUM PUBLIK
1 Mengutamakan kepentingan individu / Mengutamakan pengaturan kepentingan umum

2 Mengatur perihal yang bersifat khusus / Mengatur perihal yang bersifat umum

3 Dipertahankan oleh individu / Dipertahankan oleh negara melalui jaksa

4 Asas damai sebagai prioritas dalam menyelesaikan


sengketa / Tidak mengenal asas perdamaian

5 setiap saat gugatan dapat ditarik kembali oleh


penggugat / Tidak dapat dicabut kembali kecuali dalam delik aduan

6 Sanksinya perdata (ganti rugi, pencabutan kontrak, dsb) / Sanksinya pidana (pasal
10 KUHPidana) (hukuman mati, hukuman penjara, kurungan, dan denda )
7 h. perdata, h. dagang / h. pidana, h. acara perdata pidana, H.Tata usaha negara

asas asas dalam penyelesaian sengketa dalam per uuan dengan per uuan yang lain
jika terjadi konflik antar peraturan perundang-undangan, maka
penyelesaiannya bisa menggunakan 3 asas yaitu:
• lex superiori derogat legi inferiori: peraturan yang lebih tinggi,
mengenyampingkan peraturan yang lebih rendah derajatnya
• lex specialis derogat legi generalis: peraturan yang bersifat khusus,
mengenyampingkan peraturan yang bersifat umum (derajat harus sama)
• lex posteriori derogat legi priori: peraturan yang baru
mengenyampingkan peraturan yang lama (derajat harus sama, mengenyampingkan hal
khusus yang bertentangan dengan peraturan baru)

Anda mungkin juga menyukai