Disusun oleh:
Universitas Lampung
2019/2020
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga
makalah yang berjudul “Resume Hukum: Klasifikasi Hukum” ini dapat tersusun
hingga selesai pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangsih baik materi maupun pikirannya.
Terimakasih pula khusus kami ucapkan kepada Mba Astiwi Inayah S.I.P.,
M.A. yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih
pula, karena beliau telah memberikan tugas makalah ini kepada kami, sehingga pula
menambah wawasan kami.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar...............................................................................................i
Bab II : Pembahasan......................................................................................4
1. Menjelaskan dan menyebutkan jenis jenis yang ada dalam klasifikasi hukum
2. Menjelaskan serta mendeskripsikan arti dan cara pembedaan hukum
BAB II
Pembahasan
Merupakan pengelompokan hukum atas dasar urusan, kebutuhan, atau keperluan dari
warga masyarakat yang akan diatur oleh hukum, apakah itu kepentingan umum atau
individual. Salah satu tokoh yang mecetuskan pemisahan hukum adalah Ulpianus, ia
menjadikan hukum menjadi dua klasifikasi, yaitu hukum public dan hukum private.
Hukum public yang berarti hukum yang berhubungan dengan kesejahteraan Negara
rumawi sedangkan hukum perdata yang berarti hukum yang mengurus kepentingan
hubungan khusus (Van Apeldoorn, 1985: 183)
Menurut van dunne hukum public hanya merupakan kerangka yang memberikan
jaminan yang minimal bagi kehidupan privat. Hukum privat merupakan peraturan
untuk hal hal yang sangat esensial bagi kebebasan, seperti orang dan keluarga, hak
milik dan perikatan.
a) Hukum publik atau disebut juga hukum negara, adalah jenis hukum yang
mengatur hubungan antara negara dengan individu atau warga negaranya.
Hukum publik umumnya menyangkut tentang kepentingan umum atau publik
dalam ruang lingkup masyarakat.
b) Hukum privat atau yang disebut juga hukum sipil, adalah jenis hukum yang
berguna untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu
lainnya, termasuk negara sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan
pada kepentingan perseorangan.
Persamaan utama pembagian antara hukum public dan hukum privat adalah sama-
sama mengatur kepentingan masyarakat.
a) Hukum Tertulis ( Statute Law = Writen Law ), adalahhukum yang ditulis dan
dicantumkan dalam bermacam peraturan - peraturan. Hukum tertulis telah
menjadi tanda/cirri dari hukum modern yang harus mengatur serta melayani
kehidupan modern. Kelebihan hukum tertulis dibandingan hukum tidak
tertulis dalam melayani kehidupan modern adalah sebagai berikut:
Apa yang diatur dengan mudah diketahui orang
Setiap orang, kecuali yang tidak bisa membaca, mendapatkan jalan masuk
yang sama kedalam hukum
Pengetahuan orang mengenai hukum senantiasa bisa dicocokkan kembali
dengan yang telah dituliskan, hingga mengurangi ketidakpastian
Untuk keperluan pengembangan peraturan hukum atau perundang-undangan,
untuk membuat yang baru, maka hukum tertulis juga menyediakan banyak
kemudahan
b) Hukum Tak Tertulis ( Unstutery Law = Unwritten Law ) , adalah hukum yang
masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis tetapi
berlakunya dapat ditaati seperti suatu peraturan-perundangan ( disebut juga
hukum kebiasaan ). Hukum tidak tertulis timbul, tumbuh, dan berkembang
dalam masyarakat dan tidak dibuat dalam bentuk tulisan melainkan seperti
tradisi atau hukum adat.
3. Penggolongan hukum berdasarkan keberlakuannya
Perbedaan antara hukum Negara dan hukum yang hidup adalah sebagai berikut
Hukum Negara:
Hukum yang memaksa; yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak. Contohnya adalah hukuman bagi
perkara pidana, maka sanksinya secara paksa wajibuntuk dilaksanakan.
Hukum yang memaksa disebut juga yang memerintah atau hukum mutlak merupakan
peraturan hukum untuk orang-orang yang berkepentingan tidak boleh menyimpang
dengan jalan perjanjian. Hukum yang memaksa mengikat dengan tanpa syarat,
artinya, tak peduli adakah para pihak yang berkepentingan menghendakinya atau
tidak. Hukum yang mengatur (van Apeldoorn, 1985:195) jenis hukum yang dapat
dikesampingkan saat pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan
tersendiri dalam suatu perjanjian. Contohnya adalah hukum mengenai warisan yang
dapat diselesaikan dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.
b) Hukum Formal ( Hukum Proses atau Hukum Acara ), yaitu adalah hukum
yang memuat peraturan- peraturan yang mengatur bagaimana cara - caranya
mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara -
caranya hakim memberi putusan.
Contoh Hukum Formal: Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Material.
Hukum Acara Pidana, yaitu peraturan - peraturan hukum yang mengatur
bagaimana cara memelihara dan mempertahankan hukum pidana material atau
peraturan - peraturan yang mengatur bagaimana cara - caranya mengajukan
sesuatu perkara-pidana ke muka pengadilan pidana dan bagaimana caranya
hakim pidana memberikan putusan.
