DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : INDAH RATNA SARI
NPM : 178400248
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Surat-Surat Berharga” ini dapat diselesaikan.
Tujuan pembuatan makalah ini sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Dagang di program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas
Medan Area .
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis meminta kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua rekan kelompok yang telah
membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PERMASALAHAN..........................................................................................................5
BAB III..............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Definisi Surat Berharga..........................................................................................6
1. Syarat Materil dan Formal Surat Berharga.........................................................6
2. Fungsi Surat Berharga.........................................................................................7
3. Pihak yang Terlibat Dalam Penerbitan Surat Berharga......................................7
B. Penggolongan Surat Berharga................................................................................8
C. Jenis-Jenis Surat Berharga......................................................................................8
1. Surat Berharga Dalam KUHD................................................................................8
a. Wesel...............................................................................................................8
1) Wesel Atas Pengganti Penerbit....................................................................9
2) Wesel Atas Penerbit Sendiri........................................................................9
3) Wesel Untuk Rekening Orang Ketiga.........................................................9
4) Wesel Inkaso..............................................................................................10
5) Wesel Domisili..........................................................................................10
b. Cek................................................................................................................11
1) Surat cek atas pengganti penerbit (Pasal 183 ayat 1 KUHD)....................11
2) Surat cek atas penerbit sendiri (Pasal 183 ayat 3 KUHD).........................11
3) Surat cek untuk perhitungan orang ketiga (Pasal 183 ayat 2 KUHD).......11
4) Surat cek inkaso (Pasal 183a ayat 1 KUHD).............................................12
5) Surat cek berdomisili (Pasal 185 KUHD).................................................12
c. Surat Sanggup / Promes................................................................................13
d. Kwitansi Atas Tunjuk....................................................................................14
e. Saham............................................................................................................14
f. Konosemen (Bill og Lading atau B/L)..........................................................14
2. Surat Berharga Diluar KUHD...........................................................................15
a. Bilyet Giro.....................................................................................................15
b. Obligasi.........................................................................................................15
BAB IV............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................................16
Daftar Pustaka.................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, masyarakat tidak lagi bertransaksi menggunakan uang secara
mutlak, artinya masyarakat dapat menggunakan atau menerbitkan surat berharga
sebagai alat pembayaran mutlak. Surat-surat itu mudah diperdagangkan karena
menunjukan suatu nilai tertentu yang dapat dialihkan dari satu tangan ke tangan lain.
BAB II
PERMASALAHAN
Untuk memperjelas agar permasalahan yang ada nantinya dapat dibahas lebih
terarah dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan maka penting bagi penulis untuk
merumuskan permasalahan yang akan dibahas. Karena pokok permasalahan ini
merupakan acuan bagi penelitian supaya hasilnya diharapkan sesuai dengan pokok
permasalahan yang sedang dibahas. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB III
PEMBAHASAN
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
maupun pasar uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta
memberikan hak kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Ddan
surat berharga ini mudah dan dapat diperdagangkan.2
Surat berharga adalah surat yang semua orang menganggap surat tersebut
berharga, contoh saham, obligasi, wesel, cek dll.
1Zainal Asikin, Hukum Dagang, Cet 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal : 73
2Ibid.
3Ibid., hal : 76
4 Ida Nadirah, Hukum Dagang dan Bisnis Indonesia, (Medan : Ratu Jaya, 2017), hal : 89
Syarat formal surat berharga dapat dilihat pada masing-masing peraturan yang
mengaturnya. Contoh wesel, diatur dalam pasal 100 KUHD; cek diatur dalam pasal 178
KUHD; bilyet giro diatur dalam SEBI (Surat Edaran Bank Indonesia).5
5 Ibid.
6 Zainal Asikin, op. cit. hal : 74 (buku yang telah disebutkan diatas)
Tersangkut merupakan pihak yang melaksanakan perintah dari penerbit untuk
melakukan pembayaran kepada pemegang.7
Menurut isi perikatan dasarnya, menggolongkan surat atas tunjuk dan atas
pengganti menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan, misalnya : konosemen
2. Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan, misalnya : saham
3. Surat berharga yang mempunyai sifat tagihan hutang (utang piutang), misalnya :
wesel, cek, surat aksep, promis, kwitansi.8
4) Wesel Inkaso
Wesel inkaso adalah bentuk surat wesel yang diterbitkan dengan tujuan untuk memberi
kuasa kepada pemegang pertama menagih sejumlah uang, tidak untuk diperjualbelikan.
Kedudukan penerbit adalah sebagai pemberi kuasa, sadangkan kedudukan pemegang
pertama sebagai pemegang kuasa untuk menagih uang. Menurut pasal 102 a ayat 3
KUHD, jika dalam surat wesel itu penerbit telah memuat kata-kata “harga untuk
ditagih” atau “dalam pemberian kuasa” atau “untuk incasso” atau lain-lain kata yang
berarti memberi perintah untuk menagih semata-mata, maka pemegang pertama bisa
10 Ida Nadirah, op. cit, hal : 97
11 Ibid., hal : 98
12 Ibid.
melakukan semua hak yang timbul dari surat wesel itu, tetapi ia tidak bisa
mengendosemenkan kepada orang lain, melainkan dengan cara pemberian kuasa.13
5) Wesel Domisili
Wesel berdomisili ini adalah surat wesel yang harus dibayrkan di tempat tinggal orang
ketiga, baik ditempat tingal tersangkut, maupun ditempat lain (Pasal 103 KUHD).
