Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN HUKUM DAN PERISTIWA HUKUM

TUGAS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR ILMU HUKUM

Disusun oleh Kelompok 10 :

Zakri Muhammad Hasibuan (11820714712)

Yola Oktarifa Arwana (11820725081)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbillalamin, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatNya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Hubungan Hukum Dan
Peristiwa Hukum”.

Kami berterimah kasih kepada Ibu Desi Hellen Last Fitriani, SH, MA
Selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum dan teman-teman sekalian yang
telah ikut membantu selesainya makalah ini.

Dengan selesainya makalah yang kami buat diharapkan dapat memberikan


masukan yang menambah pengetahuan pembaca. Semoga pembaca dapat
memanfaatkan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Karena makalah ini jauh dari kata sempurna, kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk memperbaiki penyusunan makalah yang
berikutnya. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN ..............................................................................................

A. PENGERTIAN HUKUM ...............................................................................................


B. MACAM-MACAM HUBUNGAN HUKUM ................................................................
C. PENGERTIAN PERISTIWA HUKUM .........................................................................
D. MACAM-MACAM PERISTIWA HUKUM ..................................................................

BAB III : PENUTUP ......................................................................................................

A. KESIMPULAN ...............................................................................................................
B. KRITIK DAN SARAN ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu di dunia ini membutuhkan subjek hukum lain untuk
kelangsungan hidupnya. Didalam bermasyarakat, pada saat melakukan suatu
aktifitas, selalu menjalin hubungan dengan subjek hukum yang lain(orang atau
badan hukum).
Dari setiap hubungan hukum yang dilakukan tersebut diatur oleh hukum
yang berlaku dan sifat mengikat dan memaksa, sehingga apabila terjadi
pertentangan didalam hukum terdapat akibat hukum dan produser penyelesaian
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Selain itu, hubungan hukum juga
menimbulkan peristiwa hukum. Sehinga hubungan hukum yang dilakukan oleh
subjek hukum menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban kepada
masing-masing pelaku hubungan hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hubungan Hukum?
2. Apa saja Macam-macam Hubungan Hukum?
3. Apa Pengertian Peristiwa Hukum?
4. Apa saja Macam-macam peristiwa Hukum

C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian hukum
2. Untuk mengetahui macam-macam hukum
3. Untuk mengetahui peristiwa hukum
4. Untuk mengetahui macam-macam peristiwa hukum

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hubungan Hukum


Hubungan hukum (Rechtsbetrekkingen) adalah hubungan antara dua
subyek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan
dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain1. Hukum mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan orang yang lain, antara orang dengan masyarakat, antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Jadi hubungan hukum terdiri
atas ikatan-ikatan antara individu dengan individu dan antara individu dengan
masyarakat dan seterusnya.

Dengan kata lain hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh
hukum. Adapun hubungan yang tidak diatur oleh hukum bukan merupakan
hubungan hukum. Pertunangan dan lamaran misalnya bukan merupakan
hubungan hukum karena tidak diatur oleh hukum.

Misal : Hubungan hukum Yang diatur oleh hukum ialah pasal 1457 KUH Perdata
tentang perikatan (Verbintenis), yang timbul karna adanya suatu perjanjian
(Overeenkomst).

Contoh : A menjual rumah pada B. Perjanjian ini menimbulkan hubungan


antara A dan B yang diatur oleh hukum. A menyerahkan rumah kepada B.
Sebaliknya B wajib membayar harga rumah kepada A dan berhak meminta
rumah kepada A. Apabila salah satu pihak tidak mengindahkan
kewajibannya maka hakim akan menjatuhkan sanksi hukum. Hubungan A
dan B yang diatur oleh hukum ini dinakan “Hubungan hukum
(Rechtsbetrekkingen)’’.

1
R. Soeroso, Pengantar Ilmu hukum, ( Jakarta :Sinar Grafika, 2017), hlm 269.

5
Hubungan hukum dapat terjadi diantara sesama subyek hukum dan antara
subyek hukum dengan barang. Hubungan antara sesama subyek hukum dapat
terjadi antara seseorang dengan seorang lainnya, antara seseorang dengan suatu
badan hukum, dan antara suatu badan hukum dengan badan hukum lainnya.
Sedangkan hubungan antara subyek hukum dengan barang berupa hak apa yang
dikuasai oleh subyek hukum itu atas barang tersebut baik barang berwujud dan
barang bergerak atau tidak bergerak2.

