Anda di halaman 1dari 24

0Tafsir Al-Mishbah

Metodologi Tafsir Al-


Mishbah
Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Manahij Tafsir
Dosen Pengampu:
Dr. Muhammad Azizan Fitriana, MA

Oleh:
Lutfiyatun Nakiyah & Badriyah

KONSENTRASI ULUMUL QURAN &


ULUMUL HADIS
PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA IIQ JAKARTA

Lutfiyah & Badriyah


1Tafsir Al-Mishbah

2015

Lutfiyah & Badriyah


2Tafsir Al-Mishbah

METODOLOGI TAFSIR AL-MISBAH


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tafsir merupakan kajian Islam tertua dan utama dalam upaya
memahami teks suci Al-Quran. Sebagai sebuah Kitab pedoman, Al-
Quran melahirkan banyak wilayah kajian lainnya, baik dari segi
ibadah, muamalah, hukum, politik, pendidikan, sosial dan
kemasyarakatan. Masyarakat kembali pada Al-Quran dan penafsiran
Nabi terhadapnya untuk menjawab persoalan dan problematika yang
terjadi. 15 abad yang lalu, Rasulullah saw sebagai mubayyin (pemberi
penjelasan) telah menjelaskan arti dan kandungan Al-Quran kepada
sahabat-sahabatnya. Seiring dengan waktu, para sahabat juga mulai
menjelaskan dan merevitalisasi pemaknaan atas teks dan konteks
masa. Karenanya tafsir berkembang sedemikian rupa. Berbagai
metode penafsiran dan corak bermunculan. Namun apakah tiap
intepretasi yang dibangun para mufassir merupakan makna
sesungguhnya dari Al-Quran? Sejauh mana keabsahan
penafsiran/tafsir dengan maksud sesungguhnya yang terkandung
didalam Al-Quran.
Adalah kewajiban para ulama untuk memperkenalkan al-
Quran dan meyuguhkan pesan-pesannya sesuai dengan kebutuhan
dan harapan itu. Memang para pakar al-Quran telah berhasil
melahirkan sekian banyak metode dan cara menghidangkan pesan-
pesan al-Quran. Salah satu diantaranya adalah dengan adanya
metode maudhui atau metode tematik 1 sebagai tuntutan bahwa al-
Quran merupakan sumber jawaban atas segala permasalahan di
waktu dan tempat dimana pun (Shohih likulli zaman wal makan).
Indonesia sebagai salah satu bagian terpenting dalam sejarah
perkembangan Islam, tak luput dari sentuhan tafsir. Sehingga lahirlah
berbagai karya tafsir dalam kurun waktu yang berbeda dengan corak,

1
Metode tafsir Maudhui (Tematik) yaitu metode yang ditempuh oleh
seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat al-Quran yang berbicara
tentang suatu masalah serta mengarah kepada suatu pengertian dan satu tujuan
sekailpun ayat-ayat itu cara turunnya berbeda. Kemudian ia menentukan urutan
ayat-ayat itu sesuai masa turunnya, sabab nuzulnya, menguraikannya dengan
sempurna, menjelaskan makna dan tujuannya, mengkaji seluruh segi yang dapat
diistinbathkan darinya, segi irabnya, unsur balaghohnya, segi ijaznya, dan lainnya
sehingga satu tema dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-
Quran. Lihat. Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta,PT Raja
Grafindo Persada, 1994), Cet. II, Hal. 78

Lutfiyah & Badriyah


3Tafsir Al-Mishbah

metode, dan subtansinya juga berbeda. Seiring dengan latarbelakang


tokoh atau penciptanya serta diwarnai dengan alasan dibuatnya karya
tersebut yang beragam pula maka perlu ditarik sebuah garis panjang
yang menghubungkan antara satu karya tafsir dari awal hingga karya
tafsir kontemporer.
Salah satu karya tafsir yang fenomenal di Indonesia adalah
tafsir Al-Misbah hasil karya dari Prof. Dr. Muhammad Quraish
Shihab
Berbagai problematika kontemporer mengharuskan umat
Islam untuk dapat membumikan bahasa langit ini. Nama-nama
mufassir terus ermunculan pada tiap masa. Di era saat ini, salah satu
mufassir Indonesia yang ikut andil dalam upaya merelevansikan ruh
teks suci ialah M. Quraish Shihab. Untuk lebih jelasnya pemakalah
akan mengurai sekilas tentang Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish
Shihab.

B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan makalah ini dapat dirumuskan beberapa
masalah, di antaranya:
1. Siapakah M. Quraish Shihab?
2. Bagaimanakah metodologi yang digunakan M. Quraish Shihab
dalam menafsirkan Tafsir al-Mishbah?

PEMBAHASAN
A. SEKILAS TENTANG M. QURAISH SHIHAB
1. Latar Belakang Keluarga M. Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab dilahirkan di Rappang,
Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944. Ia merupakan
anak kelima dari dua belas bersaudara, keturunan arab terpelajar.
Pakar tafsir ini meraih MA untuk spesialisasi bidang tafsir al-
Quran di Universitas al-Azhar Cairo Mesir pada tahun 1969.
Pada tahun 1982 meraih gelar doktor di bidang ilmu-ilmu al-
Quran dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan
Tingkat Pertama di Universitas yang sama.2 Ia adalah putra dari
Abdurrahman Shihab (1905-1986 M), seorang guru besar dalam
bidang tafsir yang pernah menjadi Rektor IAIN Alauddin
Makasar. Seperti diketahui, IAIN Alauddin Makasar termasuk
perguruan tinggi Islam yang mendorong tumbuhnya Islam
moderat di Indonesia. Abdurrahman Shihab juga salah seorang
2
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Illahi, Hidup Bersama Al-Quran,
( Bandung, Mizan, 2007), h. ix

