Anda di halaman 1dari 14

Nama : Novi

NIM : 043397424
Mata Kuliah : Hukum Tata Pemerintahan
Tutor : Dr. Munadi, MSI
Tugas : 3 / 29 Mei 2022

1. Apa yang dimaksud dengan Perlindungan Hukum Jelaskan dan ikut sertakan
berdasarkan pendapat beberapa ahli!

2. Telah diketahui bahwa pemerintah memiliki dua kedudukan hukum jelaskan


dan berikan contohnya! Jelaskan Unsur-Unsur Perlindungan Hukum dan
berikan contohnya!

3. Mengapa perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia mesti


ditegakkan! Jelaskan! Dan jelaskan pula faktor penunjang keberhasilan
perlindungan dan penegakan hukum!

4. Jelaskan peran lembaga penegak hukum dalam menjamin keadilan dan


kedamaian bagi masyarakat Indonesia?

5. Apa yang dimaksud dengan Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Tata
Usaha Negara, Keputusan Tata Usaha Negara, Keputusan Tata Usaha
Negara, jelaskan dasar hukum keberadaan Pengadilan Tata Usaha Negara di
Indonesia?

6. Jelaskan Sejarah Terbentuknya Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia?

7. Jelaskan ciri khusus dan karakteristik hukum tata usaha negara di Indonesia,
Jelaskan Tempat Kedudukan dan Daerah Hukum, Kekuasaan dan
Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara?

8. Jelaskan Tujuan dan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara? Jelaskan pula
pangkal Sengketa Tata Usaha Negara dan apa saja Obyek dan Subyek
sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara?
JAWAB

