Oleh:
Lutfiyatun Nakiyah & Badriyah
2015
1
Metode tafsir Maudhui (Tematik) yaitu metode yang ditempuh oleh
seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat al-Quran yang berbicara
tentang suatu masalah serta mengarah kepada suatu pengertian dan satu tujuan
sekailpun ayat-ayat itu cara turunnya berbeda. Kemudian ia menentukan urutan
ayat-ayat itu sesuai masa turunnya, sabab nuzulnya, menguraikannya dengan
sempurna, menjelaskan makna dan tujuannya, mengkaji seluruh segi yang dapat
diistinbathkan darinya, segi irabnya, unsur balaghohnya, segi ijaznya, dan lainnya
sehingga satu tema dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-
Quran. Lihat. Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta,PT Raja
Grafindo Persada, 1994), Cet. II, Hal. 78
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan makalah ini dapat dirumuskan beberapa
masalah, di antaranya:
1. Siapakah M. Quraish Shihab?
2. Bagaimanakah metodologi yang digunakan M. Quraish Shihab
dalam menafsirkan Tafsir al-Mishbah?
PEMBAHASAN
A. SEKILAS TENTANG M. QURAISH SHIHAB
1. Latar Belakang Keluarga M. Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab dilahirkan di Rappang,
Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944. Ia merupakan
anak kelima dari dua belas bersaudara, keturunan arab terpelajar.
Pakar tafsir ini meraih MA untuk spesialisasi bidang tafsir al-
Quran di Universitas al-Azhar Cairo Mesir pada tahun 1969.
Pada tahun 1982 meraih gelar doktor di bidang ilmu-ilmu al-
Quran dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan
Tingkat Pertama di Universitas yang sama.2 Ia adalah putra dari
Abdurrahman Shihab (1905-1986 M), seorang guru besar dalam
bidang tafsir yang pernah menjadi Rektor IAIN Alauddin
Makasar. Seperti diketahui, IAIN Alauddin Makasar termasuk
perguruan tinggi Islam yang mendorong tumbuhnya Islam
moderat di Indonesia. Abdurrahman Shihab juga salah seorang
2
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Illahi, Hidup Bersama Al-Quran,
( Bandung, Mizan, 2007), h. ix
3
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, (Jakarta: Visindo Media Pustaka, 2008), Cet. I, h.31.
4
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Mizan, 2007), Cet. II, h. 19-20.
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, h.14
6
Sri Tuti Rahmawati, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab,
Skripsi, Institut Ilmu Al-Quran Jakarta, h.10-11. Tidak diterbitkan.
7
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 32.
8
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 32.
9
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, (Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2008), h. 237.
10
Sri Tuti Rahmawati, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab, h.
12, (t.d).
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, h.14
12
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, h. 237.
13
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 35-36.
14
M. Bibit Suprapto,. Ensiklopedia Ulama Nusantara: Riwayat Hidup,
Karya dan Sejarah Perjuangan 157 Ulama Nusantara. Jakarta: Galeri Media
Indonesia. 2010, h. 669
15
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, h. 238.
16
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002), cet. VII, h. 166.
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, h.13.
18
M. Quraish Shihab, Untaian Permata Buat Anakku: Pesan Al-Quran
Untuk Mempelai, (Bandung: Mizan, 1998) cet. IV, h. 5.
19
M. Quraish Shihab, Lentera Hati dan Hikmah Kehidupan, (Bandung:
Mizan, 1997), h. 5.
20
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), h. xi.
B. TAFSIR AL-MISHBAH
24
Sri Tuti Rahmawati, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab, h.
14, (t.d).
25
Yusuf Muslim Handoyo, Skripsi: Konsep Adil menurut Quraish Shihab
dalam Tafsir al-Misbah, (Surakarta, 2011), h.19
26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
Vol. I, h. viii-x
3. Metode Penafsiran
Setidaknya ada tiga metode penafsiran yang digunakan
oleh M. Quraish Shihab. Tiga metode penafsiran ini telah
berkembang di kalangan penulis tafsir al-Quran, yaitu metode
tahlili, muqaran dan maudhui. metode pertama dilakukan
dengan cara menafsirkan berdasarkan urutan ayat yang ada pada
al-Quran. Metode kedua yang merupakan metode komparatif
dilakukan dengan cara memaparkan berbagai pendapat orang
lain, baik yang klasik maupun pendapat kontemporer. Akhirnya
metode semi maudhui dilakukan dalam bentuk memberikan
penjelasan tema pokok surah-surah al-Quran atau tujuan utama
yang berkisar disekeliling ayat-ayat dari surah itu agar membantu
meluruskan kekeliruan serta menciptakan kesan yang benar.
