Anda di halaman 1dari 20

Makalah Kelompok

HUKUM PERDATA
Mata Kuliah : Pengantar Hukun Indonesia
Dosen Pengampu : Sabarudin Ahmad,S.Sy.,M.H.

Disusun Oleh :

1. Nur Pita Sari (2012140077)

2. Salsabila Adisty Indallah (2012140079)

ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDY HUKUM TATA NEGARA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulilah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT.

Karena dengan Rahmat dan Ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul “ Hukum Perdata ”. tidak lupa sholawat serta salam, kami

sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, beserta keluargam, sahabat dan

para pengikut beliau hingga akhir zaman.

Kami selaku penulis dalam pembuatan makalah ini, menydari betul bahwa

nasih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami

memohon dengan ikhlas kepada pembaca makalah ini untuk berkenan

memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah yang

lebih baik.

Akhir kata, kami ucapkan banyak banyak terima kasih kepada semua

pihak terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia

yakni bapak Sabarudin Ahmad,S.Sy.,M.H, serta kepada segenap teman-teman

yang turut serta memberikan dukungan dan semangat kepada kami. Dan kami

harapkan semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin.

Palangka Raya, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................

A. Latar Belakang............................................................................

B. Rumusan Masalah.......................................................................

C. Tujuan Penulisan.........................................................................

D. Metode Penulisan .......................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................

A. Pengertian Hukum Perdata..........................................................

B. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia..........................................

C. Keberlakuan UU Hukum Perdata di Indonesia...........................

D. Sistematika Hukum Perdata........................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................

Kesimpulan..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya

suatu “hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang

lain. Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak

berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan

permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan

pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau

contoh lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali

menimbulkan permasalahan hukum. Hal tersebut termasuk dalam

masalah hukum perdata.

Apa itu hukum perdata ? pertanyaan ini awalnya sangat sulit untuk

dijawab, mengingat hukum perdata  mempunyai banyak segi, mempunyai arti

sendiri. Penerapan hukum perdata berkaitan dengan ruang lingkup

hukum perdata itu sendiri dapat bersifat luas dan dapat pula bersifat

sempit.  Dalam hukum perdata dapat melihat seberapa jauh seseorang bergaul

di dalam masyarakat dan apa saja yang dilakukan seseorang tersebut di

masyarakat.

Pada kesempatan pertama kali ini, kelompok kami akan  mencoba

menerangkan tentang hukum perdata. Makalah ini akan memaparkan tentang


pengertian dan sekelumit tentang hukum perdata, sumber hukum perdata dan

hal-hal  yang menyangkut tentang hukum perdata.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam mkalah ini, yakni :

1. Bagaimana pengertian hukum perdata?

2. Bagaimana sejarah hukum perdata di Indonesia?

3. Apa saja UU tentang hukum perdata yang berlaku di Indonesia?

4. Bagaimana sistematika hukum?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yakni untuk :

1. Mengetahui dan memahami pengertian hukum perdata.

2. Mengetahui dan memahami sejarah hukum perdata di Indonesia.

3. Mengetahui dan memahami UU yang berlaku di Indonesia.

4. Memahami sistem hukum perdata di Indonesia.

D. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan dalam makalah ini adalah deskriptif

analitis, dilakukan melalui penelusuran buku-buku atau artikel yang ada di

online. Sehingga memerlukan berbagai literatur untuk memberikan penjelasan

yang lengkap.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata

Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof.

Djojodiguno sebagai terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht

Wetboek (B.W) pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu,

sinonim hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht.

Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van

Dunne mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah:

“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi

kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan.

Sedangkan hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan

pribadi”

Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah:

“Aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh

karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam

perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengna kepentingan


yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang

mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”1

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengertian hukum perdata

yang dipaparkan para ahli di atas, kajian utamanya pada pengaturan tentang

perlindungan antara orang yang satu dengan orang lain, akan tetapi di dalam

ilmu hukum subyek hukum bukan hanya orang tetapi badan hukum juga

termasuk subyek hukum, jadi untuk pengertian yang lebih sempurna yaitu

keseluruhan kaidah-kaidah hukum (baik tertulis maupun tidak tertulis) yang

mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan yang lain dalam

hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan kemasyarakatan.

