Anda di halaman 1dari 75

M.

QURAISH SHIHAB DAN TAFSIRNYA

A. Sejarah Hidup Dan Pendidikannya M. Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 Februari 1944. setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, dia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, sambil nyantri di pondok pesantren Darul hadis Al-Fiqihiyyah. Pada tahun 1958, dia berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyyah Al-Azhar. Pada tahun 1967, dia meraih gelar Lc (SI) pada fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis Universitas Al-Azhar. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama pada tahun 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang tafsir al-Quran dengan tesis yang berjudul Al-Ijaz Al-Tasyriiy Al-Quran Al-Karim. Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1982, dengan Disertasi berjudul Nazhm Al-Durar Li AlBiqaI, Tahqiq wa Dirasah, dia berhasil meraih gelar Doktor dalam ilmu-ilmu al-Quran dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (Mumtaz Maa Martabat Al-Syaraf AlUla). Dengan prestasinya itu, dia tercatat sebagai orang pertama di Asia Tenggara yang meraih gelar tersebut. 1. Karir Yang Ditapaki Pengabdian dibidang pendidikan mengantarkannya menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1992-1998. kiprahnya tidak terbatas dilapangan Akademis, beliau juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain: ketua Majelis Ulama Indonesia (pusat), 1985-1998, anggota Lajnah Pentashih al-Quran Departemen Agama, sejak 1989, anggota Pertimbangan Pendidikan Nasional, sejak 1989, anggota MPR RI 1982-1987 dan 1999-2002 beliau diangkat sebagai Duta Besar RI Republik Arab Mesir, yang berkedudukan di Kairo. Pengabdian utamanya sekarang adalah Dosen (guru besar) Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Direktur Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Jakarta. Sosoknya juga sering tampil diberbagi media untuk memberikan siraman ruhani dan intelektual. 2. Corak Pemikirannya Jika ditelusuri latar belakang pendidikan para pengkaji Islam yang menonjol di tanah air, nampaklah bahwa hampir tidak ada di antara mereka yang sejak kecil benar-benar studi Islam di luar negeri. Pada masa penjajahan, mereka pada umumnya telah menempuh pendidikan keagamaan di sekolahsekolah tradisional (pesantren). Sebagai pendidikan lanjutan, sebagian mereka merantau ke negerinegeri Timur Tengah untuk menimbah ilmu. Demikian juga dengan M. Quraish Shihab ini. Kelompok generasi muda Islam di Timur Tengah dapat dibagi secara kasar kedalam dua kelompok. Pertama, kelompok yang mempelajari agama pada tingkat menengah sampai sarjana muda. Kedua, mereka yang menempuh pendidikan ketingkat pasca sarjana, baik Master maupun Doktor.

Kelompok pertama nampaknya kurang dilengkapi kemampuan analitik dalam memahami, maupun dalam menangkap arah perubahan masyarakat. Orientasi pemikiran Islam mereka tampak dekat dengan pandangan ideologis Al-Ikhwanul Muslimum yang cenderung fundamentalistik dan bercorak hitam-putih dalam memandang masalah. Sementara kelompok kedua yang menempuh gelar Master atau Doktor, nampaknya bersikap lebih moderat dalam pendekatan mereka terhadap Islam. Orientasi mereka semata-mata tidak ke Timur Tengah meskipun ini lebih dominan. Kelompok ini jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok yang pertama. Posisi mereka diantaranya sebagai pemimpin lembaga-lembaga pendidikan Islam yang cukup modern, menjadi staff pengajar di perguruan tinggi Islam, bahkan tidak sedikit pula yang produktif yang menulis (termasuk Quraish Shihab) membawa kelompok ini lebih dekat dengan mereka yang melakukan studi ke barat dari generasi yang lebih muda. Dari uraian diatas penulis dapat memahami bahwa Quraish Shihab adalah termasuk salah satu generasi pengkaji Islam yang menempuh pendidikannya sampai bergelar Doktor, berfikiran moderat, produktif dalam menulis buku tafsir yang cukup lengkap dan tematis. Dengan alasan tersebut maka penulis menyakini bahwa Quraish Shihab adalah seorang Fundamentalis Modernis.

B. TELAAH TERHADAP TAFSIR AL-MISBAH 1. Konteks Lokal Quraish Shihab tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang bernuansa agamis.keharmonisan keluarga dan bimbingan orang tuanya telah membekas dan berpengaruh besar bagi pribadi dan perkembangan akademisnya pada kemudian hari. Ayahnya, Abdurrahman Syihab (1905-1986), adalah seorang guru besar dalam bidang tafsir. Beliau seringkali bercengkerama bersama dan sesekali memberikan petuah-petuah keagamaan, mengenai hal ini, Quraish Shihab menulis sebagai berikut: Seringkali beliau mengajak anak-anaknya bersama. Pada saat-saat yang seperti inilah beliau menyampaikan petuah-petuah keagamaannya. Banyak dari petuah itu yang kemudian saya ketahui sebagai ayat-ayat al-Quran atau petuah Nabi, Sahabat, atau para pakar al-Quran yang sehingga detik ini masih terngiang ditelinga sayadari sanalah benih kecintaan kepada studi al-Quran mulia tersemai dijiwa saya. Selain itu, pada awal abad ke-19 di Sulawesi Selatan tempat dimana Quraish Shihab dilahirkan dan dibesarkan, kegiatan Islamisasi semakin meningkat. Penguasa Wajo, La Memmang To Appamadeng sendiri yang menjadi pelopor dari kegiatan tersebut. Di bawah pengaruh seorang ulama Wahhabi Syeikh Madina, La Memmang diperintahkannya untuk diterapkannya ajaran-ajaran Wahhabi. Seperti (takhayul) diperangi dan tempat-tempat yang disakralkan dihancurkan. Syariat Islam diberlakukan secara literal, misalnya orang-orang yang berzina harus dirajam, orang yang mencuri harus dipotong tangannya dan wanita harus memakai jilbab.

Sekalipun gerakan puritan tersebut tidak berlangsung lama, tetapi membuat pengaruh yang dalam bagi masyarakat. Islam yang lebih radikal sedikit demi sedikit tertanam dikalangan mereka. 2. Konteks Nasional Ketika tafsir al-Misbah ini disusun, Quraish shihab sedang memangku jabatan sebagai Menteri Agama RI sekaligus sebagai Duta Besar RI untuk Republik Arab Mesir, (1999-2000) namun jabatan yang dipangkunya itu tidak berlangsung lama karena pergantian pimpinan nasional yang terjadi secara mendadak. Angin Reformasi yang melanda Indonesia menjadikan jabatan Menteri Agama hanya beberpa bulan saja dalam jabatannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tafsir ini disusun ketika terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan, dari pemerintahan orde baru ke pemerintahan reformasi. 3. Proses Penulisan Sebenarnya awal proses penulisan tafsir ini, Quraish diminta untuk menjadi pengasuh dari rubrik Pelita Hati pada harian Pelita, pada tahun 1980-an. Tampaknya uraian-uraian yang disajikan menarik banyak pihak, kerna memberikan nuansa yang sejuk, tidak bersifat menggurui dan menghakimi. Pada tahun 1994, kumpulan dari tulisannya itu diterbitkan oleh penerbit Mizan dengan judul Lentera Hati, yang ternyata menjadi best seller dan mengalami cetak ulang beberapa kali. Kumpulan dari rubrik Pelita Hati diterbitkan dengan judul Lentera hati, yang mana sebagian besar isi buku tersebut banayak diadopsi dalam penulisan tafsir al-Misbah. Dari sinilah tampaknya proses penulisan tafsir al-Misbah itu dimulai. 4. Sekilas Tentang Kondisi Kitab Karya ini diberi judul: Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, yang kemudian biasa disingkat dengan tafsir al-Misbah saja. Pemilihan al-Misbah sebagai nama tafsirnya, bukan tanpa dasar sama sekali. Sebagaimana yang diketahui, nama ini berasal dari bahasa arab yang artinya lampu, pelita, lentera yang berfungsi memberikan penerangan bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Dengan memilih nama ini, penulisnya berharap agar karyanya itu dapat dijadikan sebagai penerang bagi mereka yang berada dalam suasana kegelapan dalam mencari petunjuk yang dapat dijadikan pedoman hidup. Tafsir ini terdiri dari 15 jilid yang membahas 30 juz, tafsirnya dicetak pertama kali pada bulan syaban 1421 H/November 2000 M yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati. Adapun bahasa yang digunakan dalam tafsir ini adalah bahasa Indonesia serta penyusunan ayat-nya disesuaikan dengan susunan yang ada dalam susunan mushaf Ustmani.

C. KARAKTERISTIK PENULISAN KITAB

1. Metode dan Corak Penafsiran Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsirannya adalah metode tahlili. Hal ini dapat dilihat dari penafsirannya yaitu dengan menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai dengan susunannya yang terdapat dalam mushaf. Namun disisi lain Quraish mengemukakan bahwa metode Tahlili memiliki berbagai kelemahan, maka dari itu penulis juga menggunakan metode MaudhuI atau tematik, yang menurutnya metode ini memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya metode ini dinilai dapat menghidangkan pandangan dan pesan al-Quran secara mendalam dan menyeluruh menyangkut tema-tema yang dibicarakannya. Menyadari kelemahan-kelemahan yang terdapat metode tahlili, Quraish memberikan tambahan lain dalam karyanya. Ia menilai bahwa cara yang paling tepat untuk menghidangkan pesan al-Quran adalah metode maudhui. Dengan demikian, metode penulisan al-Misbah mengkombinasikan metode tahlili dengan metode maudhui. Adapun corak yang dipergunakan dalam tafsir Al-Misbah adalah corak IjtimaI atau kemasyarakatan, sebab uraian-uraiannya mengarah pada masalah- masalah yang berlaku atau terjadi di masyarakat. 2. Sumber Penafsiran Mengenai sumber penafsiran ini, dapat dinyatakan bahwa tafsir al-Misbah dapat dikelompokan pada al-Tafsir bi al-Rayi. Kesimpulan yang seperti ini dari pernyataan penulisannya sendiri yang mengungkapkan pada akhir sekapur sirih yang merupakan sambutan dari karya ini. Beliau menulis: Akhirnya, penulis merasa sangat perlu menyampaikan kepada pembaca bahwa apa yang dihidangkan disini bukan sepenuhnya ijtihad penulis. Hasil ulama terdahulu dan kontemporer, serta pandangan-pandangan mereka sungguh penulis nukil, khususnya pandangan pakar tafsir Ibrahim Umar al-BiqaI (W 885 H/1480 M), demikian juga karya tafsir tertinggi al-Azhar dewasa ini. Sayyid Muhammad Thanthawi, Syeikh Mutawalli al-Syarawi dan tidak ketinggalan pula Sayyid Quttub, Muhammad Thahir Ibn As-Ssyur, Sayyid Muhammad Husein ThobathobaI dan beberapa pakar tafsir lainnya. 3. Langkah-langkah Penafsiran Adapun dalam menjelaskan ayat-ayat suatu surat, biasanya beliau menempuh beberapa langkah dalam menafsirkannya, diantaranya: 1. Pada setiap awal penulisan surat diawali dengan pengantar mengenai penjelasan surat yang akan dibahas secara detail, misalnya tentang jumlah ayat, tema-tema yang menjadi pokok kajian dalam surat, nama lain dari surat. 2. Penulisan ayat dalam tafsir ini, dikelompokkan dalam tema-tema tertentu sesuai dengan urutannya dan diikuti dengan terjemahannya. 3. Menjelaskan kosa kata yang dipandang perlu, serta menjelaskan munasabah ayat yang sedang ditafsirkan dengan ayat sebelum maupun sesudahnya.

4. Kemudian menafsirkan ayat yang sedang dibahas, serta diikuti dengan beberapa pendapat para mufassir lain dan menukil hadis nabi yang berkaitan dengana ayat yang sedang dibahas. D. Karya-karyanya 1. Tafsir Al-Amanah, karya ini merupakan kumpulan artikel dari rubric tafsir yang diasuhnya pada majalah Amanah, dan diterbitkan oleh Mustika Kartini tahun 1992. isinya menyangkut penafsiran surat Al-Alaq dan Al-Muddatsir. 2. Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Karya ini diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 1992, isinya mengenai berbagi persoalan kehidupan. 3. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhui atas Berbagai Persoalan Umat. Diterbitkan pada Mizan pada tahun 1996, dan juga menjadi best seller. Isinya menyangkut berbagi persoalan yang dijelaskan secara tematis sesuai imformasi al-Quran 4. Tafsir Al-Quran Al-Karim. Karya ini diterbitkan oleh Pustaka Hidayah pada tahun 1997, isinya merupakan tafsiran dari 24 surat pendek yang didasarkan pada urutan turunnya. 5. Al-Asma Al-Husna. Karya ini mencangkup tentang nama-nama Tuhan yang berjumlah 99. 6. Mukjizat Al-Quran karya ini diterbitkan oleh Mizan pada tahun 1997. isinya berupa uraian tentang segi-segi keistimewaan dari al-Quran, dan juga unsur kemukjizatannya. 7. Tafsir Al-Misbah. Karya ini dapat dikatan sebagi puncak produktivitas Quraish Shihab. Karya ini diterbitkan oleh Lentera Hati, Jakarta, pada tahun 2000. Dan masih banyak lagi karya tulisnya yang belum disebutkan, baik itu berupa makalah, rubrik dalam berbagai surat kabar, maupun buku-buku yang diterbitkan.

Imam Al Ajurri Imam Al Ajurri : Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Al Husein bin Abdillah Al Baghdadi Al Ajurri. Kunyah beliau Abu Bakr. Beliau berasal dari sebuah desa di bagian barat kota Baghdad yang bernama Darbal Ajur. Beliau lahir dan tumbuh di sana.

Para Guru Beliau Imam Al Ajurri menimba ilmu dari segolongan ulama terkenal, di antaranya :

1. Imam Ibrahim bin Abdillah bin Muslim bin Maiz Abul Muslim Al Bashri Al Kajji. Beliau adalah Al Hafidh , Al Muammar, Shahibus Sunan . Imam ini adalah guru terbesar Imam Al Ajurri. Syaikh Ibrahim dilahirkan sekitar tahun 190 H dan wafat tahun 292 H di Baghdad. Jenazah beliau kemudian dipindah ke Bashrah dan dimakamkan di sana. 2. Imam Abul Abbas Ahmad bin Sahl bin Al Faizuran Al Usynani. Beliau adalah Syaikhul Qurra di Baghdad. Beliau wafat pada tahun 307 H. 3. Imam Abu Abdillah Ahmad bin Al Hasan bin Abdil Jabbar bin Rasyid Al Baghdadi. Beliau bergelar Al Muhadits Ats Tsiqatul Muammar. Beliau dilahirkan di Hudud tahun 210 H dan wafat tahun 306 H. 4. Imam Abu Bakr Jafar bin Muhammad bin Al Hasan bin Al Mustafadl Al Firyani. Beliau adalah Al Hafidh Ats Tsabt dan Syaikh di masanya. Beliau lahir pada tahun 207 H dan wafat pada tahun 301 H. 5. Imam Abu Bakr Al Qasim bin Zakaria bin Yahya Al Baghdadi. Beliau adalah Al Allamah , Al Muqri , Al Muhadits, Ats Tsiqah . Beliau terkenal dengan gelar Al Muthariz (penyulam). Beliau lahir di Hudud tahun 220 H dan wafat tahun 305 H. 6. Imam Abu Jafar Ahmad bin Yahya bin Ishaq Al Bajali Al Hulwani. Beliau adalah Al Muhadits, Ats Tsiqah, Az Zahid . Beliau tinggal di Baghdad dan wafat tahun 296 H. 7. Imam Abul Abbas Ahmad bin Zanjuwiyah bin Musa Al Qathan. Beliau adalah Al Muhadits, Al Mutqin , dianggap tsiqah dan terkenal. Beliau wafat tahun 304 H. 8. Imam Abul Qasim Abdullah bin Muhammad bin Abdil Aziz bin Al Marzuban. Beliau adalah Al Hafidh, Al Hujjatul Muammar, dan Al Musnid di masanya. Berasal dari Bagha dan lahir pada tahun 214 H dan bertempat tinggal di Baghdad serta wafat tahun 317 H. Beliau dikebumikan pada hari Iedul Fithri. 9. Imam Abu Syuaib Abdullah bin Al Hasan bin Ahmad bin Abu Syuaib Al Harrani. Beliau adalah Al Muhadits, Al Muammar, Al Mudab. Lahir tahun 206 H dan wafat tahun 295 H. 10. Imam Abu Muhammad Khalaf bin Amr Al Ukbari. Beliau adalah Al Muhadits, Ats Tsiqatul Jalil . Beliau lahir tahun 206 H dan wafat tahun 296 H.

11. Al Imam Abu Bakr Abdullah bin Sulaiman bin Al Asyats As Sijistani. Beliau adalah Al Allamah, Al Hafidh, dan Syaikh di Baghdad. Beliau termasuk lautan ilmu. Sebagian orang ada yang menganggap bahwa beliau lebih utama daripada ayahnya. Beliau menulis Sunan, Mushaf, Syariatul Qari, Nasikh Mansukh, Al Bats, dan lain-lain. Beliau lahir di Sijistan tahun 230 H dan wafat tahun 316 H.

Murid-Murid Beliau

Di antara murid-murid beliau yang terkenal adalah :

1. Imam Abu Nuaim Ahmad bin Abdullah bin Ahmad Al Mihrani Al Ashbahani. Beliau adalah Al Hafidh, Ats Tsiqah, Al Allamah. Beliau adalah cucu Az Zahid Muhammad bin Yusuf Al Banna. Beliau adalah penulis kitab Al Hilyah dan banyak karya lainnya. Beliau lahir tahun 336 H dan wafat tahun 425 H. 2. Imam Abul Qasim Abdul Malik Muhammad bin Abdillah bin Bisyran. Beliau adalah Al Muhaddits, Al Musnid, Ats Tsiqah, Ats Tsabt, Ash Shalih , Pemberi Nasihat, dan Musnid Irak. Beliau lahir tahun 339 H dan wafat tahun 430 H. 3. Imam Abul Husein Ali bin Muhammad bin Abdullah bin Bisyran. Beliau adalah Asy Syaikh, Al Alim, Al Muadil, Al Musnid. Al Khatib berkata tentang beliau : Dia sempurna muruah -nya, kokoh menjalankan agama, shaduq , dan tsabit. Beliau lahir tahun 328 H dan wafat tahun 415 H. 4. Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Umar At Tajibi Al Mishri Al Maliki Al Bazzaz. Beliau adalah Asy Syaikh, Al Fakih, Al Muhadits, Ash Shaduq, dan Musnid Mesir. Beliau terkenal dengan gelar Ibnu Nahhas. Beliau lahir tahun 323 H dan wafat tahun 416 H. 5. Imam Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Umar bin Hafsh Al Hamami Al Baghdadi. Beliau adalah Al Muhadits dan Muqri Irak. Al Khatib mengatakan bahwa beliau sangat jujur, taat beragama, terhormat, sulit dicari tandingannya dalam sanad-sanad qiraah dan memiliki ketinggian sanad di masanya. Lahir 328 H dan wafat 417 H. 6. Al Imam Abu Bakr bin Abu Ali Ahmad bin Abdurrahman Al Hamadani Adz Dzakwan Al Ashbahani. Beliau adalah Al Alim, Al Hafidh, dan termasuk Rijal Ats Tsiqah. Abu Nuaim mengatakan tentang beliau : Dia mempersaksikan dan menyampaikan hadits selama 60 tahun, akhlaknya baik dan kokoh madzhabnya. Beliau lahir tahun 333 H dan wafat tahun 419 H. 7. Syaikh Abul Husein Muhammad bin Al Husein bin Muhammad bin Al Fadl Al Baghdadi Al Qahthani. Beliau adalah Al Alim, Ats Tsiqat, Al Musnid . Beliau lahir tahun 335 H dan wafat tahun 415 H.

Keilmuan Beliau Dan Komentar Para Ulama Tentangnya

1. Ibnu Nadim berkata : Dia faqih, shalih, dan ahli ibadah. 2. Al Khatib berkata : Dia tsiqah, shaduq (sangat jujur), taat beragama, dan memiliki banyak karya. 3. Ibnu Jalkan berkata : Dia faqih, bermadzhab Syafii, muhadits, penulis kitab Arbain dan terkenal dengannya, shalih dan ahli ibadah. 4. Yaqut berkata : Dia faqih bermadzhab Syafii, tsiqah, dan menulis banyak karya. 5. Ibnul Jauzi dalam kitab As Shawatus Shafwah mengatakan : Dia tsiqah, taat beragama, alim, dan banyak menulis karya. 6. Ibnu Subki dalam Thabaqat-nya mengatakan : Dia faqih, muhadits, pemilik beberapa karangan. 7. Dzahabi dalam Siyar Alamin Nubala berkata : Dia seorang imam, muhadits, panutan, Syaikh di Al Haram, shaduq, abid , shahibus sunan, dan ahli ittiba . 8. Suyuthi mengatakan : Dia alim dan mengamalkan ilmu ahli sunnah.

Dari ucapan para ulama di atas diketahui bahwa beliau termasuk ulama yang beramal dengan ilmunya, seorang faqih yang ahli hadits, serta penjaga Kitabullah. Para ulama tersebut juga sepakat bahwa beliau termasuk orang yang tsiqat dan berpegang teguh dengan sunnah. Beliau juga seorang pengarang yang meninggalkan pengaruh yang jelas dalam perbendaharaan Islam.

Karya-Karya Beliau

Imam Al Ajurri mewariskan beberapa karya di antaranya :

- Yang Telah Dicetak :

1. Akhlaq Ahlil Quran 2. Akhlaqul Ulama 3. Akhbar Umar bin Abdil Aziz 4. Al Arbain Haditsan 5. Al Ghuraba 6. Tahrimun Nard was Satranji wal Malahi 7. Asy Syariah

8. At Tashdiq bin Nadhar Ilallah - Yang Masih Berupa Manuskrip (Tulisan Tangan) : 9. Adabun Nufus 10. Ats Tsamainin fil Hadits 11. Juzun min Hikayat As Syafii wa Ghairihi 12. Fardlu Thalabil Ilmi 13. Al Fawaid Al Muntakhabah 14. Wushulul Masyaqin wa Nuzhatul Mustamiin - Yang Hilang : 15. Ahkamun Nisa 16. Akhlaq Ahli Bir wat Tuqa 17. Aushafus Sabah 18. Taghyirul Azminah 19. At Tafarud wal Uzlah 20. At Tahajud 21. At Taubah 22. Husnul Khuluq 23. Ar Ruyah 24. Ruju Ibni Abbas anis Sharf 25. Risalah ila Ahlil Baghdad 26. Syarah Qasidah As Sijistani 27. As Syubuhat 28. Qishatul Hajaril Aswad wa Zam-Zam wa Badu Syaniha 29. Qiyamul Lail wa Fadllu Qiyamir Ramadlan 30. Fadllul Ilmi 31. Mukhtasharul Fiqh 32. Masalatut Thaifin

33. An Nasihah

Wafat Beliau

Sebagian para ulama mengatakan bahwa ketika beliau masuk ke kota Mekkah yang beliau kagumi, beliau berdoa : Ya Allah, berilah rezki kepadaku dengan tinggal di sana selama setahun. Lalu beliau mendengar bisikan : Bahkan 30 tahun ! Akhirnya beliau tinggal selama 30 tahun dan wafat di sana tahun 320 H. demikian keterangan Ibnu Khalqan. Al Khatib berkata : Aku membaca cerita itu di lantai kubur beliau di Mekkah. Ibnul Jauzi berkata bahwa Abu Suhail Mahmud bin Umar Al Akbari berkata bahwa ketika Abu Bakr sampai di Mekkah dia merasa kagum dengannya dan berdoa : Ya Allah, hidupkan aku di negeri ini walau hanya setahun. Tiba-tiba ia mendengar bisikan : Hai Abu Bakr, kenapa hanya setahun ? Tiga puluh tahun ! Ketika menginjak tahun ketiga puluh, beliau mendengar bisikan lagi : Wahai Abu Bakr, sudah kami tunaikan janji itu. Kemudian wafatlah beliau di tahun itu.

Madzhab Beliau

Beliau bermadzhab Syafii menurut sebagian ulama. Namun ulama lain seperti Al Isnawi mengatakan bahwa sebagian orang membantah ke-Syafii-an beliau dan mengatakan bahwa beliau bermadzhab Hanbali. Al Isnawi mengatakan hal itu setelah dia mengatakan bahwa Imam Al Ajurri pengikut madzhab Syafii. Demikian pula keterangan Abu Yala dalam kitab beliau Tabaqat Al Hanabilah.

Sumber-Sumber Biografi Beliau

Riwayat hidup beliau yang penuh barakah ditulis dalam beberapa kitab para ulama. Di antaranya :

1. Al Fahrasat. Ibnu Nadim halaman 268. 2. Tarikh Baghdad. Al Khatib 2/243. 3. Tabaqatul Hanabilah. Ibnu Abi Yala halaman 332. 4. Al Ansab. As Samani 1/94. 5. Fahrasah Ibni Khairil Isybaili. Halaman 285-286. 6. Wafiyatul Ayan. Ibnu Khukan 4/292.

7. Mujamul Buldan. Yaqut Al Hamawi 1/51. 8. Siyar Alamin Nubala. Adz Dzahabi 16/133. 9. Thabaqatus Syafiiyah. Al Isnawi 1/50. 10. Al Aqduts Tsamin. Al Fasi 2/4. 11. Thabaqatul Hufadh. As Suyuthi halaman 378. 12. Syajaratudz Dzahab. Ibnul Imad 3/35. Maraji : Al Ghuraba minal Mukminin. Al Ajurri, tahqiq Ramadlan Ayyub. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI IMAM HADITS Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Beliau adalah Pembaharu Islam (mujadid) pada abad ini. Karya dan jasa-jasa beliau cukup banyak dan sangat membantu umat Islam terutama dalam menghidupkan kembali ilmu Hadits. Beliau telah memurnikan Ajaran islam terutama dari hadits-hadits lemah dan palsu, meneliti derajat hadits.

Nasab (Silsilah Beliau)

Nama beliau adalah Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh al-Albani. Dilahirkan pada tahun 1333 H di kota Ashqodar ibu kota Albania yang lampau. Beliau dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya, lantaran kecintaan terhadap ilmu dan ahli ilmu. Ayah al Albani yaitu Al Haj Nuh adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syari`at di ibukota negara dinasti Utsmaniyah (kini Istambul), yang ketika Raja Ahmad Zagho naik tahta di Albania dan mengubah sistem pemerintahan menjadi pemerintah sekuler, maka Syaikh Nuh amat mengkhawatirkan dirinya dan diri keluarganya. Akhirnya beliau memutuskan untuk berhijrah ke Syam dalam rangka menyelamatkan agamanya dan karena takut terkena fitnah. Beliau sekeluargapun menuju Damaskus.

Setiba di Damaskus, Syaikh al-Albani kecil mulai aktif mempelajari bahasa arab. Beliau masuk sekolah pada madrasah yang dikelola oleh Jum`iyah al-Is`af al-Khairiyah. Beliau terus belajar di sekolah tersebut tersebut hingga kelas terakhir tingkat Ibtida`iyah. Selanjutnya beliau meneruskan belajarnya langsung kepada para Syaikh. Beliau mempelajari al-Qur`an dari ayahnya sampai selesai, disamping itu mempelajari pula sebagian fiqih madzab Hanafi dari ayahnya.

Syaikh al-Albani juga mempelajari keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul, sehingga beliau menjadi seorang ahli yang mahsyur. Keterampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya.

Pada umur 20 tahun, pemuda al-Albani ini mulai mengkonsentrasi diri pada ilmu hadits lantaran terkesan dengan pembahasan-pembahsan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syaikh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab berjudul al-Mughni `an Hamli al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ishabah min al-Akhbar. Sebuah kitab karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat pada Ihya` Ulumuddin alGhazali. Kegiatan Syaikh al-Albani dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya seraya berkomentar. Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit (bangkrut).

Namun Syaikh al-Albani justru semakin cinta terhadap dunia hadits. Pada perkembangan berikutnya, Syaikh al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab-kitab. Karenanya, beliau memanfaatkan Perpustakaan adh-Dhahiriyah di sana (Damaskus). Di samping juga meminjam bukubuku dari beberapa perpustakaan khusus. Begitulah, hadits menjadi kesibukan rutinnya, sampaisampai beliau menutup kios reparasi jamnya. Beliau lebih betah berlama-lama dalam perpustakaan adh-Dhahiriyah, sehingga setiap harinya mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat mentelaah kitabkitab hadits, kecuali jika waktu sholat tiba. Untuk makannya, seringkali hanya sedikit makanan yang dibawanya ke perpustakaan.

Akhirnya kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuk beliau. Bahkan kemudiaan beliau diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, beliau menjadi leluasa dan terbiasa datang sebelum yang lainnya datang. Begitu pula pulangnya ketika orang lain pulang pada waktu dhuhur, beliau justru pulang setelah sholat isya. Hal ini dijalaninya sampai bertahun-tahun.

Pengalaman Penjara Syaikh al-Albani pernah dipenjara dua kali. Kali pertama selama satu bulan dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena gigihnya beliau berdakwah kepada sunnah dan memerangi bid`ah sehingga orang-orang yang dengki kepadanya menebarkan fitnah.

Beberapa Tugas yang Pernah Diemban Syaikh al-Albani Beliau pernah mengajar di Jami`ah Islamiyah (Universitas Islam Madinah) selama tiga tahun, sejak tahun 1381-1383 H, mengajar tentang hadits dan ilmu-ilmu hadits. Setelah itu beliau pindah ke Yordania. Pada tahun 1388 H, Departemen Pendidikan meminta kepada Syaikh alAlbani untuk menjadi ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada Fakultas Pasca Sarjana di sebuah

Perguruan Tinggi di kerajaan Yordania. Tetapi situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan beliau memenuhi permintaan itu. Pada tahun 1395 H hingga 1398 H beliau kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis Tinggi Jam`iyah Islamiyah di sana. Mandapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Saudi Arabia berupa King Faisal Fundation tanggal 14 Dzulkaidah 1419 H.

Beberapa Karya Beliau Karya-karya beliau amat banyak, diantaranya ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa manuskrip dan ada yang mafqud (hilang), semua berjumlah 218 judul. Beberapa Contoh Karya Beliau yang terkenal adalah : 1. Adabuz-Zifaf fi As-Sunnah al-Muthahharah 2. Al-Ajwibah an-Nafi`ah `ala as`ilah masjid al-Jami`ah 3. Silisilah al-Ahadits ash Shahihah 4. Silisilah al-Ahadits adh-Dha`ifah wal maudhu`ah 5. At-Tawasul wa anwa`uhu 6. Ahkam Al-Jana`iz wabida`uha

Di samping itu, beliau juga memiliki kaset ceramah, kaset-kaset bantahan terhadap berbagai pemikiran sesat dan kaset-kaset berisi jawaban-jawaban tentang pelbagai masalah yang bermanfaat.

Selanjutnya Syaikh al-Albani berwasiat agar perpustakaan pribadinya, baik berupa buku-buku yang sudah dicetak, buku-buku foto copyan, manuskrip-manuskrip (yang ditulis oleh beliau sendiri ataupun orang lain) semuanya diserahkan ke perpustakaan Jami`ah tersebut dalam kaitannya dengan dakwah menuju al-Kitab was Sunnah, sesuai dengan manhaj salafush shalih (sahabat nabi radhiyallahu anhum), pada saat beliau menjadi pengajar di sana.

Wafatnya Beliau wafat pada hari Jum`at malam Sabtu tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yordania. Rahimallah asy-Syaikh al-Albani rahmatan wasi`ah wa jazahullahu`an al-Islam wal muslimiina khaira wa adkhalahu fi an-Na`im al-Muqim. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI IMAM HADITS Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 H -728 H)

Syaikhul Islam Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad Bin Abdul Halim Bin Abdus Salam Bin Abdullah bin AlKhidhir bin Muhammad bin Taimiyah An- Numairy Al Harrani Ad-dimasqi Al Hambali. Beliau adalah Imam, Qudwah, Alim, Zahid dan Dai ila Allah, baik dengan kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya. Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah dan penghidup sunnah Rasul shalallahualaihi wa sallam yang telah dimatikan oleh banyak orang.

Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiuul Awal tahun 661H.

Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan-pun pada mereka.

Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah (mengadukan permasalahan) kepada Allah Taala. Akhirnya mereka bersama kitab- kitabnya dapat selamat.

Pertumbuhan dan Ghirahnya pada Ilmu Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Quran dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang.

Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab.

Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian kitabus-Sittah dan Mujam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang, pen.) yang sengaja datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia.

Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahualaihi wa sallam.

Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garisgaris yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.

Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi.

Pujian Ulama Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imamimam Islam yang memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, AlHafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain.

Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahualaihi wa sallam serta lebih ittiba dibandingkan beliau.

Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan: Setelah aku berkumpul dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: Aku tidak pernah menyangka akan tercipta manasia seperti anda.

Al-Qadli Ibnu Al-Hariry mengatakan: Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul Islam, lalu siapa dia ini ? Syaikh Ahli nahwu, Abu Hayyan An-Nahwi, setelah beliau berkumpul dengan Ibnu Taimiyah berkata: Belum pernah sepasang mataku melihat orang seperti dia Kemudian melalui bait-bait syairnya, beliau banyak memberikan pujian kepadanya.

Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sangat sempurna, yakni dalam tafsir, aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam lainnya, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama zamannya. Al-Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: Apakah ia ditanya tentang suatu bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat (jawabannya) akan menyangka bahwa dia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu, orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya. Para Fuqaha dari berbagai kalangan, jika duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil pelajaran bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya belum pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa dipatahkan hujahnya. Beliau tidak pernah berkata tentang suatu cabang ilmu, baik ilmu syariat atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau mempunyai goresan tinta indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pem- bagian kata dan penjelasannya sangat bagus dalam penyusunan buku-buku.

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat th. 748 H) juga berkata: Dia adalah lambang kecerdasan dan kecepatan memahami, paling hebat pemahamannya terhadap Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan pendapat, dan lautan dalil naqli. Pada zamannya, beliau adalah satu-satunya baik dalam hal ilmu, zuhud, keberanian, kemurahan, amar maruf, nahi mungkar, dan banyaknya buku-buku yang disusun dan amat menguasai hadits dan fiqh.

Pada umurnya yang ke tujuh belas beliau sudah siap mengajar dan berfatwa, amat menonjol dalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokok-pokoknya maupun cabang-cabangnya, detailnya dan ketelitiannya. Pada sisi lain Adz-Dzahabi mengatakan: Dia mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai rijal (mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Tadil, Thabaqah-Thabaqah sanad, pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits yang menyendiri padanya .. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang bisa menyamai atau mendekati tingkatannya .. Adz-Dzahabi berkata lagi, bahwa: Setiap hadits yang tidak diketahui oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist.

Demikian antara lain beberapa pujian ulama terhadap beliau.

Sejarah telah mencatat bahwa bukan saja Ibnu Taimiyah sebagai dai yang tabah, liat, wara, zuhud dan ahli ibadah, tetapi beliau juga seorang pemberani yang ahli berkuda. Beliau adalah pembela tiap jengkal tanah umat Islam dari kedzaliman musuh dengan pedangnya, seperti halnya beliau adalah pembela aqidah umat dengan lidah dan penanya.

Dengan berani Ibnu Taimiyah berteriak memberikan komando kepada umat Islam untuk bangkit melawan serbuan tentara Tartar ketika menyerang Syam dan sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah pertempuran. Sampai ada salah seorang amir yang mempunyai diin yang baik dan benar, memberikan kesaksiannya: tiba-tiba (di tengah kancah pertempuran) terlihat dia bersama saudaranya berteriak keras memberikan komando untuk menyerbu dan memberikan peringatan keras supaya tidak lari Akhirnya dengan izin Allah Taala, pasukan Tartar berhasil dihancurkan, maka selamatlah negeri Syam, Palestina, Mesir dan Hijaz.