Mengenai alasan mengapa ia menggabungkan ketiga metode
penafsiran secara sekaligus, dijelaskan di dalam muqaddimah
tafsirnya.29
4. Sumber Penafsiran
Sumber penafsiran yang digunakan pada tafsir al-Mishbah
ada dua: pertama, bersumber dari ijtihad penulisnya. Kedua,
27
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 28
28
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
Vol. I, h. xi
29
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 30
5. Corak Tafsir
Sesuai dengan maksud penulisannya sebagai penerang bagi
para pencari petunjuk dan pedoman hidup, tafsir ini memiliki
corak adabi ijtimai, yaitu tafsir yang memeiliki kecenderungan
menginterpretasi persoalan seputar sosial kemasyarakatan atau
tafsir yang hadir dengan senantiasa memberikan jawaban
terhadap segala sesuatu yang menjadi persoalan umat, sehingga
dapat dikatakan bahwa Al-Quran memang sangat tepat untuk
dijadikan pedoman dan petunjuk. Al-Quran dalam pandangan
M.Quraish Shihab memiliki tiga aspek: 1) aspek aqidah, 2) aspek
syariah dan 3) aspek akhlak. Dalam upaya pencapaian ketiga
aspek ini, Al-quran memiliki 3 cara, yaitu:32
a. Perintah untuk memperhatikan/ber-tadabbur terhadap alam
raya;
b. Perintah untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangan
manusian;
c. Kisah-kisah (sebuah pelajaran, uswah, ibrah da sekaligus
peringatan lembut);
d. Janji serta ancaman baik duniawi maupun ukhrawi.
Corak tersebut sangat terlihat jelas, sebagai contoh ketika
Quraish Shihab menafsirkan kata dalam surat al-Furqan ayat
63:
30
Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati, 2004), h. xii
31
Sri Tuti Rahmawati, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab, h.
19, (t.d).
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h. Viii-x
Laksanakanlah shalat (dengan sempurna), dan tunaikan
zakat, serta rukuklah bersama orang-orang yang rukuk
6. Sistematika Penulisan
Sebelum mulai menafsirkan surah, M. Quraish Shihab terlebih
dahulu memberi pengantar. Isinya antara lain, nama surah dan nama
lain surah tersebut, jumlah ayat (terkadang disertai penjelasan tentang
perbedaan penghitungan dan sebabnya), tempat turun surah
(makiyyah dan madaniyyah) disertai pengecualian ayat-ayat yang
tidak termasuk kategori, alasan penamaan surah, nomor surah
berdasarkan urutan mushaf dan urutan turun, tema pokok, keterkaitan
atau munasabah antara surah sebelum dan sesudahnya dan sebab
turunnya ayat.35
Setelah menyajikan pengantar, M. Quraish Shihab mulai
menafsirkan dengan menganalisis secara kronologis dan memaparkan
berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan
urutan bacaan mushaf. Hal ini dilakukannya untuk membuktikan bahwa
ayat-ayat dan surah-surah dalam Al-Quran mempunyai keserasian yang
sempurna dan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan.
M. Quraish Shihab adalah salah satu mufassir yang sangat memberikan
perhatian besar kepada munasabatul ayat. Hal ini dapat dilihat dalam
seluruh penafsirannya yang selalu berusaha mengaitkan kata demi kata
dalam surah, kaitan kandungan ayat dengan fashilat yakni penutup ayat,
kaitan hubungan ayat dengan ayat berikutnya, kaitan uraian awal satu surah
dengan penutupnya, kaitan penutup surah dengan uraian awal surah
sesudahnya dan juga kaitan tema surah dengan nama surah. 36
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tafsirnya adalah
sebagai berikut:
Dimulai dengan penjelasan surat secara umum
Pengelompokkan ayat sesuai tema-tema tertentu yang disesuaikan
dengan tema besar keterkaitan ayat-ayat tersebut, lalu diikuti
uraian ayat, terjemah dan tafsir ayat
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h.176
35
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, h. 238
36
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h. xxii-xxiii
38
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h. xiii
9. Contoh-Contoh Penafsiran
Ayat Aqidah (QS. Al-Baqarah: 29):
Dia-lah ( Allah), yang menciptakan segala yang ada di bumi
untuk kamu kemudian Dia berkehendak menuju langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.
Kata
berarti tegak, lurus, tidak bengkok. Kemudian
kata itu dipahamii secara majazi yang berarti menuju ke sesuatu
dengan cepat dan penuh tekad bagaikan yang berjalan tegak lurus
tidak menoleh ke kiri dan ke kanan. Makna Allah menuju ke langit
adalah kehendak-Nya untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan
kehendak tersebut seperti seseorang yang yang menuju kepada
sesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk seanggun mungkin dan
)
sebaik mungkin. Karena itu, potongan kalimat setelahnya, (
yakni lalu dijadikan-Nya dalam bentuk sebaik mungkin tanpa aib
39
Hasan Baharun, Kajian Tentang Tafsir al-Mishbah, diunduh pada hari
Selasa tanggal 21 April 2015 pukul 19:35 WIB
http://hasanbaharun.blogspot.com/p/kajian-tafsir-al-misbah.html
42
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. VIII, h. 94
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA