Anda di halaman 1dari 7

2

METODE HUKUM ISLAM KONTEMPORER: TEORI DOUBLE MOVEMENT


FAZLUR RAHMAN
Oleh: Dicky Maulidhany (2190110009)

Abstrak
Al-Qur’an bukan hanya sebagai pedoman petunjuk saja, sekaligus
sebagai sumber hukum bagi manusia. Al-Qur’an tidak pernah berubah, dan Allah
akan memelihara ke orisinilan teks tersebut, namun penafsirannya selalu
berkembang dari masa ke masa. Sehingga Al-Qur’an mampu menjawab segala
problematika yang ada. Al-Qur’an hadir di tengah masyarakat sebagai Problem
Solver. Ia tak pernah usang dan tak termakan zaman. Hal inilah yang menjadi
bukti kuat bahwa Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar yang Allah SWT
karuniakan kepada Baginda Rasulullah SAW. Sebagai jawaban tuntutan
bermacam permasalahan yang lahir di masyarakat, berbagai model corak dan
ragam kaidah penafsiran muncul sesuai paradigma mufassir itu sendiri. Salah
seorang tokoh mufassir yang tersohor, sebagai pencetus Double Movement
Theory (Teori Pergerakan Ganda) yakni Fazlur Rahman dengan kecerdasan dan
kemampuannya yang mumpuni mengupas Al-Qur’an dengan kacamata
modernitas namun tetap berpegang pada syari’at.
Kata Kunci : Fazlur Rahman, Al-Qur’an, Teori Double Movement

A. Biografi Singkat Fazlur Rahman


Fazlur Rahman lahir di Hazara (sekarang bagian dari Pakistan) pada 21
September 1919 dan tumbuh besar di daerah Barat Laut Pakistan dan dibesarkan
dalam mazhab Hanafi yang dikenal sebagai mazhab rasional. 1 Ia meninggal di
Chicago, 26 Juli 1988.2 Dia berasal dari keluarga religius, ayahnya Maulana
Shihabuddin adalah alumni dari sekolah menengah terkemuka di India Darul
Ulum Deoband. Beliau adalah seorang ulama tradisional yang tidak seperti
mayoritas ulama pada jaman itu yang menentang dan menganggap pendidikan
modern dapat meracuni keimanan dan moral,3 modernitas bahkan bagi ayahnya
1
Hera Hidayatullah, SKRIPSI Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, (Bandung: Universitas
Islam Negeri SGD Bandung, 2005), hlm. 43
2
Ebrahim Moosa, Introduction, dalam Fazlur Rahman Revival and Reform in Islam: a Study of
Islamic Fundamentalism (Oxford: Oneworld, 2000) hlm. 1.
3
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadist, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2010), hlm.
61.

2
3

merupakan suatu tantangan dan kesempatan. Di Doeband ayahnya belajar kepada


beberapa tokoh yang terkemuka, diantaranya Maulana Mahmud Hasan (wafat
1920) atau yang lebih dikenal dengan Syaikh Al-Hind dan seorang fakih terkenal
Maulana Rasyid Ahmad Gangohi (wafat 1905)4.
Pada tahun 1940 Rahman menyelesaikan BA dalam bidang bahasa Arab
pada Universitas Punjab dan pada tahun 1942 ia memperoleh gelar Master dalam
bidang dan Universitas yang sama. Kemudian Fazlur Rahman melanjutkan kuliah
di Universitas Oxford di bawah bimbingan Prof. S. Vanden Berg dan H.A.R.
Gibb, untuk mengambil Ph.D pada tahun 1949.5 Secara intelektual, ia dibesarkan
di dua tempat yang berbeda. Beliau mendapatkan gelar M.A di Punjab University
dalam bidang sastra Arab, yang merupakan representasi peradaban Timur-Islam,
dan gelar doktor diperoleh di Oxford Univercity dalam bidang filsafat pada tahun
1951 yang merupakan representasi peradaban barat.
Karena dibesarkan di dalam keluarga yang religius, selain pendidikan
formal yang sedang dilakukan, sejak kanak-kanak dirinya mendapat banyak
pembelajaran ke-Islam-an dari ayahnya. Pada tahun 1933 Fazlur Rahman dibawa
ke Lahore untuk memasuki sekolah modern, namun malamnya tetap
mendapatkan pelajaran agama secara tradisional dari ayahnya di rumah. Semasa
kecil, ayah Rahman sering memberikan pelajaran hadist dan syari’ah, dan
tampaknya juga begitu terkesan dengan pendidikan ayahnya sehingga selalu
menyebut ayahnya dalam banyak tulisan6. Pada usia 10 tahun, Rahman berhasil
menghafalkan Al-Qur’an di luar kepala dan ketika berusia 14 tahun, ia mulai
belajar Filsafat, Bahasa Arab dan beberapa bahasa penting lain seperti bahasa
Persia, Perancis dan Jerman serta bahasa Eropa kuno seperti bahasa Latin dan
Yunani. Pemikiran modern sang ayah lah yang kemudian terpatrikan dalam
benak Fazlur Rahman. Hal tersebut sangat terlihat dari sikapnya yang tidak mau
terjebak dalam pemikiran-pemikiran tradisionalis yang sempit dan terkungkung
oleh tradisi-tradisi madzhab.
Pada tahun 1946, Rahman pergi ke Oxford dengan mempersiapkan
disertasi dibawah pengawasan professor Simon Van De Berg, dan di sanalah ia