Hukum Acara Perdata, yaitu peraturan - peraturan hukum yang mengatur
bagaimana cara - cara memelihara dan mempertahankan hukum perdata
material atau peraturan - peraturan yang mengatur bagaimana cara - caranya
mengajukan sesuatu perkara-perdata ke muka pengadilan perdata dan
bagaimana caranya hakim perdata memberikan putusan.
6. Penggolongan hukum berdasarkan sumbernya
Hukum undang - undang, yaitu hukum yang yercantum dalam peraturan
perundangan.
Hukum kebiasaan ( adat ), yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan -
peraturan atau kebiasaan adat.
Hukum traktat, yaitu jenis hukum yang ditetapkan oleh negara - negara di
dalam suatu perjanjian antar negara (traktat).
Hukum Jurisprudensi, Yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim,
yang menjadi rujukan hakim selanjutnya dalam memberi putusan dalam
pengadilan.
Masing-masing bidang hukum dapat dibedakan berdasarkan kriteria dan metode atau
cara-cara tertentu, agar dapat digunakan untuk pengkajian keilmuan dan kepentingan
praktis.
Ditinjau dari segi eksistensi atau waktu,bidang-bidang hukum dibedakan antara ius
constitutum dan ius constituendum. Ius constituendum, adalah kaidah hukum yang
dicita-citakan atau dalam kata lain merupakan hukum negatif. Contohnya adalah
rancangan undang-undang (RUU) yang masih direncanakan akan diterapkan.
Sedangkan Ius Constitutum adalah kaidah hukum yang berlaku pada masa kini dan
tempat tertentu, atau dapat dikatakan sebagai hukum positif. Contohnya adalah UUD
1945 yang saat ini berlaku di negara Indonesia. Antara keduanya terjalin dalam suatu
hubungan , yaitu dari cita-cita,ide,dan gagasan, kemudian diwujudkan menjadi
hukum yang berlaku.1 Hukum ius constituendum dapat berubah menjadi ius
constitutum karena beberapa sebab yaitu :
Ditinjau dari segi wilayah berlaku, dibedakan antara hukum alam dan hukum positif.
Hukum alam adalah hukum yang bersifat abadi dan berlaku di seluruh dunia yang
timbul secara alamiah dan tidak dibuat oleh manusia. Contohnya yaitu hukum
kebaikan. Hukum alam telah dikenal sejak zaman dulu dan menurut sejarah, hukum
alam pernah digunakan untuk2,
Sedangkan hukum positif adalah kaidah hukum yang berlaku pada masa kini dan di
tempat tertentu. Dengan demikian, hukum alam bersifat universal dan lestari,
sedangkan hukum positif akan selalu berubah. Hubungan antar keduanya dapat dilihat
sebagai , sarana koreksi terhadap hukum positif, legitimasi atau keabsahan bagi
hukum internasional, justifikasi atau pembenaran hak asasi manusia3.
1
Wahyu Sasongko,Dasar-Dasar Ilmu Hukum,(Lampung: Universitas Lampung, 2011), hal 18.
2
Ibid., hal 18
3
Ibid., hal 18
Ditinjau dari segi sifat kaku dan fleksibel, hukum dibedakan antara hukum imperatif
dan hukum fakultatif. Hukum imperatif adalah kaidah hukum memaksa yang secara
nyata harus ditaati. Ini berarti hukum imperatif wajib ditaati dan tidak boleh
dilanggar. Misalnya ketentuan-ketentuan yang mengatur kepentingan umum dan
keamanan yang diatur dalam hukum pidana dan hukum pajak. Sedangkan hukum
fakultatif adalah kaidah hukum yang secara fakta tidak mengikat atau tidak wajib
dipatuhi sehingga ada kebebasan bagi pihak dalam membentuk hukum yang
sebanding. Hal ini berarti, pihak dapat memilih hukum yang berlaku baginya sebagai
alternatif atau tambahan.
Dalam konteks ini, van Apeldoorn membedakan kedua hukum tersebut berdasarkan
kriteria daya kerja atau kekuatan sanksinya4. Meskipun sebenarnya van Apeldoorn
tidak menyetujui dengan adanya istilah hukum memaksa dan mengatur , dikarenakan
semua hukum bersifat memaksa dan harus dipaksakan serta hukum juga bersifat
mengatur. Namun menurutnya, hukum dikatakan memaksa karena sanksi yang dibuat
dan dimuat tidak boleh menyimpang dari kesepakatan peraturan yang telah dibuat
secara bersama antara pihak-pihak yang berhubungan dan berkepentingan. Sedangkan
hukum bersifat mengatur karena sanksinya diserahkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan membuat perjanjian yang berlaku di antara mereka.
Ditinjau dari segi isi, dibedakan anqtara hukum substansif dan ajektif. Hukum
substansif adalah kaidah hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan dan
hubungan subyek-subyek hukum. A.M. Bos dan Lemaire menggunakan istilah
hukum material dalam menggambarkan hukum substansif. Pengertian hukum
material menurutnya yaitu hukum yang memuat tentang hubungan antarmanusia atau
mengatur tentang hak dan kewajiban. Contohnya yaitu hukum pidana, hukum
perdata, hukum dagang, dan sebagainya.
4
Apeldoorn, Inleiding, hal 194.
Selanjutnya yaitu hukum ajektif, adalah kaidah yang memberikan pedoman untuk
menegakkan dan mempertahankan hukum substansif. A.M. Bos dan Lemaire
menggunakan istilah hukum formil untuk menggambarkan hukum ajektif. Pengertian
hukum formil menurutnya yaitu dikaitkan dengan penegakkan hukum material, yang
mengatur tentang prosedur penegakkan hak-hak yang dilanggar. Contohnya yaitu,
KUHAP, hukum acara perdata, dan lain sebagainya.
Namun, van Apeldoorn membedakan hukum dari segi isinya yaitu antara hukum
publik dan hukum perdata . Menurutnya, hukum publik adalah hukum yang mengatur
kepentingan umum atau publik, sedangkan hukum perdata mengatur kepentingan
khusus atau individu.
Ditinjau dari segi bentuk, dibedakan antara hukum tidak tertulis, hukum tercatat, dan
hukum tertulis. Hukum tidak tertulis (onbeschrevenrecht) adalah kaidah hukum yang
tidak tertulis dan tidak dibentuk dari prosedur yang formal, melainkan hidup dan
berlaku dalam pergaulan masyarakat (hukum adat). Hukum tercatat
(geschrevenrecht), adalah kaidah hukum tidak tertulis yang tercatat atau dicatat oleh
seseorang pemimpin formal,informal, dan para sarjana dalam penelitian.
Sesungguhnya hukum tercatat berbentuk tertulis, namun memuat hukum adat yang
proses pembentukannya berbeda dengan hukum tertulis.
Hukum tertulis (beschrevenrecht) adalah kaidah hukum dalam bentuk tertulis yang
dibuat oleh negara (undang-undang, traktat). Contohnya yaitu UUD 1945, KUHP,
keputusan presiden, dan lain sebagainya. Dalam sistem hukum common law, hukum
tertulis (the written law) disebut statue law, yang dibuat oleh lembaga negara
pembuat undang-undang (legislature) melalui prosedur formal tertentu, sebagai lawan
dari the unwritten law atau nonstatue law, yang dibuat oleh hakim, disebut judge
made law atau case law, atau keputusan (beslissingen) yang dibuat oleh tokoh atau
pimpinan pada suatu masyarakat adat.
3.1 Kesimpulan
Dapat kita ketahui bahwa klasifikasi hukum tujuannya adalah memudahkan seseorang
dalam menemukan hukum yang tepat dan sanksi yang sesuai, pengklasifikasian ini
juga dibagi bagi menjadi beberapa jenis dari apa yang telah kita tulis di pembahasan,
hukum disesuai kan penggolongannya berdasarkan apa, dengan adanya
pengklasifikasian ini hukum lebih spesifik dalam menentukan masalah masalah.
Seperti kita ambil salah satunya penggolongan berdasarkan kepentingan, karena
hukum public dan hukum privat tergantung kepentingan umum atau kepentingan
individu nya, dengan dibagi berdasarkan kepentingan ini, orang orang mudah
menemukan hukum mana yang tepat dan sesuai.
3.2 Saran
Hukum memang sangat berperan besar dalam kehidupan manusia agar lebih teratur,
tertib, dan harmonis. Tanpa adanya hukumtentunya hidup manusia yang mempunyai
sifat berbeda-beda dengan latar belakang yang berbeda-beda juga akan menyebabkan
ketimpangan dan perselisihan satu sama lain. Jadi hukum memang sangat penting
untuk manusia, maka dari itu hukum harus dipatuhi jika ingin kehidupan manusia
dalam bermasyarakat dapat berjalan dengan baik dan damai. Hukum juga harus tegas
dan solid. Klasifikasi hukum pun sudah tepat dibuat karena dengan klasifikasi hukum
kita bisa dengan mudah mengerti dan memahami hukum-hukum yang begitu
banyaknya di dunia ini. Dengan klasifikasi hukum akan dengan lebih paham juga
bagaimana jalannya hukum yang tentunya tidak sembarangan dan harus mengikuti
prosedur yang ada.Namun klasifikasi hukum tetap mempunyai kekurangan
salahsatunya dalam klasifikasi hukum tidak tertulis yang tidak memiliki naskah
otentik dan hanya mengikuti kebiasaan dan perkembangan budaya sehingga banyak
yang menafsirkan klasifikasi hukum ini karena tidak adanya naskah otentik yang
menimbulkan ketidakpastian hukum bahkan bisa menimbulkan masalah jika adanya
perbedaan pemahaman.
Daftar Pustaka
H. Salim HS., S.H., M.S.2010. Perkembangan teori dalam ilmu hukum. Jakarta:PT
Rajagrafindo
https://www.zonareferensi.com/penggolongan-hukum/