Lutfiyah & Badriyah


4Tafsir Al-Mishbah

penggagas berdirinya UMI (Universitas Muslim Indonesia) yaitu


universitas Islam swasta terkemuka di Makasar. 3
Pengaruh ayahnya Abdurrahman Shihab begitu kuat. M.
Quraish Shihab sendiri mengaku bahwa dorongan untuk
memperdalam studi Al-Quran, terutama tafsir adalah datang dari
ayahnya, yang seringkali mengajak dirinya bersama saudara-
saudaranya yang lain duduk bercengkrama bersama dan sesekali
memberikan petuah-petuah keagamaan. Banyak dari petuah itu
yang kemudian ia ketahui sebagai ayat Al-Quran atau petuah
Nabi, sahabat atau pakar-pakar Al-Quran. Dari sinilah mulai
bersemi benih cinta dalam diri M. Quraish Shihab terhadap studi
Al-Quran.4
Prof. KH. Abdurrahman Sihab mempunyai cara tersendiri
untuk mengenalkan putra-putrinya tentang islam, yaitu beliau
sering sekali mengajak anak-anaknya duduk bersama. Pada saat
inilah beliau menyampaikan petuah-petuah keagamaannya.
Banyak petuah yang kemudian oleh Quraish Shihab ditelaah
sehingga beliau mengetahui petuah itu berasal dari al-Quran,
Nabi, Sahabat atau pakar al-Quran yang sampai saat ini menjadi
sesuatu yang membimbingnya. Petuah-petuah tersebut
menumbuhkan benih kecintaan terhadap tafsir di jiwanya. Maka
ketika belajar di Universitas al-Azhar Mesir, dia bersedia untuk
mengulang setahun guna mendapatkan kesempatan melanjutkan
studinya di jurusan tafsir, walaupun kesempatan emas dari
berbagai jurusan di fakultas lain terbuka untuknya.5
Ayahnya senantiasa menjadi motivator baginya untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih lanjut. Mengenang ayahnya M.
Quraish Shihab menuturkan: Beliau adalah pecinta ilmu. Walau
sibuk berwiraswasta, beliau selalu menyempatkan diri untuk
berdakwah dan mengajar. Bahkan belaiu mengajar di masjid.
Sebagian hartanya benar-benar dipergunakan untuk kepentingan
ilmu. Beliau menyumbangkan buku-buku bacaan dan membiayai
lembaga-lembaga pendidikan Islam di wilayah Sulawesi.6
Kesuksesan M. Quraish Shihab dalam karier tidak terlepas
dari dukungan dan motivasi keluarga. Fatmawati istrinya, adalah

3
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, (Jakarta: Visindo Media Pustaka, 2008), Cet. I, h.31.
4
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Mizan, 2007), Cet. II, h. 19-20.
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, h.14
6
Sri Tuti Rahmawati, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab,
Skripsi, Institut Ilmu Al-Quran Jakarta, h.10-11. Tidak diterbitkan.

Lutfiyah & Badriyah


5Tafsir Al-Mishbah

wanita yang setia dan penuh cinta kasih dalam mendampinginya


memimpin bahtera rumahtangga. Kemudian anak-anak mereka
Najela, Najwa, Nasywa, Nahla dan Ahmad adalah pihak-pihak
yang turut andil bagi keberhasilannya.7

2. Riwayat Pendidikan M. Quraish Shihab


M. Quraish Shihab menempuh pendidikan Sekolah Dasar
di Ujung Pandang. Sejak masa kanak-kanak M. Quraish Shihab
telah terbiasa mengikuti pengjian tafsir yang diasuh ayahnya.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang
menjadi santri di Pondok Pesantren Darul Hadits al-Fiqhiyyah.8
Pada Tahun 1958, ketika usianya 14 tahun ia berangkat ke
Kairo, Mesir. Ia diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar.
Sembilan tahun kemudian ketika ia berusia 23 tahun pada tahun
1967, pendidikan strata satu diselesaikan di Universitas Al-Azhar,
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits. Dua tahun kemudian
pada tahun 1969 gelar MA diraihnya di universitas yang sama,9
dalam spesialis bidang tafsir Al-Quran dengan tesis berjudul al-
Ijaz al-TasyriI li Al-Quran al-Karim.10
Kepulangannya ke Indonesia setelah membawa pulang
gelar S2 ini, oleh ayahnya Quraish Shihab ditarik sebagai Dosen
IAIN Alauddin Makasar, kemudian mendampingi ayahnya sebagai
wakil rektor (1972-1980). Semasa mendampingi ayahnya yang
berusia lanjut, ia menjabat sebagai Koordinator Perguruan Tinggi
Agama Islam Swasta (Kopertis) wilayah VII Indonesia Timur.11
Pada tahun 1980 M. Quraish Shihab kembali lagi ke
Universitas Al-Azhar untuk menempuh program doctoral. Hanya
dua tahun waktu yang dibutuhkannya untuk merampungkan
jenjang pendidikan strata tiga itu. Pada tahun 1982 dengan
disertasi berjudul Nazhm al-Durar li al-Baqaiy, Tahqiq wa
Dirasah. Dia meraih gelar doctornya dengan nilai akademik
terbilang istimewa. Yudisiumnya mendapat predikat summa cum
laude dengan penghargaan tingkat I. walhasil, ia tercatat sebagai

7
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 32.
8
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 32.
9
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, (Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2008), h. 237.
10
Sri Tuti Rahmawati, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab, h.
12, (t.d).
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, h.14