4
Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam, Cet.II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 1.
5
Ibid.
6
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm. 88.

3
4

memperoleh gelar Ph.D.7 Setelah lulus dari Oxford, ia mengajar bahasa Persia
dan Filsafat Islam di Durham University, Kanada (1950-1958). Setelah tiga tahun
mengajar di Mc. Gill University, yakni pada awal tahun 1960, Fazlur Rahman
kembali ke Pakistan atas permintaan Ayyub Khan (Presiden Pakistan, 1958-
1969) untuk membangun negeri asalnya. Selanjutnya, pada 1962 ia diminta
presiden untuk memimpin Lembaga Riset Islam dan menjadi Dewan Penasihat
Ideologi Islam pada tahun 1964. Namun, pemikiran modern dari Fazlur Rahman
di tentang keras oleh para ulama tradisional-fundamentalis 8. Karena banyak
kontroversi yang terjadi, pada tanggal 5 September 1968 Rahman resmi
mengundurkan diri dan langsung dikabulkan oleh Ayyub Khan.
Pemikirannya yang analitis, sistematis, komunikatif, jelas, dan berani
dalam mencari solusi masalah umat Islam, baik di bidang pemikiran, politik,
maupun hukum Islam9. Perjalanan karier keilmuannya juga dihabiskan didua
peradaban yang berbeda itu. Di Pakistan ia menjadi peneliti dan memimpin di
Institute of Islamic Research, sedang di Barat menjadi tenaga pengajar di McGill
University Canada. Setelah pemikirannya melahirkan kontroversi di negaranya
sendiri, yang motifnya bermacam-macam, Rahman memutuskan untuk hijrah dan
mencari tempat baru yang kondusif dalam menuangkan gagasan-gagasannya.
Universitas Chicago di Amerika Serikat menjadi pilihannya (1968). 10
Pendidikan dalam keluarganya benar-benar efektif dalam membentuk
watak dan kepribadiannya ketika menghadapi kehidupan nyata. Menurut
Rahman, ada beberapa faktor yang telah membentuk karakter dan kedalaman
ilmunya dalam beragama, salah satu diantaranya adalah pengajaran tentang
kejujuran dari ayahnya, kasih sayang serta cinta sepenuh hati dari ibunya.
Kemudian dari ayahnya yang begitu tekun mengajarkan agama kepada Fazlur
Rahman di rumah dengan disiplin tinggi sehingga mampu menghadapi bermacam
peradaban dan tantangan di dalam modern.11

7
Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998), hlm. 256-257.
8
Taufik Adnan Amal, Metode dan Alternatif Neomodern Islam, (Bandung: Mizan, 1987), hlm. 13-
14.
9
Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 2005), hlm. 156.
10
Abid Rahmanu, Paradigma Teoantroposentris dalam Konstelasi Tafsir Hukum Islam,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2019) 11.
11
Hera Hidayatullah, SKRIPSI Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, (Bandung:
Universitas Islam Negeri SGD Bandung, 2005), hlm. 44

4
5

Belajar di Universitas Oxford, sebagai lembaga pendidikan yang telah


maju di Barat dan apabila ditelusuri dari karya-karyanya, nampak bahwa Fazlur
Rahman paling tidak menguasai sembilan bahasa: Yunani, Inggris, Jerman,
Turki, Arab, Persia dan Urdu sebagai bahasanya di Pakistan. Fazlur Rahman
dalam bukunya yang berjudul “Islam” yang diterbitkan pada tahun 1966,
mengakui diantara isinya ia berusaha mengkritik dan mengklarifikasi kekeliruan
pandangan orientalis terhadap Islam dan bahkan sangat jelas dalam orasinya
begitu tegas menolak argumen para kaum orientalis. 12

B. Karya-Karya Fazlur Rahman


Prophecy in Islam: Philosophy and Ortodox, Islamic Methodology in History, Islam
diterbitkan pertama kali pada tahun 1975 oleh State University of NewYork, Major
Themes of the Quran diterbitkan dalam edisi pertama pada tahun 1980 oleh
Bibliotheca Islamica, Minneapolis, Chicago.93 Islam and Modernity:Transformation
of an Intelectual Tradition diterbitkan oleh The University of Chicago Press pada
tahun 1982. 94 Health and Medicine in the Islamic Tradition: Change and Identity
diterbitkan pertama kali oleh Crossroad, New York pada tahun 1987. Karya Rahman
juga tersebar dalam bentuk jurnal, baik jurnal lokal (Pakistan) ataupun internasional.
Jurnal-jurnal yang memuat tulisannya adalah, Islamic Studies, The Muslim Word,
dan Studia Islamica.95 Pemikiran Fazlur Rahman dalam bidang hukum dan
perundang-undangan ditulisnya dalam buku yang berjudul Implementation of Islamic
Concept of State in the Pakistan Milleu, dalam bidang persamaan kedudukan manusia
Rahman menulis buku tentang Status Women in Islam, Controversy Over the Muslim
Family Law, sedangkan masalah tentang ekonomi dan bunga bank riba ditulis dalam
Riba, Intrest and Islamic Modernism, Its Scope, Methode an Alternative
(International Journal of Middle Eastern Studies vol I, 1970).

C. Double Movement Theory Fazlur Rahman


Kehadiran Fazlur Rahman dalam daftar nama-nama pemikir Islam
membawa sesuatu yang baru terhadap pemikiran Islam, meskipun sebenarnya

12
Ibid.

5
6

pembaharuan dalam Islam telah dilakukan oleh beberapa pemikir sebelumnya 13.
Double Movement Theory atau yang bisa disebut dengan Teori Pergerakan
Ganda adalah suatu prinsip atas pemikiran Fazlur Rahman. Teori ini merupakan
suatu proses penafsiran yang ditempuh melalui dua gerakan (langkah) dari situasi
sekarang ke masa Al-Qur’an dan dari masa Al-Qur’an ke masa sekarang. Al-
Qur’an adalah kitab suci yang tidak terbatas pada ruang dan waktu (shalih fi kulli
zaman wa makan), dan telah membuktikan dirinya dengan memiliki keistimwaan
baik dari segi isinya, susunan kata, sastra, bahkan memiliki posisi penting dalam
peradaban umat Islam14. Latar belakang munculnya teori ini salah satunya respon
Fazlur Rahman atas munculnya penafsiran Al-Qur’an anomistis yakni sepotong-
sepotong yang banyak di munculkan oleh para mufassir periode pertengahan.
Langkah pertama dari gerakan tersebut adalah seseorang harus
memahami arti atau makna dari suatu pernyataan tertentu dengan mempelajari
situasi atau problem historis yang selanjutnya akan mengaji secara umum
mengenai situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat istiadat,
pranata-pranata, bahkan tentang kehidupan secara menyeluruh di Arabia. Dengan
kata lain, langkah pertama dari gerakan ini adalah upaya sungguh-sungguh dalam
memahami konteks mikro dan makro saat Al-Qur’an diturunkan, setelah itu
mufassir berusaha menangkap makna asli dari ayat Al-Qur’an dalam konteks
sosio-historis kenabian, dari hal itulah maka ditemukan ajaran universal Al-
Qur’an yang melandasi berbagai perintah normatif Al-Qur’an 15.
Langkah kedua gerakan ini, adalah melakukan generalisasi jawaban-
jawaban spesifik. Langkah kedua ini berusaha menemukan ideal moral setelah
adanya kajian sosio-historis yang mana kemudian ideal moral tersebut
menemukan eksistensinya dan menjadi teks yang hidup dalam pranata umat
Islam. Namun perlu diingat bahwa dalam proses ini, perhatian harus diberikan
kepada arah ajaran Al-Qur’an sebagai suatu keseluruhan sehingga setiap arti
tentu dipahami serta setiap hukum dan tujuannya kohern satu dengan lainnya.
Hermeneutika Gerakan ganda ini sesuai dengan kaidah Al-Qur’an yakni
mengambil pelajaran atau hukum dari keumuman lafadz, bukan dari kekhususan
13
Syamsudin, Op. Cit.,
14
Muhammad Ali Mustofa Kamal “Konsep Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika: Paradigma Baru
Menggali Aspek Ahkam Dalam Penafsiran Al-Qur’an”. Syari’ati Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum
Vol. I No. 01, 2015, hlm. 1, Diakses dari
http://syariati.unsiq.ac.id/index.php/syariati_j/article/download/1/1
15
Mustaqim, Op. Cit., hlm. 183.

6
7

sebab16. Bukan berarti seseorang mengabaikan pendekatan linguistik ketika


memaknai dengan metode ini, seperti nahwu shorof, filologis, dan balaghah.
Menurut Rahman, pendekatan linguistik tetap penting digunakan, namun harus
menduduki tempat kedua dan ayat-ayat Al-Qur’an tetap harus dinilai dengan
pemahaman Al-Qur’an itu sendiri17.
Contoh sederhana dari teori Double Movement Fazlur Rahman dalam
masalah poligami Q.S. An-Nisa’ ayat 3.

َ َ‫ٓا ِء َم ۡثن َٰى َوثُ ٰل‬I‫اب لَ ُكم ِّمنَ ٱلنِّ َس‬I


‫ ۖ َع‬Iَ‫ث َو ُر ٰب‬ َ َ‫ا ط‬I‫ُوا َم‬ ْ ‫ٱن ِكح‬Iَ‫وا فِي ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى ف‬ ْ ُ‫ط‬I‫تُ ۡق ِس‬ ‫َوإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل‬
٣ ‫وا‬Iْ ُ‫وا فَ ٰ َو ِح َدةً أَ ۡو َما َملَ َك ۡت أَ ۡي ٰ َمنُ ُكمۡۚ ٰ َذلِكَ أَ ۡدن ٰ َٓى أَاَّل تَعُول‬
ْ ُ‫ت َۡع ِدل‬ ‫فَإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل‬
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya”. (QS. Al-Nisā’: 3).

Pada langkah pertamanya, Rahman mencoba mengaitkan aspek historis


dengan sosio-kultural yang berkembang kala ayat tersebut turun. Menurutnya,
kehidupan masa itu didominasi oleh kaum laki-laki dan perempuan menempati
posisi yang rendah. Dengan mengambil nilai universal mengenai kesamaan
kedudukan waktu itu, Rahman melanjutkan pada langkah yang kedua. Menurut
Rahman, akan sangat pelik mempertahankan keadaan berdasarkan ayat-ayat
tersebut bahwa masyarakat tetap seperti masyarakat abad ke-7M. Rahman
mengatakan bahwa poligami merupakan perkawinan yang bersifat kasuistik dan
spesifik untuk menyelesaikan masalah yang ada pada saat itu, yaitu tindakan para
wali yang tidak rela mengembalikan harta kekayaan anak yatim setelah anak itu
menginjak usia cukup umur atau baligh. Lantas Alquran membolehkan mereka
(para wali) mengawini perempuan yatim itu dijadikan istri sampai batas empat
orang. Tujuan Al-Qur’an di sini adalah untuk menguatkan bagian-bagian
masyarakat  yang lemah, seperti, orang-orang miskin, anak-anak yatim kaum
wanita, budak-budak, dan orang-orang yang terjerat hutang, sehingga tercipta
sebuah tatanan masyarakat yang etis.

16
Ramli Abdul Wahid, MA., Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 81.
17
Mustaqim, Op. Cit., hlm. 183.

7
8

D. Kesimpulan
Fazlur Rahman adalah seorang Cendikiawan muslim kontemporer yang
mempunyai daya kritis yang tinggi. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang
religius sehingga dimasa kanak-kanak nya, di usianya yang ke-10 tahun ia telah
mampu memahami berbagai ilmu-ilmu dasar Ke-Islam-an atas bimbingan sang ayah
dan berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an. Berbagai pergolakan sosial dan
keagamaan kala itu yang banyak mempengaruhi paradigma nya sebagai seorang
mufassir. Teori nya yang sangat terkenal yakni Double Movement Theory atau yang
biasa disebut dengan teori gerakan ganda.

E. Daftar Pustaka
Amal Taufik Adnan, Metode dan Alternatif Neomodern Islam, (Bandung: Mizan, 1987)
Azra Azyumardi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 2005)
Hidayatullah Hera, SKRIPSI Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, (Bandung:
Universitas Islam Negeri SGD Bandung, 2005)
Hidayatullah Hera, SKRIPSI Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, (Bandung:
Universitas Islam Negeri SGD Bandung, 2005)
Moosa Ebrahim, Introduction, dalam Fazlur Rahman Revival and Reform in Islam: a
Study of Islamic Fundamentalism (Oxford: Oneworld, 2000)
Mustaqim Abdul, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LKiS, 2010)
Mustofa Kamal Muhammad Ali “Konsep Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika: Paradigma
Baru Menggali Aspek Ahkam Dalam Penafsiran Al-Qur’an”. Syari’ati Jurnal Studi Al-
Qur’an dan Hukum Vol. I No. 01, 2015, hlm. 1, Diakses dari
http://syariati.unsiq.ac.id/index.php/syariati_j/article/download/1/1
Rahman Fazlur, Gelombang Perubahan Dalam Islam, Cet.II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001)
Rahmanu Abid, Paradigma Teoantroposentris dalam Konstelasi Tafsir Hukum Islam,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2019)
Sani Abdul, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1998),
Syamsuddin Sahiron, Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadist, (Yogyakarta: Elsaq Press,
2010)
Wahid Ramli Abdul, MA., Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002

Anda mungkin juga menyukai