Anda di halaman 1dari 15

TEOLOGI FAZHLUR RAHMAN DAN MUHAMMAD ISMAIL

AL-FARUQI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Teologi Islam

Dosen Pembimbing : Akhmad Kamil Rizani,SH.,MH.

oleh:

SHILFI MAURINA
2012140098

M. JARKANI
2022140141

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARI’AH
PRODI HUKUM TATA NEGARA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

ِ ‫اهلل الرمْح ِن‬


‫الرحْي ِم‬ ِ ‫بِس ِم‬
َ ْ
Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehdirat Allah SWT, karena atas limpah
rahmat dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan makalah sederhana ini,
meskipun sangat jauh dari kata sempurna. Shalawat serta salam tak lupa pula kami
haturkan kepada keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, tabi’in, serta kita umat beliau hingga Akhir zaman.

Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah teologi islam dengan judul “Teologi Fazlurrahman dan
Ismail Faruqy”. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah sederhana ini
berguna bagi pembaca. Kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan

demiperbaikan makalah ini. Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari
Allah, dan yang salah itu berasal dari penulis sendiri. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Palangka Raya, 10 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................1

D. Metode Penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi fazlur rahman...................................................................................2

B. Biografi Muhammad Ismail Al-Faruqy.........................................................3

C. Pokok Pokok Pemikiran Fazlur Rahman dan Ismail Faruqi..........................7

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam, juga terdapat hadits dan juga
Ijtihad. Hadits merupakan semua perbuatan,perkataan, ataupun ketetapan Nabi
Muhammad saw. Sedangkan Ijtihad merupakan sebuah kesepakatan yang
disepakati oleh para mujtahid umat Islam yang berupa perbuatan setelah
sepeninggal Rasulullah saw.

Pada akhir abad 19 Fazlurrahman dan Ismail Faruqi memikirkan kembali


sumber hukum islam yang asli yaitu Al-Quran dan hadist.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk mengarahkan pembahasan
sesuai topik permasalahan, maka penulis merumuskan rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa Biografi Fazlurrahman dan Ismail Faruqi ?
2. Bagaimana pemikiran teologi Fazlurrahman dan Ismail Faruqi ?
3. Bagaimana relevansi pemikiran teologi Fazlurrahman dan Ismail Faruqi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun hal-hal yang menjadi tujuan penulisan dalam pembahasan makalah
ini sebagai berikut :

1 Mengetahui Biografi Fazlurrahman dan Ismail Faruqi.


2 Mengetahui pemikiran teologi Fazlurrahman dan Ismail Faruqi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Fazlur Rahman


Fazlur Rahman lahir di sebuah daerah yang terletak di belahan barat laut
Pakistan, pada tanggal 21 September 1919. Rahman kecil hidup dalam lingkungan
yang kental dengan tradisi Madzhab Hanafi, sebuah madzhab Sunni yang cukup
akomodatif dalam penggunaan rasionalitas diandingkan dengan tiga madzhab
Sunni lainnya. Pengaruh kedua orang tua dalam diri Rahman memang sangat
besar. Sebagaimana diakui oleh Rahaman sendiri, dalam pembentukan watak dan
keyakinan awal religiusitasnya, terderivasi dari kedua orang tuanya. Dari ibu
misalnya, ia memperoleh pengajaran tentang nilai-nilai kebenaran, kasih sayang
kesetiaan dan cinta. Sementara itu, ayah Rahman adalah seorang alim yang
terdidik dalam suatu pola pemikiran Islam tradisional yang mempunyai keyakinan
bahwasanya Islam harus memandang modernitas sebagai tantangan-tantangan
maupun kesempatan-kesempatan.1

Secara formal, pendidikan awal Rahman pada masa kecilnya di madrasah,-


di samping memang menerima pelajaran keagamaan dari ayahnya, seorang kyai
yang berasal dari Doeband- sebuah madrasah tradisional paling bergengsi di anak
benua Indo-Pakistan. Setelah menamatkan pendidikan menengah, Rahman
meneruskan studinya di Departemen Ketimuran Universitas Punjab, pada tahun
1942 dan memperoleh gelar M.A dalam sastra Arab. Ketidak puasan terhadap
mutu pendidikan tinggi Islam di India yang dipandangnya ketika itu sangat
rendah, akhirnya menyebabkan Rahman memutuskan untuk melanjutkan studinya
di Barat pada tahun 1946 dengan Universitas Oxford di Inggris sebagai
pilihannya. Kemudian setelah Rahman meraih gelar D.Phil ia mengajar di
Durham University, Inggris. Setelah cukup lama berada di Barat, akhirnya pada
awal tahun 1960 Rahman kembali ke negeri asalnya, Pakistan. Pendidikan
formalnya di Barat serta pengalaman mengajar selama bertahun-tahun di sarang
orientalisme, ditambah dengan latar belakang liberalisme Indo-Pakistan,
nampaknya telah membuat ia kembali sebagai sarjana dan pemikir modernis yang
bebas dan radikal.2
2
1
Musnur Hery, “Hermeneutika Relijius Paul Ricoul (1913-2005) dan Fazlur Rahman
(1919-1988)”, Disertasi, Program Pascasarjana: UIN Sunan Kalijaga, 2008, hal. 77-78.
2
Ibid., hal. 79-82.
3

Pada bulan Agustus 1962, Rahman ditunjuk sebagai Direktur Lembaga


Riset Islam, setelah sebelumnya menjabar selama beberapa waktu sebagai staf
senior di lembaga tersebut. Pada tahun 1964 Rahman ditunjuk juga sebagai
anggota dewan penasehat ideologi Islam pemerintah Pakistan, melalui kedua
lembaga inilah ia terlibat secara intens dalam usaha menafsirkan kembali Islam
guna menjawab tantangan dan kebutuhan masa kini. Namun, ia justru malah
dituduh sebagai orang yang tidak percaya akan al-Qur’an ketika bukunya Islam
diterjemahkan dan dipublikasikan di kalangan masyarakat Pakistan. Karena
Rahman merasa tidak mempunyai dukungan kemudian ia berhijrah ke Chicago,
Amerika pada tahun 1970. Sejak itu ia mennjabat sebagai guru besar di Chicago
University. Setelah kurang lebih delapan belas tahun ia berkiprah dinamis dalam
menyumbangkan ide-ide briliannya demi pembaharuan pemikiran Islam, Rahman
kembali di Pangkuan Sang Pencipta pada tanggal 26 Juli 1988.3

A. Biografi Ismail Raji al-Faruqi

Prof. Ismail Raji al-Faruqi dilahirkan di Jaffa (Palestina) pada 1 Januari


1921.Ayahnya bernama 'Abd al-Huda al-Faruqi adalah seorang hakim (Qadli)
yang merupakan seorang yang memiliki agama yang kokoh serta berpendidikan
Islam. Al-Faruqi memperoleh pendidikan agama di rumahnya melalui ayahnya
dan melalui mesjid di dekat tempat tinggalnya. Dia mulai kuliah di Domikia
Perancis yaitu kampus Des Freres (St. Joseph) pada tahun 1936.

Tugas pertama yang diemban Al-Faruqi adalah sebagai bagian Pencatat


pada Masyarakat Kerjasama (Registrar of Cooperative Societies) pada tahun 1942
dibawah penugasan dari pemerintahan Inggris di Jerusalem yang
mengantarkannya sebagai Gubernur Distrik Galilee pada tahun 1948. Ketika
Israel menjadi Negara Yahudi pada 1948, Al-Faruqi untuk pertama kalinya
bermigrasi ke Beirut, Lebanon, dimana dia belajar pada American University of
Beirut, kemudian tahun berikutnya di Pasca Sarjana Indiana University School of
Arts and Sciences, dan menyelesaikan gelar M.A. pada bidang Filsafat pada tahun
1949. Selanjutnya Ia diterima masuk di universitas Harvard pada Fakultas Filsafat
Ibid., hal. 82-87.
3
4

dan memperoleh gelas M.A yang kedua pada bidang Filsafat pada tahun 1951,
dengan judul thesis Justifying the Good: Metaphysics and Epistemology of Value.
Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke Indiana University; Dia
menyelesaikan Thesis pada Fakultas Filsafat dan menerima gelar Doktor pada
bulan September 1952. Bisa dipahami bahwa ia memiliki pemahaman yang
mendalam dengan latar belakang filsafat klasik dan perkembangan pemikiran
tradisional di Barat. Pada awal tahun 1953, Ia dan istrinya berada di Syria.
Kemudian Ia pindah ke Mesir dimana ia belajar di Universitas Al-Azhar (1954-
1958) dan memperoleh gelar doktor yang kedua kalinya.