Lutfiyah & Badriyah


6Tafsir Al-Mishbah

orang pertama di Asia Tenggara yang meraih gelar doctor dalam


ilmu-ilmu Al-Quran di Universitas Al-Azhar.12

3. Riwayat Karir M. Quraish Shihab


Sekembalinya ke Indonesia setelah meraih Doktor dari al-
Azhar sejak tahun 1984 M. Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas
Ushuluddin dan Fakultas Pasca Sarjana dan akhirnya jadi Rektor
IAIN yang sekarang menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(1992-1998). Pada tahun 1970 M. Quraish Shihab juga sempat
dipercaya untuk memegang jabatan sebagai pembantu rektor
bidang akademisi dan kemahasiswaan pada IAIN Alauddin
Makasar (1974-1980).
Selain itu di luar kampus dia juga di percaya untuk
menduduki berbagai jabatan. Antara lain ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pusat tahun (1985-1998), anggota Lajnah
Pentashih Al-Quran Depatemen Agama (1989-sekarang),
Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1988-1996).
Anggota MPR RI (1992-1987, 1987-2002), anggota Badan
Akreditasi Nasional (1994-1998), Direktur Pengkaderan Ulama
MUI (1994-1997), anggota Dewan Riset Nasional (1994-1998),
anggota Dewan Syariah Bank Muamalat Indonesia (1992-1999)
dan Direktur Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Jakarta. Guru Besar
Ilmu Tafsir di Fakultas Ushuluddin dan Pasca Sarjana IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta (1993). Beliau juga pernah menjabat sebagai
mentri agama RI masa pemerintahan Soeharto. Pada masa
pemerintahan BJ. Habibi ia mendapat jabatan baru sebagai duta
besar Indonesia untuk pemerintah Mesir, Jibuti dan Somalia.
Pernah juga ia meraih bintang maha putra.13
Keilmuan yang dimiliki Qurais Shihab mengantarnya
terlibat dalam beberapa organisasi profesional antara lain:
Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah; Pengurus Konsorsum
Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan
Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Mulsim Indoneisa
(ICMI). Di sela-sela kesibukannya itu, dia juga terlibat dalam
berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun luar negeri.14

12
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, h. 237.
13
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 35-36.
14
M. Bibit Suprapto,. Ensiklopedia Ulama Nusantara: Riwayat Hidup,
Karya dan Sejarah Perjuangan 157 Ulama Nusantara. Jakarta: Galeri Media
Indonesia. 2010, h. 669

Lutfiyah & Badriyah


7Tafsir Al-Mishbah

Meski disibukkan dengan berbagai aktifitas akademik dan


non-akademik, M. Quraish Shihab masih sempat menulis. Bahkan
ia termasuk penulis yang produktif, baik menulis di media massa
maupun menulis buku. Di harian Pelita ia mengasuh rubrik
Tafsir al-Amanah. Ia juga menjadi anggota dewan redaksi
majalah Ulumul Quran dan Mimbar Ulama.15

4. Karya-karya M. Quraish Shihab


Karya-karya tulis ilmiah M. Quraish Shihab sangat banyak.
Pemikiran dan penafsirannya mewarnai tulisan dan buku yang
diterbitkan. Mufassir yang diangkat menjadi Guru Besar UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga aktif dalam berbagai forum
keilmuan Islam. Beliau mengisi berbagai forum keislaman
terutama dalam Tafsir dan bidang literatur pemikiran Islam.
Karya-karyanya tersebar, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di
negeri tetangga, seperti Malaysia dan Brunai Darussalam. Diantara
karya-karya itu adalah sebagai berikut:
a. Karya Ilmiah M. Quraish Shihab dibidang ilmu Tafsir
antara lain :
1. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung
pandang, IAIN Alauddin, 1984)
2. Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994);
3. Membumikan al-Qur'n Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam
Kehidupan (Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011);
4. Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah,
1996);
5. Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan
Umat (Bandung: Mizan, 1996);
6. Tafsir al-Qur'an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997);
7. Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentara Hati,
1999);
8. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an
(15 Volume, Jakarta: Lentera Hati, 2003);

15
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, h. 238.

Lutfiyah & Badriyah


8Tafsir Al-Mishbah

9. Al Lubab; Tafr Al-Lubb; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari


Surah-Surah Al-Qur'n (Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta:
Lentera Hati, Juli 2012)
10. Al-Lubb; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Ftihah dan
Juz 'Amma (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2008);
11. Al-Qur'n dan Maknanya; Terjemahan Makna disusun oleh
M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010);
b. Karya Tulis yang telah diterbitkan diantaranya:
1. Studi Kritis Tafsir al-Manar Karya Muhammad Abduh dan
Rasyid Ridha (1994)16
2. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Karya ini merupakan kumpulan
makalah dan artikel selama rentang waktu tahun 1976-1992.
Isinya mengenai berbagai persoalan kehidupan.17
3. Untaian Permata buat Anakku: Pesan Al-Quran untuk
Mempelai (Bandung: al-Bayan, 1995). Latar belakang
terbitnya buku ini adalah permintaan putrinya yang akan
melangsungkan pernikahan. Anak putrinya mengharapkan
agar ayahnya menggoreskan pena untuk mereka, nasehat dan
petuah yang berkaitan dengan peristiwa bahagia yang akan
mereka hadapi.18
4. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung:
1994). Isinya merupakan kumpulan rubric Pelita Hati, yang
diasuhnya pada harian Pelita, yang terbit di Ibukota.19
5. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhui atas Pelbagai
Persoalan Umat. (Bandung: Mizan, 1996). Buku tersebut
berisi wawasan Al-Quran tentang pokok-pokok keimanan,
kebutuhan pokok manusia dan masyarakat, aspek-aspek
kegiatan manusia, soal-soal penting umat.20
6. Sahur Bersama M. Quraish Shihab di RCTI (Bandung:
Mizan, 1997). Buku ini memuat dua puluh topic yang

16
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002), cet. VII, h. 166.
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, h.13.
18
M. Quraish Shihab, Untaian Permata Buat Anakku: Pesan Al-Quran
Untuk Mempelai, (Bandung: Mizan, 1998) cet. IV, h. 5.
19
M. Quraish Shihab, Lentera Hati dan Hikmah Kehidupan, (Bandung:
Mizan, 1997), h. 5.
20
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), h. xi.