Hubungan Hukum memiliki 3 Unsur sebagai berikut :


1. Adanya orang-orang yang hak/kewajibannya saling berhadapan.
2. Adanya objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban.
3. Adanya hubungan antara pemilik pemilik hak dan pengemban kewajiban atau
adayan hubungan atas obyek yang bersaangkutan.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan hukum itu baru
dapat dipenuhinya sebagai syarat :

1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur


hubungan itu.
2. Timbul peristiwa hukum.
Contoh :
A dan B mengadakan perjanjian jual-beli rumah.
- Dasar hukumnya pasal 1474 dan pasal 1513 KUH Perdata yang masing-
masing menetapkan bahwa si penjual mempunyai kewajiban
menyerahkan barang (pasal 1474 KUH Perdata) dan sebaliknya si
pembeli berkewajiban membayar harga pembelian (pasal 1513 KUH
Perdata).
- Karena adanya perjanjian jual-beli maka timbullah peristiwa hukum (jual-
beli), yaitu suatu perbuatan hukum yang akibatnya diatur oleh hukum.

2
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta : Kencana Prenada Media, 2008), 254

6
B. Macam-macam Hubungan Hukum
Hubungan hukum ada tiga macam3 :
1. Hubungan Hukum yang bersegi satu (Eenzijdige Rechtsbetrekkingen).
Dalam hal hubungan hukum yang berrsegi satu hanya satu pihak yang
berwenang. Pihak lain hanya berkewajiban. Jadi dalam hubungan hukum yang
bersegi satu ini hanya ada satu pihak saja berupa memberikan sesuatu, berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu (pasal 1234 KUH Perdata).

2. Hubungan hukum bersegi dua (Tweezijdige Rechtsbetrekkingen).


Contoh :
Didalam suatu perjanjian jual-beli kedua belah pihak (masing-masing)
berwenang/berhak meminta sesuatu dari pihak lain. Tetapi sebaliknya kedua
belah pihak (masing-masing) juga berkewajiban untuk memberi sesuatu pada
pihak yang lain (pasal 1457 KUH Perdata).

3. Hubungan antara “satu” subyek hukum dengan “semua” subyek hukum


lainnya.
Contoh :
Menurut pasal 570 KUH Perdata, yang menjadi pemilik tanah
berhak/berwenang memungut segala kenikmatan dari tanah itu, asal saja
pemungutan kenikmatan itu tidak dilakukan secara bertentangan degan
peraturan hukum atau bertentangan dengan kepentingan umum. Pemilik berhak
pula memindah-tangankan atau vervreemden (menjual, memberikan, menukar,
mewariskan) secara legal.
Sebaliknya “semua” subyek hukum lainnya berkewajiban mengakui bahwa
yang mempunyai tanah adalah pemiliknya dan berhak memungut segala
kenikmatan dari tanah itu.

3
R. Soeroso, Pengantar Ilmu hukum, ( Jakarta :Sinar Grafika, 2017), hlm 271.

7
C. Pengertian Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum adalah semua kejadian atau fakta yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat yang mempunyai akibat hukum. Peristiwa hukum adalah
peristiwa-peristiwa kemsyarakatan yang oleh hukum diberikan akibat-akibat.
Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak dikehendaki oleh orang yang
melakukannya, maka perbuatannya terseebut bukan merupakan peristiwa hukum.
Suatu peristiwa dapat menimbulkan hukum apabila peristiwa itu oleh peraturan
hukum dijadikan peristiwa hukum.4

Misalnya:

1. peristiwa perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita, yang


menimbulkan akibat-akibat hukum (diatur oleh hukum), yaitu timbulnya hak
dan kewajiban bagi kedua mempelai.
2. peristiwa jual beli suatu barang, di mana peristiwa itu menimbulkan akibat
hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban kedua belah pihak (penjual dan
pembeli)

Di lain pihak, Satjipto Rahardjo mengartikan peristiwa hukum sebagai suatu


kejadian dalam masyarakat yang menggerakkan suatu peraturan hukum tertentu,
sehingga ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalamnya lalu diwujudkan. Kata
“Menggerakkan Hukum” diartikan sebagai “timbulnya kelanjutan-kelanjutan”.
Artinya, adanya peristiwa hukum yang tercantum dalam rumusan atau kaidah
hukum, menyebabkan timbulnya kelanjutan-kelanjutan berupa penciptaan
tindakan untuk melaksanakan kaidah hukum yang dilanggar dalam peristiwa
hukum tersebut. Di sinilah sanksi hukum sebagai akibat hukum akan di terapkan
bagi pelaku dalam perirtiwa hukum atau pelanggaran hukum tersebut.

Namun, tidak semua kejadian atau fakta dalam masyarakat merupakan


peristiwa hukum. Misalnya, Si A mengambil sebuah sepeda motor yang terparkir
di kampus, tetapi sepeda motor tersebut miliknya sendiri. Ini adalah suatu

4
Drs. C.S.T. Kansil, S.H., Pengan tar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1989), hlm 121-123.

8
kejadian atau fakta,tetapi bukan “perirtiwa hukum” karena motor itu milik Si A
sendiri. Berbeda jika motor yang di ambil itu milik Si B tanpa izin, maka kejadian
pengambilan itu adalah “peristiwa hukum” karena mempunyai “akibat hukum”
dan dirumuskan sebagai pencurian dalam Pasal 362 KUHPidana.

Adanya peristiwa hukum menyebabkan hukum akan bergerak untuk


menyelesaikan masalah yang timbul. Peristiwa hukum dibedakan atas dua jenis,
yaitu sebagai berikut.

a. Peristiwa hukum karena perbuatan subyek hukum, yaitu suatu peristiwa hukum
yang terjadi karena akibat perbuatan hukum. Misalnya, peristiwa pembuatan
surat wasiat, atau peristiwa menghibahkan barang.
b. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum atau peristiwa hukum
lainnya, yaitu peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yang bukan
merupakan akibat dari perbuatan subjek hukum. Misalnya, kelahiran seorang
bayi, kematian seseorang dan daluarsa yang terdiri atas dua jenis, yaitu:
1) Daluarsa aquisitief, yaitu daluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan
hak. Misalnya, sewa-menyewa “berhak” untuk menguasai kembali objek
yang disewakan.
2) Daluarsa extinctief, yaitu daluarsa atau lewat waktu yang melenyapkan
kewajiban. Misalnnya, Si A seorang satuan pengamanan (satpam) yang
menjaga gudang, tetapi tugasnya selama jangka waktu tertentu telah
digantikan oleh Si B anggota satpam lainnya,maka “selesailah
kewajiban” Si A menjaga keamanan gudang.

D. Macam-macam peristiwa Hukum


Peristiwa hukum itu dapat dibagi dalam berbagai golongan :
1. Peristiwa menurut hukum dan peristiwa melanggar hokum.
Contoh :
- Kelahiran, kematian, pendudukan tanah, pencemaran laut.

9
- Lingkungan hidup, jual-beli, sewa-menyewa, pemberian kredit, pembukaan
rekening pada bank, perjajnjian Negara, pembunuhan dan lain-lain.

Kejadian/peristiwa itu dapat terjadi karena:


a. Perbuatan manusia
b. Keadaan
Suatu peristiwa dapat menimbulkan akibat hukum.
Contoh:
Pasal 1239 KUH Perdata, yang berbunyi:
“Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu apabila
tidak dipenuhi kewajiban itu oleh siberutang maka ia berkewajiban memberikan
pengganti biaya, rugi dan bunga”
Dari contoh tersebut di atas terlihat bahwa adanya peristiwa-peristiwa tidak
memenuhi kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sam sekali, akibat
hukumnya mengganti biaya, rugi, dan bunga.

2. Peristiwa hukum tunggal dan peristiwa hukum majemuk


Peristiwa hukum tunggal, terdiri dari satu peristiwa saja.
Umpama : hibah (pemberian)
Peristiwa hukum majemuk, terdiri lebih dari satu peristiwa.
Umpama :
- Dalam perjanjian jual-beli akan terjadi peristiwa tawar-menawar,
penyerahan barang, penerimaan barang.
- Sebelum perjanjian kredit akan terjadi perundingan, penyerahan uang, dan
di pihak lain penyerahan barang bergerak sebagai jaminan gadai. Dengan
pengembalian uang, maka di pihak lain berarti pengembalian barang
jaminan.

3. Peristiwa hukum sepintas dan peristiwa terus-menerus


- Peristiwa hukum sepintas, seperti pembatalan perjanjian, tawar-menawar

10
- Peristiwa hukum terus-menerus, seperti perjajian sewa-menyewa. Uang sewa-
menyewa berjalan bertahun-tahun.

4. Peristiwa hukum positif dan peristiwa hukum negative5

5
R. Soeroso, Pengantar Ilmu hukum, ( Jakarta :Sinar Grafika, 2017), hlm 252

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan hukum (Rechtsbetrekkingen) adalah hubungan antara dua
subyek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan
dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain.

Hubungan hukum ada tiga macam : Hubungan Hukum yang bersegi satu
(Eenzijdige Rechtsbetrekkingen), Hubungan hukum bersegi dua (Tweezijdige
Rechtsbetrekkingen), Hubungan antara “satu” subyek hukum dengan “semua”
subyek hukum lainnya.

Sedangkan Peristiwa hukum adalah peristiwa-peristiwa kemsyarakatan yang


oleh hukum diberikan akibat-akibat. Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak dikehendaki
oleh orang yang melakukannya, maka perbuatannya terseebut bukan merupakan peristiwa
hukum.

B. Kritik dan Saran


Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya kemampuan kami.
Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini
sangat bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kansil c.s.t. Drs, SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Penerbit Balai Pustaka jakarta 1989.

Soeroso, R, SH, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Sinar Grafika Jakarta 2017.

Marzuki Mahmud, Peter, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Kencana Prenada Media
Jakarta 2008.

13

Anda mungkin juga menyukai