1. Perlindungan hukum yaitu memberikan pengayoman kepada hak asasi


manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan
kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang
diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah
berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum
untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari
gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun. Perlindungan
Hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan
untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, perlindungan
hukum korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan masyarakat,
dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti melalui pemberian
restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.
Pengertian perlindungan hukum menurut para ahli yaitu :
Menurut Setiono, Perlindungan Hukum adalah tindakan atau upaya
untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh
penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan
ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk
menikmati martabatnya sebagai manusia.
Menurut Muchsin, Perlindungan Hukum merupakan kegiatan
untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai
atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam
menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama
manusia.
Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan
Hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan
terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum
berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.
Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum
adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang
dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan
oleh hukum.
2. Kedudukan hukum merupakan suatu status atau posisi dimana suatu
subyek hukum atau obyek hukum ditempatkan agar memiliki fungsi dan
tujuan. Selain itu, kedudukan hukum juga merupakan penentu bagaimana
subyek hukum atau obyek hukum dapat melakukan kegiatan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
Berikut ini adalah kedudukan pemerintah dalam hukum beserta
contohnya :
Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Publik
Dalam perspektif hukum publik, negara adalah organisasi jabatan,
jabatan pemerintah termasuk di dalamnya. Meskipun jabatan
pemerintahan dilekati dengan hak dan kewajiban atau diberi wewenang
untuk melakukan tindakan hukum, namun jabatan tidak dapat bertindak
sendiri. Perbuatan hukum jabatan dilakukan melalui perwakilan
(wertegenwoodiger), yaitu Pejabat (ambtsdrager). Jabatan dan Pejabat
diatur dan tunduk pada hukum yang berbeda. Jabatan diatur dalam HTN
dan HAN, sedangkan Pejabat diatur dan tunduk pada hukum
kepegawaian. Dalam HAN, tindakan hukum pemerintahan pemerintahan
dijalankan oleh Pejabat pemerintah. Dengan demikian, kedudukan hukum
pemerintah berdasarkan hukum publik adalah sebagai wakil
(wertegenwoodiger) dari jabatan pemerintah. Contoh pertama yaitu :
Pedangdut Zaskia Gotik pernah berurusan dengan polisi karena
kedapatan melanggar lalu lintas. Kejadian ini terjadi pada Juli 2017 lalu.
kala itu, Zaskia menggunakan bahu jalan yang hanya boleh digunakan
dalam keadaan darurat. Terkait hal ini, Zaskia melanggar Peraturan
Pemerintah Nomor 15 tahun 2005 pasal 41 ayat 2. Contoh kedua yaitu :
Pada Desember 2020 lalu, masyarakat dihebohkan dengan kabar
ditangkapnya Menteri Sosial Juliari Batubara oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Juliari yang kini sudah mundur dari jabatan Mensos,
diamankan KPK karena diduga melakukan korupsi dana bantuan sosial
(bansos) COVID-19. Terkait hal ini, Juliari disangkakan pasal 12A dan
12B atau pasal 11 UU No 31 1999/diubah UU 20 2001 tentang Tindak
Pidana Korupsi JO pasal 55 ayat 1 KUHP.
Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Privat
Dalam lapangan keperdataan, pemerintah bertindak sebagai wakil
dari badan hukum, bukan wakil dari jabatan. Oleh karena itu, kedudukan
pemerintah dalam pergaulan hukum keperdataan tidak berbeda dengan
seseorang atau badan hukum privat, tidak memiliki kedudukan yang
istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa keperdataan dengan
kedudukan yang sam adengan seseorang atau badan hukum perdata
(persamaan sebelumnya hukum) dalam peradilan umum.
Contoh pertama yaitu : Rudi menjual handphone miliknya ke Roni. Jika
terjadi hubungan jual beli antara Rudi dan Roni yang di atur dalam
KUHPer, selama handphone yang dijual itu benar milik Rudi dan selama
Roni memberikan bayaran setelah mengambil handphone itu atau selama
penjualannya berjalan pada umumnya dan tidak melanggar ketentuan
hukum , maka kasus ini termasuk dalam hukum privat. Contoh kedua
yaitu : Roki bercerai dengan istri, meninggalkan 3 orang anak. Dalam
kasus perceraian mereka. Maka Roki sebagai ayah dari ketiga anaknya
memiliki kewajiban untuk menafkahi anaknya. Kemudian mereka
membuatlah sebuah perjanjian dan kesepakatan bersama.
Berikut ini unsur-unsur Perlindungan Hukum dan beserta contohnya :
Adanya perlindungan pemerintah pada warganya
Unsur perlindungan hukum yang pertama adalah adanya
perlindungan dari pemerintah kepada warganya. Pemerintah
berkewajiban untuk memberikan perlindungan hukum kepada warga
negaranya. Contohnya : dengan menerapkan sistem peradilan yang jujur
dan adil.
Adanya Jaminan
Unsur perlindungan hukum berikutnya adalah adanya jaminan bagi
pihak yang terlibat dalam perkara hukum. Jaminan yang dimaksud
berkaitan dengan kasus hukum yang sedang dijalani oleh tiap warga
negara. Contohnya : seperti penyediaan pengacara, sehingga tiap orang
yang terlibat dalam perkara hukum merasa terlindungi.
Adanya Kepastian Hukum
Selain adanya jaminan, perlindungan hukum juga harus memiliki
unsur kepastian hukum. Artinya suatu kasus hukum tidak dibuat berlarut-
larut dan tidak jelas status dari pihak yang terlibat. Kepastian hukum ini
penting sehingga tiap orang tidak terjebak dalam status hukum yang tidak
pasti. Contohnya : seorang warga Negara Republik Indonesia yang baik
tentunya harus membayar pajak.
Adanya Sanksi Bagi Pelanggar Hukum
Pemberian sanksi bagi para pelanggar hukum juga termasuk salah
satu upaya untuk memberikan perlindungan hukum. Dengan begitu, tiap
orang tidak bisa seenaknya membuat pelanggaran hukum, baik hukum
pidana atau perdata. Orang jadi akan berpikir untuk membuat tindakan
pelanggaran hukum sehingga dapat memberi perlindungan bagi
masyarakat luas. Contohnya : hukuman penjara, hukuman seumur hidup
bahkan hukuman mati atau hukuman lainnya.
Adanya Hak-Hak Warga Negara
Unsur-unsur perlindungan hukum yang terakhir adalah berkaitan
dengan hak-hak warga negara. Artinya selama proses hukum, warga
negara berhak mendapat hak-haknya mulai dari proses penyelidikan,
peradilan hingga putusan hakim. Contohnya : meliputi hak mendapat
pengacara, hak diperlakukan sama di mata hukum, hak mendapat proses
pengadilan yang jujur dan adil, hak mengajukan banding, dan sebagainya.