Dia merupakan seorang filosof yang berdarah campuran Palestina –


Amerika yang dikenal sebagai orang yang piawai dalam Islam dan perbandingan
agama.Dia menghabiskan waktunya beberapa tahun lamanya di Universitas Al-
Azhar Kairo, kemudian menjadi pengajar di Amerika Utara termasuk di
Universtitas Mc Gill di Montreal. Dia menjadi professor di bidang Agama pada
Universitas Temple, dimana ia mendirikan dan menjadi pimpinan pada Program
Studi Islam. Ia bersama istrinya Lois Lamya Al-Faruqi ditikam hingga akhirnya
meninggal di rumahnya di Kota Wyncote, Pennysylvania pada 27 Mei 1986.

Dr. al-Faruqi merupakan seorang akademisi yang sangat aktif. Selama


masa kerjanya sebagai dosen tamu bidang Studi Islam di Universitas McGill ,
sebagai seorang professor Sudi Islam di Pusat Studi Penelitian Islam di Karachi
dan menjadi dosen tamu pada berbagai Universitas di Amerika Utara. Dia menulis
lebih dari 100 artikel untuk berbagai Jurnal kampus dan majalah, 25 buah buku,
diantaranya yang paling popular adalah tentang Christian Ethics: A Historical and
Systematic Analysis of Its Dominant Ideas. Disamping kesibukannya pada semua
aktivitas akademik ini, ia mendirikan Kelompok Studi Islam pada Akademi
Agama Amerika (American Academy of Religion) dan menjabat sebagai ketua
selama 10 tahun. Dia menjabat pula sebagai wakil Presiden Kolokium Perdamaian
Antar Agama (Inter-Religious Peace Colloqium), Konferensi Islam-Yahudi-
Kristen dan sebagai Presiden Kampus Islam Amerika (American Islamic College)
di Chicago.
5

Dia menekankan pada Arabisme sebagai alat untuk menunjukkan identitas


Islam dan Muslim.Ia mendedikasikan sepanjang hidupnya untuk hal itu melalui
kekuatan intelektual, religius dan estetika. Ia pun menjadi salah seorang pencetus
gagasan Islamisasi Ilmu dan mendirikan Institut Internasional Pemikiran Islam
(International Institute of Islamic Thought - IIIT) bersama dengan Syekh Taha
Jabir al-Alwani, Dr. Abdul Hamid Sulayman mantan Rektor IIUM (International
Islamic University) Malaysia serta Anwar Ibrahim pada tahun 1980.

Al-Faruqi meninggal pada tanggal 27 Mei 1986 yang diakibatkan oleh


tikaman pisau dari seorang lelaki yang menyelinap masuk ke dalam rumahnya di
Wyncote – Pennsylvania.Ia bersama istrinya, Louis Lamya, tewas akibat tikaman
pisau lelaki tersebut. Sedangkan putrinya, Anmar al-Zein, berhasil ditolong
namun membutuhkan 200 jahitan untuk menutup lukanya.Para pemuka agama
dan politisi memberikan penghormatan terakhirnya pada pemakaman Al-Faruqi di
Washington pada akhir bulan September. Acara tersebut diselenggarakan oleh
panitia untuk mengenang Al-Faruqi yang dibentuk dari gabungan Dewan
Organisasi Arab-Amerika, Organisasi Masyarakat Islam Amerika Utara, Dewan
Nasional Gereja Kristen Amerika, serta Komite Arab Amerika anti Diskriminasi
(ADC).

Pada saat yang sama, ADC mempublikasikan laporan khusus sebanyak 8


halaman tentang peristiwa pembunuhan terhadap Al-faruqi, termasuk detail
6
kronologi peristiwa pembunuhan tersebut serta hasil terakhir investigasi peristiwa
tersebut. Laporan investigasi mengindikasikan peristiwa tersebut merupakan
peristiwa percobaan perampokan, walaupun tidak ada barang yang hilang di
rumah Al-Faruqi.Di tengah maraknya peningkatan insiden dan kekerasan anti-
arab dan anti-muslim di masa tersebut, laporan tersebut juga menyatakan tidak
menutup kemungkinan ada motif politis pada peristiwa pembunuhan tersebut.

DR. Al-Faruqi adalah ilmuan yang produktif.Ia berhasil menulis lebih dua
puluh buku dan seratus artikel. Diantara bukunya yang terpenting adalah:
Tauhid :Its Implications for Thought and Life (1982). Buku ini mengupas tentang
tauhid secara lengkap.Tauhid tidak hanya dipandang sebagai ungkapan lisan
bahkan lebih dari itu, tauhid dikaitkan dengan seluruh aspek kehidupan manusia,
baik itu segi politik, sosial, dan budaya. Dari inilah kita dapat melihat titik tolak
pemikiran Al-Faruqi yang berimplikasi pada pemikirannya dalam bidang-bidang
lain.

Dalam buku Islamization of Knowledge: General Principle and Workplan


(1982), berisi gagasannya yang cemerlang serta patut dijadikan salah satu rujukan
penting dalam masalah Islamisasi ilmu pengetahuan. Didalamnya terangkum
langkah-langkah apa yang harus ditempuh dalam proses Islamisasi tersebut.

Karyanya yang berhubungan dengan ilmu perbandingan agama cukup


banyak, hal ini dapat dimaklumi karena ia sendiri adalah orang yang ahli dalam
perbandingan agama.

4
Bukunya yang secara khusus membahas perbandingan agama adalah
“Christian Ethics”, “Trilogue of Abraham Faiths” pada buku ini terdapat tiga
topik utama: Tiga agama saling memandang. Konsep tiga agama tentang negara
dan bangsa, konsep tiga agama tentang keadilan dan perdamaian, masing-masing
7
penyumbang dari Yahudi, Kristen dan Islam menawarkan prespektif yang jelas
mengenai pokok persoalan berdasarkan tiga topik utama tersebut.Serta buku
Historical Atlas of the Region of the World. Dan karyanya yang dianggap
monumental adalah Cultural Atlas Islam, karya ini ditulis bersama istrinya, Louis
Lamya AI-Faruqi, dan diterbitkan tak lama setelah keduanya meninggal.

C. Pokok-pokok Pemikiran Fazlur Rahman dan Ismail Al-Faruqi

1. Fazlur Rahman dan Pemikirannya

4
Muhammad Taqi, Misbah,.Monoteisme Tauhid sebagai sistem Nilai dan
Akidah Islam. Terjemahan oleh M.Hashem dari At Tauhid or Monotheisme: asin the
ideological and the value Systems of Islam. Jakarta: Lenterabastitama, 1996, hlm.34

Al-Faruqi, Tauhid: Its Implementations for thought and life. Wynccote USA: The International
Institute of Islamic Thought, 1982, hlm.17
a.Tuhan

Ketika hendak menguraikan tema Tuhan, Rahman mengawalinya dengan


mengungkapkan bahwa al-Qur’an merupakan dokumen untuk umat manusia
sekaligus petunjuk bagi manusia5. Tema ini menjelaskan mengenai Eksistensi
Tuhan yang menurut penghayatan Rahman, memahami eksistensi Tuhan perlu
melihat tentang kebenaran wahyu al-Qur’an yang masih berada di luar atau belum
menduduki ruang dan waktu manusia itu tidak perlu dibuktikan atau diuji namun
seseorang cukup berusaha untuk “menemukannya” sehingga manusia perlu
mengaktifkan kemampuannya untuk mengungkap nilai moral yang terkandung
dalam wahyu al-Qur’an. Untuk menemukan kebenaran mengenai eksistensi
Tuhan, Rahman mengutip beberapa ayat al-Qur’an6 tentang eksistensi Tuhan
“yang gaib” untuk menyadarkan umat manusia agar meyakini akan suatu yang
gaib. Meski demikian, “yang gaib” ada yang tidak dapat dipahami dengan
sempurna oleh siapapun kecuali Tuhan sendiri, sehingga mengundang orang-
orang yang suka merenungi eksistensi Tuhan agar dapat memahami sesuatu yang
8
gaib tersebut.7

b. Manusia sebagai Individu

Untuk sampai pada tema manusia sebagai individu, Rahman mulai


melakukan analisis kerangka uraian yang bersifat transendental metafisis hingga
yang terdekat dengan

berwujud empiris fisik dari uraian-uraian ayat-ayat al-Qur’an. 8 Dalam tema ini,
Rahman menguraikan mengenai ayat-ayat yang mencakup dasar penciptaan.
Beberapa kata kunci yang dipakainya adalah sulalah min tin, hama masnun,

5
QS. Al-Baqarah/2: 185.
6
QS. Al-Baqarah/2: 3, QS. Al-Maidah/5: 94, QS. al-Anbiya’/21: 49, QS. Fatir/ 35: 18,
QS. Yasin/36: 11, QS. Al-Hadid/57: 25, QS. Qaf/50: 33, QS. Al-Mulk/67: 12.
7
Merenungi eksistensi Tuhan hingga menghasilkan pemahaman merupakan bentuk
pelaksanaan respon terhadap Tuhan melalui wahyu-Nya sehingga mampu mengantarkan seseorang
beriman sampai pda tujuan. Sebagai bagian ekspresi pemikiran, merenung dengan penghayatan
bertuhan memiliki sifat yang terkait antara unsur-unsur “penghayatan bertuhan” yang
menghasilkan potensi iman. Lihat Sa’dullah Assa’idi, Pemahaman Tematik Al-Quran Menurut
Fazlur Rahman, hal. 176.
8
QS. Al-Hijr/15: 26,28,33; QS. Al-An’am/6: 2, QS. Al-A’raf/7: 12.
salsal, nutfah, turab sebagai dasar penciptaan yang harus masuk ke dalam
keyakinan dan kesadaran manusia terhadap Tuhan.9
Kemudian semua mengenai tema-tema yang telah disebutkan diatas itu
adalah saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya tidak pisah dipisahkan,
karena pehamaman Rahman adalah harus memahami keseluruhan di dalam tema-
tema yang rinci dan begitupun sebaliknya harus memahami rincian di dalam tema-
tema keseluruhan. Jadi pemikrian Rahman yang mengenai hermeneutik tematik
ini adalah harus dikaitkan satu sama lain karena berada di dalam satu kesatuan.10

c. Alam Semesta

Menurut Fazlur Rahman, ajaran fundamental Islam tentang alam


bertumpu pada 3 gagasan sebagai berikut :

1) Ia merupakan sebuah kosmos


2) Ia merupakan suatu tatanan berkembang dan dinamis
3) Ia bukanlah suatu permainan yang sia-sia sehingga harus dimanfaatkan sebagai
aktifitas yang mempunyai tujuan.

2. Fazlur Rahman dan Pemikirannya 9

DR. Al-Faruqi banyak mengemukakan gagasan serta pemikiran yang


berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh Umat Islam. Dan
semua pemikirannya itu saling terkait satu sama lain, semuanya berporos pada
satu sumbu yaitu Tauhid.

Masalah yang terpenting dan menjadi tema sentral pemikiran Islam adalah
pemurnian tauhid, karena nilai dari keislaman seseorang itu adalah peng-Esa-an
terhadap Allah SWT yang terangkum dalam syahadat. Upaya pemurnian Tauhid
ini pun telah banyak dilakukan oleh para ulama terdahulu, diantaranya dikenal
adanya gerakan wahabiyah yang dipimpin oleh Muhammad bin abdul Wahab.

9
Lihat Sa’dullah Assa’idi, Pemahaman Tematik Al-Quran Menurut Fazlur Rahman, hal.
180-182.
10
Ibid., hal. 170.
Menurutnya kalimat "tauhid" tersebut mengandung dua arti yang pertama
"nafi"(negatif) dan kedua itsbat (positif) laa ilaaha (tiada Tuhan yang berhak
diibadahi) berarti tidak ada apapun; illallahi (melainkan Allah) berarti yang benar
dan berhak diibadahi hanyalah Allah Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-
Nya dan secara tegas di dalam bukunya Kitab At-Tauhid beliau menyebutkan
setiap tahyul, setiap bentuk sihir, melibatkan pelaku atau pemanfaatannya dalam
syirik adalah pelanggaran tauhid.

Tetapi tauhid bukan sekedar diakui dengan lidah dan ikrar akan keesaan
Allah serta kenabian Muhammad SAW. Walaupun ikrar dan syahadat oleh
seorang muslim mengkonsekuensikan sejumlah aturan hukum di dunia ini, namun
tauhid yang merupakan sumber kebahagiaan abadi manusia dan kesempurnaanya,
tidak berhenti pada kata-kata dan lisan. Lebih dari itu tauhid juga harus
merupakan suatu realitas batin dan keimanan yang berkembang di dalam
hati11.Tauhid juga merupakan prinsip mendasar dari seluruh aspek hidup manusia
sebagaimana yang dikemukakan bahwa pernyataan tentang kebenaran universal
10
tentang pencipta dan pelindung alam semesta.Tauhid sebagai pelengkap bagi
manusia dengan pandangan baru tentang kosmos, kemanusiaan, pengetahuan dan
moral serta memberikan dimensi dan arti baru dalam kehidupan manusia
tujuannya obyektif dan mengatur manusia sampai kepada hak spesifik untuk
mencapai perdamaian global, keadilan, persamaan dan kebebasan.

Bagi AI-Faruqi sendiri esensi peradaban Islam adalah Islam itu sendiri dan
esensi Islam adalah Tauhid atau pengesaan terhadap Tuhan, tindakan yang
menegaskan Allah sebagai yang Esa, pencipta mutlak dan transenden, penguasa
segala yang ada12. Tauhid adalah memberikan identitas peradaban Islam yang
mengikat semua unsur-unsurnya bersama-bersama dan menjadikan unsur-unsur

11
Muhammad Taqi, Misbah,.Monoteisme Tauhid sebagai sistem Nilai dan
Akidah Islam. Terjemahan oleh M.Hashem dari At Tauhid or Monotheisme: asin the
ideological and the value Systems of Islam. Jakarta: Lenterabastitama, 1996, hlm.34

12
Al-Faruqi, Tauhid: Its Implementations for thought and life. Wynccote USA:
The International Institute of Islamic Thought, 1982, hlm.17
tesebut suatu kesatuan yang integral dan organis yang disebut peradaban. Yang
dimaksud dengan Tauhid ini mengandung pengertian dari 4 prinsip dasar, yaitu:

Prinsip pertama tauhid adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah,
itu berarti bahwa realitas bersifat handa yaitu terdiri dari tingkatan alamiah atau
ciptaan dan tingkat trasenden atau pencipta.

Prinsip kedua, adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, itu berarti
bahwa Allah adalah Tuhan dari segala sesuatu yang bukan Tuhan.Ia adalah
pencipta atau sebab sesuatu yang bukan Tuhan. Ia pencipta atau sebab terawal dan
tujuan terakhir dari segala sesuatu yang bukan Tuhan.

Prinsip ketiga tauhid adalah, bahwa Allah adalah tujuan terakhir alam
semeta, berarti bahwa manusia mempunyai kesanggupan untuk berbuat, bahwa
alam semesta dapat ditundukkan atau dapat menerima manusia dan bahwa
perbuatan manusia terhadap alam yang dapat ditundukkan perbuatan yang
membungkam alam, yang berbeda adalah tujuan susila dari agama.

Prinsip keempat tauhid adalah, bahwa manusia mempunyai kesanggupan


untuk berbuat dan mempunyai kemerdekaan untuk tidak berbuat.Kemerdekaan ini
memberi manusia sebuah tanggungjawab terhadap segala tindakannya.

Dengan demikian pentingnya tauhid bagi Al-Faruqi sama dengan


pentingnya Islam itu sendiri.

BAB III
PENUTUP

a. KESIMPULAN
Fazlur Rahman dan Ismail Raji Al-Faruqi dapat dikategorikan
sebakai seorang pemikir modern yang serius dan produktif dan juga sebagai
tokoh pintar dan intelektual Muslim yang sampai sekarang dikenal akan
pemikiran-pemikirannya yang hebat tentang Islam. Walaupun mereka
berdua memiliki pemikirannya masing-masing(Berbeda) tentang Tuhan
namun pada kesimpulannya sama yakni bahwa kemampuan apapun akan
sia-sia pada diri manusia kecuali atas ijin Allah Tuhan Maha segalanya
sesuai kehendaknya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Nashir, Haedar. 1997. Agama dan krisis Kemanusiaan Modern.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mohammad Ahsin, Al-qur’an dan Pemikiran Islam. Bandung:
Pusaka 1948.

Sa’dullah Assa’idi, Pemahaman Tematik Al-Quran Menurut


Fazlur Rahman, RajaGrafindo Persada, 1998.

Muhammad Taqi, Misbah, 1996. Monoteisme Tauhid sebagai


sistem Nilai dan Akidah Islam. Terjemahan oleh M.Hashem dari At Tauhid
or Monotheisme: asin the ideological and the value Systems of Islam.
Jakarta: Lenterabastitama

Fazlur Rahman, Islam, terjemahan. Ahsin Mohammad (Bandung:


Pustaka,1984).

B. Internet
http://diyaasaviella.blogspot.com/2012/02/ilmu-kalam-ismail-al-
faruqi.html (Diunduh pada tanggal 09 Maret 2021)

Al Suffi Prasinggar, Biografi dan Pemikiran Fzlur


Rahman..http://hamamburhanuddin.Wordpress.com/2012/06/14/analisa-
fazlur-rahmantentangpendidikan/ (Diunduh pada tanggal 10 Maret).

Anda mungkin juga menyukai