Dosen Pengampu
Di Susun Oleh :
JURUSAN MUAMALAH
KUNINGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada
Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita selaku umatnya
semoga kita mendapat syafa’at darinya di akhirat kelak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Peristiwa Hukum. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka kami menerima kritik dan sarannya dari para pembaca, karena kami telah
berusaha melakukan semaksimal mungkin agar mencapai tujuan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai pegangan dalam
mempelajari materi tentang Peristiwa Hukum.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Peristiwa Hukum ............................................................................................. 2
B. Hubungan Hukum............................................................................................ 6
C. Akibat Hukum .................................................................................................7
D. Kewajiban ........................................................................................................8
E. Hak ................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan peristiwa hukum?
2. Sebutkan unsur-unsur hubungan hukum
3. Apa yang dimaksud hak?
4. Sebutkan macam-macam hak?
5. Apa yang dimaksud dengan kewajiban ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Membahas tentang peristiwa hokum
2. Membahas tentang hubungan dan akibat hukum
3. Mengetahui definisi dan macam-macam hak
4. Mengetahui definisi kewajiban
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peristiwa Hukum
(1) Peristiwa riil kemasyarakatan yang merupakan interaksi antar subjek hukum
(perbuatan sengaja) yang meliputi yang sudah ada norma hukum, misalnya
perkawinan (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan) ; jual beli
(Pasal 1475 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), sedangkan yang belum ada
norma hukumnya misalnya mengendarai roda empat tanpa sabuk pemangaman.
(2) Peristiwa riil alamiah adalah kejadian yang berlangsung secara alamiah, terlepas dari
pebuatan manusia yang meliputi: yang sudah ada norma hukumnya misalnya musibah
yang tidak terduga (Pasal 1244 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata); maupun yang
belum ada norma hukumnya, misalnya gempa bumi yang tidak merugikan manusia.
(3) Peristiwa hukum yang oleh pembuat peraturan perundang-undangan hanya ditentukan
akibat hukumnya dan kualifikasinya tanpa unsur-unsurnya. Misalnya Pasal 182 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, kualifikasinya ”duel atau perkelahian tanding”,
akibat hukumnya pidana penjara paling lama 9 tahun ; Pasal 351 Kitab Undang-
1
Drs. C.S.T. Kansil, S.H., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka, 2018),
hlm. 119
2
Josef Mario Monteiro, S.H., M.H., Konsep Dasar Ilmu Hukum (Malang : Setara Press, 2017), hlm.14
Undang Hukum Pidana, kualifikasinya “penganiayaan” akibat hukumnya pidana
penjara paling lama 2 tahun 8 bulan.
Perbuatan subyek hukum itu dapat pula dibedakan antara perbuatan hukum dan
perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum. Suatu perbuatan merupakan perbuatan
hukum kalau perbuatan itu oleh hukum diberi akibat (mempunyai akibat hukum) dan
akibat itu dikehendaki oleh yang bertindak. Unsur-unsur perbutan hukum adalah
kehendak dan pernyataan kehendak yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan akibat
hukum.
Perbuatan hukum dapat bersifat aktif maupun pasif. Meskipun seseorang tidak
berbuat, jika dari sikapnya yang pasif itu dapat ditafsirkan mengandung pernyataan
kehendak untuk menimbulkan akibat hukum, perbuatan yang pasif itupun merupakan
perbuatan hukum. perbuatan menjadi perbuatan hukum karena dalam keadaan tertentu
mempunyai arti. Misalnya seseorang menuju ke sebuah becak yang sedang mangkal
ditepi jalan dan kemudian duduk didalam beca akan dianggap bahwa ia minta supaya
diantar oleh tukang beca ke suatu tempat.
Apabila suatu perbuatan tidak dikehendaki oleh yang melakukannya atau salah
satu yang melakukannya maka perbuatan itu bukanlah suatu perbuatan hukum. Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa kehendak yang dari yang melakukan perbuatan itu
menjadi suatu unsur dari perbuatan tersebut. Jadi suatu perbuatan yang akibatnya tidak
dikehendaki oleh yang melakukannya bukanlah suatu peristiwa hukum. Dikenal dua
macam perbuatan yaitu :
Adapun perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum dapat dibedakan dalam :
1. Perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, walaupun bagi hukum tidak
perlu akibat tersebut dikehendaki oleh pihak yang melakukan perbuatan itu.
Contoh perbuatan ini perbuatan memperhatikan (mengurus) kepentingan orang
lain dengan tidak diminta oleh orang itu untuk memperhatikan kepentingannya
(Zaakwaarneming) yang diatur dalam Pasal 1354 KUHS, misalnya : A tidak
dapat memperhatikan kepentingannya karena menderita sakit. Apabila seorang
lain ( si B ) memperhatikan kepentingan si A walaupun tidak diminta oleh A
supaya memperhatikan kepentingannya, maka orang itu ( si B ) mau tak mau
wajib meneruskan perhatian ( pengurusan ) tersebut samapi A sembuh dan
dapat memperhatikan sendiri kepentingannya.
Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum diatur juga oleh
hukum, meskipun akibat itu memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan
perbuatan tersebut.
Dalam hal ini, siapa yang melakukan suatu perbuatan yang bertentangan
dengan hukum harus mengganti kerugian yang diderita oleh yang dirugikan
karena perbuatan itu. Jadi, karena suatu perbuatan yang bertentangan dengan
hukum timbulah suatu perikatan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh
yang dirugikan.
B. Hubungan Hukum
Hubungan yang diatur oleh hukum sedemikian itu dinamakan hubungan hukum,
tiap-tiap hubungan hukum, mempunyai dua segi, pihak yang merupakan hak dan pihak yang
lainnya merupakan kewajiban, hubungan hukum yang demikian disebut hukum.
3
Prof. Dr. Mr. L. J. Van Apeldorn, Pengantar Ilmu Hukum ( Jakarta : Balai Pustaka, 2015), hlm. 41
3. Adanya pemilik hak kewajiban atau adanya hubungan atas objek. Contoh : A dan b
mengadakan sewa menyewa, rumah adalah obyek yang bersangkutan.4
C. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang
dilakukan oleh sujek hukum terhadap objek hukum ataupun akibat-akibat lain yang
disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah
ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum. Akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk
memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Jadi
akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum5. Contoh akibat hukum
yaitu :
a. Terbitnya suatu hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual adalah akibat dari
perbuatan hukum jual beli antara pemilik rumah dan pembeli rumah.
b. Perjatuhan hukuman terdapat seorang pembunuh adalah akibat hukum dari
membunuh seseorang, sebagaimana diatur dalam Pasal 338 dan 340 KUHP, begitu
juga penjatuhan hukuman terhadap seorang pencuri adalah akibat hukum dari adanya
seseorang yang mengambil barang orang lain karenatanpa hak dan secara melawan
hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pasal 362 KUHP.
Akibat hukum ini dapat terwujud:
a. Lahirnya, berubahnya, atau lenya pnya suatu keadaan hukum.
Contoh:
- Usia menjadi 21 tahun, akibat hukumnya berubah-ubah dari tidak cakap
hukum menjadi cakap hukum
- Dengan adanya pengampunan, lenyapnya kecakapan melakukan tindakan
hukum.
b. Akhirnya, berubahnya, atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara dua atau
lebih subjek hukum, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan
dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.
Contoh:
AA mengadakan perjanjian jual beli dengan B, maka lahirnya hubungan hukum
antara A dan B, sesudah dibayar lunas, hubungan hukum itu menjadi lenyap.
4
https://dingklikkelas.blogspot.com/2014/03/hubungan-hukum.html?m=1
5
A Ridwan Halim, Pengatar Ilmu Hukum dalam Tanya jawab Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985, hlm.30
c. Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum.
Contoh:
Seorang pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu akibat hukum dari perbuatan
si pencuri tersebut ialah mengambil barang orang lain tanpa hak secara melawan
secara hukum.
Dalam lapangan hukum, sanksi dibagi menjadi:
1. Sanksi hukum dibidang hukum public (pidana), berupa hukuman pokok dan
hukuman tambahan
2. Sanksi hukum dibidang hukum privat (privat)
D. Kewajiban
Kewajiban sangat berkaitan dengan hak, karena tatanan yang diciptakan oleh hukum
baru menjadi kenyataan apabila kepada subjek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban.
Contohnya ketika si A mempunyai suatu kewajiban untuk melakukan sesuatu apabila
perbuatan si A itu ditujukan kepada orang tertentu, yaitu si B. Dengan melakukan suatu
perbuatan yang ditujukan kepada si B itu, maka A telah menjalankan kewajiban. Sebaliknya,
karena ada kewajiban pada si B itulah, A mempunyai suatu hak. Hak itu berupa kekuasaan
yang bisa diterapkannya terhadap si B, yaotu berupa tuntutan untuk melaksanakan kewajiban
itu.
E. Hak
1. Pengertian Hak
Dalam hukum seseorang yang mempunyai hak milik suatu benda kepadanya
diizinkan untuk menikmati hasil benda miliknya itu.
Izin atau kekuasaan yang diberikan hukum itu disebut “ hak “ atau
“ wewenang “. Hak dan wewenang dalam bahasa latin digunakan istilah “Ius” dalam
bahasa belanda dipakai istilah “Recht” atapun “Droit” dalam bahasa prancis
menyalahgunakan hak dalam bahasa belanda disebut “ Misburik Van Recht “ atau
“ Abus Dee Droit “ dalam bahasa prancis (menyalahgunaan kekuasaan dalam bahasa
prancis “ detaurtement de pourvoir”).
Untuk membedakan hak dan hukum dalam bahasa belanda dipergunakan
istilah “Subjectief Recht“ untuk “hak“ dan “Objectief recht“ untuk “hukum“ atau
peraturan-peraturan yang menimbulkan hak-hak bagi seseorang.
Dalam buku yang berjudul “ inleiding tot de studie van het nederlandse recht
“ Prof. Mr. L. J. Van Apeldorn mengatakan bahwa “ hak ialah hukum yang
dihubungkan dengan seseorang manusia atau subjek hukum tertentu dan dengan
demikian menjelma menjadi suatu kekuasaan” dan suatu hak timbul apabila hukum
mulai bergerak. Misalnya : menurut hukum si A berhak atas suatu ganti rugi.
Dalam setiap hak terdapat empat unsur, yaitu subjek hukum, objek hukum,
hubungan hukum yang mengikat pihak lain yang dengan kewajiban dan perlindungan
hukum6. Jadi, pada hakikatnya hak merupakan hubungan antara subjek hukum dengan
objek hukum atau subjek hukum dengan subjek hukumlain yang dilindungi oleh
hukum yang menimbulkan kewajiban.
Pokok-pokoknya hak itu dapat dibedakan antara hak mutlak (hak absolut) dan
nisbi (hak relatif).
1. Hak Mutlak
a. Hak Asasi Manusia, misalnya : hak seorang untuk dengan bebas bergerak
dan tinggal dalam satu Negara.
b. Hak publik mutlak, misalnya : hak Negara untuk memungut pajak dari
rakyatnya.
c. Hak perdataan, misalnya :
1) Hak material, yaitu hak seorang suami untuk menguasai isterinya dan
harta benda isterinya.
2) Hak kekuasaan orang tua (Ourderlijke Macht).
3) Hak perwalian (Voogdij)
4) Hak pengampuan (Curatele)
6
Ibid
2. Hak nisbi
Hak nisbi atau hak relatif ialah hak yang memberikan wewenang kepada
seorang tertentu atau beberapa orang untuk menuntut agar seseorang aatu
beberapa orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Hak relative ini tidak berlaku bagi mereka yang tidak terlibat
dalam perikatan tertentu, jadi hanya berlaku bagi yang mengadakan perjanjian.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, setiap peristiwa hukum yang terjadi itu akan menimbulkan hubungan hukum.
Dan hubungan hukum yang terjadi akan menimbulkan akibat hukum. Dan akibat hukum itu
menyebabkan subjek hukum dikenai hak dan kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. C.S.T. Kansil, S.H., 2018, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., 2010, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,
Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka
Prof. Dr. Mr. L.J. Van Apeldoorn, 2015, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta Timur : Balai
Pustaka
Josef Mario Monteiro, S.H., M.H., 2017, Konsep Dasar Ilmu Hukum, Malang : Setara
Press