3. Karena perlindungan dan penegakan hukum bagi masyarakat itu penting.


Terutama bagi masyarakat kalangan bawah yang tidak mampu membayar
kuasa hukum atau semacamnya. Karena hampir sebagian besar kasus
adalah kasus yang dituntutkan oleh orang individu berduit atau
organisasi/lembaga yang berduit. Sedangkan yang dilaporkan adalah
orang-orang kecil yang menyewa kuasa hukum saja tidak kuat. Tidak
semua kasus pelaporan itu jujur dan adil bagi yang dilaporkan. Ada
kalanya pelaporan tersebut demi kepentingan pribadi yang mengorbankan
orang-orang lemah. Salah satunya kasus tentang seorang nenek yang
mengambil kayu bakar yang diperkarakan hingga ranah hukum dan
sempat menjadi heboh. Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum
untuk orang terdiskriminasi itu juga penting. Hukum harus adil diberikan
kepada yang lemah tak berduit. Bukan hanya untuk mereka yang berani
membayar dan semacamnya. Sebagai negara hukum, tentu saja
pentingnya perlindungan dan penegakan hukum harus ditegakan oleh
siapapun. Terutama untuk warga negara yang mendapatkan
penyimpangan hukum, ketidaknyamanan dan ketidakadilan. Pada
dasarnya perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia telah di atur
dalam hukum tertulis (UUD 1945) yaitu :
Pasal 28 D ayat 1 : Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
di hadapan hukum.
Pasal 30 Ayat 4 : Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat
negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum.
Faktor penunjang keberhasilan perlindungan dan penegakan hukum yaitu:
Hukum Itu Sendiri
Hukum dalam hal ini adalah undang-undang yang dibuat tidak
boleh bertentangan dengan ideologi negara Indonesia, yaitu Pancasila.
Selain itu, penyusunan undang-undang juga harus dibuat menurut
ketentuan yang mengatur kewenangan pembuat undang-undang yang
sudah diatur dalam konstitusi negara. Undang-undang haruslah dibuat
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di mana undang-undang
tersebut diberlakukan.
Penegak Hukum
Penegak hukum merupakan beberapa pihak yang secara langsung
terlibat dalam penegakan hukum. Nah, penegak hukum ini harus
menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan peranannya masing-
masing yang sudah diatur dalam peraturan perundang-
undangan, Adjarian. Dalam menjalankan penegakan hukum harus
mengutamakan profesionalisme dan keadilan, sehingga bisa menjadi
panutan masyarakat dan dipercaya oleh semua pihak. “Perlindungan dan
penegakan hukum tidak akan terwujud jika anggota masyarakat tidak
memiliki kesadaran terhadap hukum.”
Masyarakat
Masyarakat di sini yaitu masyarakat lingkungan di mana hukum
berlaku atau diterapkan dalam kehidupan. Jadi, warga masyarakat harus
mengetahui dan memahami mengenai hukum yang berlaku serta
menaatinya dengan sadar. Hal ini penting dilakukan agar perlindungan
dan penegakan hukum bisa dilakukan dalam masyarakat.
Sarana dan Fasilitas yang Mendukung
Sarana dan fasilitas yang mendukung dalam penegakan hukum
yaitu tenaga manusia terampil dan terdidik, organisasi hukum, keuangan,
peralatan, dan sebagainya. Nah, ketersediaan sarana dan fasilitas hukum
yang memadai menjadi suatu keharusan agar penegakan hukum bisa
berjalan dengan baik.
Kebudayaan
Kebudayaan sendiri merupakan hasil cipta, rasa, dan karya yang
didasari oleh karsa manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan dalam hal
ini mencakup nilai-nilai yang menjadi konsepsi abstrak mengenai apa
yang dianggap baik dan buruk. “Kesadaran masyarakat menjadi salah
satu faktor terlaksananya perlindungan dan penegakan hukum.”