Akibatnya ialah, bahwa pembayaran dari uang wesel harus diminta dan
dilakukan oleh orang ketiga itu. Tetapi yang harus menyetujui (akseptasi) adalah tetap si
tertarik (Pasal 130 jo Pasal 126 KUHD).
Dengan demikian orang ketiga itu tidak masuk golongan pihak-pihak dalam
persetujuan wesel. Ia hanya di tunjuk untuk melakukan pembayaran.
Pasal 103 KUHD menyebutkan selaku tempat pembayaran tidak hanya tempat
kediaman orang ketiga, melainkan juga tempat domisili dari tetarik atau lain tempat.14
- Endosemen : suatu proses yang terjadi di dalam hukum wesel, dimana hak tagih dari
pemegang surat wesel dapat diperalihkan kepada pemegang berikutnya. Pengaturan
mengenai endosemen ini terdapat dalam pasal 110-119 KUHD.
- Akseptasi : apa yang disebut “akseptasi” (yang di atur dalam pasal 120-128 KUHD)
adalah suatu pernyataan dari seorang tersangkut atau tertarik, bahwa ia menyetujui
untuk membayar atas surat wesel pada hari pembayaran. Atas pernyataan itu, menurut
hukum wesel tersangkut lalu menjadi terikat sebagai debitur, dimana keterikatan
tersebut ditentukan oleh tanda tangan yang dicantumkannya pada surat wesel itu.
b. Cek
Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang bertanggal dan
menyebutkan tempat penerbitannya, yang merupakan perintah tanpa syarat kepada
bankir untuk membayar sejumlah uang kepada pihak-pihak pemegang atau
pembawanya di tempat tertentu.15
13 Ibid.
14 Ibid., hal : 99
15 Farida Hasyim, op. cit. hal : 249
Di dalam KUHD, ketentuan mengenai surat cek terdapat dalam buku kesatu Bab
VII Pasal 178 sampai dengan Pasal 229, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1936.16
Cek sendiri memiliki batasan waktu penggunaan. Untuk cek yang diterbitkan
dan dibayarkan di Indonesia, harus diunjukkan dalam tenggang waktu 70 hari, sejak
tanggal penerbitannya (Pasal 206 KUHD) ditambah 6 bulan tenggang waktu sebelum
kadaluwarsa (Pasal 299 KUHD).18
a. Bilyet Giro
25 Ibid.
26 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, (Jakarta: Djambatan, 1983), hal : 13
27 R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan, Cet 31,
(Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2006), psl. 506
28 H.M.N Purwosutjipto, op. cit. hal : 209
Menurut H.M.N. Purwosutjipto, S.H., bilyet giro adalah surat perintah tidak
bersyarat dari nasabah yang telah dibakukan bentuknya, kepada bank penyimpan dana
untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak
penerima yang disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank
lainnya.29
Bilyet giro merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang, tetapi timbul dalam praktik karena kebutuhan dalam lalulintas
pembayaran dalam dunia perbankan.30
b. Obligasi
Menurut Drs. Bambang Riyanto definisi obligasi adalah sebagai berikut:
“Obligasi adalah suatu pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
perusahaan atau lembaga-lembaga lain sebagai pihak yang berhutang yang mempunyai
nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik atas
dasar persentase tertentu yang tetap”.31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
29 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional:Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2014), hal : 114
30 Ibid., hal : 116
31 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah
Mada, 1977), hal : 128
Surat berharga adalah surat pengkuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
maupun pasar uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta
memberikan hak kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Dan surat
berharga ini mudah dan dapat diperdagangkan. Jenis-jenis surat berharga yaitu wesel,
surat cek, surat sanggup/surat aksep, kwitansi atas tunjuk, bilyet giro, konosemen,
obligasi.
B. Saran
Ada baiknya pada saat kita melaksanakan transaksi itu harus ada bukti
transaksinya yang bisa di sebut sebagai surat surat berharga di dalam hukum bisnis, agar
transaksi dapat dipertanggungjawabkan dan pula dapat dijadikan sebagai tanda bukti
jika terjadi hal-hal tertentu. Karena tidak tahu apa jadinya kita, bila bertransaksi tanpa
bukti transaksi dan sebagainya, ada saja kita ditipu dengan partner sendiri atau
bagaimana lainnya.
Daftar Pustaka
Asikin, Zainal. 2013.“ Hukum Dagang Cet. I “. Jakarta: Rajawali Pers.
Nadirah, Ida. 2017.” Hukum Dagang dan Bisnis Indonesia “. Medan: Ratu Jaya.