Tetapi karena ketegaran, keberanian dan kelantangan beliau dalam mengajak kepada al-haq, akhirnya justru membakar kedengkian serta kebencian para penguasa, para ulama dan orang-orang yang tidak senang kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum lacut kemudian meniupkan racunracun fitnah hingga karenanya beliau harus mengalami berbagai tekanan di pejara, dibuang, diasingkan dan disiksa.

Kehidupan di Penjara Hembusan-hembusan fitnah yang ditiupkan kaum munafiqin serta antek-anteknya yang mengakibatkan beliau mengalami tekanan berat dalam berbagai penjara, justru dihadapi dengan tabah, tenang dan gembira. Terakhir beliau harus masuk ke penjara Qalah di Dimasyq. Dan beliau berkata: Sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar.

Dalam syairnya yang terkenal beliau juga berkata: Apakah yang diperbuat musuh padaku !!!! Aku, taman dan dikebunku ada dalam dadaku Kemanapun ku pergi, ia selalu bersamaku dan tiada pernah tinggalkan aku. Aku, terpenjaraku adalah khalwat Kematianku adalah mati syahid. Terusirku dari negeriku adalah rekreasi.

Beliau pernah berkata dalam penjara: Orang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya, orang yang tertawan ialah orang yang ditawan orang oleh hawa nafsunya.

Ternyata penjara baginya tidak menghalangi kejernihan fitrah islahiyah-nya, tidak menghalanginya untuk berdakwah dan menulis buku-buku tentang Aqidah, Tafsir dan kitab-kitab bantahan terhadap ahli-ahli bidah.

Pengagum-pengagum beliau di luar penjara semakin banyak. Sementara di dalam penjara, banyak penghuninya yang menjadi murid beliau, diajarkannya oleh beliau agar mereka iltizam kepada syariat Allah, selalu beristighfar, tasbih, berdoa dan melakukan amalan-amalan shahih. Sehingga suasana penjara menjadi ramai dengan suasana beribadah kepada Allah. Bahkan dikisahkan banyak penghuni penjara yang sudah mendapat hak bebas, ingin tetap tinggal di penjara bersamanya. Akhirnya penjara menjadi penuh dengan orang-orang yang mengaji.

Tetapi kenyataan ini menjadikan musuh-musuh beliau dari kalangan munafiqin serta ahlul bidah semakin dengki dan marah. Maka mereka terus berupaya agar penguasa memindahkan beliau dari satu penjara ke penjara yang lain. Tetapi inipun menjadikan beliau semakin terkenal. Pada akhirnya mereka menuntut kepada pemerintah agar beliau dibunuh, tetapi pemerintah tidak mendengar tuntutan mereka. Pemerintah hanya mengeluarkan surat keputusan untuk merampas semua peralatan tulis, tinta dan kertas-kertas dari tangan Ibnu Taimiyah.

Namun beliau tetap berusaha menulis di tempat-tempat yang memungkinkan dengan arang. Beliau tulis surat-surat dan buku-buku dengan arang kepada sahabat dan murid-muridnya. Semua itu menunjukkan betapa hebatnya tantangan yang dihadapi, sampai kebebasan berfikir dan menulis pun dibatasi. Ini sekaligus menunjukkan betapa sabar dan tabahnya beliau. Semoga Allah merahmati, meridhai dan memasukkan Ibnu Taimiyah dan kita sekalian ke dalam surganya.

Wafatnya Beliau wafatnya di dalam penjara Qalah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya yang menonjol, Al-Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah.

Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara beliau selalu beribadah, berdzikir, tahajjud dan membaca AlQuran. Dikisahkan, dalam tiah harinya ia baca tiga juz. Selama itu pula beliau sempat menghatamkan Al-Quran delapan puluh atau delapan puluh satu kali.

Perlu dicatat bahwa selama beliau dalam penjara, tidak pernah mau menerima pemberian apa pun dari penguasa.

Jenazah beliau dishalatkan di masjid JamiBani Umayah sesudah shalat Zhuhur. Semua penduduk Dimasyq (yang mampu) hadir untuk menshalatkan jenazahnya, termasuk para Umara, Ulama, tentara dan sebagainya, hingga kota Dimasyq menjadi libur total hari itu. Bahkan semua penduduk Dimasyq (Damaskus) tua, muda, laki, perempuan, anak-anak keluar untuk menghormati kepergian beliau.

Seorang saksi mata pernah berkata: Menurut yang aku ketahui tidak ada seorang pun yang ketinggalan, kecuali tiga orang musuh utamanya. Ketiga orang ini pergi menyembunyikan diri karena takut dikeroyok masa. Bahkan menurut ahli sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan serta dihormati oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hambal.

Beliau wafat pada tanggal 20 Dzul Hijjah th. 728 H, dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin.

Semoga Allah merahmati Ibnu Taimiyah, tokoh Salaf, dai, mujahidd, pembasmi bidah dan pemusnah musuh. Wallahu alam.

Sumber : - Ibnu Taimiyah, Bathal Al-Islah Ad-Diny. Mahmud Mahdi Al-Istambuli. Maktabah Dar-Al-Marifah Dimasyq. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI IMAM HADITS, BIOGRAFI MUFASSIR Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah Nama seberanya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Saad bin Huraiz az-Zari, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnul Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali alJauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul Qayyim adalah tonggak bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil.

Pertumbuhan Dan Thalabul Ilminya Ia belajar ilmu faraidl dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa

kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.

Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Ismail bin Muhammad al-Harraniy.

Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-temannya, masyhur di segenap penjuru dunia dan amat dalam pengetahuannya tentang madzhab-madzhab Salaf.

Pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H. Pada masa itu, Ibnul Qayyim sedang pada awal masa-masa mudanya. Oleh karenanya beliau sempat betul-betul mereguk sumber mata ilmunya yang luas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnul Qayyim amat mencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim yang menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karyakaryanya yang bagus dan dapat diterima.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara.

Sebagai hasil dari mulazamahnya (bergurunya secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah, beliau dapat mengambil banyak faedah besar, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitabullah Taala dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang shahihah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh asSalafus ash-Shalih, membuang apa-apa yang berselisih dengan keduanya, serta memperbaharui segala petunjuk ad-Din yang pernah dipalajarinya secara benar dan membersihkannya dari segenap bidah yang diada-adakan oleh kaum Ahlul Bidah berupa manhaj-manhaj kotor sebagai cetusan dari hawa-hawa nafsu mereka yang sudah mulai berkembang sejak abad-abad sebelumnya, yakni: Abad kemunduran, abad jumud dan taqlid buta.

Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam fiqrah Islamiyah.

Ibnul Qayyim rahimahullah telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para Ulama supaya dapat memperoleh ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam.

Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap Ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai Hadits, makna hadits, pemahaman serta Istinbath-Istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.

Semuanya itu menunjukkan bahwa beliau rahimahullah amat teguh berpegang pada prinsip, yakni bahwa Baiknya perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafus ash-Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syariah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah al-Aziz serta sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam asy-syarifah.

Oleh karena itu beliau berpegang pada (prinsip) ijtihad serta menjauhi taqlid. Beliau ambil istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Quranul Karim, Sunnah Nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para shahabat serta apa-apa yang telah disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan Aimmatul Fiqhi (para imam fiqih).

Dengan kemerdekaan fikrah dan gaya bahasa yang logis, beliau tetapkan bahwa setiap apa yang dibawa oleh Syariah Islam, pasti sejalan dengan akal dan bertujuan bagi kebaikan serta kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat.

Beliau rahimahullah benar-benar menyibukkan diri dengan ilmu dan telah benar-benar mahir dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliau tetap terus banyak mencari ilmu, siang maupun malam dan terus banyak berdoa.

Sasarannya

Sesungguhnya Hadaf (sasaran) dari Ulama Faqih ini adalah hadaf yang agung. Beliau telah susun semua buku-bukunya pada abad ke-tujuh Hijriyah, suatu masa dimana kegiatan musuh-musuh Islam dan orang-orang dengki begitu gencarnya. Kegiatan yang telah dimulai sejak abad ketiga Hijriyah ketika jengkal demi jengkal dunia mulai dikuasai Isalam, ketika panji-panji Islam telah berkibar di semua sudut bumi dan ketika berbagai bangsa telah banyak masuk Islam; sebahagiannya karena iman, tetapi sebahagiannya lagi terdiri dari orang-orang dengki yang menyimpan dendam kesumat dan bertujuan menghancurkan (dari dalam pent.) dinul Hanif (agama lurus). Orang-orang semacam

ini sengaja melancarkan syubhat (pengkaburan)-nya terhadap hadits-hadits Nabawiyah Syarif dan terhadap ayat-ayat al-Quranul Karim.

Mereka banyak membuat penafsiran, tawil-tawil, tahrif, serta pemutarbalikan makna dengan maksud menyebarluaskan kekaburan, bidah dan khurafat di tengah kaum Muminin.

Maka adalah satu keharusan bagi para Aimmatul Fiqhi serta para ulama yang memiliki semangat pembelaan terhadap ad-Din, untuk bertekad memerangi musuh-musuh Islam beserta gang-nya dari kalangan kaum pendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadap ketentuanketentuan hukum syariah, dengan berpegang kepada Kitabullah wa sunnatur Rasul shallallahu alaihi wa sallam sebagai bentuk pengamalan dari Firman Allah Taala: Dan Kami turunkan Al Quran kepadamu, agar kamu menerangkan kepada Umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. (an-Nahl:44).

Juga firman Allah Taala, Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, dan apaapa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (al-Hasyr:7).

Murid-Muridnya

Ibnul Qayyim benar-benar telah menyediakan dirinya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan melayani dialog. Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah, al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi, Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy, Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafii, Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Taqiyussssddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafii dan lain-lain.

Aqidah Dan Manhajnya

Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikit kotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikan kebenaran wujudnya Allah Taala, beliau ikuti manhaj al-Quranul Karim sebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai cara pandang yang benar. Beliau rahimahullah- sama sekali tidak mau mempergunakan teori-teori kaum filosof.

Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, Perhatikanlah keadaan alam seluruhnya baik alam bawah maupun- alam atas dengan segala bagian-bagaiannya, niscaya anda akan temui semua itu memberikan kesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan Sang Pemiliknya. Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akal dan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwa telah dimaklumi; adanya Rabb Taala lebih gamblang bagi akal dan fitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yang akal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akal dan fitrahnya perlu dipertanyakan.

Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedang dilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan (pemikiran Umat IslamPent.) di samping adanya kekacauan dari luar yang mengancam hancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika anda lihat Ibnul Qayyim waktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya dan menyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Taala serta Sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam.

Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh rayu-rayu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa wal bida (Ahli Bidah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.

Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliau mewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Said meriwayatkan dari Qatadah tentang firman Allah Taala, Dan orang-orang yang diberi ilmu (itu) melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq. (Saba:6).

Qotadah mengatakan, Mereka (orang-orang yang diberi ilmu) itu ialah para sahabat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.

Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.

Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasai taqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawaban sebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amat terlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihi madzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliau bersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yang bermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya.

Memang, prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid. Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana pun berada, ittijah (cara pandang)-nya dalam hal tasyari adalah alQuran, sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannya dalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakala sedang berargumentasi.

Di antara dawahnya yang paling menonjol adalah dawah menuju keterbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialah mengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanya sesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernah terjadi.

Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab, as-Sunnah, Ijma Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli (menyandarkan persoalan cabang pada yang asli), alMashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzariah (tindak preventif) dan al-Urf (kebiasaan yang telah diakui baik).

Ujian Yang Dihadapi

Adalah wajar jika orang Alim ini, seorang yang berada di luar garis taqlid turun temurun dan menjadi penentang segenap bidah yang telah mengakar, mengalami tantangan seperti banyak dihadapi oleh orang-orang semisalnya, menghadapi suara-suara sumbang terhadap pendapat-pendapat barunya.

Orang-orang pun terbagi menjadi dua kubu: Kubu yang fanatik kepadanya dan kubu lainnya kontra. Oleh karena itu, beliau rahimahullah menghadapi berbagai jenis siksaan. Beliau seringkali mengalami gangguan. Pernah dipenjara bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara terpisah-pisah di penjara al-Qalah dan baru dibebaskan setelah Ibnu Taimiyah wafat.

Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Akibatnya beliau disekap, dihinakan dan diarak berkeliling di atas seekor onta sambil didera dengan cambuk.

Pada saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Quran, tadabbur dan tafakkur. Sebagai hasilnya, Allah membukakan banyak kebaikan dan ilmu pengetahuan baginya. Di samping ujian di atas, ada pula tantangan yang dihadapi dari para qadhi karena beliau berfatwa tentang bolehnya perlombaan pacuan kuda asalkan tanpa taruhan. Sungguhpun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah tetap konsisten (teguh) menghadapi semua tantangan itu dan akhirnya menang. Hal demikian disebabkan karena kekuatan iman, tekad serta kesabaran beliau. Semoga Allah melimpahkan pahala atasnya, mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya serta segenap kaum muslimin.

Pujian Ulama Terhadapnya

Sungguh Ibnul Qayyim rahimahullah teramat mendapatkan kasih sayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yang teramat dekat dengan hati manusia, amat dikenal, sangat cinta pada kebaikan dan senang pada nasehat. Siapa pun yang mengenalnya tentu ia akan mengenangnya sepanjang masa dan akan menyatakan kata-kata pujian bagi beliau. Para Ulama pun telah memberikan kesaksian akan keilmuan, kewaraan, ketinggian martabat serta keluasan wawasannya.

Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, Dia adalah seorang yang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, faham akan perbedaan pendapat dan madzhab-madzhab salaf.

Di sisi lain, Ibnu Katsir mengatakan, Beliau seorang yang bacaan Al-Quran serta akhlaqnya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.

Ibnu Katsir berkata lagi, Beliau rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlaq shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untuk dzikrullah hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, Inilah acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan runtuh. Beliau juga pernah mengatakan, Dengan kesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukan imamah dalam hal din (agama).

Ibnu Rajab pernah menukil dari adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Mukhtashar, bahwa adz-Dzahabi mengatakan, Beliau mendalami masalah hadits dan matan-matannya serta melakukan penelitian

terhadap rijalul hadits (para perawi hadits). Beliau juga sibuk mendalami masalah fiqih dengan ketetapan-ketetapannya yang baik, mendalami nahwu dan masalah-masalah Ushul.

Tsaqafahnya

Ibnul Qayyim rahimahullah merupakan seorang peneliti ulung yang Alim dan bersungguh-sungguh. Beliau mengambil semua ilmu dan mengunyah segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir.

Beliau telah menyusun kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisan-tulisannya tiada terhitung banyaknya, dan diatas semua itu, keseluruhan kitab-kitabnya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanyalah Ibnul Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung.

Karya-Karyanya

Beliau rahimahullah memang benar-benar merupakan kamus berjalan, terkenal sebagai orang yang mempunyai prinsip dan beliau ingin agar prinsipnya itu dapat tersebarluaskan. Beliau bekerja keras demi pembelaannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Buku-buku karangannya banyak sekali, baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil. Beliau telah menulis banyak hal dengan tulisan tangannya yang indah. Beliau mampu menguasai kitab-kitab salaf maupun khalaf, sementara orang lain hanya mampun menguasai sepersepuluhnya. Beliau teramat senang mengumpulkan berbagai kitab. Oleh sebab itu Imam ibnul Qayyim terhitung sebagai orang yang telah mewariskan banyak kitab-kitab berbobot dalam pelbagai cabang ilmu bagi perpustakaan-perpustakaan Islam dengan gaya bahasanya yang khas; ilmiah lagi meyakinkan dan sekaligus mengandung kedalaman pemikirannya dilengkapi dengan gaya bahasa nan menarik.

Beberapa Karyanya

1. Tahdzib Sunan Abi Daud, 2. Ilam al-Muwaqqiin an Rabbil Alamin, 3. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban, 4. Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan,

5. Bada Iul Fawaid, 6. Amtsalul Quran, 7. Buthlanul Kimiya min Arbaina wajhan, 8. Bayan ad-Dalil ala istighnail Musabaqah an at-Tahlil, 9. At-Tibyan fi Aqsamil Quran, 10. At-Tahrir fi maa yahillu wa yahrum minal haris, 11. Safrul Hijratain wa babus Saadatain, 12. Madarijus Salikin baina manazil Iyyaka nabudu wa Iyyaka nastain, 13. Aqdu Muhkamil Ahya baina al-Kalimit Thayyib wal Amais Shalih al-Marfu ila Rabbis Sama 14. Syarhu Asmail Kitabil Aziz, 15. Zaadul Maad fi Hadyi Kairul Ibad, 16. Zaadul Musafirin ila Manazil as-Suada fi Hadyi Khatamil Anbiya 17. Jalaul Afham fi dzkris shalati ala khairil Am,. 18. Ash-Shawaiqul Mursalah Alal Jahmiyah wal Muaththilah, 19. Asy-Syafiyatul Kafiyah fil Intishar lil firqatin Najiyah, 20. Naqdul Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul, 21. Hadi al-Arwah ila biladil Arrah, 22. Nuz-hatul Musytaqin wa raudlatul Muhibbin, 23. al-Jawabul Kafi Li man sa`ala anid Dawa`is Syafi, 24. Tuhfatul Wadud bi Ahkamil Maulud, 25. Miftah daris Saadah, 26. Ijtimaul Juyusy al-Islamiyah ala Ghazwi Jahmiyyah wal Muaththilah, 27. Raful Yadain fish Shalah, 28. Nikahul Muharram, 29. Kitab tafdlil Makkah Ala al-Madinah, 30. Fadl-lul Ilmi, 31. Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin,

32. al-Kabair, 33. Hukmu Tarikis Shalah, 34. Al-Kalimut Thayyib, 35. Al-Fathul Muqaddas, 36. At-Tuhfatul Makkiyyah, 37. Syarhul Asma il Husna, 38. Al-Masa`il ath-Tharablusiyyah, 39. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkami Ahlil Jahim, 40. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li qaumihi, 41. Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab serta karya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak.

Wafatnya

Ibnul-Qoyyim meninggal dunia pada waktu isya tanggal 13 Rajab 751 H. Ia dishalatkan di Mesjid Jami Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.

Sumber: 1. Al-Bidayah wan Nihayah libni Katsir, 2. Muqaddimah Zaadil Maad fi Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq: Syuab wa Abdul Qadir al-Arna`uth, 3. Muqaddimah Ilamil Muwaqqiin an Rabbil alamin; Thaha Abdur Rauf Sad, 4. Al-Badrut Thali Bi Mahasini ma Badal Qarnis Sabi karya Imam asy-Syaukani, 5. Syadzaratudz dzahab karya Ibn Imad, 6. Ad-Durar al-Kaminah karya Ibn Hajar al-Asqalani, 7. Dzail Thabaqat al-Hanabilah karya Ibn Rajab Al Hanbali, 8. Al Wafi bil Wafiyat li Ash Shafadi, 9. Bughyatul Wuat karya Suyuthi, 10. Jalaul Ainain fi Muhakamah al-Ahmadin karya al-Alusi,

Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI IMAM HADITS, BIOGRAFI MUFASSIR Imam Hadits kalangan tabi`in A. Ikrimah Maula ibn Abbas (25 H 105 H) Nama sebenarnya adalah Abu Abdullah Ikrimah Maulana Ibnu Abbas seorang tabiin yang meriwayatkan hadits-hadits ibnu Abbas. Ikrimah berasal dari Barbari dari penduduk Maghribi, Ibnu Abbas memilikinya sejak ia menjadi Gubernur Bashrah dalam kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ibnu Abbas mengajarkan al Quran dan Sunnah kepada Ikrimah dengan sebaik baiknya, Ikhrimah sendiri pernah mengatakan, bahwa Ibnu Abbas tetap memberikan pelajaran kepadanya, Ikrimah terus menerus menerima ilmu dari Ibnu abbas, sehingga ia memperoleh keahlian dalam berfatwa dan diizinkannya berfatwa. Ia ahli dibidang hadits dan fatwa juga ahli dalam bidang qiraat dan tafsir, ia masuk golongan qurra yang termasyur dan mufassir yang terkenal. Ikrimah tetap dalam perbudakan hingga Ibnu abbas wafat, sehingga ia dimiliki oleh Ali bin Ibnu abbas (anaknya Ibnu abbas), kemudian Ali menjualnya kepada Khalid bin Yasid bin Muawiyyah dengan harga 4.000 dinar, lalu Ikrimah bertanya kepada Ali, Mengapa anda menjual ilmu ayah anda dengan harga 4.000 dinar?. Mendengar itu Ali membatalkan penjualannya dan memerdekakan Ikrimah. Ia menerima hadits dari banyak sahabat yaitu Ibnu Abbas, Al Hasan bin Ali, Abu Qotadah, Ibnu Umar, Abu Hurairah, Abu Said, Muawiyyah dan Ibnu Amr bin Ash. Sedangkan yang meriwayatkan hadits darinya adalah Abusy Syatsa, asy Syaby, an Nakhaiy, Abu Ishaq, as Subai-iy, Ibnu sirin, Amr ibn Dinar. Para ulama sepakat bahwa Ikrimah adalah orang yang Tsiqah dan mereka berhujjah dengan hadits hadits yang diriwayatkan olehnya. Namun demikian Muslim hanya meriwayatkan sebuah hadits saja darinya dalam bab haji yang disertakan dengan Said bin Jubair. Banyak para ulama hadits yang menyusun kitab berhujjah dengan Ikrimah diantaranya adalah Ibnu Jarir, ath Thabary, Ibn Nashr al Marwazy, Ibn Mandah, Abu Hatim, Ibn Hibban, Abu Umar bin Abdul Barr dan lain lannya. Dan di antara ulama yang membelanya seperti Al Hafidh Ibnu Hajar didalam Muthashar Tahdzibu kamal daan didalam Muadimmah Fathul Bari. Al Bukhary berkata, Tidak ada diantara para ulama hadits yang tidak berhujjah dengan Ikrimah. Ibnu Main berkata, Apabila kami melihat orang yang mencela Ikrimah, kamipun menuduh orang itu tidak benar. Muhammad bin Nashr al Marwazy berkata, Seluruh ilmu hadits diantaranya Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Yahya bin Main, aku telah bertanya kepada Ishaq tentang berhujjah dengan Ikrimah, maka beliau menjawab, Ikrimah dalam pandangan kami, Imam yang tsiqah. Ibnu Mahdah berkata, Ikrimah dipandang adil oleh 70 tabiin, ini suatu kedudukan yang hampir-hampir tidak diperoleh oleh orang lain. Orang yang mencacinya pun meriwayatkan juga hadits darinya. Dan Haditsnya diterima oleh para ulama. .

Dari pernyataan pernyataan ini, nyatalah bahwa apabila orang orang kepercayaan meriwayatkan suatu hadits dari Ikrimah, maka tidak ada jalan untuk meragui kebenaran hadits itu. Ia wafat pada tahun 105 H dalam usia 80 tahun lebih.

B.

Hasan al-Bashri (22 H -- 110 H)

Nama lengkap Hasan Al Bishri ialah Abu Said Al Hasan bin Abi Al Hasan bin Yasar Al Bishri adalah Maula Al Anshari. Ibunya bernama Khairah, budak Ummu Salamah yang di merdekakan, dikatakan Ibnu Saad dalam kitab tabaqat Hasan adalah seorang alim yang luas dan tinggi ilmunya, terpercaya, seorang hamba yang ahli ibadah lagi pula fasih bicaranya . Beliau salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran dihadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah . Beliau menerima hadits dari Abu Bakrah, Imran bin Husein, Jundub, Al Bajali, Muawwiyah, Anas, Jabir dan meriwayatkan hadits dari beberapa sahabat diantaranya Ubay bin Kaab, Saad bin Ubadah, Umar bin Khattab walaupun tidak bertemu dengan mereka atau tidak mendengar langsung dari mereka. Beliau adalah ulama ternama di Basrah, Imam Al Bagir ra. Mengatakan, Jika di sebutkan tentang ketokohan Al Hasan artinya yang dimaksud ucapan Al Hasan menyerupai ucapan para Nabi, Beliau wafat tahun 110 H. dalam usia 88 tahun dan kemudian hadits-hditsnya diriwayatkan oleh Jarir bin Abi Hazim, Humail At Thawil, Yazid bin Abi Maryam, Abu Al Asyhab, Sammak bin Harb, Atha bin Abi Al Saib, Hisyam bin Hasan dan lain-lain . C. Qatadah bin di`amah as-Sadusi (61 H 118 H) Qatadah ibn diamah ialah Abu Al Khathab Qatadah ibn Diamah ibn Qadatah ibn Aziz ibn Amr ass Sadusy al Basyri, beliau adalah seorang imam besar dan beliau meriwayatkan hadits dari Anas ibn Malik, Abu Ath Thufail, Said ibn Al Musayyab, Ikrimah, Muhammad ibn Abdir Rahman ibn Auf, Al Hasan Bisri, Muhammad ibn Sirrin, Atha ibn Abi Rabah, Abu Bakr dan Nadir dan kedua yang terahir ini adalah putra Anas ibn Malik . Hadits-hadits beliau di riwayatkan oleh Sulaiman at Tamimiy, Jarir ibn Hazim, Syubah, Abu Hilal, Ar Rasiby, Humam ibn Yahya, Ammr ibn Al Harits Al Misry, Said ibn Al Arubah, Al Laits ibn Saad, Awanah dan lain-lain, kemudian selanjutnya Ibnul Musyaiyyad berkata tidak pernah seorang yang datang kepadaku yang melebihi hapalan Qatadah. Beliau lahir pada tahun 61 H. dan wafat pada tahun 118 H. dalam usia 56 tahun.

D. Said bin al-Musayyab (13 H /634 M -- 94 H/ 713 M) Said ibn Al Musaiyab ialah Abu Muhammad Said ibn Al Mugirah ibn Huzn ibn Abdul Wahab ibn Amr ibn A idz ibn Imran ibn Mahzum Al Qurasyi. Beliau adalah pemuka tabiin yang terkenal, salah satu fuqaha tujuh di Madinah yang telah dapat mengumpulkan hadits, fiqih, zuhud dan wara. Beliau adalah salah seorang tabaqat tabiin yang memiliki kelebihan dalam penyebaran ajaran Islam keberbagai penjuru dunia dan beliau juga sebagai salah satu tabiin senior yaitu fuqaha tujuh dari

ahli Madinah . Beliau hidup dari usaha berdagang minyak zaitun, beliau adalah seorang tabiin yang sangat terkenal dalam menghafal hukum-hukum dan putusan-putusan yang di putuskan oleh Umar , oleh karenanya beliau terkenal dengan rawiyah Umar. Beliau meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Utsman, Ali, Saad ibn Abi Waqqas, Hakim ibn Hizam, Ibn Abbas, Ibn Amr ibn Ash, ayahnya sendiri Al Mussyyab Mamar ibn Abdillah, Abu Darda, Hasan ibn Tsabits, Zaid ibn Tsabits, Abdullah ibn Zaid Al Madan, Attab ibn Al Sid, Abu Qatadah, Abu Hurairah, Aisyah, Ummu Salim, Ibn Umar dan lain sebagainya. Kata Mamar ibn Mahnun ibn Mahram, bahwa ayahnya berkata, Saya datang di Madinah dan bertanya siapa orang yang paling alim diantara penduduk Madinah ?. Mereka membawa saya kepada Said ibn Musaiyah. Kemudian berikutnya ibn Al Madaniy berkata Saya tidak mengetahui ada orang yang lebih luas ilmunya dari kalangan tabiin selain Said ibn Musyyab, Maka apabila Said berkata Demikianlah sunnah pegangilah dia dan dialah sebesar-besar tabiin menurut pendapatku . Kata ibn Hibban Said adalah orang kepercayaan masuk golongan pemuka-pemuka tabiin dalam bidang fiqih, agama, wara, ibadah, keutamaan, Dialah yang paling pandai dalam ilmu fiqih diantara ulam-ulama Hijaz dan dia juga seorang tabir mimpi, empat puluh tahun lebih beliau berada dalam masjid setiap kali azan disuarakan . Kata ibn Hatim, tak ada dalam kalangan tabiin orang yang lebih bangsawan dari padanya beliau pernah dipenjarakan oleh Abdul Malik karena tidak mau membaiatkan anaknya Al Walid . Beliau lahir pada tahun 13 H /634 M dan wafat dimasa pemerintahan Al Walid ibn Abdul Malik pada tahun 94 H/ 713 M dalam usia 79 tahun . E. Said bin Zubair ( ... 95 H)

Said bin Jubair bin Hisyam al-`Asady berasal dari negeri Habsyi. Beliau belajar tafsir dari Ibnu Abbas , Ibnu Mas`ud, dan lain-lain. Beliau tergolong salah seorang murid Ibnu Abbas. Imam sa`id bin Jubair rahimahullah termasuk tokoh besar di kalangan tabi`in dalam lapangan tafsir, hadits dan fiqhi. Ia lulusan perguruan tafsir Ibnu Abbas yang kemudian menjadi salah seorang ahlinya yang terbesar. Imam Sofyan ats-Tsauri berkata: ambillah oleh kalian tafsir dari empat orang, yaitu: Sa`id bin Jubair, Mujahid bin Jabir, Ikrimah, dan adh-Dhahlak. Imam Sa`id telah banyak menghimpun qiraat-qiraat yang telah mapan dari para sahabat, dan beliau mampu membaca dalam qiraat-qiraat tersebut. Disamping ketinggian kedudukan dan keutamaannya, beliau juga salah seorang yang sangat hati-hati dalam melakukan penafsiran secara ra`yu. Baik golongan ulama yang moderat maupun yang ekstrim sama-sama mengandalkan kepada beliau.

Imam Abul Qasimath-Thabari berkata: beliau adalah argumen yang terpercaya dan panutan bagi kaum muslimin. Menurut Imam Qatadah, beliau adalah tabi`in yang paling alim (berilmu) tentang tafsir. Beliau wafat pada tahun 95 hijiriyah, dibunuh oleh al-Hajjaj (seorang panglima Bani Umayyah). Semoga Allah meridhai dan melimpahkan kerelaan pada beliau. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI IMAM HADITS

Imam Darimi Pertumbuhan beliau Nama: Beliau adalah Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad. Kuniyah beliau; Abu Muhammad Nasab beliau:

At Tamimi; adalah nisbah yang ditujukan kepada satu qabilah Tamim. Ad Darimi; adalah nisbah kepada Darim bin Malik dari kalangan at Tamimi. Dengan nisbah ini beliau terkenal. As Samarqandi; yaitu nisbah kepada negri tempat tinggal beliau

Tanggal lahir: Ia di lahirkan pada taun 181 H, sebagaimana yang di terangkan oleh imam Ad Darimi sendiri, beliau menuturkan; aku dilahirkan pada tahun meninggalnya Abdullah bin al Mubarak, yaitu tahun seratus delapan puluh satu. Ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun seratus delapan puluh dua hijriah. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu Allah menganugerahkan kepada iama Ad Darimi kecerdasan, pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadits. Beliau berjumpa dengan para masyayikh dan mendengar ilmu dari mereka. Akan tetapi sampai sekarang kami tidak mendapatkan secara pasti sejarah beliau dalam memulai menuntut ilmu Beliau adalah sosok yang tawadldlu dalam hal pengambilan ilmu, mendengar hadits dari kibarul ulama dan shigharul ulama, sampai-sampai dia mendengar dari sekelompok ahli hadits dari kalangan teman sejawatnya, akan tetapi dia jua seorang yang sangat selektif dan berhati-hati, karena dia selalu mendengar hadits dari orang-orang yang terpercaya dan tsiqah, dan dia tidak meriwayatkan hadits dari setiap orang. Rihlah beliau Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat mencolok dan sifat yang paling menonjol dari tabiat para ahlul hadits, karena terpencarnya para pengusung sunnah dan atsar di berbagai belahan negri islam yang sangat luas. Maka Imam ad Darimi pun tidak ketinggalan dengan meniti jalan pakar disiplin ilmu ini. Diantara negri yang pernah beliau singgahi adalah;

Khurasan Iraq Baghdad Kufah Wasith Bashrah Syam; Damasqus, Himash dan Shur. Jazirah Hijaz; Makkah dan Madinah.

Guru-guru beliau Guru-guru imam Ad Darimi yang telah beliau riwayatkan haditsnya adalah;

Yazid bin Harun Yala bin Ubaid Jafar bin Aun Basyr bin Umar az Zahrani Ubaidullah bin Abdul Hamid al Hanafi Hasyim bin al Qasim Utsman bin Umar bin Faris Said bin Amir adl Dlubai Abu Ashim Ubaidullah bin Musa Abu al Mughirah al Khaulani Abu al Mushir al Ghassani Muhammad bin Yusuf al Firyabi Abu Nuaim

Khalifah bin Khayyath Ahmad bin Hmabal Yahya bin Main Ali bin Al Madini

Dan yang lainnya Murid-murid beliau Sebagaimana kebiasaan ahlul hadits, ketika mereka mengetahui bahwa seorang alim mengetahui banyak hadits, maka mereka berbondong-bondong mendatangi alim tersebut, guna menimba ilmu yang ada pada diri si alim. Begitu juga dengan Imam Ad Darimi, ketika para penuntut ilmu mengetahui kapabaliti dalam bidang hadits yang dimiliki imam, maka berbondong-bondong penuntut ilmu mendatanginya, diantara mereka itu adalah;

Imam Muslim bin Hajaj Imam Abu Daud Imam Abu Isa At Tirmidzi Abd bin Humaid Raja` bin Murji Al Hasan bin Ash Shabbah al Bazzar Muhammad bin Basysyar (Bundar) Muhammad bin Yahya Baqi bin Makhlad Abu Zurah Abu Hatim Shalih bin Muhammad Jazzarah Jafar al Firyabi Muhammad bin An Nadlr al Jarudi

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Persaksian para ulama terhadap beliau

Imam Ahmad menuturkan; (Ad Darimi) imam. Muhammad bin Basysyar Bundar menuturkan; penghafal dunia ada empat: Abu Zurah di ar Ray, Muslim di an Nasaiburi, Abdullah bin Abdurrahman di Samarqandi dan Muhamad bin Ismail di Bukhara. Abu Said al Asyaj menuturkan; Abdullah bin Abdirrahman adalah imam kami. Muhammad bin Abdullah al Makhrami berkata; wahai penduduk Khurasan, selagi Abdullah bin Abdurrahman di tengah-tengah kalian, maka janganlah kalian menyibukkan diri dengan selain dirinya. Raja` bin Murji menuturkan; aku telah melihat Ibnu Hambal, Ishaq bin Rahuyah, Ibnu al Madini dan Asy Syadzakuni, tetapi aku tidak pernah melihat orang yang lebih hafizh dari Abdullah. Abu Hatim berkata; Muhammad bin Ismail adalah orang yang paling berilmu yang memasuki Iraq, Muhammad bin Yahya adalah orang yang paling berilmu yang berada di Khurasan pada hari ini, Muhammad bin Aslam adalah orang yang paling wara di antara mereka, dan Abdullah bin Abdurrahman orang yang paling tsabit diantara mereka. Ad Daruquthni menuturkan; tsiqatun masyhur. Muhammad bin Ibrahim bin Manshur as Sairazi menuturkan; Abdullah adalah puncak kecerdasan dan konsistensi beragama, di antara orang yang menjadi teladan dalam kesantunan, keilmuan, hafalan, ibadah dan zuhud.

Hasil karya beliau

Sunan ad Darimi. Tsulutsiyat (kitab hadits) al Jami Tafsir

Wafatnya beliau Beliau meninggal dunia pada hari Kamis bertepatan dengan hari tarwiyyah, 8 Dzulhidjah, setelah ashar tahun 255 H, dalam usia 75 tahun. Dan dikuburkan keesokan harinya, Jumat (hari Arafah). Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar

Label: BIOGRAFI IMAM HADITS Imam Malik Pertumbuhan beliau Nama: Mlik bin Anas bin Mlik bin Abi Amir bin Amru bin Al Harits bin ghailn bin Hasyat bin Amru bin Harits. Kunyah beliau: Abu Adbillah Nasab beliau:

Al Ashbuhi; adalah nisbah yang di tujukan kepada dzi ashbuh, dari Humair Al Madani; nisbah kepada Madinah, negri tempat beliau tinggal.

Tanggal lahir: Beliau dilahirkan di Madinah tahun 93 H, bertepatan dengan tahun meninggalnya sahabat yang mulia Anas bin Malik. Ibunya mengandung dia selama tiga tahun. Sifat-sifat imam Malik: Beliau adalah sosok yang tinggi besar, bermata biru, botak, berjenggot lebat, rambut dan jenggotnya putih, tidak memakai semir rambut, dan beliau menipiskan kumisnya. Beliau senang mengenakan pakaian bersih, tipis dan putih, sebagaimana beliaupun sering bergonta-ganti pakaian. Memakai serban, dan meletakkan bagian sorban yang berlebih di bawah dagunya. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu Imam Malik tumbuh ditengah-tengah ilmu pengetahuan, hidup dilingkungan keluarga yang mencintai ilmu, dikota Darul Hijrah, sumber mata air As Sunah dan kota rujukan para alim ulama. Di usia yang masih sangat belia, beliau telah menghapal Al Qur`an, menghapal Sunah Rasulullah, menghadiri majlis para ulama dan berguru kepada salah seorang ulama besar pada masanya yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz. Kakek dan ayahnya adalah ulama hadits terpandang di Madinah. Maka semenjak kecil, Imam Malik tidak meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa Madinah adalah kota dengan sumber ilmu yang berlimpah dengan kehadiran ulama-ulama besar. Karena keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni pelajaran hadits kepada ayah dan paman-pamannya. Disamping itu beliau pernah juga berguru kepada para ulama terkenal lainnya Dalam usia yang terbilang muda, Imam Malik telah menguasai banyak disiplin ilmu. Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya di salurkan untuk memperoleh ilmu.

Rihlah beliau Meskipun Imam Malik memiliki kelebihan dalam hafalan dan kekuatan pengetahuannya, akan tetapi beliau tidak mengadakan rihlah ilmiah dalam rangka mencari hadits, karena beliau beranggapan cukup dengan ilmu yang ada di sekitar Hijaz. Meski beliau tidak pernah mengadakan perjalanan ilmiyyah, tetapi beliau telah menyangdang gelar seorang ulama, yang dapat memberikan fatwa dalam permasalahan ummat, dan beliau pun membentuk satu majlis di masjid Nabawi pada saat beliau menginjak dua puluh satu tahun, dan pada saat itu guru beliau Nafi hiudp. Semua itu agar dapat mentransfer pengetahuannya kepada kaum muslimin serta kaum muslimin dapat mengambil manfaat dari pelajaran yang di sampaikan sang imam Guru-guru beliau Imam Malik berjumpa dengan sekelompok kalangan tabiin yang telah menimba ilmu dari para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan yang paling menonjol dari mereka adalah Nafi mantan budak Abdullah bin Umar. Malik berkata; Nafi telah menyebarkan ilmu yang banyak dari Ibnu Umar, lebih banyak dari apa yang telah disebarkan oleh anak-anak Ibnu Umar, Guru-guru imam Malik, selain Nafi, yang telah beliau riwayatkan haditsnya adalah;

Abu Az Zanad Abdullah bin Zakwan Hisyam bin Urwah bin Az Zubair Yahya bin Said Al Anshari Abdullah bin Dinar Zaid bin Aslam, mantan budak Umar Muhammad bin Muslim bin Syihab AzZuhri Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm Said bin Abi Said Al Maqburi Sami mantan budak Abu Bakar

Murid-murid beliau Banyak sekali para penuntut ilmu meriwayatkan hadits dari imam Malik ketika beliau masih muda belia. Disini kita kategorikan beberapa kelompok yang meriwayatkan hadits dari beliau, diantaranya; Guru-guru beliau yang meriwayatkan dari imam Malik, diantaranya;

Muhammad bin Muslim bin Syihab Az Zahrani

Yahya bin SAid Al Anshari Paman beliau, Abu Sahl Nafi bin Malik

Dari kalangan teman sejawat beliau adalah;

Mamar bin Rasyid Abdul Malik bin Juraij Imam Abu Hanifah, An Numan bin Tsabit Syubah bin al Hajaj Sufyan bin Said Ats Tsauri Al Laits bin Sad

Orang-orang yang meriwayatkan dari imam Malik setelah mereka adalah;

Yahya Bin Said Al Qaththan Abdullah bin Al Mubarak Abdurrahman bin Mahdi Waki bin al Jarrah Imam Muhammad bin Idris Asy Syafii.

Sedangkan yang meriwayatkan Al Muwaththa` banyak sekali, diantaranya;

Abdullah bin Yusuf At Tunisi Abdullah bin Maslamah Al Qanabi Abdullah bin Wahb al Mishri Yahya bin Yahya Al Laitsi Abu Mushab Az Zuhri

Persaksian para ulama terhadap beliau

Imam malik menerangkan tentang dirinya; aku tidak berfatwa sehingga tujuh puluh orang bersaksi bahwa diriku ahli dalam masalah tersebut. Sufyan bin Uyainah menuturkan; Malik merupakan orang alim penduduk Hijaz, dan dia merupakan hujjah pada masanya. Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: Malik adalah pengajarku, dan darinya aku menimba ilmu. Dan dia juga menuturkan; apabila ulama di sebutkan, maka Malik adalah bintang. Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: saya tidak mengetahui kitab ilmu yang lebih banyak benarnya dibanding kitab Imam Malik dan imam SyafiI berkata: tidak ada diatas bumi ini kitab setelah kitabullah yang lebih sahih dari kitab Imam Malik. Abdurrahman bin Mahdi menuturkan; aku tidak akan mengedepankan seseorang dalam masalah shahihnya sebuah hadits dari pada Malik. Al AuzaI apabila menyebut Imam Malik, dia berkata; Alimul ulama, dan mufti haramain. Yahya bin Said al Qaththan menuturkan; Malik merupakan imam yang patut untuk di contoh. Yahya bin Main menuturkan; malik merupakan hujjah Allah terhadap makhluk-Nya.

Hasil karya beliau Muwaththa` merupakan hasil karya imam Malik yang paling spektakuler, dan disana masih ada beberapa karya beliau yang tersebar, diantaranya;

Risalah fi al qadar Risalah fi an nujum wa manazili al qamar Risalah fi al aqdliyyah Risalah ila abi Ghassan Muhammad bin Mutharrif Risalah ila al Laits bin Sad fi ijmai ahli al madinah Juz`un fi at tafsir Kitabu as sirr Risalatu ila Ar Rasyid.

Wafatnya beliau Beliau meninggal dunia pada malam hari tanggal 14 safar 179 H pada usia yang ke 85 tahun dan dimakamkan di Baq` Madinah munawwarah. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI IMAM HADITS Imam Ahmad Pertumbuhan beliau Nama: A Ahmad bin Muhamad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasithi bin Marin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsalabah bin Uqbah bin Shaab bin Ali bin Bakar bin Wail. Kuniyah: Abu Abdillah Nasab beliau: Bapak dan ibu beliau adalah orang arab, keduanya anak Syaiban bin Dzuhl bin Tsalabah, seorang arab asli. Bahkan nasab beliau bertemu dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam di Nazar. Kelahiran beliau: Imam Ahmad dilahirkan di kota Baghdad. Ada yang berpendapat bahwa di Marwa, kemudian di bawa ke Baghdad ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal dua puluh Rabiul awwal tahun 164 hijriah. Ayah Imam Ahmad dan kakeknya meninggal ketika beliau lahir, sehingga semenjak kecil ia hanya mendapatkan pengawasan dan kasih sayang ibunya saja. Jadi, beliau tidak hanya sama dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam masalah nasab saja, akan tetapi beliau juga sama dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam masalah yatim. Meskipun imam Ahmad tidak mewaritsi harta dari ayah dan kakeknya, tetapi beliau telah mewaritsi dari kakeknya kemulian nasab dan kedudukan, sedang dari ayahnya telah mewaritsi kecintaan terhadap jihad dan keberanian. Ayah beliau, Muhammad bin Hambal menemui ajalnya ketika sedang berada di medan jihad, sedang kakeknya, Hambal bin Hilal adalah seorang penguasa daerah Sarkhas, pada saat kekhilafahan Umawiyyah. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu Permulaan imam Ahmad dalam rangka menuntut ilmu pada tahun 179 A hijriah, pada saat itu beliau berusia empat belas tahu, beliau menuturkan tentang dirinya; ketika aku masih anak-anak, aku modar-mandir menghadiri sekolah menulis, kemudian aku bolak-balik datang keperpustakaan A ketika aku berumur empat belas tahun.

Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya. Setamatnya menghafal Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh semangat yang tinggi dan tidak mudah putus asa. Keteguhan dalam mencari ilmu telah mengantarkan imam Ahmad menjadi ulama besar dan disegani, baik dari kalangan masyarakat awwam, terpelajar maupun dari kalangan penguasa. Dalam rihlah ilmiyyah yang beliau jalani, ada satu pelajaran yang patut kita conth, setiap kali bekalnya habis, beliau selalu mendermakan dirinya untuk bekerja guna melanjutkan perjalanannya. Ia tidak mau menerima uang ataupun materi lainnya selain dari hasil kerja keras dan hasil keringatnya sendiri. Rihlah beliau Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa. Karenanya, setiap kali mendengar ada ulama terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang ulama. Kecintaan kepada ilmu jua yang menjadikan beliau rela tak menikah dalam usia muda. Beliau baru menikah setelah usia 40 tahun. Diantara negri yang beliau kunjungi adalah:

Bashrah; beliau kunjungi pada tahun 186 hijriah, kedua kalinya beliau mengunjungi pada tahun 190 hijriah, yang ketiga beliau kunjungi pada tahun 194 hijriah, dan yang keempat beliau mengunjungi pada tahun 200 hijriah. Kufah; beliau mengunjunginya pada tahun 183 hijriah, dan keluar darinya pada tahun yang sama, dan ini merupakan rihlah beliau yang pertama kali setelah keluar dari Baghdad. Makkah; beliau memasukinya pada tahun 187 hijriah, di sana berjumpa dengan imam Syafii. kemudian beliau mengunjunginya lagi pada tahun 196 hijriah, dan beliau juga pernah tinggal di Makkah pada tahun 197, pada tahun itu bertemu dengan Abdurrazzaq. Kemudian pada tahun 199 hijriah beliau keluar dari Makkah. Yaman; beliau meninggalkan Makkah menuju Yaman dengan berjalan kaki pada tahun 199 hijriah. Tinggal di depan pintu Ibrahim bin Uqail selama dua hari dan dapat menulis hadits dari Adurrazzaq. Tharsus; Abdullah menceritakan; ayahku keluar menuju Tharsus dengan berjalan kaki. Wasith; Imam Ahmad menuturkan tentang perjalanan beliau; aku pernah tinggal di tempat Yahya bin Said Al Qaththan, kemudian keluar menuju Wasith. Ar Riqqah; Imam Ahmad menuturkan; Di Riqqah aku tidak menemukan seseorang yang lebih utama ketimbang Fayyadl bin Muhammad bin Sinan. Ibadan; beliau mengunjunginya pada tahun 186 hijriah, di sana tinggal Abu Ar Rabi dan beliau dapat menulis hadits darinya.

Mesir; beliau berjanji kepada imam SyafiI untuk mengunjunginya di Mesir, akan tetapi dirham tidak menopangnya mengunjungi imam SyafiI di sana.

Guru-guru beliau Semenjak kecil imam Ahmad memulai untuk belajar, banyak sekali guru-guru beliau, diantaranya;

Husyaim bin Basyir, imam Ahmad berguru kepadanya selama lima tahun di kota Baghdad. Sufyan bin Uyainah Ibrahim bin Saad Yahya bin Said al Qathth?An Wal?Ad bin Muslim Ismail bin Ulaiyah Al Imam Asy Syafii Al Qadli Abu Yusuf Ali bin Hasyim bin al Barid Mutamar bin Sulaiman Waki bin Al Jarrah Amru bin Muhamad bin Ukh asy Syura Ibnu Numair Abu Bakar Bin Iyas Muhamad bin Ubaid ath Thanafusi Yahya bin Abi Zaidah Abdul Rahman bin Mahdi Yazid bin Harun Abdurrazzaq bin Hammam Ash Shanani Muhammad bin Jafar

Dan masih banyak lagi guru-guru beliau.

Murid-murid beliau Tidak hanya ahli hadits dari kalangan murid-murid beliau saja yang meriwayatkan dari beliau, tetapi guru-guru beliau dan ulama-ulama besar pada masanyapun tidak ketinggalan untuk meriwayatkan dari beliau. Dengan ini ada klasifikasi tersendiri dalam kategori murid beliau, diantaranya; Guru beliau yang meriwayatkan hadits dari beliau;

Abdurrazzaq Abdurrahman bin Mahdi Waki bin Al Jarrah Al Imam Asy Syafii Yahya bin Adam Al Hasan bin Musa al Asy-yab

Sedangkan dari ulama-ulama besar pada masanya yang meriwayatkan dari beliau adalah;

Al Imam Al Bukhari Al Imam Muslim bin Hajjaj Al Imam Abu Daud Al Imam At Tirmidzi Al Imam Ibnu Majah Al Imam An Nasa`i

Dan murid-murid beliau yang meriwayatkan dari beliau adalah;

Ali bin Al Madini Yahya bin Main Dahim Asy Syami Ahmad bin Abi Al Hawari

Ahmad bin Shalih Al Mishri

Persaksian para ulama terhadap beliau

Qutaibah menuturkan; sebaik-baik penduduk pada zaman kita adalah Ibnu Al Mubarak, kemudian pemuda ini (Ahmad bin Hambal), dan apabila kamu melihat seseorang mencintai Ahmad, maka ketahuilah bahwa dia adalah pengikut sunnah. Sekiranya dia berbarengan dengan masa Ats Tsauri dan al AuzaI serta Al Laits, niscaya Ahmad akan lebih di dahulukan ketimbang mereka. Ketika di tanyakan kepada Qutaibah; apakah anda menggabungkan Ahmad dalam kategori Tabiin? maka dia menjawab; bahkan kibaru at tabiin. dan dia berkata; kalau bukan karena Ats Tsauri, wara akan sirnah. Dan kalau bukan karena Ahmad, dien akan mati. Asy SyafiI menuturkan; aku melihat seorang pemuda di Baghdad, apabila dia berkata; telah meriwayatkan kepada kami, maka orang-orang semuanya berkata; dia benar. Maka ditanakanlah kepadanya; siapakah dia? dia menjawab; Ahmad bin Hambal. Ali bin Al Madini menuturkan; sesungghunya Allah memuliakan agama ini dengan perantaraan Abu Bakar pada saat timbul fitnah murtad, dan dengan perantaraan Ahmad bin Hambal pada saat fitnah Al qur`an makhluk. Abu Ubaidah menuturkan; ilmu kembali kepada empat orang kemudian dia menyebutkan Ahmad bin Hmabal, dan dia berkata; dia adalah orang yang paling fakih diantara mereka. Abu Jafar An Nufaili menuturkan; Ahmad bin Hambal termasuk dari tokoh agama. Yahya bin Main menuturkan; Aku tidak pernah melihat seseorang yang meriwayatkan hadits karena Allah kecuali tiga orang; Yala bin Ubaid, Al Qanabi, Ahmad bin Hambal. Ibrahim berkata; orang alim pada zamannya adalah Said bin Al Musayyab, Sufyan Ats Tsaur di zamannya, Ahmad bin Hambal di zamannya. Ibnu bi Hatim menuturkan; Aku bertanya kepada ayahku tentang ali bin Al Madini dan Ahmad bin Hambal, siapa diantara kedunya yang paling hafizh? maka ayahku menjawab; keduanya didalam hafalan saling mendekat, tetapi Ahmad adalah yang paling fakih. Imam Syafii masuk menemui Imam Ahmad dan berkata, ??Engkau lebih tahu tentang hadits dan perawi-perawinya. Jika ada hadits shahih (yang engkau tahu), maka beri tahulah aku. Insya Allah, jika (perawinya) dari Kufah atau Syam, aku akan pergi mendatanginya jika memang shahih.?A? Ini menunjukkan kesempurnaan agama dan akal Imam Syafii karena mau mengembalikan ilmu kepada ahlinya.

Hasil karya beliau Diantara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :

Al Musnad Al Ilal An Nasikh wa al Mansukh Az Zuhd Al Asyribah Al Iman Al Fadla`il Al Fara`idl Al Manasik Thaatu ar Rasul Al Muqaddam wa al mu`akhkhar Jawwabaatu al qur`an Haditsu Syubah Nafyu at tasybih Al Imamah Kitabu al fitan Kitabu fadla`ili ahli al bait Musnad ahli al bait Al asmaa` wa al kunaa Kitabu at tarikh

Masih ada lagi buku-buku yang di nisbahkan kepada imam Ahmad, diantaranya;

At tafsir. Adz Dzahabi berpendapat bahwa buku tersebut tidak ada. Ar Risalah fi ash shalah Ar Radd ala al jahmiyyah.

Ada lagi beberapa hasil karya beliau yang di kumpulkan oleh Abu Bakar al Khallal, diantaranya;

Kitabu al illal Kitabu al ilmi Kitabu as sunnah.

Wafatnya beliau Pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 241, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajalnya di Baghdad. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau.

Ibnu Katsir Ibnu Katsir dilahirkan di Basyra, 700 H/1300 M, dan wafat di Damakus bulan Syaban 774 H/Februari 1373. Nama lengkapnya adalah Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir. Ia seorang ulama yang terkenal dalam ilmu tafsir, hadits, sejarah, dan fiqih. Ia berguru kepada banyak ulama terkenal, termasuk Ibnu Taimiyah.

Semasa muda, Imaduddin Ismail menduduki banyak jabatan penting di bidang pendidikan. Beliau juga menjadi guru besar di Masjid Umayyah Damaskus. Ia juga aktif menulis buku tafsir, yakni Tafsir Ibnu Katsir yang terdiri dari 10 jilid. Juga Fadail al-Quran (Keutamaan Alquran). Dia juga menulis buku sejarah.