4. Sebagai negara hukum, Indonesia tentu memiliki lembaga penegak


hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian bagi seluruh rakyatnya.
Ada empat lembaga penegak hukum dalam menjamin keadilan dan
kedamaian di Indonesia yakni Kepolisian, Mahkamah Konstitusi (MK),
Mahkamah Agung (MA), dan Pengadilan Militer.
Kepolisian memiliki peran dalam penangkapan, penyitaan dan
penyidikan kepada masyarakat yang tidak taat hukum. Lembaga ini juga
bertanggungjawab rutin melakukan pemeriksaan surat-surat yang
diterbitkan oleh Kepolisian.
Sementara itu, Mahkamah Konstitusi bertugas menangani kasus-
kasus hukum di atas meja peradilan. Terutama dalam kasus
persengketaan yang memang belum ada yurisprudensinya.
Berbeda dengan itu, Mahkamah Agung berperan dalam mengadili
perkara-perkara tingkat kasasi. Mahkamah Agung juga memiliki hak
memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai penjatuhan grasi
dan rehabilitasi.
Lalu yang terakhir adalah Pengadilan Militer. Lembaga ini
dibentuk atas pertimbangan keamanan negara. Ada tingkatakan dalam
lembaga ini, yaitu Peradilan Militer tingkat A berada di kota tempat
KODAM dan Peradilan Militer tingkat B berada di kota tempat KOREM.
5. Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) merupakan lingkungan
peradilan yang terakhir dibentuk, yang ditandai dengan disahkannya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 pada tanggal 29 Desember 1986,
adapun tujuan dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN)
adalah untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang
sejahtera, aman, tenteram serta tertib yang dapat menjamin kedudukan
warga masyarakat dalam hukum dan menjamin terpeliharanya hubungan
yang serasi, seimbang, serta selaras antara aparatur di bidang tata usaha
negara dengan para warga masyarakat. Dengan terbentuknya Peradilan
Tata Usaha Negara (PERATUN) menjadi bukti bahwa Indonesia adalah
negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kepastian
hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Keputusan Tata Usaha Negara (yang selanjutnya disebut KTUN)
adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata. Berdasarkan pengertian KTUN
yang dapat menimbulkan akibat hukum tentu mempunyai kemungkinan
untuk terjadinya konflik kepentingan antara badan atau pejabat tata usaha
negara yang mengeluarkan KTUN dengan seseorang atau badan hukum
perdata.
Dasar hukum Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terdiri dari
tiga instrumen, yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, Undang-
undang Nomor 9 Tahun 2004 (perubahan pertama dari UU No. 5 Tahun
1986) dan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 (perubahan kedua dari
UU No. 5 Tahun 1986). Sebelum dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1986,
peradilan administrasi Indonesia masih bersifat semu.PTUN pada masa
itu merupakan peradilan administratif yang terdapat dalam ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor II/MPRS/1960.

6. Peradilan TUN sendiri menurut sejarahnya pertama kali dibentuk di


Perancis kemudian diikuti oleh Belanda, sedangkan di Indonesia
pemikiran untuk membentuk Peradilan TUN sudah dimulai sejak tahun
1948 melalui pasal 66 Undang-undang No. 19 Tahun 1948 tentang
Susunan dan Kekuasaan Badan-badan Kehakiman yang menyebutkan
bahwa Jika dengan Undang-undang atau berdasar atas Undang-undang
tidak ditetapkan badan-badan kehakiman lain untuk memeriksa dan
memutus perkara-perkara dalam soal tata usaha pemerintahan, maka PT
dalam tingkatan pertama dan MA dalam tingkatan kedua memeriksan dan
memutus perkara-perkara itu. Namun demikian oleh karena Menteri
Kehakiman pada saat itu belum sempat menetapkan saat berlakunya
Undang-undang tersebut berdasar pasal 72 Undang-undang No. 19
Tahun1948 sampai berlakunya konstitusi RIS 27 Desember 1949, maka
undang-undang ini tidak sempat diberlakukan. Kemudian pada tahun
1960 berdasarkan TAP MPRS No. II/MPRS/1960 diamanatkan supaya
segera dibentuk Peradilan Administrasi Negara. Tindak lanjut dari amanat
TAP MPRS tersebut maka diterbitkan UU No 19 tahun 1964 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang mengakomodir
keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara yaitu melalui pasal 7 ayat (1)
yang menyatakan bahwa Peradilan administrasi merupakan salah satu
bagian dalam lingkungan Peradilan di Indonesia. Salah satu upaya
mewujudkan keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud ketentuan pasal 7 tersebut, maka pada tanggal 16 Februari
1965. Menteri Kehakiman RI melalui surat kep. No. J.58/12/17
membentuk Panja Penyusunan RUU Peradilan Administrasi yang
kemudian disahkan dalam sidang Pleno Lembaga Pembinaan Hukum
Nasional (LPHN) pada tanggal 10 Januari 1966 akan tetapi draf final
RUU tersebut tidak pernah disampaikan oleh pemerintah kepada
DPRGR. Selanjutnya sebagai upaya mewujudkan terbentuknya Peradilan
TUN di Indonesia maka Presiden RI pada tanggal 13 Mei 1972 melalui
surat No. R.07/PUN/V/1972 menyampaikan RUU Peradilan Tun kepada
DPR RI, akan tetapi pembahasan RUU tersebut tidak terselesaikan.
Sepuluh tahun kemudian tepatnya tanggal 31 Mei 1982. Pemerintahan
yang diwakili Menteri Kehakiman Ali Said, SH kembali menyampaikan
RUU Peratun ke DPR, namun oleh karena beberapa hal terkait materi
RUU Peratun yang merupakan lembaga baru dalam sistem hukum di
Indonesia cukup kompleks, pembahasan RUU Peratun tersebut tidak
terselesaikan. Pada tanggal 16 April 1986 Presiden kembali
menyampaikan RUU Peratun Kepada DPR RI melalui surat No.
R.04/PU/IV/1986 untuk mendapatkan persetujuan dan akhirnya setelah
dilakukan pembahasan di DPR, maka pada tanggal 29 Desember 1986
diUndangkanlah UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peratun. Bedasarkan
ketentuan pasal 5 ayat 1 No. 5 Tahun 1986 disebutkan bahwa Kekuasaan
Kehakiman di lingkungan Peradilan TUN dilaksanakan oleh Pengadilan
TUN dan Pengadilan Tinggi TUN. Pengadilan TUN dibentuk dengan
Keppres (pasal 9) dan Pengadilan Tinggi TUN dibentuk dengan UU
(Pasal 20 UU No. 5 Tahun 1986). Pelaksanaan dari dua ketentuan
tersebut diundangkanlah UU No. 10 tahun 1990 tentang pembentukan PT
TUN Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang serta Keppres No. 52 Tahun
1990 tentang pembentukan Pengadilan TUN di Jakarta, Medan,
Palembang, Surabaya dan Ujung Pandang pada tanggal 30 Oktober 1990.
Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang dibentuk berdasarkan pasal 1
Keppres No.52 tahun 1990 dan pada awal berdirinya berdasarkan
ketentuan pasal 2 ayat 3 Keppres No. 52 tahun 1990 wilayah hukumnya
meliputi seluruh Kab/Kotamadya di Propinsi Sumsel, Jambi, Bengkulu
dan Lampung. Setelah diterbitkan Keppres No. 22 tahun 1994 tentang
Pembentukan PTUN Bandar Lampung, Samarinda dan Denpasar dan
Keppres No. 2 tahun 1997 tentang pembentukan PTUN Banda Aceh,
Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palangkaraya, Palu, Kendari, Yogya,
Mataram dan Dili, wilayah hukum PTUN Palembang hanya meliputi
seluruh Kabupaten/Kotamadya di Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung. PTUN Palembang saat ini menempati
gedung bekas Kanwil ditjen Pemasyarakatan yang telah direnovasi sesuai
DIP No. 080/XM/3/1989 tahun anggaran 1989/1990 yang penggunaannya
diresmikan oleh Menteri Kehakiman ISMAIL SALEH, SH pada tanggal
20 Desember 1990 dan efektif mulai beroprasi sejak diterbitkan PP No. 7
tahun 1991 tentang penerapan UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara pada tanggal 14 Januari 1991, dan yang menjabat
selaku Ketua PTUN Palembang pertama kali adalah Ny. JENNY C.
RATULANGI, SH sedangkan Panitera/Sekertaris dijabat oleh
SJAIBATULHAM IBRAHIM, SH. Demikian berdasarkan kilasan
sejarah dibentuknya PTUN setelah hampir kurang lebih 43 Tahun melalui
proses yang panjang sejak disusunnya UU No. 19 Tahun 1948
dibentuklah Pengadilan Tata Usaha Negara palembang yang saat ini telah
melayani kepentingan para pencari keadilan (justiciabelen) selama hampir
lebih kurang delapan belas (18) tahun.
7. Ciri khusus dan karakteristik hukum tata usaha negara di Indonesia yaitu :
Ciri dasar dari proses beracara di muka peradilan tata usaha negara
adalah dalam proses peradilan tata usaha negara selalu tersangkut baik
kepentingan umum maupun perorangan. Dalam proses TUN yang selalu
menjadi permasalahan pokok adalah mengenai sah tidaknya penggunaan
otoritas-otoritas badan atau pejabat TUN menurut hukum
publik. Sedangkan motor penggerak agar proses peradilan ini bekerja
adalah kepentingan perorangan yang dirugikan karena terbitnya suatu
keputusan TUN yang berupa suatu penetapan tertulis tersebut. Tidak
pokok yang akan berinteraksi dalam proses Peratun adalah para hakim
dan staf kepaniterannya, para pencari keadilan yang akan mengajukan
sengketa ke Peratun, para badan atau pejabat TUN yang selalu akan
berkedudukan sebagai Tergugat, mereka baik yang berkedudukan sebagai
instansi resmi sebagai warga masyarakat biasa yang pada saat mungkin
memegang kunci suatu perkara tertentu karena adanya kejelasan maupun
alat-alat bukti yang berada di tangan. Tujuan dari gugatan Peratun adalah
selalu untuk memperoleh putusan hakim yang menyatakan keputusan
yang digugat itu tidak sah atau batal. Dalam gugatan TUN tidak gugatan
rekonpensi maupun akumulasi gugatan.
Karakteristik utama negara yang membedakan hukum acara
peradilan tata usaha dengan hukum acara perdata adalah bahwa hukum
acaranya bersama-sama diatur dalam hukum materinya, yaitu dalam UU
No. 5 tahun 1986, UU No. 9 tahun 2004, dan UU No.51 Tahun 2009.
Peranan hakim yang aktif karena ia dibebani tugas untuk menemukan
materil. Kompensasi ketidakseimbangan antara kedudukan Penggugat
dan Tergugat (jabatan tata usaha negara). Sistem pembuktian yang
mengarah kepada pembuktian bebas ( vrijbewijs ) yang terbatas. Gugatan
di pengadilan tidak mutlak menunda pelaksanaan Keputusan tata usaha
negara yang digugat. Putusan hakim tidak bersifat ultra petita (melebihi
tuntutan penggugat) tetapi dimungkinkan adanya reformatio in
pieus (membawa pengugat dalam keadaan yang lebih buruk) sepanjang
diatur dalam undang-undang. Terhadap putusan hakim tata usaha negara
berlaku sebagai erga omnes, artinya bahwa putusan itu tidak hanya
berlaku bagi para pihak yang bersengketa tetapi juga berlaku bagi pihak-
pihak yang terkait. Dalam proses pemeriksaan dipersidangan berlaku
sebagai audi alterampartem, yaitu para pihak yang bersengketa harus
mendengar penjelasannya sebelum hakim membuat putusan. Asas ini
merujuk pada hak asasi manusia. Dalam mengajukan permohonan harus
ada kepentingan (pointd'interet point d'action) atau apabila tidak ada
kepentingan, maka tidak boleh mengajuan gugatan.Kebenaran yang
dicapai adalah kebenaran materil dengan menyelaraskan, menyerasikan,
menyeimbangkan kepentingan dengan kepentingan umum.
Tempat dan kedudukan daerah hukum Pengadilan Tata Usaha
Negara yaitu : Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota
Kabupaten/Kota, dan daerah hukumnya meliputi wilayah
Kabupaten/Kota. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di
ibukota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi.
Kekuasaan dan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara yaitu :
PTUN memiliki kewenangan untuk memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa tata usaha negara sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan tata usaha negara oleh badan atau pejabat tata usaha negara
baik di tingkat pusat maupun daerah. Kewenangan ini berkembang
sejalan dengan praktek penyelenggaraan pemerintahan yang juga semakin
luas dan timbulnya lembaga negara yang mendukung terlaksananya
pemerintahan.

8. Tujuan Peradilan Tata Usaha Negara yaitu :


Untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang
sejahtera, aman, tenteram serta tertib yang dapat menjamin kedudukan
warga masyarakat dalam hukum. Menjamin terpeliharanya hubungan
yang serasi, seimbang, serta selaras antara aparatur di bidang tata usaha
negara dengan para warga masyarakat.
Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara yaitu :
Melakukan pembinaan pejabat struktural dan fungsional serta
pegawai lainnya, baik menyangkut administrasi, teknis, yustisial maupun
administrasi umum. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan
tingkah laku hakim dan pegawai lainnya dan menyelenggarakan sebagian
kekuasaan negara di bidang kehakiman.
Penjelasan tentang pangkal Sengketa Tata Usaha Negara dan apa saja
Obyek dan Subyek sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara :
Sengketa Tata Usaha Negara diatur lebih lanjut dalam Pasal 1 ayat
10 UU Peradilan TUN yaitu : “Sengketa Tata Usaha Negara adalah
sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau
badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik
di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata
usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
Objek Sengketa TUN : Adanya Objek Sengketa TUN merupakan
syarat untuk timbulnya apa yang dinamakan dengan sengketa tata usaha
negara. Sebagaimana dijelaskan di atas, Objek Sengketa TUN
adalah tindakan/perbuatan hukum badan atau pejabat tata usaha negara
dalam wujud/bentuk keputusan tertulis (KTUN). Tidak semua KTUN
dapat serta merta menjadi Objek Sengketa TUN, sehingga perlu juga
diketahui ciri ciri keputusan TUN yang dapat dijadikan Objek Sengketa
TUN, antara lain sebagai berikut : Perbuatan hukum badan atau pejabat
TUN itu merupakan perbuatan hukum dalam bidang hukum publik.
Bersifat sepihak. Perbuatan hukum itu diperoleh berdasarkan wewenang
yang sah. Dengan maksud terjadinya perubahan hubungan hukum yang
ada. Namun demikian. selain dari karena adanya tindakan/perbuatan
hukum badan atau pejabat tata usaha negara dalam wujud/bentuk KTUN
sebagaimana dijelaskan di atas, Objek Sengketa TUN termasuk juga
sesuatu sikap tertentu yang dapat disamakan dengan mengeluarkan suatu
penetapan/keputusan tertulis, yaitu : Apabila Badan atau Pejabat TUN
tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya,
maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan TUN. Jika suatu Badan
atau Pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon,
sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau Pejabat
TUN tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang
dimaksud. Dalam hal peraturan perundang undangan yang bersangkutan
tidak menentukan jangka waktu, maka setelah lewat jangka waktu empat
bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat TUN yang
bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan.
Subjek Sengketa TUN : pihak-pihak yang bersengketa adalah
antara warga negara atau badan hukum perdata lawan badan atau Pejabat
TUN yang sekurang-kurangnya terdiri dari Penggugat dan Tergugat.
Pihak Penggugat : Dalam pasal 53 ayat (1) UU Peradilan TUN,
Penggugat adalah “Orang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara”.
Pihak Tergugat : Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU Peradilan TUN. Pihak
Tergugat dalam sengketa TUN adalah badan atau pejabat tata usaha
negara yang mengeluarkan suatu keputusan baik berdasarkan wewenang
yang bersifat atributif (pemberian), distributif (pembagian) maupun
delegatif (pelimpahan).

Anda mungkin juga menyukai