2. Arti luas

Hukum perdata dalam arti luas adalah bahan hukum sebagaimana

tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) yaitu segala

hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan, dan juga Kitab

Undang-Undang hukum dagang Wetboek van Koophandel (WVK) beserta

sejumlah undang-undang yang disebut undang-undang tambahan lainnya

seperti peraturan yang ada dalam KUHPerdata, KUHD, serta sejumlah

undang-undang tambahan (UU pasar modal, UU tentang PT dan sebagainya).

3. Arti sempit

1
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,
1989), hlm. 209.
Hukum perdata dalam arti sempit yaitu hukum perdata sebagaimana

yang terdapat dalam KUHPerdata saja.

B. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia

Hukum perdata tertulis yang berlaku di Indonesia merupakan produk

hukum perdata Belanda yang diberlakukan asas konkordansi yaitu hukum

yang berlaku di negeri jajahan (Belanda) sama dengan ketentuan yang

berlaku di negeri penjajah.

Secara makrosubtansial perubahan-perubahan yang terjadi pada

hukum perdata Indonesia : Pertama, pada mulanya hukum perdata indonesia

merupakan ketentuan-ketentuan pemerintahan Hindia-Belanda yang

diberlakukan di Indonesia (Algamene Bepalingen van Wetgeving) Kedua

dengan konkordansi pada tahun 1847 diundangkan KUHPerdata (BW) oleh

pemerintahan Belanda.

Dalam prespektif hukum sejarah, hukum perdata yang berlaku di

Indonesia terbagi dalam dua periode, yaitu periode sebelum Indonesia

merdeka dan periode setelah Indonesia merdeka.2

1. Hukum Perdata pada masa penjajahan Belanda

2
http://www.hukumsumberhukum.com/2014/05/hukum-materil-dan-hukum-formil.html di akses
tanggal 29/09/2020.
Sebagai negara jajahan, maka hukum yang berlaku di Indonesia

adalah hukum bangsa penjajah. Hal yang sama untuk hukum perdata. Hukum

perdata yang diberlakukan bangsa Belanda untuk Indonesia mengalami

adopsi dan perjalanan sejarah yang sangat panjang.

Pada mulanya hukum perdata Belanda dirancang oleh suatu panitia

yang dibentuk tahun 1814 yang diketuai oleh Mr.J.M Kempers (1776-1824).

Tahun 1816, Kempers menyampaikan rencana code hukum tersebut pada

masa pemerintahan Belanda didasarkan pada hukum belanda kunodan diberi

nama own Kempers. Dalam perjalanannya bagi orang-orang Tiong Hoa dan

bukan Tiong Hoa mengalami pembedaan dalam pelaksanaan perundang-

undangan dalam hukum perdata.

2. Hukum Perdata sejak Kemerdekaan

Hukum perdata yang berlaku di Indonesia didasarkan pada pasal II

aturan peralihan UUD 1945, yang pada pokoknya menentukan bahwa segala

peraturan dinyatakan masih berlaku sebelum diadakan peraturan baru

menurut UUD termasuk didalamnya hukum perdata belanda yang berlaku di

Indonesia. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum

(Rechtvacum), dibidang Hukum Perdata.

Menurut Sudikno Mertokusumo, keberlakuan hukum perdata Belanda

tersebut di Indonesia didasarkan pada berberapa pertimbangan. Selain itu,

secara keseluruhan hukum perdata Indonesia dalam perjalanan sejarahnya

mengalami berberapa proses perubahan yang mana perubahan tersebut


disesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia sendiri. Hukum perdata ini

meliputi enam pembahasan, yaitu : Hukum Agraria, Hukum Perkawinan,

Hukum Islam yang Direseptio, Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-

benda yang Berkaitan dengan Tanah, Jaminan Fidusia, dan Lembaga

Penjaminan Simpanan.3

C. Keberlakuan UU Hukum perdata yang berlaku di Indonesia

1. Hukum Agraria

Undang-Undang Pokok Agraria (secara resmi bernama Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria) adalah

undang-undang yang mengatur tentang dasar-dasar dan ketentuan

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber

daya agraria nasional di Indonesia. Hal itu mencakup dasar-dasar dan

ketentuan-ketentuan pokok, hak-hak atas tanah, air dan ruang angkasa serta

pendaftaran tanah, ketentuan-ketentuan pidana dan ketentuan peralihan.