Salah satu yang paling terkenal adalah al-Bidayah wa an-Nihayah (Permulaan dan Akhir), yang sering dijadikan rujukan utama dalam penulisan sejarah Islam. Ibnu Katsir juga menulis banyak buku hadits dan fiqih. Sebut saja, Kitab Jami as-Masanid wa as-Sunan (Kitab Penghimpunan Musnad dan Sunan), al-Kutub as-Sittah (Kitab-kitab Hadis yang Enam), dan al-Mukhtasar (Ringkasan).

Ibnu Katsir (Imam al-Hafidz Imaduddin Abul-Fida Ismail bin Katsir) merupakan salah seorang ulama tafsir terkemuka. Karyanya, Tafsir Ibnu Katsir, merupakan salah satu tafsir klasik Alquran yang menjadi pegangan kaum Muslimin selama berabad-abad. Ibnu Katsir telah melakukan suatu kajian tafsir dengan sangat teliti, dilengkapi dengan hadis-hadis dan riwayat-riwayat yang masyhur. Kecermatan dan kepiawannya dalam menafsirkan Kitab Suci Alquran yang mulia, menjadikan Tafsir Ibnu Katsir sebagai kitab rujukan di hampir semua majelis kajian tafsir di seluruh dunia Islam.

Namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri, kedalaman kajian dan terjadinya banyak pengulangan di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir menjadikan kitab itu tebal dan berjilid-jilid. Atas dorongan para ulama Yaman, Maroko, Mesir, Arab Saudi, dan Libanon, akhirnya Muhammad Nasib ar-RifaI (seorang ulama asal Suriah) meringkas kitab tafsir itu menjadi hanya empat jilid saja. Penerbit Gema Insani telah menerjemahkan dan menerbitkan keempat jilid lengkap buku Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir itu.

Sebagian orang mungkin beranggapan membaca kitab tafsir merupakan hal yang memberatkan dan harus mengernyitkan kening. Namun sebetulnya tidak demikian. Hal itu ditegaskan oleh Muhammad Nasib ar-RifaI saat memberi pengantar buku Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ini: Buku ini memudahkan kita dalam memahami berbagai tujuan Alloh, sehingga makna-maknanya yang tinggi menjadi rendah, mudah untuk dipetik dan berada dalam jangkauan mayoritas pencari ilmu, termasuk jangkauan para pemula.

Semua itu karena buku ini menghindarkan pengulangan, memperbaiki penjelasan, menjauhkan hadis-hadis dhaif (lemah) dan maudhu, serta menghapus kisah-kisah Israiliyat (bersumber dari Yahudi dan diragukan kebenarannya). Di samping itu, juga membersihkan konsep-konsep yang berbau khurafat, menjelaskan pembahasan sekaligus tujuannya melalui beberapa ulasan yang menonjolkan akidah kaum salaf yang memperlihatkan dengan jelas tiga jenis tauhid: rububiyah, uluhiyah, serta tauhid nama (asma) dan sifat Alloh.

Dalam bagian lain dikatakan, (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ini) spirit maknanya masih utuh tanpa cacat, dalam bentuk susunan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh cendekia, pelajar, pemula dalam mencari ilmu, bahkan oleh masyarakat awam, jika mereka membacanya atau dibacakan kepada mereka. Berbeda dengan tafsir-tafsir kontemporer - seperti Fi Zhilalil Quran karya AsySyahid Sayyid Quthub Tafsir Ibnu Katsir nyaris merupakan satu-satunya tafsir yang hanya merupakan tafsir untuk tafsir - tidak dibaurkan dengan ilmu lain.

Karena itu Tafsir Ibnu Katsir disebut-sebut sebagai yang terbaik di antara tafsir yang ada pada zaman ini. Hal itu karena Ibnu Katsir menggunakan metode yang valid dan jalan ulama salaf (terdahulu) yang mulia, yaitu penafsiran Alquran dengan Alquran, penafsiran Alquran dengan hadis, dengan pendapat para ulama salaf yang saleh dari kalangan para sahabat dan tabiin (generasi setelah sahabat), dan dengan konsep-konsep bahasa Arab. Buku tafsir ini amat berharga dibaca oleh setiap Muslim. Tidak hanya kalangan ulama dan dai, santri maupun mahasiswa, tapi juga oleh kalangan awam. Metode penyajian dan bahasa yang dipakai menyebabkan buku ini mudah dipelajar. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI MUFASSIR Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 H -728 H)

Syaikhul Islam Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad Bin Abdul Halim Bin Abdus Salam Bin Abdullah bin AlKhidhir bin Muhammad bin Taimiyah An- Numairy Al Harrani Ad-dimasqi Al Hambali. Beliau adalah Imam, Qudwah, Alim, Zahid dan Dai ila Allah, baik dengan kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya. Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah dan penghidup sunnah Rasul shalallahualaihi wa sallam yang telah dimatikan oleh banyak orang.

Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiuul Awal tahun 661H.

Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan-pun pada mereka.

Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah (mengadukan permasalahan) kepada Allah Taala. Akhirnya mereka bersama kitab- kitabnya dapat selamat.

Pertumbuhan dan Ghirahnya pada Ilmu Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Quran dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang.

Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab.

Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian kitabus-Sittah dan Mujam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang, pen.) yang sengaja datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia.

Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan

seluruh waktunya untuk belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahualaihi wa sallam.

Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garisgaris yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.

Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi.

Pujian Ulama Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imamimam Islam yang memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, AlHafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain.

Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahualaihi wa sallam serta lebih ittiba dibandingkan beliau.

Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan: Setelah aku berkumpul dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: Aku tidak pernah menyangka akan tercipta manasia seperti anda.

Al-Qadli Ibnu Al-Hariry mengatakan: Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul Islam, lalu siapa dia ini ? Syaikh Ahli nahwu, Abu Hayyan An-Nahwi, setelah beliau berkumpul dengan Ibnu Taimiyah berkata: Belum pernah sepasang mataku melihat orang seperti dia Kemudian melalui bait-bait syairnya, beliau banyak memberikan pujian kepadanya.

Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sangat sempurna, yakni dalam tafsir, aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam lainnya, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama zamannya. Al-Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: Apakah ia ditanya tentang suatu bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat (jawabannya) akan menyangka bahwa dia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu, orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya. Para Fuqaha dari berbagai kalangan, jika duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil pelajaran bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya belum pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa dipatahkan hujahnya. Beliau tidak pernah berkata tentang suatu cabang ilmu, baik ilmu syariat atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau mempunyai goresan tinta indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pem- bagian kata dan penjelasannya sangat bagus dalam penyusunan buku-buku.

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat th. 748 H) juga berkata: Dia adalah lambang kecerdasan dan kecepatan memahami, paling hebat pemahamannya terhadap Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan pendapat, dan lautan dalil naqli. Pada zamannya, beliau adalah satu-satunya baik dalam hal ilmu, zuhud, keberanian, kemurahan, amar maruf, nahi mungkar, dan banyaknya buku-buku yang disusun dan amat menguasai hadits dan fiqh.

Pada umurnya yang ke tujuh belas beliau sudah siap mengajar dan berfatwa, amat menonjol dalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokok-pokoknya maupun cabang-cabangnya, detailnya dan ketelitiannya. Pada sisi lain Adz-Dzahabi mengatakan: Dia mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai rijal (mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Tadil, Thabaqah-Thabaqah sanad, pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits yang menyendiri padanya .. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang bisa menyamai atau mendekati tingkatannya .. Adz-Dzahabi berkata lagi, bahwa: Setiap hadits yang tidak diketahui oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist.

Demikian antara lain beberapa pujian ulama terhadap beliau.

Sejarah telah mencatat bahwa bukan saja Ibnu Taimiyah sebagai dai yang tabah, liat, wara, zuhud dan ahli ibadah, tetapi beliau juga seorang pemberani yang ahli berkuda. Beliau adalah pembela tiap jengkal tanah umat Islam dari kedzaliman musuh dengan pedangnya, seperti halnya beliau adalah pembela aqidah umat dengan lidah dan penanya.

Dengan berani Ibnu Taimiyah berteriak memberikan komando kepada umat Islam untuk bangkit melawan serbuan tentara Tartar ketika menyerang Syam dan sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah pertempuran. Sampai ada salah seorang amir yang mempunyai diin

yang baik dan benar, memberikan kesaksiannya: tiba-tiba (di tengah kancah pertempuran) terlihat dia bersama saudaranya berteriak keras memberikan komando untuk menyerbu dan memberikan peringatan keras supaya tidak lari Akhirnya dengan izin Allah Taala, pasukan Tartar berhasil dihancurkan, maka selamatlah negeri Syam, Palestina, Mesir dan Hijaz.

Tetapi karena ketegaran, keberanian dan kelantangan beliau dalam mengajak kepada al-haq, akhirnya justru membakar kedengkian serta kebencian para penguasa, para ulama dan orang-orang yang tidak senang kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum lacut kemudian meniupkan racunracun fitnah hingga karenanya beliau harus mengalami berbagai tekanan di pejara, dibuang, diasingkan dan disiksa.

Kehidupan di Penjara Hembusan-hembusan fitnah yang ditiupkan kaum munafiqin serta antek-anteknya yang mengakibatkan beliau mengalami tekanan berat dalam berbagai penjara, justru dihadapi dengan tabah, tenang dan gembira. Terakhir beliau harus masuk ke penjara Qalah di Dimasyq. Dan beliau berkata: Sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar.

Dalam syairnya yang terkenal beliau juga berkata: Apakah yang diperbuat musuh padaku !!!! Aku, taman dan dikebunku ada dalam dadaku Kemanapun ku pergi, ia selalu bersamaku dan tiada pernah tinggalkan aku. Aku, terpenjaraku adalah khalwat Kematianku adalah mati syahid. Terusirku dari negeriku adalah rekreasi.

Beliau pernah berkata dalam penjara: Orang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya, orang yang tertawan ialah orang yang ditawan orang oleh hawa nafsunya.

Ternyata penjara baginya tidak menghalangi kejernihan fitrah islahiyah-nya, tidak menghalanginya untuk berdakwah dan menulis buku-buku tentang Aqidah, Tafsir dan kitab-kitab bantahan terhadap ahli-ahli bidah.

Pengagum-pengagum beliau di luar penjara semakin banyak. Sementara di dalam penjara, banyak penghuninya yang menjadi murid beliau, diajarkannya oleh beliau agar mereka iltizam kepada syariat Allah, selalu beristighfar, tasbih, berdoa dan melakukan amalan-amalan shahih. Sehingga suasana penjara menjadi ramai dengan suasana beribadah kepada Allah. Bahkan dikisahkan banyak penghuni penjara yang sudah mendapat hak bebas, ingin tetap tinggal di penjara bersamanya. Akhirnya penjara menjadi penuh dengan orang-orang yang mengaji.

Tetapi kenyataan ini menjadikan musuh-musuh beliau dari kalangan munafiqin serta ahlul bidah semakin dengki dan marah. Maka mereka terus berupaya agar penguasa memindahkan beliau dari satu penjara ke penjara yang lain. Tetapi inipun menjadikan beliau semakin terkenal. Pada akhirnya mereka menuntut kepada pemerintah agar beliau dibunuh, tetapi pemerintah tidak mendengar tuntutan mereka. Pemerintah hanya mengeluarkan surat keputusan untuk merampas semua peralatan tulis, tinta dan kertas-kertas dari tangan Ibnu Taimiyah.

Namun beliau tetap berusaha menulis di tempat-tempat yang memungkinkan dengan arang. Beliau tulis surat-surat dan buku-buku dengan arang kepada sahabat dan murid-muridnya. Semua itu menunjukkan betapa hebatnya tantangan yang dihadapi, sampai kebebasan berfikir dan menulis pun dibatasi. Ini sekaligus menunjukkan betapa sabar dan tabahnya beliau. Semoga Allah merahmati, meridhai dan memasukkan Ibnu Taimiyah dan kita sekalian ke dalam surganya.

Wafatnya Beliau wafatnya di dalam penjara Qalah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya yang menonjol, Al-Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah.

Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara beliau selalu beribadah, berdzikir, tahajjud dan membaca AlQuran. Dikisahkan, dalam tiah harinya ia baca tiga juz. Selama itu pula beliau sempat menghatamkan Al-Quran delapan puluh atau delapan puluh satu kali.

Perlu dicatat bahwa selama beliau dalam penjara, tidak pernah mau menerima pemberian apa pun dari penguasa.

Jenazah beliau dishalatkan di masjid JamiBani Umayah sesudah shalat Zhuhur. Semua penduduk Dimasyq (yang mampu) hadir untuk menshalatkan jenazahnya, termasuk para Umara, Ulama, tentara dan sebagainya, hingga kota Dimasyq menjadi libur total hari itu. Bahkan semua penduduk Dimasyq (Damaskus) tua, muda, laki, perempuan, anak-anak keluar untuk menghormati kepergian beliau.

Seorang saksi mata pernah berkata: Menurut yang aku ketahui tidak ada seorang pun yang ketinggalan, kecuali tiga orang musuh utamanya. Ketiga orang ini pergi menyembunyikan diri karena takut dikeroyok masa. Bahkan menurut ahli sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan serta dihormati oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hambal.

Beliau wafat pada tanggal 20 Dzul Hijjah th. 728 H, dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin.

Semoga Allah merahmati Ibnu Taimiyah, tokoh Salaf, dai, mujahidd, pembasmi bidah dan pemusnah musuh. Wallahu alam.

Sumber : - Ibnu Taimiyah, Bathal Al-Islah Ad-Diny. Mahmud Mahdi Al-Istambuli. Maktabah Dar-Al-Marifah Dimasyq. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI IMAM HADITS, BIOGRAFI MUFASSIR Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah Nama seberanya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Saad bin Huraiz az-Zari, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnul Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali alJauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul Qayyim adalah tonggak bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil.

Pertumbuhan Dan Thalabul Ilminya Ia belajar ilmu faraidl dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.

Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Ismail bin Muhammad al-Harraniy.

Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-temannya, masyhur di segenap penjuru dunia dan amat dalam pengetahuannya tentang madzhab-madzhab Salaf.

Pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H. Pada masa itu, Ibnul Qayyim sedang pada awal masa-masa mudanya. Oleh karenanya beliau sempat betul-betul mereguk sumber mata ilmunya yang luas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnul Qayyim amat mencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim yang menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karyakaryanya yang bagus dan dapat diterima.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara.

Sebagai hasil dari mulazamahnya (bergurunya secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah, beliau dapat mengambil banyak faedah besar, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitabullah Taala dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang shahihah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh asSalafus ash-Shalih, membuang apa-apa yang berselisih dengan keduanya, serta memperbaharui segala petunjuk ad-Din yang pernah dipalajarinya secara benar dan membersihkannya dari segenap bidah yang diada-adakan oleh kaum Ahlul Bidah berupa manhaj-manhaj kotor sebagai cetusan dari hawa-hawa nafsu mereka yang sudah mulai berkembang sejak abad-abad sebelumnya, yakni: Abad kemunduran, abad jumud dan taqlid buta.

Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam fiqrah Islamiyah.

Ibnul Qayyim rahimahullah telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para Ulama supaya dapat memperoleh ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam.

Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap Ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai Hadits, makna hadits, pemahaman serta Istinbath-Istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.

Semuanya itu menunjukkan bahwa beliau rahimahullah amat teguh berpegang pada prinsip, yakni bahwa Baiknya perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada

madzhab as-Salafus ash-Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syariah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah al-Aziz serta sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam asy-syarifah.

Oleh karena itu beliau berpegang pada (prinsip) ijtihad serta menjauhi taqlid. Beliau ambil istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Quranul Karim, Sunnah Nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para shahabat serta apa-apa yang telah disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan Aimmatul Fiqhi (para imam fiqih).

Dengan kemerdekaan fikrah dan gaya bahasa yang logis, beliau tetapkan bahwa setiap apa yang dibawa oleh Syariah Islam, pasti sejalan dengan akal dan bertujuan bagi kebaikan serta kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat.

Beliau rahimahullah benar-benar menyibukkan diri dengan ilmu dan telah benar-benar mahir dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliau tetap terus banyak mencari ilmu, siang maupun malam dan terus banyak berdoa.

Sasarannya

Sesungguhnya Hadaf (sasaran) dari Ulama Faqih ini adalah hadaf yang agung. Beliau telah susun semua buku-bukunya pada abad ke-tujuh Hijriyah, suatu masa dimana kegiatan musuh-musuh Islam dan orang-orang dengki begitu gencarnya. Kegiatan yang telah dimulai sejak abad ketiga Hijriyah ketika jengkal demi jengkal dunia mulai dikuasai Isalam, ketika panji-panji Islam telah berkibar di semua sudut bumi dan ketika berbagai bangsa telah banyak masuk Islam; sebahagiannya karena iman, tetapi sebahagiannya lagi terdiri dari orang-orang dengki yang menyimpan dendam kesumat dan bertujuan menghancurkan (dari dalam pent.) dinul Hanif (agama lurus). Orang-orang semacam ini sengaja melancarkan syubhat (pengkaburan)-nya terhadap hadits-hadits Nabawiyah Syarif dan terhadap ayat-ayat al-Quranul Karim.

Mereka banyak membuat penafsiran, tawil-tawil, tahrif, serta pemutarbalikan makna dengan maksud menyebarluaskan kekaburan, bidah dan khurafat di tengah kaum Muminin.

Maka adalah satu keharusan bagi para Aimmatul Fiqhi serta para ulama yang memiliki semangat pembelaan terhadap ad-Din, untuk bertekad memerangi musuh-musuh Islam beserta gang-nya dari kalangan kaum pendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadap ketentuanketentuan hukum syariah, dengan berpegang kepada Kitabullah wa sunnatur Rasul shallallahu alaihi wa sallam sebagai bentuk pengamalan dari Firman Allah Taala: Dan Kami turunkan Al Quran

kepadamu, agar kamu menerangkan kepada Umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. (an-Nahl:44).

Juga firman Allah Taala, Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, dan apaapa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (al-Hasyr:7).

Murid-Muridnya

Ibnul Qayyim benar-benar telah menyediakan dirinya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan melayani dialog. Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah, al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi, Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy, Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafii, Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Taqiyussssddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafii dan lain-lain.

