Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No.

1 April 2018 P-ISSN 1412-5382


E-ISSN 2598-2168

STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI


DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS

IRMA SURYANI SIREGAR


Sekolah Tinggi Agama Islam Barumun Raya
Jln. Ki Hajar Dewantara, No. 66 Kab. Padanglawas Kode Pos 22763
e-mail: irmasuryanisiregar2@gmail.com

LINA MAYASARI SIREGAR


Sekolah Tinggi Agama Islam Barumun Raya
Jln. Ki Hajar Dewantara, No. 66 Kab. Padanglawas Kode Pos 22763
e-mail: linamayasarisiregar21@gmail.com

Abstrak: Menurut Echols dan Hasan Sadily, kata Islamisasi berasal dari bahasa Inggris
islamization yang berarti pengislaman. Ketika mendengar istilah Islamisasi Ilmu
pengetahuan, ada sebuah kesan bahwa ada sebagian ilmu yang tidak Islam sehingga
perlu untuk diislamkan. Berbicara tentang islamisasi ilmu pengetahuan, biasanya
rujukannya berpusat pada dua tokoh utama, yaitu Syed Muhammad Naquib Al-Attas
dan Ismail Raji Al Faruqi. Antara al-Attas dengan al-Faruqi mempunyai kesamaan
pandangan, seperti pada tataran epistemologi mereka sepakat bahwa ilmu tidak bebas
nilai (value free) tetapi terikat (value bound) dengan nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya. Mereka juga sependapat bahwa ilmu mempunyai tujuan yang sama yang
konsepsinya disandarkan pada prinsip metafisika, ontologi, epistemologi dan aksiologi
dengan tauhid sebagai kuncinya. Walaupun cukup banyak persamaan yang terdapat di
antara keduanya, dalam beberapa hal, secara prinsip, mereka berbeda. Untuk
mensukseskan proyek Islamisasi, al-Attas lebih menekankan kepada subjek daripada
ilmu, yaitu manusia, dengan melakukan pembersihan jiwa dan menghiasinya dengan
sifat-sifat terpuji, sehingga dalam proses Islamisasi ilmu tersebut dengan sendirinya
akan terjadi transformasi pribadi serta memiliki akal dan rohani yang telah menjadi
Islam secara kaffah. Sedangkan al-Faruqi lebih menekankan pada objek Islamisasi yaitu
disiplin ilmu itu sendiri.

Kata Kunci: Studi Komparatif, Pemikiran, Al-Faruqi, Al-Attas

PENDAHULUAN merupakan keturunan ulama dan ahli


1. Biografi Singkat Syed Muhammad tasawwuf.
Naquib Al-Attas dan Karya- Riwayat hidup beliau dimulai
karyanya sejak ia berusai 5 tahun. Ketika itu ia
Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib berada di kohor baru, tinggal bersama
Al-Attas, lahir di Bogor, Jawa Barat pada saudara ayahnya sampai perang dunia
tanggal 5 september 1931. ayahnya kedua meletus. Pada tahun 1936-1941 ia
bernama Syed Ali bin Abdullah Al-Attas, belajar di Ngee Neng English Premary
sedang ibunya bernama Syarifah Raguan School di Johor Baru. Pada masa jajahan
al-Idrus, keturunan kerabat raja-raja Jepang, Al-Attas kembali ke tempat
Sunda Sukapura, Jawa Barat. Ayahnya kelahirannya di Indonesia, di sana beliau
berasal dari Arab yang silsilahnya belajar tentang ilmu-ilmu keislaman di

80
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

pesantren Urwatul-Wutsqo Sukabumi dipolakan dengan corak barat (Abudin


selama empat tahun, kemudian kembali Nata, 2005: 141).
lagi ke Johor dan hidup bersama salah Maka di sini jelas bahwa
satu familinya yang menjabat di pemikiran Al-Attas lebih didominasi oleh
kementrian Johor. Kemudian masuk pemikiran-pemikiran keislaman yang hal
sekolah militer dan menjadi anggota itu merupakan perwujudan dari dokrtin-
kemiliteran. Kepandaian dan doktrin keislaman yang beliau dapatkan
kecemerlangan beliau dalam kemeliteran baik itu di pesantern, sekolah maupun di
telah menjadikan beliau orang yang rumahnya yang kental dengan suasana
terpercaya di kalangan petinggi militer keislaman.
hingga beliau diberikan peluang untuk Al-Attas telah menulis 26 buku
meneruskan studi kemiliterannya di salah dan artikel-artikel, baik dalam bahasa
satu sekolah militer yang terkemuka. Inggris maupun Melayu dan banyak yang
Namun hidup beliau di dunia kemiliteran telah diterjemahkan ke dalam bahasa
tidak bertahan, hanya sampai tingkat lain, seperti bahasa Arab, Persia, Turki,
letnan dan beliau keluar. Urdu, Malayalam, Indonesia, Prancis,
Setelah keluar dari kemiliteran, Jerman, Rusia, Bosnia, Jepang, India,
beliau meneruskan studinya di Korea, dan Albania. Di antara karya-
Universitas Malaya pada tahun 1957- karyanya tersebut adalah:
1959, lalu melanjutkan ke Mc Gill 1. Islam and Secularism, ABIM, Kuala
University Kanada, dimana beliau Lumpur, 1978. diterjemahkan ke dalam
mendapatkan gelar MA (Master or Art). bahasa Melayu, India, Persia, Urdu,
Kemudian Al-Attas mendapatkan sponsor Indonesia, Turki, Arab, dan Rusia.
untuk melanjutkan kuliahnya lagi ke 2. Islam and the Philoshophy of Science,
program pasca sarjana di University of ISTAC, Kuala Lumpur, 1989.
London pada tahun 1963-1964, disana ia diterjemahkan ke dalam bahasa
meraih gelar Ph.D dengan predikat Indonesia, Bosnia, Persia, dan Turki.
cumlaude tahun 1965. 3. Islam: Paham Agama dan Asas Akhlak,
Dilihat dari sekian almamater yang ABIM, Kuala, Lumpur, 1977. versi
beliau tempuh, seharusnya beliau bahasa Melayu
mempunyai corak pemikiran yang 4. Risalah untuk Kaum Muslimin,
kebarat-baratan, karena dua almamater monograf yang belum diterbitkan, 286
terakhirnya yang ada di Barat telah h., ditulis antara Februari-Maret 1973.
memberikan sumbangan yang besar (buku ini kemudian diterbtkan di Kuala
padanya dalam bidang keilmuan, yang Lumpur oleh ISTAC pada 2001—
sekiranya bisa menarik empatinya hingga penerj.)
corak kebaratan bisa dengan gampang 5. The Mysticism of Hamzah Fanshûrî,
melekat pada beliau. Namun tidak, University of Malaya Press, Kuala
ternyata corak pemikiran beliau sangat Lumpur, 1969
berpolakan keislaman yang kental, dan 6. “Islamic Culture in Malaysia”,
beliau betul-betul mempunyai komitmen Malaysian Society of Orientalist, Kuala
keilmuan yang tinggi, bahkan kalau kita Lumpur, 1966
amati secara global, Al-Attas mempunyai 7. “Rampaian Sajak”, Bahasa, Persatuan
pandangan yang negatif terhadap Barat, Bahasa Melayu Universiti Malaya no. 9,
sehingga munculnya konsep ta’dib dan Kuala Lumpur, 1968.
ide Islamisasi pendidikan. Pemikiran 8. “Indonesia: 4 (a) History: The Islamic
beliau tersebut merupakan implementasi Period”, Encyclopedia of Islam, edisi
dari kekecewaan beliau pada wajah baru, E.J. Brill, Leiden, 1971.
Pendidikan Islam yang sudah banyak

81
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

9. “A General Theory of The Islamization tahun. Usai studi Islam di Kairo, Al Faruqi
of the Malay Archipelago”, Profiles of mulai berkiprah di dunia kampus dengan
Malay Culture, Historiographi, Religion, mengajar di Universitas McGill, Montreal,
and Politics, editor Sartono Kartodirdjo, Kanada pada 1959 selama dua tahun.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Pada tahun 1962 Al Faruqi pindah ke
Jakarta, 1976 Karachi, Pakistan, karena terlibat
kegiatan Central Institute for Islamic
2. Biografi Singkat Ismail Raji Al Research.
Faruqi dan Karya-karyanya Setahun kemudian, pada 1963, Al
Ismail Raji Al Faruqi dilahirkan di Faruqi kembali ke AS dan memberikan
daerah Jaffa, Palestina, pada 1 Januari kuliah di Fakultas Agama Universitas
1921, sebelum wilayah ini diduduki Israel Chicago, dan selanjutnya pindah ke
(Azyumardi Azra, 1996: 49). Saat itu program pengkajian Islam di Universitas
Palestina masih begitu harmonis dalam Syracuse, New York. Pada tahun 1968, ia
pelukan kekuasaan Arab. Al Faruqi pindah ke Universitas Temple,
melalui pendidikan dasarnya di College Philadelphia, sebagai guru besar dan
des Freres, Lebanon sejak 1926 hingga mendirikan Pusat Pengkajian Islam di
1936. Pendidikan tinggi ia tempuh di The institusi tersebut.
American University, di Beirut. Gelar Selain itu, ia juga menjadi guru
sarjana muda pun ia gapai pada 1941. besar tamu di berbagai negara, seperti di
Lulus sarjana, ia kembali ke tanah Universitas Mindanao City, Filipina, dan
kelahirannya menjadi pegawai di di Universitas Qom, Iran. Ia pula
pemerintahan Palestina, di bawah perancang utama kurikulum The
mandat Inggris selama empat tahun, American Islamic College Chicago. Al
sebelum akhirnya diangkat menjadi Faruqi mengabdikan ilmunya di kampus
gubernur Galilea yang terakhir. Namun hingga akhir hayatnya, pada 27 Mei 1986,
pada 1947 provinsi yang dipimpinnya di Philadelphia.
jatuh ke tangan Israel, hingga ia pun Tetapi sangat disayangkan
hijrah ke Amerika Serikat. aktifitas Al-Faruqi dan kepiawaiannya
Di negeri Paman Sam itu garis harus berakhir dengan peristiwa yang
hidupnya berubah. Dia dengan tekun sangat tragis, ia meningggal dunia pada
menggeluti dunia akademis. Di negeri ini 27 Mei 1986 bertepatan dengan 17
pula, gelar masternya di bidang filsafat ia Ramadhan 1406H bersama istrinya
raih dari Universitas Indiana, AS, pada Lamiya Al-Faruqi dalam peristiwa
1949, dan gelar master keduanya dari pembunuhan secara brutal oleh orang
Universitas Harvard, dengan judul tesis yang tak dikenal, di rumah mereka
On Justifying The God: Metaphysic and Wyncote, Philadelphia. Menjelang sahur,
Epistemology of Value (Tentang tiga orang tak dikenal menyelinap masuk
Pembenaran Kebaikan: Metafisika dan ke rumahnya dan dengan kejam keluarga
Epistemologi Ilmu). Namun apa yang ini dibunuh dan tewas seketika. Al-
dicapai ini tidak memuaskannya, Faruqi ditikam lebih dari 13 kali, dua di
sehingga ia kemudian mendalami ilmu- antaranya mengenai jantungnya yang
ilmu keislaman di universitas al Azhar membuatnya wafat seketika. Demikian
Cairo (Azyumardi Azra, 1996: 49). juga dengan istrinya ditusuk sebanyak
Sementara gelar doktornya diraih dari delapan tusukan. Dua di antaranya
Universitas Indiana. mengenai dadanya. Sedangkan putrinya
Tak hanya itu, Al Faruqi juga Ammar yang memergoki pembunuhan
memperdalam ilmu agama di Universitas tersebut berhasil diselamatkan dengan
Al Azhar, Kairo, Mesir selama empat 200 luka jahitan di sekujur tubuhnya.

82
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

Misteri pembunuhan itu berkaitan erat SEJARAH IDE ISLAMISASI ILMU


dengan kecamannya terhadap zionisme PENGETAHUAN
Israel serta dukungannya kepada rakyat Menurut Wan Mohd Nor Wan
Palestina yang merupakan tanah airnya. Daud, proses Islamisasi ilmu pengetahuan
Ismail Raji Al-Faruqi adalah sosok pada dasarnya telah berlangsung sejak
ideal, bibit unggul, pemikir dan ulama permulaan Islam hingga zaman kita
ternama dalam dunia pendidikan dan sekarang ini. Ayat-ayat terawal yang
dakwah Islam. Yang dengan gigih diwahyukan kepada nabi secara jelas
memperjuangkan Islam dan negaranya menegaskan semangat Islamisasi ilmu
Palestina. Dari karir yang ia lalui terlihat pengetahuan kontemporer, yaitu ketika
jelas kiprahnya sebagai seorang yang Allah menekankan bahwa Dia adalah
dapat dimasukkan dalam barisan sumber dan asal ilmu manusia (Wan
nasionalis yang agamis. Dikatakan Mohd Nor Wan Daud, 1998: 341). Ide
“nasionalis”, karena tercermin pada yang disampaikan al-Qur'an tersebut
penolakannya terhadap zionis Israel yang membawa suatu perubahan radikal dari
ingin menguasai negaranya Palestina, pemahaman umum bangsa Arab pra-
meskipun berujung pada kematian. Dan Islam, yang menganggap suku dan tradisi
dikatakan “agamis”, karena terlihat pada kesukuan serta pengalaman empiris,
aktivitasnya yang dengan gencar sebagai sumber ilmu pengetahuan dan
mengusung gagasan islamisasi ilmu kebijaksanaan.
pengetahuan melalui lembaga kajian yang Pada sekitar abad ke-8 masehi,
didirikannya. Al-Faruqi secara luas pada masa pemerintahan Daulah Bani
dikenal sebagai ahli ilmu agama Islam Abbasiyah, proses Islamisasi ilmu ini
dan ilmu perbandingan agama. Ia juga berlanjut secara besar-besaran, yaitu
dikenal sebagai penganjur Pan-Islamisme. dengan dilakukannya penterjemahan
Al-faruqi mewariskan tidak terhadap karya-karya dari Persia dan
kurang dari 100 artikel dan 25 judul Yunani yang kemudian diberikan
buku, yang mencakup berbagai pemaknaan ulang disesuaikan dengan
persoalan; etika, seni, sosiologi, konsep Agama Islam (Rosnani Hashim,
kebudayaan, metafisika, dan politik. Di 2005: 32). Peradaban Islam telah
antara karyanya yang terpenting adalah: mencapai kemajuan ilmu dalam banyak
Islamization of Knowledge: General bidang pada masa itu. Sarjana Islam telah
Principles and Workplan (1982) berhasil menerjemah, menyaring,
(diterjemahkan kedalam bahasa menyerap dan memadukan ilmu asing ke
indonesia dengan judul Islamisasi dalam pandangan mereka berdasarkan al-
Pengetahuan), A Historical Atlas of the Qur’an. Ilmu Pengetahuan yang
Religion of The World (Atlas Historis merupakan jantung peradaban dan
Agama Dunia), Trialogue of Abrahamic kebudayaan Islam telah membimbing
Faiths (Trilogi Agama-agama Abrahamis), umat Islam ke arah puncak
The Cultural Atlas of Islam (1986) kegemilangannya.
(diterjemahkan dengan judul Atlas Akan tetapi pada beberapa kurun
Budaya Islam; Menjelajah Khazanah berikutnya, daya keilmuan dan kekuatan
Peradaban Gemilang ), Islam and Culture umat Islam mulai pudar karena beberapa
(1980) (Islam dan Kebudayaan), Al faktor. Malapetaka yang paling besar
Tawhid; Its Implications for Thought and yaitu penyerangan Mongol yang dipimpin
Life (1982), Islamic Thought and Culture, oleh Hulagu Khan ke Baghdad yang
Essays in Islamic and Comparative Studies. memusnahkan perpustakaan dan
pembakaran buku-buku karya asli sarjana
Islam. Selain itu terjadinya perang salib

83
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

yang berkepanjangan menjadi penyebab “islamiyyat al-ma’rifat, atau bahasa


kemunduran umat Islam. Inggris disebut sebagai “islamization of
Pengaruh pemindahan ilmu dari knowledge”.
Andalusia ke Eropa, merangsang warga Usaha islamisasi ilmu pada
Eropa bangkit dan memelopori berbagai dasarnya telah terjadi sejak masa
bidang ilmu pada era Renaisans. Mereka Rasulullah SAW dan para sahabatnya,
mengambil alih tongkat kepemimpinan yang waktu itu diturunkan Al-Quran
intelektual dan fisikal dari umat Islam, dengan bahasa Arab, sehingga dengannya
khususnya setelah Revolusi Industri. Pada mampu mengubah watak serta
abad pertengahan (medieval times) pandangan hidup (worldview) dan
banyak berkembang faham Barat yang tingkah laku bangsa Arab. Oleh karena
mencoba memisahkan ilmu pengetahuan itu, wacana islamisasi ilmu bukanlah
dengan agama. Sebut saja Nietzsche, dia suatu yang baru, hanya saja dalam
berargumen bahwa agama tidak bisa konteks operasionalnya pengislaman
disesuaikan dengan ilmu pengetahuan. Ia ilmu-ilmu masa kini dicetuskan oleh
menambahkan, “seseorang tidak dapat tokoh-tokoh ilmuwan islam (Wan Mohd
mempercayai dogma-dogma agama dan Nor Wan Daud, 1998: 390).
metafisika jika seseorang memiliki Contohnya saja pada tahun 30-an,
metode-metode yang ketat untuk meraih Muhammad Iqbal menegaskan akan
kebenaran di dalam hati. Antara ilmu perlunya melakukan proses Islamisasi
pengetahuan dan agama masing-masing terhadap ilmu pengetahuan. Beliau
menempati bidang yang berbeda”. Dari menyadari bahwa ilmu yang
ungkapan tersebut nampaknya ada dikembangkankan oleh Barat telah
indikasi bahwa ia tidak menginginkan bersifat ateistik, sehingga bisa
nilai-nilai Islam masuk ke dalam menggoyahkan aqidah umat, sehingga
pembahasan ilmu pengetahuan modern. beliau menyarankan umat Islam agar
Sekularisasi ilmu pengetahuan menjadi "mengonversikan ilmu pengetahuan
fondasi utama dalam sepanjang sejarah modern". Akan tetapi, Iqbal tidak
peradaban Barat modern. Dengan adanya melakukan tindak lanjut atas ide yang
sekularisasi ilmu pengetahuan, sedikit dilontarkannya tersebut. Tidak ada
demi sedikit akan memisahkan jarak identifikasi secara jelas problem
antara ilmu dengan agama, melenyapkan epistimologis mendasar dari ilmu
wahyu (Al-Quran) sebagai sumber ilmu, pengetahuan modern Barat yang sekuler
dan juga memisahkan wujud dari yang itu, dan juga tidak mengemukakan saran-
sakral. Selain itu sekularisasi ilmu juga saran atau program konseptual atau
telah menjadikan rasio sebagai basis metodologis untuk megonversikan ilmu
keilmuan secara mutlak, dan pengetahuan tersebut menjadi ilmu
mengaburkan maksud serta tujuan ilmu pengetahuan yang sejalan dengan Islam
yang sebenarnya menjadi keraguan dan (Wan Mohd Nor Wan Daud, 1998: 390).
dugaan sebagai metodologi ilmiah. Sehingga sampai saat itu, belum ada
Sebagai solusi untuk menghadapi penjelasan yang sistematik secara
krisis epistemologi yang sedang melanda konseptual mengenai Islamisasi ilmu
segala bentuk pemikiran dan juga sebagai pengetahuan.
jawaban dari berbagai tantangan yang Ide Islamisasi ilmu pengetahuan
muncul dari hegemoni westernisasi ilmu, ini dimunculkan kembali oleh Syed
maka perlu kiranya menghadirkan suatu Hossein Nasr, pemikir muslim Amerika
gagasan islamisasi ilmu pengetahuan, kelahiran Iran, tahun 60-an. Beliau
yang mana dalam bahasa Arab istilah menyadari akan adanya bahaya
islamisasi ilmu disebut juga dengan sekularisme dan modernisme yang

84
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

mengancam dunia Islam, karena itulah diasumsikan sebagai perebut tonggak


beliau meletakkan asas untuk konsep kejayaan yang pernah diraih oleh umat
sains Islam dalam aspek teori dan Islam ketika di Spanyol.
praktikal melalui karyanya Science and
Civilization in Islam (1968) dan Islamic ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN
Science (1976). (Rosnani Hashim, 2005: SYAID NAQUIB AL-ATTAS
32). Nasr bahkan mengklaim bahwa ide- Pemikiran al-Attas berawal dari
ide Islamisasi yang muncul kemudian keprihatinannya terhadap penyempitan
merupakan kelanjutan dari ide yang makna terhadap istilah-istilah ilmiah
pernah dilontarkannya (Wan Mohd Nor Islam yang disebabkan oleh upaya
Wan Daud, 1998: 402). westernisasi, mitologisasi, pemasukan
Selanjutnya gagasan islamisasi hal-hal yang magis (gaib) dan
ilmu pengetahuan tersebut dilanjutkan sekularisasi. Sebagai jawaban untuk
pada saat diselenggarakan sebuah menanggulangi distorsi atau bahkan
Konferensi Dunia yang pertama tentang mengembalikannya pada proporsi yang
Pendidikan Muslim di Mekkah pada tahun sebenarnya, maka al-Attas
1977. Konperensi yang diprakarsai dan memperkenalkan konsep islamisasi ilmu
dilaksanakan oleh King Abdul Aziz pengetahuan sebagai langkah awal
University ini berhasil membahas 150 membangun paradigma pemikiran Islam
makalah yang ditulis oleh sarjana-sarjana kontemporer.
dari 40 negara, dan merumuskan Islamisasi ilmu pengetahuan
rekomendasi untuk pembenahan dan menurut Al-Attas adalah ”Pembebasan
penyempurnaan sistem pendidikan Islam manusia dari tradisi magis, mitologis,
yang diselenggarakan oleh umat Islam di animistis, kultur-nasional (yang
seluruh dunia. Salah satu gagasan yang bertentangan dengan Islam) dan dari
direkomendasikan adalah menyangkut belenggu paham sekuler terhadap
islamisasi pengetahuan. Gagasan ini pemikiran yang hakiki…Juga pembebasan
antara lain dilontarkan oleh Syed dari kontrol dorongan fisiknya yang
Muhammad Naquib Al-Attas dalam cenderung sekuler dan tidak adil
makalahnya yang berjudul Preliminary terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab
Thoughts on the Nature of Knowledge and manusia dalam wujud fisiknya cenderung
the Definition and the Aims of Education, lupa terhadap hakikat dirinya yang
yang kemudian dijadikan sebagai salah sebenarnya, dan berbuat tidak adil
satu bab dari bukunya yang berjudul terhadapnya. Islamisasi adalah suatu
Islam dan Sekularisme (Terj. 1981), dan proses menuju bentuk asalnya yang tidak
Ismail Raji Al-Faruqi dalam makalahnya sekuat proses evolusi dan devolus” (Wan
islamicizing Social Science, menunjukkan Mohd Nor Wan Daud, 1998: 336).
kelemahan-kelemahan dari metodologi Ini bermakna bahwa umat Islam
Barat dan memberikan konsep ilmu-ilmu semestinya memiliki akal yang terbebas
yang islami (Muhaimin, 2006: 37-38). dari pengaruh magis, mitos, animisme,
Persidangan inilah yang kemudian nasionalisme buta dan sekularisme.
dianggap sebagai pembangkit proses Islamisasi juga membebaskan manusia
Islamisasi selanjutnya. Jadi Islamisasi dari sikap tunduk kepada keperluan
ilmu menjadi kekuatan baru dalam jasmaninya yang cenderung menzhalimi
khazanah dunia Islam sebagai respon dirinya sendiri, karena sifat jasmani
terhadap perkembangan ilmu adalah cenderung lalai terhadap hakikat
pengetahuan masa kini. Hal ini sejaln dan asal muasal manusia. Dengan
dengan yang disebut Sholeh (2017: 2010) demikian, islamisasi tidak lain adalah
bahwa Islamisasi inilah yang proses pengembalian kepada fitrah,

85
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

sehingga dengan demikian umat Islam epistemologi" dan harapan untuk


akan terbebaskan dari belenggu hal-hal merealisasikan kebangkitan Islam.
yang bertentangan dengan Islam. Konsep Islamisasi menjadi tumpuan
Menurut Al-Attas tantangan besar minda dan jiwa beliau semenjak sekian
yang dihadapi umat pada saat ini adalah lama sebelum tertuang menjadi gagasan
ilmu pengetahuan yang telah kehilangan besar. Islamisasi yang dimaksudkan al-
tujuannya. Menurut al-Attas, ilmu Attas bukan sekedar merubah disiplin
pengetahuan yang ada saat ini adalah ilmu tapi Islamisasi pikiran, jiwa dan raga
produk dari kebingungan skeptisme yang serta kesan-kesannya terhadap
meletakkan keraguan dan spekulasi kehidupan manusia. Islamisasi ilmu
sederajat dengan metodologi ilmiah dan dimaksudkan untuk mengembangkan
menjadikannya sebagai alat epistemologi kepribadian muslim yang sebenarnya
yang valid dalam mencari kebenaran sehingga menambah keimanannya
(Wan Mohd Nor Wan Daud, 1998: 330). kepada Allah, dan dengan Islamisasi
Selain itu, ilmu pengetahuan masa kini tersebut akan terlahirlah keamanan,
dan modern, secara keseluruhan kebaikan, keadilan dan kekuatan iman
dibangun, ditafsirkan, dan diproyeksikan (Rosnani Hashim, 2005: 32). Sehingga
melalui pandangan dunia, visi intelektual, dengan ilmu seorang muslim diharapkan
dan persepsi psikologis dari kebudayaan akan semakin bertambah keimanannya.
dan peradaban Barat. Jika pemahaman ini Menurut al-Attas, untuk
merasuk ke dalam pikiran elite terdidik melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan
umat Islam, maka akan sangat berperan tersebut ada beberapa hal yang harus
timbulnya sebuah fenomena berbahaya dilakukan, yaitu: Pertama, Seseorang
yang diidentifikasikan oleh al-Attas yang mengislamkan ilmu perlu memenuhi
sebagai "deislamisasi pikiran- pikiran pra-syarat, yaitu ia harus mampu
umat Islam". Oleh karena itulah, sebagai mengidentifikasi pandangan-hidup Islam
bentuk keprihatinannya terhadap sekaligus mampu memahami budaya dan
perkembangan ilmu pengetahuan ia peradaban Barat. Kedua, Islamisasi ilmu
mengajukan gagasan tentang “Islamisasi pengetahuan kontemporer melibatkan
Ilmu Pengetahuan Masa Kini” (Wan Mohd dua proses: a) Mengisoliir unsur-unsur
Nor Wan Daud, 1998: 333-335) serta dan konsep-konsep kunci yang
memberikan formulasi awal yang membentuk budaya dan peradaban Barat
sistematis yang merupakan prestasi dari setiap bidang ilmu pengetahuan
inovatif dalam pemikiran Islam modern. modern saat ini, khususnya dalam ilmu
Al-Attas menolak pandangan pengetahuan humaniora. Bagaimanapun,
bahwa Islamisasi ilmu bisa tercapai ilmu alam, fisika dan aplikasi harus
dengan melabelisasi ilmu sekuler dengan diislamkan juga khususnya dalam
Islam. Usaha yang demikian hanya akan penafsiran akan fakta-fakta dan dalam
memperburuk keadaan dan tidak ada formulasi teori-teori. b) Memasukkan
manfaatnya selama "virus"nya masih unsur-unsur Islam beserta konsep-
berada dalam tubuh ilmu itu sendiri konsep kunci dalam setiap bidang dari
sehingga ilmu yang dihasilkan pun jadi ilmu pengetahuan saat ini yang relevant.
mengambang, Islam bukan dan 1. Membebaskan manusia dari magik,
sekulerpun juga bukan. Padahal tujuan mitologi, animisme, tradisi budaya
dari Islamisasi itu sendiri adalah untuk nasional yang bertentangan dengan
melindungi umat Islam dari ilmu yang Islam, dan kemudian dari kontrol
sudah tercemar yang menyesatkan dan sekular kepada akal dan bahasanya.
menimbulkan kekeliruan. Islamisasi, kata 2. Membebaskan akal manusia dari
Al-Attas, adalah sebuah "revolusi keraguan (shakk), dugaan (Ðzann) dan

86
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

argumentasi kosong (mira’) menuju ulang data, memikirkan kembali argumen


keyakinan akan kebenaran mengenai dan rasionalisasi terkait dengan data itu,
realitas spiritual, intelligible dan materi menilai kembali kesimpulan dan tafsiran,
3. Mengeluarkan penafsiran-penafsiran membentuk kembali tujuan dan
ilmu pengetahuan kontemporer dari melakukannya dalam kerangka visi dan
ideologi, makna dan ungkapan sekular. perjuangan Islam. Seperti juga Al-Attas,
Untuk melancarkan pemikirannya Al-Faruqi menekankan pentingnya
tersebut, pada tahun 1987, Al-Attas menyusun dan membangun kembali
mendirikan institusi pendidikan tinggi disiplin sains sosial, sains kemanusiaan
bernama International Institute of Islamic dan sains alam dalam kerangka Islam
Thought and Civilization (Istac) di Kuala dengan memadukan prinsip-prinsip Islam
Lumpur. Pendirian lembaga ini juga ada ke dalam tubuh ilmu tersebut.
campur tangan tokoh politik Malaysia Menurut Al-Faruqi, islamisasi ilmu
Anwar Ibrahim. dapat dicapai melalui pemaduan ilmu-
Lembaga ini juga menjadi lembaga ilmu baru kedalam khazanah warisan Is-
pemikiran di Malaysia saat Mahathir lam dengan membuang, menata, menga-
Mohammad dan Anwar Ibrahim ingin nalisa, menafsir ulang dan menyesuaikan-
mendirikan "Islam Peradaban". Yakni nya menurut nilai dan pandangan Islam.
suatu megaprojek untuk mengembalikan Dari sudut metodologi, Al-Faruqi
kejayaan Islam. Melalui institusi ini Al- mengemukakan ide islamisasi ilmunya
Attas bersama sejumlah kolega dan dengan bersandar pada tauhid. Menurut
mahasiswanya melakukan kajian dan pandangan beliau, metodologi tradisional
penelitian mengenai Pemikiran dan tidak mampu memikul tugas ini karena
Peradaban Islam, serta memberikan beberapa kelemahan. Pertama,
respons yang kritis terhadap Peradaban metodologi tradisional telah menyempit-
Barat. kan konsep utama seperti fiqh, faqih,
Gagasan dan saran-saran konkrit ijtihad dan mujtahid. Kedua, kaidah
yang diajukan al-Attas ini, tak pelak lagi, tradisional telah memisahkan antara
mengundang pelbagai reaksi dan salah wahyu dan akal, dan selanjutnya
satunya adalah Ismail Raji al-Faruqi memisahkan antara pemikiran dan
dengan agenda Islamisasi Ilmu tindakan. Ketiga, kaidah tradisional
Pengetahuannya. Dan hingga saat ini membuka ruang bagi dualisme sekular
gagasan Islamisasi ilmu menjadi misi dan dan agama.
tujuan terpenting (raison d’etre) bagi Sebaliknya, Al-Faruqi
beberapa institusi Islam seperti menggariskan beberapa prinsip dasar
International Institute of Islamic Thought dalam pandangan Islam sebagai kerangka
(IIIT), Washington DC., International pemikiran, metodologi dan cara hidup
Islamic University Malaysia (IIUM), Kuala Islam. Prinsip-prinsip tersebut ialah (1)
Lumpur, Akademi Islam di Cambridge dan keesaan allah, (2) kesatuan penciptaan,
International Institute of Islamic Thought (3) kesatuan kebenaran, (4) kesatuan
and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur ilmu, (5) kesatuan kehidupan; dan (6)
(Rosnani Hashim, 2005: 32-33). kesatuan kemanusiaan.
Secara umum, Islamisasi ilmu
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN tersebut dimaksudkan untuk
ISMAIL RAJI AL-FARUQI memberikan respon positif terhadap
Pengertian islamisasi ilmu realitas ilmu pengetahuan modern yang
menurut Al-Faruqi adalah usaha untuk sekularistik dan Islam yang "terlalu"
menyusun dan membangun kembali ilmu religius, dalam model pengetahuan baru
yaitu mendefinisikan kembali, menyusun yang utuh dan integral tanpa pemisahan

87
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

di antaranya. Sebagai panduan untuk di Barat. Dua langkah seterusnya adalah


usaha tersebut, al-Faruqi menggariskan untuk memastikan sarjana muslim yang
satu kerangka kerja dengan lima tujuan tidak mengenali warisan ilmu Islam
dalam rangka Islamisasi ilmu, tujuan yang karena masalah akses kepada ilmu
dimaksud adalah: tersebut mungkin disebabkan masalah
1. Penguasaan disiplin ilmu modern. bahasa akan berpeluang untuk
2. Penguasaan khazanah warisan Islam mengenalinya dan antologi yang dise-
3. Membangun relevansi Islam dengan diakan oleh sarjana Islam tradisional.
masing-masing disiplin ilmu modern Analisis warisan ilmu Islam adalah untuk
4. Memadukan nilai-nilai dan khazanah memahami wawasan Islam dengan lebih
warisan Islam secara kreatif dengan baik dari sudut latar belakang sejarah,
ilmu-ilmu modern masalah dan isu yang terlibat.
5. Pengarahan aliran pemikiran Islam ke Empat langkah pertama itu
jalan-jalan yang mencapai pemenuhan seharusnya dapat menjelaskan kepada
pola rencana Allah (Rosnani Hashim, cendekiawan tersebut tentang
2005: 98). sumbangan warisan ilmu islam dan
Untuk merealisasikan tujuan- relevansinya kepada bidang yang dikaji
tujuan tersebut, al-Faruqi menyusun 12 oleh disiplin ilmu itu dan tujuan kasarnya.
langkah yang harus ditempuh terlebih Langkah keenam adalah langkah paling
dahulu. Langkah-langkah tersebut adalah: utama dalam proses islamisasi ini dimana
1. Penguasaan disiplin ilmu modern: kepatuhan kepada prinsip pertama dan
prinsip, metodologi, masalah, tema lima kesatuan akan diperiksa sebelum
dan perkembangannya sintesis kreatif dicapai dalam langkah ke-
2. Survei disiplin ilmu l0.
3. Penguasaan khazanah Islam: ontologi Islamisasi ilmu pengetahuan,
4. Penguasaan khazanah ilmiah Islam: menurut Faruqi menghendaki adanya
analisis hubungan timbal balik antara realitas dan
5. Penentuan relevansi Islam yang khas aspek kewahyuan, umat Islam harus
terhadap disiplin-disiplin ilmu. memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa
6. Penilaian secara kritis terhadap memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam
disiplin keilmuan modern dan tingkat upaya memahami wahyu, umat Islam
perkembangannya di masa kini akan terus tertinggal oleh umat lainnya.
7. Penilaian secara kritis terhadap Karena realitasnya, saat ini ilmu
khazanah Islam dan tingkat pengetahuanlah yang amat berperan
perkembangannya dewasa ini dalam menentukan tingkat kemajuan
8. Survei permasalahan yang dihadapi umat manusia.
umat Islam Secara sederhana Al Faruqi
9. Survei permasalahan yang dihadapi berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
manusia yang saat ini tengah berkembang tidak
10. Analisis dan sintesis kreatif semuanya bertentangan dengan nilai-nilai
11. Penuangan kembali disiplin ilmu Islam. Dengan demikian, Faruqi
modern ke dalam kerangka Islam menyarankan proses Islamisasi adalah
12. Penyebarluasan ilmu yang sudah melakukan penyaringan dari ilmu
diislamkan (Rosnani Hashim, 2005: pengetahuan yang telah ada. Jika semua
99-118). aspek ilmu tersebut tidak bertentangan
Dua langkah pertama untuk dengan nilai-nilai Islam maka otomatis
memastikan pemahaman dan penguasaan ilmu tersebut dapat dipakai dan
umat Islam terhadap disiplin ilmu dikembangkan lebih lanjut. Namun jika
tersebut sebagaimana yang berkembang ada beberapa unsur dalam suatu ilmu

88
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

tertentu yang bertentangan dengan nilai- Islamisasi ilmu dan paradigma tauhid
nilai Islam, sebaiknya dilakukan proses dalam pendidikan dan pengetahuan.
penyesuaian dengan nilai-nilai Islam.
Metode ini oleh Louay Safi dianggap ANALISIS TERHADAP KONSEPSI
sebagai metode integrasi antara teori dan ISLAMISASI ILMU AL-ATTAS DAN AL-
tradisi keilmuan Islam dan keilmuan FARUQI
Barat yang sekuler (yang saat ini tengah Analisis atas kerangka falsafah al-
eksis. Attas dan al-Faruqi menunjukkan bahwa
Karya Faruqi tentang Islamisasi mereka mempunyai asumsi yang sama
ilmu pengetahuan yang banyak menjadi tentang ilmu. Dari sudut epistemologi,
referensi para pemikir adalah mereka percaya bahwa ilmu tidak bebas
Islamization of Knowledge: General nilai. Tujuan ilmu adalah satu dan sama.
Principles and Work Plan, yang Mengenai konsepsi ilmu mereka bersan-
diterbitkan oleh The International dar kepada prinsip metafisik, ontologi,
Institute of Islamic Thought (1989). Karya epistemologi dan aksiologi, dengan kon-
Faruqi ini banyak menjadi rujukan pakar sep tauhid sebagai kuncinya. Mereka juga
lain dalam memahami dan yakin bahwa Tuhan adalah sumber asal
mengembangkan Islamisasi ilmu segala ilmu dan ilmu adalah asas bagi
pengetahuan. kepercayaan dan amal salih. Bahkan,
Gagasan 'Islamisasi ilmu keduanya bersepakat bahwa akar
pengetahuan tak hanya ia perjuangkan masalah umat Islam terletak pada sistem
dalam bentuk buku, namun juga dalam pendidikan mereka, khususnya masalah
institusi pengkajian Islam dengan dengan ilmu kontemporer, dimana
mendirikan IIIT pada 1980, di Amerika penyelesaiannya terletak dalam islamisasi
Serikat. Kini, lembaga bergengsi dan ilmu pengetahuan kini. Mereka sepakat
berkualitas itu memiliki banyak cabang di dengan konsep Islamisasi ilmu
berbagai negara, termasuk di Indonesia kontemporer, yaitu satu pembedahan
dan Malaysia. Namun pemikirannya juga atas ilmu modern perlu dilakukan supaya
menimbulkan pro-kontra di kalangan unsur-unsur buruk dan tercemar
ilmuwan Muslim dan Barat. dihapuskan, dianalisa, ditafsir ulang atau
Hal demikian tak membuatnya disesuaikan dengan pandangan dan nilai
larut dalam kritikan. Suara-suara Islam.
sumbang itu malah ia kelola sedemikian Pada dasarnya semua pelopor ide
rupa sehingga berpotensi menjadi Islamisasi ilmu, khususnya al-Attas, dan
stimulasi pengembangan pemikirannya al-Faruqi, menyakini bahwa ilmu itu bu-
tersebut. Tak cukup dengan IIIT saja, ia kanlah neutral (Samsul Nizar, 204: 46-
dirikan pula The Association of Muslim 49). atau bebas nilai. Tujuan usaha
Social Scientist pada 1972. Kedua mereka adalah sama dan konsep Islam-
lembaga internasional yang didirikannya isasi ilmu yang mereka bawa adalah ber-
itu menerbitkan jurnal Amerika tentang pedoman kepada prinsip metafisik, on-
Ilmu-ilmu Sosial Islam. tologi, epistemologi dan aksiologi Islam
Berbagai kegiatan ini ia lakukan yang berasaskan kepada konsep tauhid.
semata didorong oleh pandangannya Mereka sependapat bahwa ilmu Barat
bahwa ilmu pengetahuan dewasa ini khususnya ilmu sains kemanusiaan, sains
benar-benar telah sekuler dan karenanya kemasyarakatan, dan sains alam modern
jauh dari tauhid. Maka, dirintislah teori bersandar pada falsafah dan pandangan
dan 'resep' pengobatan agar kemajuan yang sekuler di mana Allah yang Maha
dan pengetahuan tidak berjalan Esa telah dipinggirkan. Dalam kerangka
kebablasan di luar jalur etik, lewat konsep ilmu ini, Allah tidak berperan. Mungkin

89
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

mereka sependapat dengan Aristoteles juga, langkah yang dianjurkan oleh al-
tentang Tuhan dan penciptaan alam di Faruqi mungkin menghadapi sedikit
mana alam ini laksana sebuah jam dan masalah khususnya ketika beliau mer-
Tuhan umpama pencipta jam tersebut. encanakan agar relevansi Islam terhadap
Setelah jam itu dicipta, penciptanya tidak sesuatu disiplin ilmu dikenal pasti dan di-
mempunyai peranan apa-apa lagi. Selain lakukan sintesis. Apabila ini dilakukan
itu, golongan ini menganggap bahwa mungkin akan terjadi penempelan atau
Tuhan tidak lagi mempunyai peran apa- pemindahan saja, sebagaimana yang
apa setelah Ia mencipta alam yang kini dikhawatirkan oleh al-Attas (Samsul
bergerak dengan sendiri melalui Nizar, 2002: 124).
mekanisma cause dan effect. Pemikir ini Bagi al-Attas islamisasi kepribadi-
juga sependapat bahwa metodologi ilmu an seseorang individu itu mendahului
modern ini banyak dipengaruhi oleh Islamisasi ilmu. Dibanding dengan al-
metodologi sains alamiah yang Faruqi, al-Attas berhasil meyakinkan
menekankan objektivitas tetapi telah dengan jelas keperluan kepada Islamisasi
melampaui batasan dengan wujudnya ilmu pengetahuan sebagai respons
golongan berpaham positivistik yang me- terhadap sekularisasi. Sementara bagi al-
nolak segala kenyataan atau hakikat yang Faruqi faktor utama yang mendorong
tidak dapat dibuktikan secara empirikal. Islamisasi ilmu pengetahuan adalah
Dan sudut epistemologi, falsafah kekalutan dan kemunduran ummah,
yang didukung ini menentang ilmu yang sistem pendidikan dualistik dan
bersumberkan wahyu maupun ilham dan kegagalan metodologi tradisional untuk
cuma menerima akal dan pancaindera. berhadapan dengan realitas modern.
Ilmu modern ini bukannya mengokohkan Satu lagi perbedaan yang kentara
iman kepada Allah sebagaimana peranan dalam pendekatan mereka melibatkan ru-
ilmu yang hakiki dalam pandangan Islam, ang lingkup ilmu pengetahuan yang ingin
tetapi sebaliknya merusak dan menyesat- diislamisasikan. Al-Attas membatasi ilmu
kan aqidah umat Islam. pengetahuan yang ingin diislamisasikan
Walaupun cukup banyak kepada ilmu pengetahuan kontemporer.
persamaan yang terdapat di antara Al-Faruqi yakin bahwa proses Islamisasi
keduanya, dalam beberapa hal, secara patut juga dilakukan terhadap ilmu turath
prinsip, mereka berbeda. Untuk islamiy seperti yang termaktub dalam
mensukseskan proyek Islamisasi, al-Attas kerangka kerjanya.
lebih menekankan kepada subjek Selain itu, perbedaan yang sangat
daripada ilmu, yaitu manusia, dengan kentara di antara kedua pemikir ini
melakukan pembersihan jiwa dan adalah dalam metodologi proses
menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, Islamisasi ilmu itu. Bagi al-Attas, definisi
sehingga dalam proses Islamisasi ilmu Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri
tersebut dengan sendirinya akan terjadi memberi panduan kepada metode
transformasi pribadi serta memiliki akal pelaksanaannya. Proses ini melibatkan
dan rohani yang telah menjadi Islam dua langkah, yaitu, proses verifikasi atau
secara kaffah. Sedangkan al-Faruqi lebih saringan dan proses penyerapan. Beliau
menekankan pada objek Islamisasi yaitu tidak menjelaskan prosedur-prosedur
disiplin ilmu itu sendiri. Hal ini mungkin yang khusus. Mungkin beliau
saja menimbulkan masalah, khususnya berkeyakinan bahwa apabila seorang
ketika berusaha untuk merelevansikan individu itu memahami pandangan Islam,
Islam terhadap sains modern, karena bisa menafsirkannya dan menghayati nilai-
saja yang terjadi hanyalah proses nilai yang sesuai dengan pemahaman
labelisasi atau ayatisasi semata Begitu tersebut, maka islamisasi ilmu

90
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

pengetahuan pun akan terlaksana. dan perspektif terpadu dan


Seseorang akan mengetahui unsur-unsur komprehensif.
dan konsep-konsep asing serta Al-Faruqi memberi penekanan
melakukan pembedahan yang diperlukan. kepada transformasi sosial dibanding
Sementara Al-Faruqi merumuskan idealisme sufi yang memberi perhatian
satu kaidah untuk Islamisasi ilmu kepada perubahan individu. Dia
pengetahuan berdasarkan prinsip-prinsip mengutamakan masyarakat dan negara
pertamanya yang melibatkan 12 langkah. dibanding individu. Ini jelas sekali dan
Kaedah al-Faruqi merangkum sintesis penekanan al-Faruqi kepada ummah.
yang kreatif dan pemaduan konsep ilmu Bagaimanapun al-Attas menjelaskan
Barat dan Islam yang dirancang dapat memang benar ummah dan negara sangat
menyerap ilmu Islam ke dalam ilmu penting dalam Islam, tetapi begitu juga
modern dan sebaliknya ilmu modern ke dengan individu Muslim, sebab
dalam ilmu Islam. Tetapi menurut Al- bagaimana ummah dan negara bisa
Attas ini mungkin terjadi hanya setelah dibangun jika individu Muslim tidak me-
menyaringkan unsur dan konsep Barat mahami tentang Islam dan pandangannya
sekuler. belum menjadi Muslim yang baik? Oleh
Perbedaan di antara konsepsi al- karena itu, menurut al-attas strategi yang
Faruqi dan al-Attas juga amat jelas tepat sesuai dengan zaman dan keadaan
berkenaan dengan kepentingan tasawuf kita, yang lebih penting adalah
dalam merumuskan konsep-konsep dasar menekankan individu dalam mencari
dalam semua cabang ilmu. Al-Faruqi penyelesaian kepada masalah yang kita
mengecilkan peranan tasawuf dan hadapi daripada menekankan masyarakat
berpendapat bahwa “kerohanian yang dan negara. Al-Attas mendukung intuisi
terpancar melalui tasawwuf hanya sebagai sumber dan metode yang sah bagi
membawa kepada kelesuan dan karena metodologi saintifik.
itu ia beranggapan bahwa tasawuf itu Berbeda dengan pandangan al-
sesuatu yang tidak perlu dan bahkan bisa Attas, Al-Faruqi menentang keras
merusak.” metodologi tradisional khususnya yang
Semantara al-Attas menganggap dipengaruhi oleh tasawuf yang
tasawuf bukan saja penting tetapi perlu mendukung metodologi intuitif dan
bagi perumusan teori ilmu dan esoterik. Pada pandangannya metode ini
pendidikan. Menurut beliau “perumusan menghasilkan pemisahan wahyu dan akal.
falsafah pendidikan dan falsafah sains Perbedaan pandangan terhadap
dalam acuan Islam tidak boleh dilakukan intuisi sebagai metode dan sumber ilmu
dengan mengabaikan sumbangan besar mempunyai beberapa implikasi bagi kon-
ulama-ulama sufi tentang hakikat sep ilmu, pendidikan dan Islamisasi ilmu
realitas.” pengetahuan kontemporer dan islamisasi
Di samping itu, ulama tradisional secara umum.
melihat tasawuf sebagai satu cara untuk Seperti yang dijelaskan sebelum
memperoleh ilmu kerohanian, dan men- ini konsep Islamisasi al-Faruqi lebih
ganggap ilmu kerohanian sebagai cara menekankan masyarakat, ummah atau
utama bagi menyelamatkan manusia dari perubahan sosio-ekonomi dan politik.
cengkaman empirisme, pragmatisme, Malahan ia lebih gencar menyebarkan ide
materialisme dan rasionalisme sempit Islamisasi ilmu kepada massa melalui
yang merupakan sumber utama sains aktivitas tetap yang berbentuk seminar,
modern. Justru itu ilmu kerohanian persidangan dan membuka beberapa
menjadi cara untuk mengatur pendidikan cabangnya di beberapa negara. Konsep
islamisasi ilmu pengetahuan al-Attas juga

91
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

memberi lebih perhatian kepada individu Walaupun cukup banyak


daripada masyarakat. Baginya perubahan persamaan yang terdapat di antara
individual akan diikuti oleh perubahan keduanya, dalam beberapa hal, secara
dalam masyarakat dan ummah. prinsip, mereka berbeda. Untuk
mensukseskan proyek Islamisasi, al-Attas
DAMPAK KONSEP ISLAMISASI ILMU lebih menekankan kepada subjek
PENGETAHUAN daripada ilmu, yaitu manusia, dengan
Ada beberapa dampak konsep melakukan pembersihan jiwa dan
islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu: menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji,
1. Penolakan dan Penyaringan terhadap sehingga dalam proses Islamisasi ilmu
disiplin dan teori ilmu pengetahuan tersebut dengan sendirinya akan terjadi
modern. transformasi pribadi serta memiliki akal
2. Pengkajian serius terhadap pemikiran dan rohani yang telah menjadi Islam
para pemikir Muslim dalam lintas secara kaffah. Sedangkan al-Faruqi lebih
disiplin ilmu. menekankan pada objek Islamisasi yaitu
3. Munculnya beberapa disiplin ilmu disiplin ilmu itu sendiri. Hal ini mungkin
baru: Sains Islam dan Ilmu-ilmu Sosial saja menimbulkan masalah, khususnya
Islam. ketika berusaha untuk merelevansikan
Islam terhadap sains modern, karena bisa
SIMPULAN saja yang terjadi hanyalah proses
Dari uraian diatas dapat dipahami labelisasi atau ayatisasi semata.
bahwa dalam beberapa hal, antara al- Terdapat juga perbedaan yang
Attas dengan al-Faruqi mempunyai cukup mencolok mengenai ruang lingkup
kesamaan pandangan, seperti pada yang perlu diislamkan. Dalam hal ini, al-
tataran epistemologi mereka sepakat Attas membatasi hanya pada ilmu-ilmu
bahwa ilmu tidak bebas nilai (value free) pengetahuan kontemporer atau masa kini
tetapi terikat (value bound) dengan nilai- sedangkan al-Faruqi meyakini bahwa
nilai yang diyakini kebenarannya. Mereka khazanah keilmuan Islam masa lalu juga
juga sependapat bahwa ilmu mempunyai perlu untuk diislamkan kembali
tujuan yang sama yang konsepsinya sebagaimana yang telah dia canangkan di
disandarkan pada prinsip metafisika, dalam kerangka kerjanya. Dan satu hal
ontologi, epistemologi dan aksiologi lagi, dalam metodologi bagi proses
dengan tauhid sebagai kuncinya. Mereka Islamisasi ilmu, al-Attas berpandangan
juga meyakini bahwa Allah adalah bahwa definisi Islamisasi itu sendiri telah
sumber dari segala ilmu dan mereka memberi panduan kepada metode
sependapat bahwa akar permasalahan pelaksanaannya di mana proses ini
yang dihadapi umat Islam saat ini terletak melibatkan dua langkah sebagaimana
pada sistem pendidikan yang ada, telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan
khususnya masalah yang terdapat dalam bagi al-Faruqi, hal itu belumlah cukup
ilmu kontemporer. Dalam pandangan sehingga ia merumuskan suatu kaedah
mereka, ilmu kontemporer atau sains untuk Islamisasi ilmu pengetahuan
modern telah keluar dari jalur yang berdasarkan prinsip-prinsip pertamanya
seharusnya. Sains modern telah menjadi yang melibatkan 12 langkah.
"virus" yang menyebarkan penyakit yang Perbedaan yang lain adalah Al-
berbahaya bagi keimanan umat Islam Faruqi mengecilkan peranan tasawuf dan
sehingga unsur-unsur buruk yang ada di berpendapat bahwa “kerohanian yang
dalamnya harus dihapus, dianalisa, dan terpancar melalui tasawwuf hanya
ditafsirkan ulang sesuai dengan nilai-nilai membawa kepada kelesuan dan karena
dan ajaran Islam. itu ia beranggapan bahwa tasawuf itu

92
Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018 P-ISSN 1412-5382
E-ISSN 2598-2168

sesuatu yang tidak perlu dan bahkan bisa http://blog.uinmalang.ac.id/amin/2010/


merusak.” Semantara al-Attas 09/21/profil-dan-pemikiran-ismail-
menganggap tasawuf bukan saja penting raji-al-faruqi/. Diakases Kamis, 29
tetapi perlu bagi perumusan teori ilmu Maret 2018.
dan pendidikan. http://iptekita.com/content/view/14/26
Konsep Islamisasi al-Faruqi lebih /. Diakases Kamis, 29 Maret 2018.
menekankan masyarakat, ummah atau
perubahan sosio-ekonomi dan politik. http://kacongmadura.multiply.com/jour
Malahan ia lebih gencar menyebarkan ide nal/item/2/Islamisasi_Ilmu_Pengeta
Islamisasi ilmu kepada massa melalui huan. Diakases Kamis, 29 Maret
aktivitas tetap yang berbentuk seminar, 2018.
persidangan dan membuka beberapa http://limalaras.wordpress.com/2010/0
cabangnya di beberapa negara. Konsep 4/26/download-makalah-sejarah/
islamisasi ilmu pengetahuan al-Attas juga
mnemberi lebih perhatian kepada http://tutorq.blogspot.com/2010/07/pe
individu daripada masyarakat. Baginya mikiran-syed-muhammad-naquib-
perubahan individual akan diikuti oleh al-attas.html. Diakases Kamis, 29
perubahan dalam masyarakat dan Maret 2018.
ummah. http://www.wayofmuslim.com/portal/ar
Pendekatan yang berbeda antara ticle.php?story=2009041208400171
al-Attas dan al-Faruqi dalam 7. Diakases Kamis, 29 Maret 2018.
menkonseptualisasikan Islamisasi ilmu
Muhaimin, H. (2006). Nuansa Baru
pengetahuan kontemporari tidak perlu
Pendidikan Islam; Mengurangi
diperbesar-besarkan. Yang penting
Benang Kusut Dunia Pendidikan,
keduanya ikhlas dan bersungguh-
Jakarta: Raja Grafindo Persada,.
sungguh memikirkan jalan keluar bagi
kegentingan umat Islam. Nata, Abuddin dkk. (2002). Integrasi Ilmu
Agama & Ilmu Umum, Jakarta: Raja
DAFTAR KEPUSTAKAAN Grafindo Persada.
Azra, Azyumardi. (1996). Pergolakan Nizar, Samsul. (2002). Filsafat Pendidikan
Politik Islam dan Fundamentalisme Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
Modern hingga Post-Modernism, Sholeh, S. (2017). Islamisasi Ilmu
Jakarta, Paramadina. Pengetahuan (Konsep Pemikiran
Daud, Wan Mohd Nor Wan. (1998). The Ismail Raji Al-Faruqi dan Syed
Educational Philosophy and Practice Muhammad Naquib Al-Attas). Al-
of Syed Muhammad Naquib al-Attas, Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu
diterjemahkan oleh Hamid Fahmy Pengetahuan, 14 (2), 209-221.
dkk, Filsafat dan Praktik Pendidikan Tafsir, Ahmad. (2014). Filsafat Ilmu:
Islam Syed M. Naquib al-Attas Mengurai Ontologi, Epistemologi dan
Bandung: Mizan. Aksiologi Pengetahuan Bandung: PT.
Hashim, Rosnani. (2005). Gagasan Remaja Rosdakarya.
Islamisasi Kontemporer: Sejarah,
Perkembangan dan Arah Tujuan,
dalam Islam: Majalah Pemikiran dan
Peradaban Islam INSIST, Jakarta:
Thn II No.6/ Juli-September.

93

Anda mungkin juga menyukai