2. Hukum Perkawinan

UU 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan memiliki latar belakang sehubungan Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia telah mengeluarkan Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 22/PUU-XV/2017 yang salah satu pertimbangan Mahkamah

Konstitusi dalam putusan tersebut yaitu "Namun tatkala pembedaan

perlakuan antara pria dan wanita itu berdampak pada atau menghalangi
3
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 20-25.
pemenuhan hak-hak dasar atau hak-hak konstitusional warga negara, baik

yang termasuk ke dalam kelompok hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak

ekonomi, pendidikan, sosial, dan kebudayaan, yang seharusnya tidak boleh

dibedakan semata-mata berdasarkan alasan jenis kelamin, maka pembedaan

demikian jelas merupakan diskriminasi."

Dalam pertimbangan yang sama juga disebutkan Pengaturan batas usia

minimal perkawinan yang berbeda antara pria dan wanita tidak saja

menimbulkan diskriminasi dalam konteks pelaksanaan hak untuk membentuk

keluarga sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat (1) UUD 1945,

melainkan juga telah menimbulkan diskriminasi terhadap pelindungan dan

pemenuhan hak anak sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat (2) UUD

1945. Dalam hal ini, ketika usia minimal perkawinan bagi wanita lebih

rendah dibandingkan pria, maka secara hukum wanita dapat lebih cepat untuk

membentuk keluarga.

Oleh karena hal tersebut, dalam amar putusannya Mahkamah Konstitusi

memerintahkan kepada pembentuk undang-undang untuk dalam jangka waktu

paling lama 3 (tiga) tahun melakukan perubahan terhadap Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sehingga lahirlah UU 16 Tahun

2019 tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

3. Hukum Islam yang Direseptio


Melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang

Kompilasi hukum Islam inilah direseptio berbagai sumber aturan

(mazhab) hukum yang berlaku bagi orang yang beragama Islam.

Kompilasi hukum Islam mengatur tentang 3 (tiga) hal, yaitu:

hukum perkawinan, hukum kewarisan, dan hukum perwakafan.

Keberlakuan tentang kompilasi hukum Islam diperuntukkan khusus bagi

bangsa Indonesia yang beragama Islam.

4. Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan

Tanah

Eksistensi hak tanggungan sebagai lembaga jaminan atas tanah

sebetulnya sudah ada sejak diundangkannya Undang-Undang Pokok Agraria.

Namun keputusan-keputusan yang mengatur hak tanggungan itu tidak

dibahas, sehingga ketentuan-ketentuan mengenai hipotek pada Buku II BW

dinyatakan masih berlaku.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang

Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan

Tanah, maka sekaligus mencabut berlakunya Hipotek yang diatur dalam

Buku II KUH Perdata mengenai tanah dan ketentuan-ketentuan mengcnai

Creditverband dalam Stbl. 1908-542 yang sebelumnya telah diubah dalam

Stbl. 1937-190.
Tujuan utama pemberlakuan Undang-Undang Hak Tanggungan

sebagai pengganti hipotek sebagaimana diatur dalam Buku II BW, adalah

karena ketentuan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan

perkreditan sehubungan dengan perkembangan tata perekonomian Indonesia.

5. Jaminan Fidusia

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Undang-undang ini terdiri atas 7 bab 41 pasal. Hal-hal yang diatur antara lain;

pembebanan, pendaftaran, pengalihan, dan khususnya jaminan fidusia, hak

mendahului, dan eksekusi jaminan fidusia.

Pertimbangan lahirnya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia meliputi:

a.  Adanya ketentuan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha

atas tersedianya dana, perlu diimbangi dengan adanya ketentuan hukum yang

jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga jaminan;

b.   Jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan sampai saat

ini masih didasarkan atas yurisprudensi dan belum ada undang-undang yang

mengaturnya; dan

c.   Memenuhi kebutuhan hukum yang mengacu pada pembangunan nasional,

serta mampu memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum.

6. Lembaga Penjaminan Simpanan

Krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia pada

tahun 1998 ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank yang mengakibatkan

menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk


mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan

di antaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank,

termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam

Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap

Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193

Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank

Perkreditan Rakyat.

Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat

menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan,

namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan

timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi

nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program

penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut perlu digantikan dengan

sistem penjaminan yang terbatas.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

mengamanatkan pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai

pelaksana penjaminan dana masyarakat. Oleh karena itu maka UU LPS

ditetapkan pada 22 September.


D. Sistematika Hukum Perdata

Sistematika, yang di dalam bahasa Inggris, disebut systematics,

bahasa Belandanya, yaitu systematiken, yaitu susunan atau struktur dari Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Di negara-negara yang menganut sistem

Common Law tidak mengenal pembagian antara hukum publik dan hukum

privat. Sehingga hukum perdatanya tidak dibuat dalam sebuah kodifikasi,

tetapi ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan hukum perdata tersebar

dalam berbagai act atau undang-undang. Namun, di dalam sistem hukum

yang menganut Civil Law, maka sumber hukum utama, yaitu hukum

kodifikasi yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Berikut ini, disajikan sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

berlaku di Indonesia, Belanda, Rusia, Perancis dan Jerman.4

Sistematika KUH Perdata yang berlaku di Indonesia, meliputi :

Buku I : tentang orang


4
Erlis Septiana nurbani, Perbandingan Hukum perdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), hlm. 17.
Buku II : tentang Hukum Perdata

Buku III : tentang Perikanan

Buku IV : tentang Pembuktian dan Daluarsa

Di negeri Belanda, Kitab Undang-Undang Hukum Perdatanya telah

dilakukan penyempurnaan. Dengan adanya penyempurnaan itu, maka terjadi

perubahan sistematika, yang semula hanya terdiri atas lima buku, yang

meliputi:

Buku I : tentang hukum orang dan keluarga (Personen-en-Familierecht)

Buku II : tentang Badan Hukum (Rechrspersoon)

Buku III : tentang Hukum Kebendaan (Van Verbindtenissen)

Buku IV : tentang Daluarsa (Van Verjaring)

Kelima buku itu telah disempurnakan menjadi sepuluh buku.

Kesepuluh buku itu, meliputi :5

Book 1 : Person and Family Law (Hukum orang dan Keluarga)

Book 2 : Legal Person (Badan Hukum)

Book 3 : Property Law in General (Hukum harta kekayaan secara

umum)

Book 4 : Succession (inheritance) (hukum warisan)

Book 5 : Real Property Rights (hak atas harta kekayaan)

5
https://purnama110393.wordpress.com Diakses pada 29/09/2020
Book 6 : Obligation and Contracts (perikatan dan kontrak)

Book 7 : Particular Contracts (revised) (perjanjian khusus)

Book 7 : Particular Contracts (unrevised) (perjanjian khusus)

Book 8 : Transport Law (hukum pengangkutan)

Book 9 : Intellectual Property (hak kekayaan intelektual)

Book 10 : Private International Law (hukum perdata internasional)

Sementara itu, Rusia merupakan salah satu negara yang cukup maju

dalam perkembangan hukum, khususnya hukum perdata, karena dinegara ini

telah menetapkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Federasi Rusia, yang

disebut dengan The Civil Code of the Russian Federation. Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata Federasi Rusia ditetapkan dalam dua tahap, yaitu :6

1. Tahap pertama ditetapkan pada tahun 2003

2. Tahap kedua ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2006.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Rusia terdiri dari 1551 pasal

atau artikel dan empat bagian dan masing-masing dibagi dalam divisi-divisi.

Code Civil Prancis terdiri dari empat buku dan terdiri atas bagian dan pasal,

jumlah pasal yang tercantum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Prancis,

yaitu sebanyak 2302 pasal. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jerman

atau disebut juga German Civil Code atau Bürgerlichen Gesetzbuches (BGB)

terdiri dari empat buku dan 2385 pasal, dan ditetapkan pada 18 agustus 1896.
6
Sri Sudewei Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata dan Hukum Benda, (Yogyakarta: Liberty),
hlm. 5.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1. Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam

pergaulan masyarakat.

2. Dalam prespektif hukum sejarah, hukum perdata yang berlaku di Indonesia

terbagi dalam dua periode, yaitu periode sebelum Indonesia merdeka dan

periode setelah Indonesia merdeka.

3. Ada 6 pembahasan yang diangkat dan menjadi acuan dalam UU Hukum

Perdata di Indonesia.

4. Sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku di

Indonesia, Belanda, Rusia, Perancis dan Jerman


DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1989.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2014.

Nurbani, Erlis Septiana, Perbandingan Hukum perdata, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2014.

Soetami, A. Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Bandung; PT. Refika

Aditama, 2007.

Sofwan, Sri Sudewei Masjchoen, Hukum Perdata dan Hukum Benda, Yogyakarta:

Liberty.

Tutik, Titik Triwulan, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta:

Kencana, 2010.

https://purnama110393.wordpress.com diakses pada 29/09/2020

http://ilmuhukumuin-suka.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-hukum-perdata.html

diakses pada tanggal 29/09/2020


http://www.hukumsumberhukum.com/2014/05/hukum-materil-dan-hukum-

formil.html diakses tanggal 29/09/2020

Anda mungkin juga menyukai