Aqidah Dan Manhajnya

Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikit kotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikan kebenaran wujudnya Allah Taala, beliau ikuti manhaj al-Quranul Karim sebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai cara pandang yang benar. Beliau rahimahullah- sama sekali tidak mau mempergunakan teori-teori kaum filosof.

Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, Perhatikanlah keadaan alam seluruhnya baik alam bawah maupun- alam atas dengan segala bagian-bagaiannya, niscaya anda akan temui semua itu memberikan kesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan Sang Pemiliknya. Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akal dan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwa telah dimaklumi; adanya Rabb Taala lebih gamblang bagi akal dan fitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yang akal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akal dan fitrahnya perlu dipertanyakan.

Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedang dilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan (pemikiran Umat IslamPent.) di samping adanya kekacauan dari luar

yang mengancam hancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika anda lihat Ibnul Qayyim waktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya dan menyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Taala serta Sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam.

Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh rayu-rayu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa wal bida (Ahli Bidah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.

Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliau mewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Said meriwayatkan dari Qatadah tentang firman Allah Taala, Dan orang-orang yang diberi ilmu (itu) melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq. (Saba:6).

Qotadah mengatakan, Mereka (orang-orang yang diberi ilmu) itu ialah para sahabat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.

Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.

Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasai taqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawaban sebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amat terlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihi madzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliau bersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yang bermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya.

Memang, prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid. Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana pun berada, ittijah (cara pandang)-nya dalam hal tasyari adalah al-

Quran, sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannya dalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakala sedang berargumentasi.

Di antara dawahnya yang paling menonjol adalah dawah menuju keterbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialah mengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanya sesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernah terjadi.

Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab, as-Sunnah, Ijma Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli (menyandarkan persoalan cabang pada yang asli), alMashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzariah (tindak preventif) dan al-Urf (kebiasaan yang telah diakui baik).

Ujian Yang Dihadapi

Adalah wajar jika orang Alim ini, seorang yang berada di luar garis taqlid turun temurun dan menjadi penentang segenap bidah yang telah mengakar, mengalami tantangan seperti banyak dihadapi oleh orang-orang semisalnya, menghadapi suara-suara sumbang terhadap pendapat-pendapat barunya.

Orang-orang pun terbagi menjadi dua kubu: Kubu yang fanatik kepadanya dan kubu lainnya kontra. Oleh karena itu, beliau rahimahullah menghadapi berbagai jenis siksaan. Beliau seringkali mengalami gangguan. Pernah dipenjara bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara terpisah-pisah di penjara al-Qalah dan baru dibebaskan setelah Ibnu Taimiyah wafat.

Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Akibatnya beliau disekap, dihinakan dan diarak berkeliling di atas seekor onta sambil didera dengan cambuk.

Pada saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Quran, tadabbur dan tafakkur. Sebagai hasilnya, Allah membukakan banyak kebaikan dan ilmu pengetahuan baginya. Di samping ujian di atas, ada pula tantangan yang dihadapi dari para qadhi karena beliau berfatwa tentang bolehnya perlombaan pacuan kuda asalkan tanpa taruhan. Sungguhpun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah tetap konsisten (teguh) menghadapi semua tantangan itu dan akhirnya menang. Hal demikian disebabkan karena kekuatan iman, tekad serta kesabaran beliau. Semoga Allah melimpahkan pahala atasnya, mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya serta segenap kaum muslimin.

Pujian Ulama Terhadapnya

Sungguh Ibnul Qayyim rahimahullah teramat mendapatkan kasih sayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yang teramat dekat dengan hati manusia, amat dikenal, sangat cinta pada kebaikan dan senang pada nasehat. Siapa pun yang mengenalnya tentu ia akan mengenangnya sepanjang masa dan akan menyatakan kata-kata pujian bagi beliau. Para Ulama pun telah memberikan kesaksian akan keilmuan, kewaraan, ketinggian martabat serta keluasan wawasannya.

Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, Dia adalah seorang yang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, faham akan perbedaan pendapat dan madzhab-madzhab salaf.

Di sisi lain, Ibnu Katsir mengatakan, Beliau seorang yang bacaan Al-Quran serta akhlaqnya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.

Ibnu Katsir berkata lagi, Beliau rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlaq shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untuk dzikrullah hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, Inilah acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan runtuh. Beliau juga pernah mengatakan, Dengan kesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukan imamah dalam hal din (agama).

Ibnu Rajab pernah menukil dari adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Mukhtashar, bahwa adz-Dzahabi mengatakan, Beliau mendalami masalah hadits dan matan-matannya serta melakukan penelitian terhadap rijalul hadits (para perawi hadits). Beliau juga sibuk mendalami masalah fiqih dengan ketetapan-ketetapannya yang baik, mendalami nahwu dan masalah-masalah Ushul.

Tsaqafahnya

Ibnul Qayyim rahimahullah merupakan seorang peneliti ulung yang Alim dan bersungguh-sungguh. Beliau mengambil semua ilmu dan mengunyah segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir.

Beliau telah menyusun kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisan-tulisannya tiada terhitung banyaknya, dan diatas semua itu, keseluruhan kitab-kitabnya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanyalah Ibnul Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung.

Karya-Karyanya

Beliau rahimahullah memang benar-benar merupakan kamus berjalan, terkenal sebagai orang yang mempunyai prinsip dan beliau ingin agar prinsipnya itu dapat tersebarluaskan. Beliau bekerja keras demi pembelaannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Buku-buku karangannya banyak sekali, baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil. Beliau telah menulis banyak hal dengan tulisan tangannya yang indah. Beliau mampu menguasai kitab-kitab salaf maupun khalaf, sementara orang lain hanya mampun menguasai sepersepuluhnya. Beliau teramat senang mengumpulkan berbagai kitab. Oleh sebab itu Imam ibnul Qayyim terhitung sebagai orang yang telah mewariskan banyak kitab-kitab berbobot dalam pelbagai cabang ilmu bagi perpustakaan-perpustakaan Islam dengan gaya bahasanya yang khas; ilmiah lagi meyakinkan dan sekaligus mengandung kedalaman pemikirannya dilengkapi dengan gaya bahasa nan menarik.

Beberapa Karyanya

1. Tahdzib Sunan Abi Daud, 2. Ilam al-Muwaqqiin an Rabbil Alamin, 3. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban, 4. Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan, 5. Bada Iul Fawaid, 6. Amtsalul Quran, 7. Buthlanul Kimiya min Arbaina wajhan, 8. Bayan ad-Dalil ala istighnail Musabaqah an at-Tahlil, 9. At-Tibyan fi Aqsamil Quran, 10. At-Tahrir fi maa yahillu wa yahrum minal haris, 11. Safrul Hijratain wa babus Saadatain,

12. Madarijus Salikin baina manazil Iyyaka nabudu wa Iyyaka nastain, 13. Aqdu Muhkamil Ahya baina al-Kalimit Thayyib wal Amais Shalih al-Marfu ila Rabbis Sama 14. Syarhu Asmail Kitabil Aziz, 15. Zaadul Maad fi Hadyi Kairul Ibad, 16. Zaadul Musafirin ila Manazil as-Suada fi Hadyi Khatamil Anbiya 17. Jalaul Afham fi dzkris shalati ala khairil Am,. 18. Ash-Shawaiqul Mursalah Alal Jahmiyah wal Muaththilah, 19. Asy-Syafiyatul Kafiyah fil Intishar lil firqatin Najiyah, 20. Naqdul Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul, 21. Hadi al-Arwah ila biladil Arrah, 22. Nuz-hatul Musytaqin wa raudlatul Muhibbin, 23. al-Jawabul Kafi Li man sa`ala anid Dawa`is Syafi, 24. Tuhfatul Wadud bi Ahkamil Maulud, 25. Miftah daris Saadah, 26. Ijtimaul Juyusy al-Islamiyah ala Ghazwi Jahmiyyah wal Muaththilah, 27. Raful Yadain fish Shalah, 28. Nikahul Muharram, 29. Kitab tafdlil Makkah Ala al-Madinah, 30. Fadl-lul Ilmi, 31. Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin, 32. al-Kabair, 33. Hukmu Tarikis Shalah, 34. Al-Kalimut Thayyib, 35. Al-Fathul Muqaddas, 36. At-Tuhfatul Makkiyyah, 37. Syarhul Asma il Husna, 38. Al-Masa`il ath-Tharablusiyyah,

39. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkami Ahlil Jahim, 40. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li qaumihi, 41. Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab serta karya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak.

Wafatnya

Ibnul-Qoyyim meninggal dunia pada waktu isya tanggal 13 Rajab 751 H. Ia dishalatkan di Mesjid Jami Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.

Sumber: 1. Al-Bidayah wan Nihayah libni Katsir, 2. Muqaddimah Zaadil Maad fi Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq: Syuab wa Abdul Qadir al-Arna`uth, 3. Muqaddimah Ilamil Muwaqqiin an Rabbil alamin; Thaha Abdur Rauf Sad, 4. Al-Badrut Thali Bi Mahasini ma Badal Qarnis Sabi karya Imam asy-Syaukani, 5. Syadzaratudz dzahab karya Ibn Imad, 6. Ad-Durar al-Kaminah karya Ibn Hajar al-Asqalani, 7. Dzail Thabaqat al-Hanabilah karya Ibn Rajab Al Hanbali, 8. Al Wafi bil Wafiyat li Ash Shafadi, 9. Bughyatul Wuat karya Suyuthi, 10. Jalaul Ainain fi Muhakamah al-Ahmadin karya al-Alusi, Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI IMAM HADITS, BIOGRAFI MUFASSIR Marhum Thabarsi (469-548 H)

Beliau dijuluki Aminuddin atau Aminul Islam, nama beliau Al-Fadhl bin Hasan Abu Ali,bin Al-Fadhl Athhabarsi.Thabarsi merupakan daerah yang terletak di kota Arak, salah satu bagian terpenting dari kota Qom yang suci. Namun ada yang mengatakan thabarsi adalah nama lain dari kota Mazandaran.

Beliau seorang mufassir besar, seorang ahli fiqih yang mumpuni, seorang muhadis, terpercaya, dan salah satu tokoh terbesar dalam dunia Syiah Imamiyah, beliau juga memiliki karya di berbagai disiplin ilmu.

Guru-guru beliau 1. Syekh Abi Ali bin Syekh Ath-Thusi. 2. Syekh Abi Wafa' Abdul Jabbar bin Ali Al-Muqri' Ar-Razi. 3. Syekh Al-Ajal Al-Hasan bin bin Al-Husain bin Al-Hasan bin Babaweh Al-Qummi Ar-Razi. 4. Syekh Imam Muwaffaq din bin Al-Fath Al-Wa'idh Al-Bakr Abadi. 5. Sayyid Abi Thalib Muhammad bin Al-Husain Al-Husaini Al-Jarjani. 6. Syekh Al-Imam As-Sa'id Az-Zahid Abi Fath Abdillah bin Abdil Karim bin Hauzan Al-Qasyiri. 7. Syekh Abil Hasan Ubaidillah Muhammad bin Hasan Al-Baihaqi. Murid-murid beliau 1. Putra beliau, Abu Nashr hasan bin Al-Fadhl, pemilik kitab Makarimul Akhlak. 2. Rasyiduddin Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin Syahr Asyub. 3. Syekh Muntakhabuddin pemilik kitab Al-Fihrist. 4. Sayyid Fadhlullah Ar-Rawandi pemilik kitab Al-Kharaij wal Jaraih.

Karya-karya beliau 1. 'A'lamul wara. 2. Majma'ul bayan. 3. Jawami'ul jami'. 4. Al-Kafi Asy-Syafi. 5. Tajul mawalid. 6. Ganiyatul 'abid wa munyatuz zahid. 7. Al-Faiq.

8. Mukhtasharul Kasyaf. 9. Al-Jawahir. 10. Al-Adabuddiniyah lil khizanatil mu'iniyah. 11. Annurul mubin. 12. Kunuzun najah. 13. 'Idatus safar wa 'umdatul hadar. 14. Ma'arijus sual. 15. Misykatul anwar. 16. Risalatu haqaiqil umur. 17. Al-'umdah fi ushuludin wa faraid. 18. Syawahidu tanzil. 19. Natsrul laali. 20. Fadhailuz Zahra'. 21. Shahifatur Ridha. Wafat beliau. Beliau menjumpai Sang Kekasih pada malam Idul Adha 10 Zdul hijah tahun 548 h, sebagaimana disebutkan dalam Tarikh Baihaqi halaman 343, di kota sabzawar, sebuah kawasan yang terletak di Iran, kemudian dipindahkan ke kota Masyhad dan dikebumikan di sana. Dan makam beliau sekarang tepat di haram Imam Ridha as, sekitar 250 meter di jalan Thabarsi. Kisah unik tentang beliau Allamah Mirza Muhammad Baqir Al-Khonsari dalam Raudhatu jannat mengatakan:"salah satu hal menarik atau keramat beliau yang sudah menjadi rahasia umum baik di kalangan umum (ahli sunnah) maupun khash (syiah) yang menimpa marhum Thabarsi adalah, beliau mengidap penyakit jantung dan pada suatu hari beliau dianggap telah wafat, beliaupun dimandikan, dikafani, dan seterusnya layaknya orang yang telah meninggal dunia. Setelah semuanya pulang kerumah masingmasing. Beliau terjaga dari mati surinya, beliau tidak dapat meloloskan diri dari liang kubur tersebut, saat itu terbersit dalam pikiran beliau untuk bernazar yang isinya andai beliau selamat dan dapat keluar dari kubur beliau akan mengarang sebuah kitab tafsir Al-Quran.

Mungkin sudah menjadi nasib baik beliau, kebetulan para pencuri kafan yang sering berkeliaran dan mencari mangsa datang dan mulai menggali kuburan beliau, ketika tersingkap beliaupun bangun dan

bangkit, para pencuri itu katakutan, beliaupun berbicara dengan mereka, merekapun semaikn ketakutan. Beliau akhirnya menceritakan segalanya, mereka jadi sedikit tenang dan karena beliau tidak dapat bangkit dan berjalan mereka membopong beliau ke rumah, dan pada akhirnya para pencuri tersebut insaf dan bertaubat karenanya.

Kemudian beliau mulai melaksanakan nazar yang telah beliau janjikan di kubur yang sekarang kitab yang beliau karang tersebut terkenal dengan nama Majma'ul bayan. Akan tetapi menurut Al-Mawla Fathullah Al-Kasyani, bahwa kitab tafsir yang beliau karang setelah beliau hidup kembali adalah kitab tafsir bernama manhajus shadiqin. Wallahu a'lam. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI MUFASSIR Allamah Thaba'thabai Sosok kita yang satu ini adalah seorang mufasir dan filsuf besar. Di antara karya qurani beliau yang paling berharga adalah Tafsir Al-Mizan, yang menjadi salah satu rujukan tafsir kontemporer paling populer. Kitab tafsir ini merupakan salah satu kitab paling komplit dari sisi metode dan muatan. Berikut biografi mufasir besar ini yang ditulis langsung oleh beliau pada awal-awal tahun 1341 Hijriah Syamsiah.

Saya, Muhammad Husain Thabathabai, lahir di kota Tabriz pada tahun 1281 H. Sy, di tengah-tengah keluarga pecinta ilmu. Pada usia lima tahun saya ditinggal oleh ibunda tercinta dan tiga tahun setelahnya saya menjadi yatim piatu, karena ditinggal ayah. Mengingat keluarga kami termasuk keluarga yang mampu, kondisi kehidupan kami tetap berjalan dan dengan bantuan seorang wakil (pengasuh) beserta istrinya yang telah ditunjuk oleh ayah, kami meneruskan roda kehidupan yang mesti dilakoni.

Tak lama setelah kepergian ayah, saya dikirim ke sebuah madrasah dan akhirnya saya digembleng oleh sorang guru privat yang selalu datang ke rumah. Dan begitulah, tanpa terasa enam tahun saya mempelajari bahasa Persia dan pelajaran-pelajaran dasar. Pada waktu itu, pelajaran-pelajaan dasar belum memiliki program dan kurikulum khusus dan tetap. Yang saya ingat dari tahun 1290-1296 H. Sy. pelajaran yang paling banyak saya terima adalah Al-Quran, kitab Gulistan, Bustan Sadi, Nishab, Akhlak Mushawar, Anwar Sahili, Tarikh Mujam dan Irsyadul Hisab.

Pada tahun 1297 H. Sy saya mulai memasuki pelajaran agama dan bahasa Arab. Hingga tahun 1304 H. Sy saya sibuk membaca teks-teks pelajaran. Dalam kurun waktu tujuh tahun inilah, saya menamatkan kitab-kitab berikut ini: Amtsilah, Sharf Mir, Tashrif, Awamil dalam Ilmu Nahwu, Anmudaj, Shamadiyah, Suyuthi, Jami dan Mugni tentang penjelasan kitab Muthawal, dalam Fiqih;

Syarh Lumah, Makasib, dalam Ushul, kitab Maalim, Qawanin, Rasail, Kifayah, dalam ilmu Logika; Hasyiah dan Syarh Syamsiyah, dalam filsafat Kitab Syarh Isyarat, dalam teologi kitab Kasyful Murad.

Pada tahun 1304 saya pergi ke Hauzah Najaf untuk meneruskan pelajaran. Di sana saya menghadiri pelajaran Marhum Ayatollah Syekh Muhammad Husain Isfahani. Sekitar 6 tahun pelajaran Ijtihad Ushul dan empat tahun pelajaran kharij Fiqih saya lewati. Begitu juga saya hadir pelajaran kharij fiqih Marhum Ayatollah Naini selama delapan tahun dan sekali menamatkan pelajaran kharij fiqih beliau, serta sedikit hadir dalam pelajaran kharij fiqih Marhum Ayatollah Sayid Abul Hasan Isfahani.

Universalia tentang ilmu Rijal saya terima dari Ayatollah Hujjat Kuh Kamari. Dalam filsafat saya juga mendapat taufik untuk belajar dari seorang filsuf besar saat itu, Sayid Husain Badkubi. Di bawah arahan beliau, dalam waktu enam tahun saya dapat menyelesaikan pelajaran seperti, Mandhumah Sabzawari, Asfar, Masyair Mullah Shadra, Syifa, Tamhid Ibn Turkah dan Akhlak Ibn Maskawaih.