Lutfiyah & Badriyah


9Tafsir Al-Mishbah

semuanya berkaitan dengan puasa dan dikemas dengan


metode dialog.21
7. Mujizat Al-Quran ditinjau dari aspek kebahasan, Isyarat
Ilmiah dan pemberitaan ghaib (1997)
8. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab: Seputar Ibadah dan
Muamalah (Bandung: Mizan, 1999). Berisi kumpulan
jawaban atas pertanyaan seputar shalat, puasa, zakat dan haji
yang diajukan oleh pembaca harian republika melalui rubric
dialog jumat.22
9. Tafsir al-Mishbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Quran,
(Jakarta: Lentera Hati, 2000).
10. Perempuan (2005). Dalam buku ini dijelaskan berbagai
persoalan yang menjadi bahan pembicaraan dan diskusi
tentang perempuan.23
11. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-
Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1998);
12. Untaian Permata Buat Anakku (Bandung: Mizan 1998);
13. Pengantin al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1999);
14. Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999);
15. Panduan Puasa bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit
Republika, Nopember 2000);
16. Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit
Republika, September 2003);
17. Anda Bertanya,Quraish Shihab Menjawab Berbagai Masalah
Keislaman (Mizan Pustaka)
18. Satu Islam, Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987);
19. Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987);
20. Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI &
Unesco, 1990);
21. Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama);
22. Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur'an (Bandung;
Mizan, 1999)
21
M. Quraish Shihab, Sahur Bersama M. Quraish Shihab, (Bandung:
Mizan, 1997), h.5.
22
M. Quraish Shihab, Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah Mahdah (Bandung:
Mizan, 1999), h. vii.
23
M. Quraish Shihab, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. xiii.

Lutfiyah & Badriyah


10Tafsir Al-Mishbah

23. Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000);


24. Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT.
(Jakarta: Lentera Hati, 2003)
25. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama
dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004);
26. Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di balik Setiap Fenomena
(Jakarta: Lentera Hati, 2004);
27. Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005);
28. Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal
Dalam Islam (Jakarta: Lentera Hati, 2005);
29. Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar
(Jakarta: Lentera Hati, 2006);
30. Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat (Jakarta: Lentera Hati, 2006);
31. Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera
Hati, 2006);
32. Asm' al-Husn; Dalam Perspektif al-Qur'an (4 buku dalam 1
boks) (Jakarta: Lentera Hati);
33. Sunnah - Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?; Kajian
atas Konsep Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati,
Maret 2007);
34. M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang
Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2008);
35. M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang
Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010);
36. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan Al-
Quran dan Hadits Shahih (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011);

B. TAFSIR AL-MISHBAH

Lutfiyah & Badriyah


11Tafsir Al-Mishbah

Karya yang paling monumental M. Quraish Shihab ialah


Tafsir al-Mishbah. Tafsir yang terdiri dari 15 volume ini mulai ditulis
pada hari Jumat tanggal 4 Rabiul Awal 1420 H/18 Juni 1999 M di
Kairo dan selesai pada hari Jumat tanggal 8 Rajab 1423/5 September
2003 M di Jakarta.24 Tafsir al-Mishbah adalah sebuah tafsir al-Quran
lengkap 30 Juz lengkap. Penulis memberi warna yang menarik dan
khas serta sangat relevan untuk memperkaya khazanah pemahaman
dan penghayatan umat Islam terhadap rahasia makna ayat Allah swt.25
Tafsir yang berbahasa Indonesia ini merupakan Tafsir yang banyak
dikaji para intelektual Islam nusantara. Beberapa hal yang berkaitan
dengan Tafsir al-Mishbah, antara lain:

1. Motivasi Penulisan Tafsir al-Mishbah


Motivasi penulisan tafsir al-Mishbah diantaranya adalah
keprihatinan M. Quraish Shihab atas sikap yang berkembang di
kalangan umat Islam di Indonesia tentang ketertarikannya
terhadap Al-Quran, tetapi sebagian besar mereka hanya berhenti
pada pesona bacaan Al-Quran ketika dilantunkan, seakan-akan
kitab suci ini diturunkan hanya untuk dibaca. Padahal tidak
hanya dibaca, hendaknya disertai dengan kesadaran
bertadzakkur dan bertadabbur. Selain itu tidak sedikit umat
islam di Indonesia memiliki ketertarikan luar biasa terhadap
makna-makna Al-Quran, namun dihadapkan pada kendala
waktu yang tidak cukup untuk terlebih dahulu membekali diri
dengan ilmu pendukung guna memahami Al-Quran secara
langsung dan langkanya buku-buku rujukan yang memadai dari
segi cakupan informasi, kejelasan dan bahasa yang tidak bertele-
tele mengenai Al-Quran.26
Dari kenyataan tersebut melahirkan motivasi M.Quraish
Shihab untuk menulis sebuah tafsir Al-Quran untuk membantu
meluruskan kekeliruan serta menciptakan kesan yang benar
mengenai pesan-pesan Al-Quran. Maka ditulislah Tafsir al-
Mishbah yang salah satu kekuatannya terletak pada
kemampuannya menjelaskan tema pokok surah-surah Al-Quran
dan tujuan utama dari pesan-pesan yang terdapat dalam ayat-

24
Sri Tuti Rahmawati, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab, h.
14, (t.d).
25
Yusuf Muslim Handoyo, Skripsi: Konsep Adil menurut Quraish Shihab
dalam Tafsir al-Misbah, (Surakarta, 2011), h.19
26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
Vol. I, h. viii-x

Lutfiyah & Badriyah


12Tafsir Al-Mishbah

ayatnya, dengan harapan bisa menjadi penerang bagi mereka


yang mencari petunjuk dan pedoman hidup.27

2. Motivasi Penamaan Tafsir al-Mishbah


Keputusan pengarang memilih kata al-Mishbah untuk
menamai kitab tafsirnya bisa ditelusuri dalam kata pengantar
karya tersebut. Di sana ditemukan penjelasan mengenai arti kata
al-Mishbah, yaitu lampu, pelita, lentera atau benda lain yang
berfungsi serupa, yang intinya adalah memberi penerangan bagi
mereka yang berada dalam kegelapan. Dengan memilih nama ini,
bisa diduga, dengan tafsirnya tersebut Muhammad Quraish
Shihab berharap dapat memberikan penerangan kepada siapa
saja yang sedang mencari petunjuk dan pedoman hidup, terutama
mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami makna al-
Quran secara langsung karena kendala bahasa.28

3. Metode Penafsiran
Setidaknya ada tiga metode penafsiran yang digunakan
oleh M. Quraish Shihab. Tiga metode penafsiran ini telah
berkembang di kalangan penulis tafsir al-Quran, yaitu metode
tahlili, muqaran dan maudhui. metode pertama dilakukan
dengan cara menafsirkan berdasarkan urutan ayat yang ada pada
al-Quran. Metode kedua yang merupakan metode komparatif
dilakukan dengan cara memaparkan berbagai pendapat orang
lain, baik yang klasik maupun pendapat kontemporer. Akhirnya
metode semi maudhui dilakukan dalam bentuk memberikan
penjelasan tema pokok surah-surah al-Quran atau tujuan utama
yang berkisar disekeliling ayat-ayat dari surah itu agar membantu
meluruskan kekeliruan serta menciptakan kesan yang benar.
Mengenai alasan mengapa ia menggabungkan ketiga metode
penafsiran secara sekaligus, dijelaskan di dalam muqaddimah
tafsirnya.29

4. Sumber Penafsiran
Sumber penafsiran yang digunakan pada tafsir al-Mishbah
ada dua: pertama, bersumber dari ijtihad penulisnya. Kedua,

27
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 28
28
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
Vol. I, h. xi
29
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 30

Lutfiyah & Badriyah


13Tafsir Al-Mishbah

dalam rangka menguatkan ijtihadnya ia juga mempergunakan


sumber-sumber rujukan yang berasal dari fatwa dan pendapat
para ulama, baik ulama terdahulu maupun ulama kontemporer. 30
Selain mengutip pendapat para ulama, ia juga mempergunakan
ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi SAW sebagai bagian dari
tafsir yang dilakukannya. Oleh karena itu tafsir al-Mishbah ini
dapat dikategorikan sebagai tafsir bi al-Rayi.31

5. Corak Tafsir
Sesuai dengan maksud penulisannya sebagai penerang bagi
para pencari petunjuk dan pedoman hidup, tafsir ini memiliki
corak adabi ijtimai, yaitu tafsir yang memeiliki kecenderungan
menginterpretasi persoalan seputar sosial kemasyarakatan atau
tafsir yang hadir dengan senantiasa memberikan jawaban
terhadap segala sesuatu yang menjadi persoalan umat, sehingga
dapat dikatakan bahwa Al-Quran memang sangat tepat untuk
dijadikan pedoman dan petunjuk. Al-Quran dalam pandangan
M.Quraish Shihab memiliki tiga aspek: 1) aspek aqidah, 2) aspek
syariah dan 3) aspek akhlak. Dalam upaya pencapaian ketiga
aspek ini, Al-quran memiliki 3 cara, yaitu:32
a. Perintah untuk memperhatikan/ber-tadabbur terhadap alam
raya;
b. Perintah untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangan
manusian;
c. Kisah-kisah (sebuah pelajaran, uswah, ibrah da sekaligus
peringatan lembut);
d. Janji serta ancaman baik duniawi maupun ukhrawi.
Corak tersebut sangat terlihat jelas, sebagai contoh ketika
Quraish Shihab menafsirkan kata dalam surat al-Furqan ayat
63:

30
Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati, 2004), h. xii
31
Sri Tuti Rahmawati, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab, h.
19, (t.d).
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h. Viii-x

Lutfiyah & Badriyah


14Tafsir Al-Mishbah

dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu


(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah
hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

Kata ( )human berarti lemah lembut dan halus.


Patron kata yang di sini adalah masdar/indifinite nun yang
mengandung makna kesempurnaan. Dengan demikian,
maknanya adalah penuh dengan kelemaha lembutan. Kini, pada
masa kesibukan dan kesemerawutan lalu lintas, kita dapat
memasukkan dalam pengertian kata ( )human, disiplin lalu
lintas dan penghormatan terhadap rambu-rambunya. Tidak ada
yang melanggar dengan sengaja peraturan lalu lintas kecuali
orang yang angkuh atau ingin menang sendiri hingga dengan
cepat dan melecehkan kiri dan kanannya. Penggalan ayat ini
bukan berarti anjuran untuk berjalan perlahan atau larangan
tergesa-gesa. Karena Nabi Muhammad saw, dilukiskan sebagai
yang berjalan dengan gesit penuh semangat, bagaikan turun dari
dataran tinggi.
Orientasi kemasyarakatan dalam tafsir ini nampak jelas
pada sorotannya atas masalah-masalah yang terjadi di
masyarakat. Penjelasan-penjelasan yang dihidangkan hampir
selalu relevan dengan persoalan-persoalan yang berkembang di
tengah kehidupan masyarakat. Pada akhirnya, penjelasan-
penjelasan tersebut dimaksudkan sebagai upaya menangani atau
sebagai jalan keluar dari masalah-masalah tersebut.33
Diantara penafsiran tentang corak sosial-kemasyarakatan
tercermin pada penafsiran M. Quraish Shihab tentang ayat
berikut:



Laksanakanlah shalat (dengan sempurna), dan tunaikan
zakat, serta rukuklah bersama orang-orang yang rukuk

Pada ayat diatas, M. Quraish Shihab menyebutkan perinth


utamanya ialah menunaikan shalat dengan sempurna memenuhi
rukun dan syaratnya serta berkesinambungan dan menunaikan
zakat dengan sempurna tanpa mengurangi dan menangguhkan
serta menyampaikan zakat tersebut dengan baik kepada yang
berhak menerimanya. Dua kewajiban pokok tersebut merupakan
33
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h. 29

Lutfiyah & Badriyah


15Tafsir Al-Mishbah

suatu tanda harmoni antara hubungan baik dengan Allah dan


hubungan baik terhadap manusia. Keduanya ditekankan,
sementara potongan ayat setelahnya, yang berbunyi rukuklah
bersama orang-orang yang rukuk; berarti tunduk dan taatlah
kepada Allah swt sebagaimaa orang-orang yang tunduk kepada
Allah. 34

6. Sistematika Penulisan
Sebelum mulai menafsirkan surah, M. Quraish Shihab terlebih
dahulu memberi pengantar. Isinya antara lain, nama surah dan nama
lain surah tersebut, jumlah ayat (terkadang disertai penjelasan tentang
perbedaan penghitungan dan sebabnya), tempat turun surah
(makiyyah dan madaniyyah) disertai pengecualian ayat-ayat yang
tidak termasuk kategori, alasan penamaan surah, nomor surah
berdasarkan urutan mushaf dan urutan turun, tema pokok, keterkaitan
atau munasabah antara surah sebelum dan sesudahnya dan sebab
turunnya ayat.35
Setelah menyajikan pengantar, M. Quraish Shihab mulai
menafsirkan dengan menganalisis secara kronologis dan memaparkan
berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan
urutan bacaan mushaf. Hal ini dilakukannya untuk membuktikan bahwa
ayat-ayat dan surah-surah dalam Al-Quran mempunyai keserasian yang
sempurna dan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan.
M. Quraish Shihab adalah salah satu mufassir yang sangat memberikan
perhatian besar kepada munasabatul ayat. Hal ini dapat dilihat dalam
seluruh penafsirannya yang selalu berusaha mengaitkan kata demi kata
dalam surah, kaitan kandungan ayat dengan fashilat yakni penutup ayat,
kaitan hubungan ayat dengan ayat berikutnya, kaitan uraian awal satu surah
dengan penutupnya, kaitan penutup surah dengan uraian awal surah
sesudahnya dan juga kaitan tema surah dengan nama surah. 36
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tafsirnya adalah
sebagai berikut:
Dimulai dengan penjelasan surat secara umum
Pengelompokkan ayat sesuai tema-tema tertentu yang disesuaikan
dengan tema besar keterkaitan ayat-ayat tersebut, lalu diikuti
uraian ayat, terjemah dan tafsir ayat
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h.176
35
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, h. 238
36
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h. xxii-xxiii

Lutfiyah & Badriyah


16Tafsir Al-Mishbah

Munasabah antara ayat/tema ayat-ayat sebelumnya dengan ayat


yang akan ditafsirkan.
Menguraikan kosakata yang dianggap perlu dalam penafsiran
makna ayat
Penyisipan kata penjelas sebagai penjelasan makna atau sisipan
tersebut merupakan bagian dari kata atau kalimat yang digunakan
Al-Quran
Ayat Al-Quran dan sunnah Nabi SAW yang dijadikan penguat
atau bagian dari tafsirnya hanya ditulis terjemahannya saja
Menjelaskan ayat dengan penafsiran M. Quraish Shihab dan juga
menyuguhkan penafsiran mufassir-mufassir lainnya, sebagian
besar diungkapkan untuk tujuan memperkuat atau
mengkopromikan penafsiran-penafsiran tersebut
Menutup penafsiran satu ayat dengan memaparkan munasabah
ayat yang sedang ditafsirkan dan ayat sesudahnya.37
Tafsir al-Mishbah terdiri dari 15 volume, dengan rincian:

Volume 1 : Al-Fatihah s/d Al-Baqarah, Halaman : 624 + xxviii


halaman
Volume 2 : Ali-Imran s/d An-Nisa, Halaman : 659 + vi halaman

Volume 3 : Al-Maidah, Halaman : 257 + v halaman

Volume 4 : Al-Anam, Halaman : 367 + v halaman

Volume 5 : Al-Araf s/d At-Taubah, Halaman : 765 + vi halaman

Volume 6 : Yunus s/d Ar-Rad, Halaman : 613 + vi halaman

Volume 7 : Ibrahim s/d Al-Isra, Halaman : 585 + vi halaman

Volume 8 : Al-Kahf s/d Al-Anbiya, Halaman : 524 + vi halaman

Volume 9 : Al-Hajj s/d Al-Furqan, Halaman : 554 + vi halaman

Volume 10 : Asy-Syuara s/d Al-Ankabut, Halaman : 547 + vi


halaman

Volume 11 : Ar-Rum s/d Yasin, Halaman : 582 + vi halaman


37
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, h.31

Lutfiyah & Badriyah


17Tafsir Al-Mishbah

Volume 12 : Ash-Shaffat s/d Az-Zukhruf, Halaman : 601 + vi


halaman

Volume 13 : Ad-Dukhan s/d Al-Waqiah, Halaman : 586 + vii


halaman

Volume 14 : Al-Hadid s/d Al-Mursalat, Halaman : 695 + vii


halaman

Volume 15 : Juz Amma, Halaman : 646 + viii halaman

7. Referensi Tafsir al-Mishbah

Banyak pandangan mufassir yang dikemukakan oleh M.


Quraih Shihab. Sebagaimana madzhab mufassir, sebagian besar
merupakan kalangan dari Sunni, meski demikian adapula
pandangan yang didiskusikan dalam penafsirannya dari Syii .
Diantara referensi yang digunakan M. Quraish Shihab dalam
tafsirnya ialah38:

Tafsir Ibrahim Ibnu Umar al-Biqai (karya tafsir yang masih


berbentuk manuskrip dan sekaligus bahan disertasi M.
Quraish Shihab)
Tafsir Mutawalli al-Syarawi

Tafsir Fi Dzilalil Quran karya Sayyid Qutb

Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibnu Asyur

Tafsir al-Mizan karya Thabathabai

Jawahir fi Tafsir al-Quran Karim karya Thanthawi Jauhari

Al-Kasysyaf karya az-Zamakhsary

8. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir al-Mishbah

Di antara kelebihan yang terdapat dalam Tafsir al-Misbah adalah:

38
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h. xiii

Lutfiyah & Badriyah


18Tafsir Al-Mishbah

Penafsirannya yang bersifat konstekstual didasarkan pada


pendekatan sosiologis-antrpologis yang memberikan
kemudahan kepada pembacanya untuk memahami makna
yang tersirat di dalam al-Qur'an.39

Dalam menganalisis hal kebahasan sangat bagus karena


ditampilkan juga pendapat para ulama seputar kebahasan itu.

menjelaskan munasabah secara luas dan rinci.

Sedangkan diantara kekurangannya adalah:

Banyaknya menampilkan pendapat para ulama tetapi tidak


menyimpulkan pendapat yang unggul sehingga untuk
kalangan awam akan membingungkan.

9. Contoh-Contoh Penafsiran
Ayat Aqidah (QS. Al-Baqarah: 29):




Dia-lah ( Allah), yang menciptakan segala yang ada di bumi
untuk kamu kemudian Dia berkehendak menuju langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.

Kata
berarti tegak, lurus, tidak bengkok. Kemudian
kata itu dipahamii secara majazi yang berarti menuju ke sesuatu
dengan cepat dan penuh tekad bagaikan yang berjalan tegak lurus
tidak menoleh ke kiri dan ke kanan. Makna Allah menuju ke langit
adalah kehendak-Nya untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan
kehendak tersebut seperti seseorang yang yang menuju kepada
sesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk seanggun mungkin dan
)
sebaik mungkin. Karena itu, potongan kalimat setelahnya, (
yakni lalu dijadikan-Nya dalam bentuk sebaik mungkin tanpa aib
39
Hasan Baharun, Kajian Tentang Tafsir al-Mishbah, diunduh pada hari
Selasa tanggal 21 April 2015 pukul 19:35 WIB
http://hasanbaharun.blogspot.com/p/kajian-tafsir-al-misbah.html

Lutfiyah & Badriyah


19Tafsir Al-Mishbah

atau kekurangan sedikitpun. Beliau lalu mengutip pendapat Sayyid


Qutb, dan menyimpulkannya bahwa tidak ada tempat untuk
mempersoalkan hakikat maknanya, karena kta itu adalah lambing
yang menunjukkan kekuasaan. Demikian juga halnyya dengan
berkehendak menuju penciptaan sebagaimana tidak ada tempat
membahas apa yang dimaksud dengan tujuh langit serta bentuk
jaraknya. Cukup kita memahami bahwa pesan ayat ini mengecam
orang-orang kafir yang mempersekutukan Allah padahal Dia
pencipta Yang Menguasai alam raya.40

Ayat Fiqh (QS.Al-Baqarah: 185 )









(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Qurn
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang ha dan
yang batil). Karena itu, barang siapa diantara kamu hadir (di
negri tempat tinggalnya) bulan itu maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblahh baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-
hari lain. Allah Maha menghendaki kemudahan bagi kamu
dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu. Dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepada kamu, supaya kamu bersyukur.

Beberapa hari yang ditentukan yakni dua puluh Sembilan atau


tiga puluh hari saja selama bulan Ramadhan. Bulan tersebut dipilih
karena ia bulan yang mulia. Al-Quran merupakan petunjuk bagi
manusia terkait akidah dan juga penjelasan-penjelasan petunjuk itu
dalam rincian hukum-hukum syariat. Banyak nilai universalnya,
namun nilai-nilai itu dilengkapi dengan penjelasan mengenai
40
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h. 138-139

Lutfiyah & Badriyah


20Tafsir Al-Mishbah

petunjuk, keterangan dan rinciannya. Penegasan Al-Quran


diturunkan pada bulan Ramadhan menisyaratkan sangat dianjurkan
untuk membaca dan mempelajari Al-Quran selama bulan
Ramadhan. Quraish Shihab kemudian menerangkan tentang
kawasan-kawasan yang dapat melihat bulan sabit. Ia juga
menerangkan jarak waktu antara terlihatnya bulan di berbagai benua
dengan Indonesia. Ia menjelaskan kajian ilmiah tentang fenomena
dan proses perhitungan awal bulan ramadhan dan juga kajian
selisihnya bulan Hijriah dan Masehi. Terkait keringanan qadha puasa
dihari lain, Quraish Shihab berpandangan bahwa tujuannya agar
puasa 29 atau 30 hari tersebut dapat terpenuhi. Ia melanjutkan ayat
diatas merupakan penjelasan tentang hokum berpuasa Ramadhan,
keistimewaan, manfaat, waktu dan bilangannya. Kewajiban
berpuasa sangat jelas, karena jika ada halangan yang menundanya
wajib baginya untuk menggantikan puasa ramadhan tersebut.
Quraish Shihab menutup penafsirannya dengan uraian hadis qudsi;
Puasa untuk-Ku dan Aku yang akan member ganjarannya.41
Ayat Israiliyyat (QS. Al-Kahfi : 65 )

lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba
diantara hamba-hamba Kami, yang telah kami anugrahkan
kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya dari sisi Kami ilmu.

Siapakah abd atau hamba dalam ayat diatas? Quraish


Shihab berpandangan banyak ulama berpendapat bahwa hamba
Allah yang dimaksud diatas ialah nabi yang bernama al-Khidr.
Tetapi riwayat tentang beliau sangat beragam dan seringkali
dibumbui dengan hal-hal yang bersifat irrasional. Apakah beliau
Nabi/bukan, dari Bani Israil atau bukn, masih hidup atau telah
wafat, Quraish Shihab hanya menyebutkan, rinciannya bisa dibaca
diseian buku Tafsir. Kada al-Khidr sendiri bermakna hijau. Nabi saw
bersabda bahwa penamaan itu desebabkan karena suatu ketika ia
duduk di atas bulu yang berwarna putih, tiba-tiba bulunya berubah
menjadi hijau (HR. Bukhari melalui Abu Hurairah). Quraish Shihab
menambahkan agaknya penamaan seta warna itu adalah sebagai
symbol keberkahan yang menyertai hamba Allah yang istimewa
ini.42 Dari ayat kisah diatas, terlihat bahwa M. Quraish Shihab tidak
banyak mengutip kisah-kisah israiliyyat dalam penafsiran ayat dan
41
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. I, h. 403-407

Lutfiyah & Badriyah


21Tafsir Al-Mishbah

kisah. Ia cenderung rasional dan mencoba membawa nilai-nilai yang


terkandung dalam suatu ayat dengan konteks zaman sekarang.
Penafsiran tentang ayat diatas misalnya, Quraish Shihab
menjelaskan lebih jauh tentang keilmuan dan ilmu ladunniy. Isyarat
tentang ilmu ladunniy menurutnya ada dalam ayat lain yakni QS. Al
Alaq: 4-5.

42
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
vol. VIII, h. 94

Lutfiyah & Badriyah


22Tafsir Al-Mishbah

PENUTUP
Kesimpulan

1. Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan


pada tanggal 16 Februari 1944. Putra dari Abdurrahma Shihab,
seorang guru besar ahli tafsir. Ayahnya adalah motivator sejak
kecil dalam mendalami ilmu-ilmu Al-Quran. Sejak kecil ia sudah
memperdalami ilmu agama hingga sampai pendidikan tingkat
perguruannya di selesaikan dalam bidang Tafsir Al-quran di
Kairo, Mesir. Ia termasuk ulama yang produktif dalam menulis,
berbagai karyanya telah diterbitkan dan dikenal terutama di
wilayah Nusantara. Pendiri Pusat Studi al-Quran (PSQ) ini masih
aktif dalam berbagai kegiatan akademik dan juga penafsiran.

2. Tafsir al-Mishbah merupakan karya yang paling monumental.


Tafsir yang terdiri dari 15 volume ini mulai ditulis pada hari
Jumat tanggal 4 Rabiul Awal 1420 H/18 Juni 1999 M di Kairo
dan selesai pada hari Jumat tanggal 8 Rajab 1423/5 September
2003 M di Jakarta. Pengarang Tafsir bercorak al-Adabi al-Ijtimai
ini menghabiskan waktunya selama 4 tahun dalam menyusun
karya monumental ini. Metode yang digunakan adalah perpaduan
antara tiga metode (tahlili, muqarran dan maudhui). Tafsir al-
Mishbah adalah tafsir yang memberikan perhatian besar kepada
munasabatul ayat. Tafsir Al-Mishbah termasuk tafsir bi al-Rayi
dengan corak adabi ijtimai. Adapun sistematika yang digunakan
dalam penafsirannya ialah dengan mengumpulkan beberapa ayat
yang memiliki satu kesatuan tema, menafsirkan berdasarkan
kronologi ayat dan mengaitkan keterpautan satu ayat dengan
lainnya.

Lutfiyah & Badriyah


23Tafsir Al-Mishbah

DAFTAR PUSTAKA

Al-Aridl,Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 1994, Cet. II
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, Jakarta: Visindo Media Pustaka, Cet. I, 2008.
Ghofur, Saiful Amin, Profil Para Mufasir Al-Quran, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2008.
Handoyo, Yusuf Muslim. Skripsi: Konsep Adil menurut Quraish
Shihab dalam Tafsir al-Mishbah. Surakarta. 2011.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, Cet. VII, 2002.
Rahmawati, Sri Tuti, Hidayah dalam Penafsiran M. Quraish Shihab,
Skripsi, Institut Ilmu Al-Quran Jakarta, 2011. Tidak
diterbitkan.
Shihab, M. Quraish, Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah Mahdah,
Bandung: Mizan, 1999.
Shihab, M. Quraish, Lentera Hati dan Hikmah Kehidupan, Bandung:
Mizan, 1997.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Jakarta:
Mizan, Cet. II, 2007.
Shihab, M. Quraish, Perempuan, Jakarta: Lentera Hati, 2005.
Shihab, M. Quraish, Sahur Bersama M. Quraish Shihab, Bandung:
Mizan, 1997.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Quran, Jakarta: Lentera Hati,
2004, Vol. I
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Quran, Jakarta: Lentera Hati,
2004, Vol. VIII
Shihab, M. Quraish, Untaian Permata Buat Anakku: Pesan Al-
Quran untuk mempelai, Bandung: Mizan, Cet.
IV, 1998.
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1996.
Suprapto, M. Bibit. Ensiklopedia Ulama Nusantara: Riwayat Hidup,
Karya dan Sejarah Perjuangan 157 Ulama Nusantara.
Jakarta: Galeri Media Indonesia. 2010.
Baharun, Hasan, Kajian Tentang Tafsir al-Mishbah,
http://hasanbaharun. blogspot.com/p/kajian-tafsir-al-
misbah.html

Lutfiyah & Badriyah

Anda mungkin juga menyukai