( Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Perdata)
KELOMPOK III :
FAKULTAS SYARIAH
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat kuasanya
pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan sholawat serta salam
kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan hingga zaman kebenaran.
Terima kasih kepada ibu Hj. Ida Mursidah S.H., M.M.M.H selaku dosen pengampu
mata kuliah Hukum Acara Perdata yang telah meberikan tugas agar kita dapat mengerti dan
memahami tentang pengertian dan jenis-jenis tuntutan hak.
Mungkin dalam penulisan makalah ini, jika ada beberapa kesalahan penulisan kata
maupun kesalahan dalam sistematika penulisan yang tidak kami sadari, maka dari itu, kami
berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar penulisan
selanjutnya dapat lebih baik.
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................5
C. TUJUAN PEMBAHASAN...............................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Hak..................................................................................................................5
B. Jenis-Jenis Tuntutan
Hak..........................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa pengertian hak?
b) Apa pengertian tuntutan hak?
c) Ada berapa jenis-jenis tuntutan hak?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
a) Untuk mengetahui pengertian hak
b) Untuk mengetahui pengertian tuntutan hak
c) Untuk mengetahui jenis-jenis tuntutan hak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara tiap orang, tiap masyarakat, tiap
lembaga, bahkan tiap Negara. Hubungan hukum tersebut terlaksana pada hak dan
kewajiban yang diberikan oleh hukum. Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh
hukum selalu mempunyai dua sisi. Sisi yang satu ialah hak dan sisi lainnya adalah
kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban. Sebaliknya, tidak ada kewajiban tanpa hak.
Karena pada hakikatnya sesuatu itu ada pasangannya. Hak adalah suatu kewenangan atau
kekuasaan yang diberikan oleh hukum. Suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum.
Baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau
layak diterima. Contoh hak untuk hidup, hak untuk mempunyai keyakinan, dan lain lain . 1
Pengertian lain menyebutkan bahwa Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh hukum
obyektif kepada subyek hukum.
Pengertian lain juga menyebutkan bahwa hak adalah tuntutan sah agar orang lain
bersikap dan berperilaku dengan cara tertentu. Kewenangan yang diberikan oleh hukum
obyektif tersebut pada subyek hukum berimplikasi kepada subyek hukum itu sendiri
sehingga ia dapat berbuat apa saja terhadap sesuatu yang menjadi haknya tersebut asal
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban
umum maupun kepatutan yang ada.2
Hak dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu dari segisegi eksistensi hakitu sendiri, dari
segi keterkaitan hak itu dalam kehidupan bernegara dan dari segi keterkaitan hak itu
dalam kehidupan bermasyarakat. Dari segi eksistensi hak itu sendiri, terdapat dua macam
hak, yaitu hak orisional dan hak derivatif. Dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara,
terdapat hak-hak dasar dan hak-hak politik.
Hak-hak dasar itu sendiri dibedakan antara hak-hak dasar yang bersifat klasik dan
hak-hak dasar sosial. Dilihat dari segi keteraitanantara hak itu dan kehidupan
bermasyarakat, terdapat hak-hak privat yang terdiri dari hak-hak absolut dan hak-hak
1
Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada,2012).Cet.1.h.115
2
Lysa Angrayni, Diktat Pengantar Ilmu Hukum, (Riau: Suska Press , 2014).h.31-32
relatif. Disamping itu masih terdapat sejenis hak yang lain yang baru menjadi
perbincangan pada 1890 di Amerika Serikat yaitu privacy. 3
3
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2009).h.172.
4
Ibid, h.185
Hak positif menuntut dilakukan perbuatan-perbuatan positif dari pihak tempat
kewajiban korelatif nya berada, seperti hak untuk menerima keuntungan pribadi.
Demikian sebaliknya untuk hak negative.
b) Hak-hak milik dan pribadi
Hak-hak milik berhubungan dengan barang-barang yang dimiliki oleh seseorang yang
biasanya bias dialihkan. Hak-hak pribadi berhubungan dengan kedudukan seseorang
yang tidak pernah bisa dialihkan.
c) Hak yang dimiliki oleh subyek hukum dapat timbul atau lahir maupun lenyap/hapus
karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Hak, dapat timbul atau lahir apabila ada
peristiwa hukum, adapun timbul atau lahirnya hak dapat disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu:
1. Karena adanya subyek hukum baru baik berupa orang maupun badan hukum.
2. Karena adanya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak yang mengadakan
perjanjian.
3. Karena adanya kerugian yang diderita oleh seseorang akibat kesalahan orang lain.
4. Karena seseorang telah melakukan kewajiban yang merupakan syarat untuk
memperoleh hak itu.
5. Karena kadaluarsa (verjaring), biasanya acquisitief verjaring yang dapat melahirkan
hak bagi seseorang sebaliknya kalau extinctief verjaring dapat menghapuskan hak
atau kewajiban seseorang.5
Sedangkan lenyap atau hapusnya hak, dapat disebabkan oleh karena beberapa hal,
yaitu:
1) Karena pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia dan tidak ada
pengganti atau ahli waris yang ditunjuk baik oleh pemegang hak yang
bersangkutan maupun oleh hukum
2) Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat diperpanjang lagi.
3) Telah diterimanya sesuatu benda yang menjadi objek hak.
4) Kewajiban yang merupakan syarat untuk memperoleh hak sudah dipenuhi.
5) Kadaluars (verjaring), dapat menghapus hak.6
5
Zainal Asikin, Op.cit., h.117
6
Lysa Anggrayni, Op.Cit,. h.48-51.
B. TUNTUTAN HAK
Persoalan yang dihadapi seseorang yang diajukan ke pengadilan perdata dalam bentuk
tuntutan hak. Tuntutan Hak ada dua m, yaitu berupa persoalan yang mengandung konflik
dan persoalan yang tidak mengandung konflik. Tuntutan hak dalam pasal 142 ayat (1)
Rbg / pasal 118 ayat (1) HIR disebut tuntutan / gugatan perdata (burgerlijke vordering),
merupakan tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh
pengadilan untuk mencegah “eigenrichting”atau main hakim sendiri. Tuntutan hak harus
mempunyai kepentingan yang cukup (point d’interet, pointd’action). 7
Ada dua macam tuntutan hak, yaitu permohonan dan gugatan, yang bertitik tolak pada
ada atau tidak adanya sengketa. Tuntutan hak yang mengandung sengketa disebut
gugatan, dimana terdapat sekurang-kurangnya dua pihak yaitu penggugat dan tergugat,
dan tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa yang disebut permohonan, dimana
hanya ada satu pihak saja, yaitu pemohon.
Sejalan dengan itu, peradilan juga lazim dibedakan pula menjadi dua, yaitu peradilan
sukarela atau peradilan volunter (voluntaire jurisdictie / jurisdictio voluntaria) atau
sering pula disebut peradilan “tidak sesungguhnya” karena memeriksa dan memutus
permohonan yang mana tidak ada unsur sengketa dan terdiri dari satu pihak saja; dan
peradilan contensius (contentieuse jurisdictie / jurisdictio contentiosa) atau sering pula
disebut peradilan “sesungguhnya” karena sifatnya yang mengadili perkara antara dua
pihak atau lebih.8
7
Soetandyo Wignjosoebroto, 2006, Menggagas Terwujudnya Peradilan Yang Independen Dengan Hakim
Profesional Yang Tidak Memihak. Buletin Komisi Yudisial.
8
Chidir Ali, 1985, Yurisprudensi Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: CV Nur Cahya, hlm. 218
tugas pengadilan bercorak administratif yang bersifat mengatur (administratif
regulation).
c. Kebebasan Pengadilan.
Pada juridictio contentiosa, pengadilan hanya memerhatikan dan menerapkan
apa yang telah ditentukan oleh undang-undang dan tidak berada di bawah
pengaruh atau tekanan pihak manapun. Pengadilan hanya menerapkan ketentuan
hukum positif. Sedangkan pada juridictio voluntaria, pengadilan selalu memiliki
kebebasan menggunakan kebijaksanaan yang dipandang perlu untuk mengatur
suatu hal.
d. Kekuatan mengikat keputusan pengadilan.
Pada juridictio contentiosa, putusan pengadilan hanya mempunyai kekuatan
mengikat pihak-pihak yang bersengketa. Sedangkan pada juridictio voluntaria,
putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat terhadap semua orang.
Berkaitan dengan permohonan, pengadilan negeri Jakarta Selatan dalam
Penetepan Pengadilan Negeri Selatan No. 1193 / Pdt.P /2012 / PN.Jak.Sel.
tanggal 16 Juli 2013 telah menyimpulkan dalam pertimbangannya bahwa unsur-
unsur yang harus dipenuhi suatu perkara yang diajukan melalui permohonan
adalah :
i. Masalah yang diajukan bersifat kepentingan sepihak semata ( for the benefit
of one party only);
ii. Permasalahan yang dimohonkan penyelesaian kepada Pengadilan Negeri,
pada prinsipnya tanpa sengketa dengan pihak lain (without disputes or
differences with another party);
iii. Tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan, tetapi
bersifat ex parte artinya benar-benar murni dan mutlak satu pihak tanpa
menarik pihak lain sebagai lawan ;
iv. Kewenangan itu hanya terbatas sampai pada hal-hal yang ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan;
Ada beberapa hal yang menjadi perbedaan antara Permohonan dan Gugatan
Yaitu:
1) Dalam perkara Gugatan ada suatu sengketa, suatu Konflik yang harus
diselesaikan dan harus diputus oleh Pengadilan, sedangkan dalam
permohonan tidak ada sengketa atau perselisihan. (seperti penetapan ahli
waris atau penetapan anak dll).
9
Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan
Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 137
2) Dalam suatu Gugatan ada dua atau lebih pihak yaitu pihak Penggugat dan
tergugat yang merasa haknya atau hak mereka dilanggar, sedangkan
dalam permohonan hanya ada satu pihak yaitu pihak pemohon.
3) Suatu Gugatan dikenal sebagai Pengadilan Contentiosa atau Pengadilan
Sungguh-sungguh, sedangkan suatu permohonan dikenal sebagai
pengadilan Voluntair atau Pengadilan Pura-pura.
4) Hasil dari suatu Gugatan adalah Putusan (Vonnis) sedangkan hasil dari
suatu permohonan adalah Penetapan (Beschikking).
10
Ibid., hlm. 147
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwasannya Pengertian hak adalah tuntutan sah agar orang lain bersikap dan
berperilaku dengan cara tertentu. Kewenangan yang diberikan oleh hukum obyektif tersebut
pada subyek hukum berimplikasi kepada subyek hukum itu sendiri sehingga ia dapat berbuat
apa saja terhadap sesuatu yang menjadi haknya tersebut asal tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum maupun kepatutan yang ada.
Ada dua macam Tuntutan Hak, yaitu Permohonan dan Gugatan, yang bertitik tolak
pada ada atau tidak adanya sengketa. Tuntutan hak yang mengandung sengketa disebut
Gugatan, dimana terdapat sekurang-kurangnya dua pihak yaitu penggugat dan tergugat, dan
tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa yang disebut Permohonan, dimana hanya ada
satu pihak saja, yaitu pemohon.
DAFTAR PUSTAKA
Zainal Asikin, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2012). Pengantar Ilmu Hukum,
Cet.1.h.115
Lysa Angrayni, (Riau: Suska Press , 2014). Diktat Pengantar Ilmu Hukum, .h.31-32
Peter Mahmud Marzuki, (Jakarta: Kencana, 2009). Pengantar Ilmu Hukum,.h.172.
Ibid, h.185
Chidir Ali, (Yogyakarta: CV Nur Cahya 1985), Yurisprudensi Hukum Acara Perdata
Indonesia, hlm. 218
Yahya Harahap, (Jakarta: Sinar Grafika 2005), Hukum Acara Perdata Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, hlm. 137