Al-Marhum Ustadz Badkubi saking perhatiannya terhadap perkembangan intelektualitas saya, senantiasa menganjurkan kepada saya untuk mempelajari matematika guna memperkuat sistem pemikiran argumentatif dan untuk menguatkan analisa filosofis. Dalam rangka menjalankan petuah beliau akhirnya saya menghadiri pelajaran Sayid Abul Qasim Khansari, ahli matematika yang amat terkenal waktu itu dan saya mulai mempelajari perhitungan argumentatif.

Pada tahun 1314 H. Sy karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, terpaksa saya kembali ke kampung halaman, kota Tabriz. Sekitar 10 tahun saya di sana. Tanpa basa basi lagi, masa ini merupakan masa yang sangat merugikan jiwa dan mental saya, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan, saya terpaksa terjun ke dunia pertanian dan meninggalkan tadris dan pemikiran ilmiah yang begitu saya gandrungi. Pada tahun 1325 H. Sy saya mengesampingkan masalah kehidupan dan kampung halaman dan menuju Hauzah ilmiah Qom. Di kota inilah saya kembali menggeluti pembahasan ilmiah dan hingga sekarang tahun 1341 H. Sy saya meneruskan aktivitas ini. Hanya saja perlu dipahami setiap orang dalam kehidupannya pasti menghadapi manis pahitnya kehidupan. Saya juga demikian, kehidupan saya diwarnai dengan keyatiman, keterasingan, berpisah dari teman, kekurangan isi saku dan problem-problem lain. Alhasil saya telah menghadapi pasang surutnya kehidupan, dan merasakan berbagai nuansa kehidupan. Akan tetapi saya selalu merasakan ada tangan gaib yang selalu menyelamatkan saya dari gang buntu dan membawa saya kepada cahaya hidayah.

Pada awal-awal pendidikan, saya sibuk dengan pelajaran tata bahasa Arab, Nahwu dan Sharaf. Saya tidak memiliki keinginan yang besar untuk melanjutkan pelajaran seperti ini. Oleh karena itu, dengan minat yang minim, saya selalu kesulitan dalam memahami pelajaran yang saya terima. Saya masih ingat empat tahun pelajaran (tata bahasa) itu saya tempuh.

Kemudian pada akhirnya tanpa terasa dan saya sadari, inayah Allah datang dan merubah segalanya. Saya merasa tak kenal lelah dari awal belajar hingga akhir yang kurang lebih memakan waktu 17 tahun-. Saya juga lupa akan indahnya dunia yang membuat belajar menjadi kurang nikmat dan bersemangat. Saya merasa cukup dengan hal yang sangat sederhana dalam makanan, pakaian dan atribut materi lainnya. Lebih dari itu, saya curahkan semuanya untuk mutalaah. Sering kali saya belajar semalam suntuk hingga pajar menyingsing (khususnya pada musim panas) dan senantiasa membaca pelajaran yang akan saya pelajari esok harinya, dan jika ada isykalan dengan segala cara saya tuntaskan sendiri. Rasanya tidak pernah saya hadir ke kelas dengan membawa iskalan dan pertanyaan.

Beberapa karya yang saya tulis saat belajar di kota Najaf adalah, Risalah dar Burhan, Risalah dar Mughalathoh, Risalah dar Tahlil, Risalah dar Tarkib, Risalah dar Itibariyat.Sedang karya-karya saya sewaktu berada di kota Tabriz adalah sebagai berikut; Risalah dar Itsbate dzat, Risalah dar Asma wa Sifat, Risalah dar Afal, Risalah dar Wasaith Khudo wa Insan, Risalah Insan qablaz Dunya, Risalah Insan Fi Dunya, Risalah dar Wilayat dan Risalah dar Nubuwa. Semua risalah-risalah ini berisikan dalildalil logis dan tekstual.

Sedangkan hasil karya saya di kota suci Qom adalah Tafsir Mizan yang terbit dalam 20 jilid. Dalam kitab ini saya berusaha menafsirkan Al-Quran dengan metode yang belum pernah digunakan oleh mufasir sebelumnya yaitu metode menafsirkan al-Quran dengan al-Quran, ayat dengan ayat-ayat yang lain. Karya lain saya di kota ini adalah Usul Falsafah (Rawesy realisme), dalam buku ini saya membahas dan membandingkan filsafat barat dan timur, kemudian Hasyiah Kifayatul Usul, Hasyiah terhadap kitab Mulla Shadra yang dicetak dalam 9 jilid. Risalah wilayah dan pemerintahan Islam. Di samping itu, dialog pada tahun 1338 h.sy dengan Profesor Karben, orientalis dari Prancis. Risalah dar Ijaz, Ali wa falsafah Ilahiah, Syiah dar Islam, Quran dar Islam, Kumpulan makalah, tanya jawab, pembahasan ilmiah dan filosofis yang beragam, dan terakhir Sunan Nabi. Diposkan oleh Ofiq Zaira 0 komentar Label: BIOGRAFI MUFASSIR M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIRNYA

A. Sejarah Hidup Dan Pendidikannya M. Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 Februari 1944. setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, dia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, sambil nyantri di pondok pesantren Darul hadis Al-Fiqihiyyah. Pada tahun 1958, dia berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyyah Al-Azhar. Pada tahun 1967, dia meraih gelar Lc (SI) pada fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis Universitas Al-Azhar. Kemudian dia

melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama pada tahun 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang tafsir al-Quran dengan tesis yang berjudul Al-Ijaz Al-Tasyriiy Al-Quran Al-Karim. Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1982, dengan Disertasi berjudul Nazhm Al-Durar Li AlBiqaI, Tahqiq wa Dirasah, dia berhasil meraih gelar Doktor dalam ilmu-ilmu al-Quran dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (Mumtaz Maa Martabat Al-Syaraf AlUla). Dengan prestasinya itu, dia tercatat sebagai orang pertama di Asia Tenggara yang meraih gelar tersebut. 1. Karir Yang Ditapaki Pengabdian dibidang pendidikan mengantarkannya menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1992-1998. kiprahnya tidak terbatas dilapangan Akademis, beliau juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain: ketua Majelis Ulama Indonesia (pusat), 1985-1998, anggota Lajnah Pentashih al-Quran Departemen Agama, sejak 1989, anggota Pertimbangan Pendidikan Nasional, sejak 1989, anggota MPR RI 1982-1987 dan 1999-2002 beliau diangkat sebagai Duta Besar RI Republik Arab Mesir, yang berkedudukan di Kairo. Pengabdian utamanya sekarang adalah Dosen (guru besar) Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Direktur Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Jakarta. Sosoknya juga sering tampil diberbagi media untuk memberikan siraman ruhani dan intelektual. 2. Corak Pemikirannya Jika ditelusuri latar belakang pendidikan para pengkaji Islam yang menonjol di tanah air, nampaklah bahwa hampir tidak ada di antara mereka yang sejak kecil benar-benar studi Islam di luar negeri. Pada masa penjajahan, mereka pada umumnya telah menempuh pendidikan keagamaan di sekolahsekolah tradisional (pesantren). Sebagai pendidikan lanjutan, sebagian mereka merantau ke negerinegeri Timur Tengah untuk menimbah ilmu. Demikian juga dengan M. Quraish Shihab ini. Kelompok generasi muda Islam di Timur Tengah dapat dibagi secara kasar kedalam dua kelompok. Pertama, kelompok yang mempelajari agama pada tingkat menengah sampai sarjana muda. Kedua, mereka yang menempuh pendidikan ketingkat pasca sarjana, baik Master maupun Doktor. Kelompok pertama nampaknya kurang dilengkapi kemampuan analitik dalam memahami, maupun dalam menangkap arah perubahan masyarakat. Orientasi pemikiran Islam mereka tampak dekat dengan pandangan ideologis Al-Ikhwanul Muslimum yang cenderung fundamentalistik dan bercorak hitam-putih dalam memandang masalah. Sementara kelompok kedua yang menempuh gelar Master atau Doktor, nampaknya bersikap lebih moderat dalam pendekatan mereka terhadap Islam. Orientasi mereka semata-mata tidak ke Timur Tengah meskipun ini lebih dominan. Kelompok ini jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok yang pertama. Posisi mereka diantaranya sebagai pemimpin lembaga-lembaga pendidikan Islam yang cukup modern, menjadi staff pengajar di perguruan tinggi Islam, bahkan tidak sedikit pula

yang produktif yang menulis (termasuk Quraish Shihab) membawa kelompok ini lebih dekat dengan mereka yang melakukan studi ke barat dari generasi yang lebih muda. Dari uraian diatas penulis dapat memahami bahwa Quraish Shihab adalah termasuk salah satu generasi pengkaji Islam yang menempuh pendidikannya sampai bergelar Doktor, berfikiran moderat, produktif dalam menulis buku tafsir yang cukup lengkap dan tematis. Dengan alasan tersebut maka penulis menyakini bahwa Quraish Shihab adalah seorang Fundamentalis Modernis.

B. TELAAH TERHADAP TAFSIR AL-MISBAH 1. Konteks Lokal Quraish Shihab tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang bernuansa agamis.keharmonisan keluarga dan bimbingan orang tuanya telah membekas dan berpengaruh besar bagi pribadi dan perkembangan akademisnya pada kemudian hari. Ayahnya, Abdurrahman Syihab (1905-1986), adalah seorang guru besar dalam bidang tafsir. Beliau seringkali bercengkerama bersama dan sesekali memberikan petuah-petuah keagamaan, mengenai hal ini, Quraish Shihab menulis sebagai berikut: Seringkali beliau mengajak anak-anaknya bersama. Pada saat-saat yang seperti inilah beliau menyampaikan petuah-petuah keagamaannya. Banyak dari petuah itu yang kemudian saya ketahui sebagai ayat-ayat al-Quran atau petuah Nabi, Sahabat, atau para pakar al-Quran yang sehingga detik ini masih terngiang ditelinga sayadari sanalah benih kecintaan kepada studi al-Quran mulia tersemai dijiwa saya. Selain itu, pada awal abad ke-19 di Sulawesi Selatan tempat dimana Quraish Shihab dilahirkan dan dibesarkan, kegiatan Islamisasi semakin meningkat. Penguasa Wajo, La Memmang To Appamadeng sendiri yang menjadi pelopor dari kegiatan tersebut. Di bawah pengaruh seorang ulama Wahhabi Syeikh Madina, La Memmang diperintahkannya untuk diterapkannya ajaran-ajaran Wahhabi. Seperti (takhayul) diperangi dan tempat-tempat yang disakralkan dihancurkan. Syariat Islam diberlakukan secara literal, misalnya orang-orang yang berzina harus dirajam, orang yang mencuri harus dipotong tangannya dan wanita harus memakai jilbab. Sekalipun gerakan puritan tersebut tidak berlangsung lama, tetapi membuat pengaruh yang dalam bagi masyarakat. Islam yang lebih radikal sedikit demi sedikit tertanam dikalangan mereka. 2. Konteks Nasional Ketika tafsir al-Misbah ini disusun, Quraish shihab sedang memangku jabatan sebagai Menteri Agama RI sekaligus sebagai Duta Besar RI untuk Republik Arab Mesir, (1999-2000) namun jabatan yang dipangkunya itu tidak berlangsung lama karena pergantian pimpinan nasional yang terjadi secara mendadak. Angin Reformasi yang melanda Indonesia menjadikan jabatan Menteri Agama hanya beberpa bulan saja dalam jabatannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tafsir ini

disusun ketika terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan, dari pemerintahan orde baru ke pemerintahan reformasi. 3. Proses Penulisan Sebenarnya awal proses penulisan tafsir ini, Quraish diminta untuk menjadi pengasuh dari rubrik Pelita Hati pada harian Pelita, pada tahun 1980-an. Tampaknya uraian-uraian yang disajikan menarik banyak pihak, kerna memberikan nuansa yang sejuk, tidak bersifat menggurui dan menghakimi. Pada tahun 1994, kumpulan dari tulisannya itu diterbitkan oleh penerbit Mizan dengan judul Lentera Hati, yang ternyata menjadi best seller dan mengalami cetak ulang beberapa kali. Kumpulan dari rubrik Pelita Hati diterbitkan dengan judul Lentera hati, yang mana sebagian besar isi buku tersebut banayak diadopsi dalam penulisan tafsir al-Misbah. Dari sinilah tampaknya proses penulisan tafsir al-Misbah itu dimulai. 4. Sekilas Tentang Kondisi Kitab Karya ini diberi judul: Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, yang kemudian biasa disingkat dengan tafsir al-Misbah saja. Pemilihan al-Misbah sebagai nama tafsirnya, bukan tanpa dasar sama sekali. Sebagaimana yang diketahui, nama ini berasal dari bahasa arab yang artinya lampu, pelita, lentera yang berfungsi memberikan penerangan bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Dengan memilih nama ini, penulisnya berharap agar karyanya itu dapat dijadikan sebagai penerang bagi mereka yang berada dalam suasana kegelapan dalam mencari petunjuk yang dapat dijadikan pedoman hidup. Tafsir ini terdiri dari 15 jilid yang membahas 30 juz, tafsirnya dicetak pertama kali pada bulan syaban 1421 H/November 2000 M yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati. Adapun bahasa yang digunakan dalam tafsir ini adalah bahasa Indonesia serta penyusunan ayat-nya disesuaikan dengan susunan yang ada dalam susunan mushaf Ustmani.

C. KARAKTERISTIK PENULISAN KITAB 1. Metode dan Corak Penafsiran Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsirannya adalah metode tahlili. Hal ini dapat dilihat dari penafsirannya yaitu dengan menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai dengan susunannya yang terdapat dalam mushaf. Namun disisi lain Quraish mengemukakan bahwa metode Tahlili memiliki berbagai kelemahan, maka dari itu penulis juga menggunakan metode MaudhuI atau tematik, yang menurutnya metode ini memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya metode ini dinilai dapat menghidangkan pandangan dan pesan al-Quran secara mendalam dan menyeluruh menyangkut tema-tema yang dibicarakannya.

Menyadari kelemahan-kelemahan yang terdapat metode tahlili, Quraish memberikan tambahan lain dalam karyanya. Ia menilai bahwa cara yang paling tepat untuk menghidangkan pesan al-Quran adalah metode maudhui. Dengan demikian, metode penulisan al-Misbah mengkombinasikan metode tahlili dengan metode maudhui. Adapun corak yang dipergunakan dalam tafsir Al-Misbah adalah corak IjtimaI atau kemasyarakatan, sebab uraian-uraiannya mengarah pada masalah- masalah yang berlaku atau terjadi di masyarakat. 2. Sumber Penafsiran Mengenai sumber penafsiran ini, dapat dinyatakan bahwa tafsir al-Misbah dapat dikelompokan pada al-Tafsir bi al-Rayi. Kesimpulan yang seperti ini dari pernyataan penulisannya sendiri yang mengungkapkan pada akhir sekapur sirih yang merupakan sambutan dari karya ini. Beliau menulis: Akhirnya, penulis merasa sangat perlu menyampaikan kepada pembaca bahwa apa yang dihidangkan disini bukan sepenuhnya ijtihad penulis. Hasil ulama terdahulu dan kontemporer, serta pandangan-pandangan mereka sungguh penulis nukil, khususnya pandangan pakar tafsir Ibrahim Umar al-BiqaI (W 885 H/1480 M), demikian juga karya tafsir tertinggi al-Azhar dewasa ini. Sayyid Muhammad Thanthawi, Syeikh Mutawalli al-Syarawi dan tidak ketinggalan pula Sayyid Quttub, Muhammad Thahir Ibn As-Ssyur, Sayyid Muhammad Husein ThobathobaI dan beberapa pakar tafsir lainnya. 3. Langkah-langkah Penafsiran Adapun dalam menjelaskan ayat-ayat suatu surat, biasanya beliau menempuh beberapa langkah dalam menafsirkannya, diantaranya: 1. Pada setiap awal penulisan surat diawali dengan pengantar mengenai penjelasan surat yang akan dibahas secara detail, misalnya tentang jumlah ayat, tema-tema yang menjadi pokok kajian dalam surat, nama lain dari surat. 2. Penulisan ayat dalam tafsir ini, dikelompokkan dalam tema-tema tertentu sesuai dengan urutannya dan diikuti dengan terjemahannya. 3. Menjelaskan kosa kata yang dipandang perlu, serta menjelaskan munasabah ayat yang sedang ditafsirkan dengan ayat sebelum maupun sesudahnya. 4. Kemudian menafsirkan ayat yang sedang dibahas, serta diikuti dengan beberapa pendapat para mufassir lain dan menukil hadis nabi yang berkaitan dengana ayat yang sedang dibahas. D. Karya-karyanya 1. Tafsir Al-Amanah, karya ini merupakan kumpulan artikel dari rubric tafsir yang diasuhnya pada majalah Amanah, dan diterbitkan oleh Mustika Kartini tahun 1992. isinya menyangkut penafsiran surat Al-Alaq dan Al-Muddatsir. 2. Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Karya ini diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 1992, isinya mengenai berbagi persoalan kehidupan.

3. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhui atas Berbagai Persoalan Umat. Diterbitkan pada Mizan pada tahun 1996, dan juga menjadi best seller. Isinya menyangkut berbagi persoalan yang dijelaskan secara tematis sesuai imformasi al-Quran 4. Tafsir Al-Quran Al-Karim. Karya ini diterbitkan oleh Pustaka Hidayah pada tahun 1997, isinya merupakan tafsiran dari 24 surat pendek yang didasarkan pada urutan turunnya. 5. Al-Asma Al-Husna. Karya ini mencangkup tentang nama-nama Tuhan yang berjumlah 99. 6. Mukjizat Al-Quran karya ini diterbitkan oleh Mizan pada tahun 1997. isinya berupa uraian tentang segi-segi keistimewaan dari al-Quran, dan juga unsur kemukjizatannya. 7. Tafsir Al-Misbah. Karya ini dapat dikatan sebagi puncak produktivitas Quraish Shihab. Karya ini diterbitkan oleh Lentera Hati, Jakarta, pada tahun 2000. Dan masih banyak lagi karya tulisnya yang belum disebutkan, baik itu berupa makalah, rubrik dalam berbagai surat kabar, maupun buku-buku yang diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai