Anda di halaman 1dari 13

Telaah atas Karya Tafsir

di Indonesia: Studi atas Tafsir


al-Bayan Karya Tm. Hasbi
al-Siddiqi
Surahman Amin
STAIN Sorong-Papua.

Ferry Muhammadsyah Siregar


Universitas Gadjah Mada, Yoyakarta.
Email: ferary26@yahoo.com

ABSTRACT bersifat analitis, yakni metode tafsir al-tahlili. Adapun bentuk


This article discusses the characteristic of penulisannya bercorak fiqhi (hukum), sesuai dengan pengarangnya
TM Hasbi as-Siddiqi’s Tafsir al-Bayan, its yang merupakan guru besar di bidang hukum Islam.
methodology and influence to the Kata kunci: Tafsir al-Bayan, metode tafsir, Indonesia
society. Indonesian Muslims’ reception
toward this tafsir is also discussed. This PENDAHULUAN
article suggests that the the methodology
Tafsir al-Qur’an merupakan kegiatan ilmiah yang
of thre Quranic interpretation utilized in
tafisr al-Bayan is analytical method or paling tinggi dan utama di antara ilmu-ilmu keislaman
tahlili. This tafsir also puts emphasis on lainnya. Al-Ragib al-Asfahani (w.502 H.) sebagaimana
Islamic jurisprudence (fiqh), partly yang dikutip oleh al-Suyuti (w. 911 H) memberi
because the author of the Tafsir is
argumentasi mengenai keutamaan ini dari tiga sudut
reknowned as a professor in Islamic Law.
Keywords: Tafsir al-Bayan, exegesis pandang; pertama dari segi materi, karena tafsir adalah
methods, Indonesia kalamullah yang merupakan sumber segala kemuliaan.
Kedua, dari segi tujuan bahwa tafsir merupakan
ABSTRAK pegangan umat Islam dalam mengarungi kehidupan
Tulisan ini menjelaskan tentang
dunia dan akhirat. Ketiga, dari segi kebutuhan yang
bagaimana wujud Tafsir al-Bayan karya TM.
Hasbi al-Siddiqi dan menjawab pertanyaan
amat mendesak, sebab untuk mencapai kesempurnaan
seputar identitas dan metode penafsiran dalam urusan agama dan dunia dibutuhkan ilmu-ilmu
karya tafsir ini, pengaruh dan sambutan syariat dan pengetahuan agama dan kesemuanya hanya
masyarakat terhadapnya, serta
bisa dicapai dengan menguasai kitab suci al-Qur’an.
kedudukannya dalam sejarah
perkembangan tafsir di Indonesia. Dalam
Bahkan lebih lanjut al-Suyuti menyimpulkan bahwa
paparannya, tulisan ini menggunakan teori mempelajari tafsir al-Qur’an merupakan fardu kifayah.1
tafsir. Tulisan ini menemukan bahwa tafsir Menurut keyakinan kaum muslimin, al-Qur’an adalah
ini menggunakan metode penafsiran yang
kitab suci yang merupakan petunjuk bagi umat manusia,2

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


J U R N A L ILMU-ILMU KEISLAMAN

Afkaruna 38
khususnya bagi mereka yang beriman3 dan Qur’an adalah bahasa Indonesia. Pada tahun
bertaqwa,4 di mana pun dan kapan pun yang sama, karya tafsir ini dicetak oleh
mereka hidup. Atau dengan kata lain, al- Penerbit al-Ma’arif Bandung. Kemudian
Qur’an tersebut berlaku untuk semua tempat dicetak lagi oleh penerbit Pustaka Rizki Putra
dan zaman, serta dalam situasi dan kondisi Semarang pada tahun 2002. Kehadiran tafsir
apa pun. Karena itu, hendaknya al-Quran ini bertujuan untuk memahami al-Qur’an
diamalkan dalam kehidupan, dan agar secara komprehensif.
pengamalannya dapat terwujud, maka Tulisan ini menjelaskan tentang
diperlukan upaya penafsiran terhadapnya bagaimana wujud Tafsir al-Bayan karya TM.
secara baik dan benar. Hasbi al-Siddiqi dan menjawab pertanyaan
Penafsiran terhadap al-Qur’an, telah seputar biografi penulis Tafsir al-Bayan,
dimulai sejak Islam diturunkan dan Nabi identitas dan metode penafsiran Tafsir al-
Muhammad saw. bertindak sebagai al-mufassir Bayan, pengaruh dan sambutan masyarakat
al-awwal (penafsir pertama dan utama). terhadap Tafsir al-Bayan, serta kedudukan
Kemudian, dilanjutkan oleh para sahabatnya, Tafsir al-Bayan dalam sejarah perkembangan
para tabi’in, atba’ al-tabi’in dan generasi- tafsir di Indonesia.
generasi sesudahnya sampai masa kini.
Bahkan, upaya seperti ini masih tetap BIOGRAFI T.M. HASBI AL-SIDDIQI
berlanjut sampai masa-masa mendatang. T.M. Hasbi al-Siddiqi, (selanjutnya disebut
Penafsiran terhadap al-Qur’an telah T.M. Hasbi) bernama lengkap Prof. Dr.
mengalami perkembangan yang sangat Honoris Causa (HC) Tengku Muhammad
siginifikan. Hal ini ditandai dengan lahirnya Hasbi al-Siddiqi,,9 lahir di Lhokseumawe,
berbagai karya tafsir, baik pada masa al- Aceh Utara, pada 10 Maret 1904. Ayahnya
mutaqaddimin,5 maupun pada masa al- bernama al-Hajj Tengku Muhammad Husen
muta’akhirin6 dan masa al-‘asr (modern)7 ibn Muhammad Su’ud, menduduki jabatan
sekarang ini. Karya-karya tafsir tersebut, Qadhi (hakim) Chik Maharaja Mangkubumi
masing-masing memiliki metode, corak dan di Simeuluk Samalanga Aceh, sedangkan
teknik interpretasi yang berbeda-beda. Ibunya bernama al-Hajjah Tengku Amrah,
Bahkan, sistematika peyusunan dan jenis adalah putri Tengku Abdul Aziz. Paman
bahasa yang digunakan juga berbeda-beda. beliau yang lain bernama Teungku Tulot yang
Menurut Howard M. Federspiel, menduduki jabatan pertama kali pada masa
sebagaimana yang dikutip oleh Islah Gusmian awal pemerintahan Sri Maharaja
dan Ferry Muhammadsyah Siregar bahwa Mangkubumi.10
salah satu karya tafsir yang muncul pada masa T.M. Hasbi, pada awalnya belajar ilmu
al-‘asr (modern) dan mewakili tafsir generasi qiraah dan tajwid serta dasar-dasar tafsir dan
ketiga di Indonesia adalah Tafsir al-Bayan, fiqhi pada ayahnya sendiri, dan dalam usianya
karya TM. Hasbi al-Siddiqi.8 8 (delapan) tahun ia telah khatam mengaji al-
Karya tafsir ini, selesai ditulis pada tahun Qur’an. Setelah memperoleh ilmu-ilmu
1966 dan sistematika penyusunanya terdiri keagamaan dari ayahnya, ia belajar di
atas dua jilid, serta jenis bahasa yang pesantren-pesantren. Pada tahun 1912, ia
digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat al- belajar di pesantren Tengku Piyeung; pada

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


Vol.9 No.1 Januari - Juni 2013 39
tahun 1913 di pesantren Bluk Bayu; pada Bond) Aceh dan menjadi pengajar pada
tahun 1914, di pesantren Blang Kabu; pada sekolah HIS dan MULO Muhammadiyah.
tahun 1916, di pesantren Tengku Idris; pada T.M Hasbi pernah memimpin Ormas
tahun 1918 di pesantren Tengku Chik Hasan. Muhammadiyah Aceh sampai bulan Maret
Selanjutnya, pada tahun 1920 dari Tengku 1946. Selanjutnya T.M hasbi disekap oleh
Chik Hasan Kruengkale. TM. Hasbi Gerakan Revolusi Sosial yang gerakkan oleh
memperoleh syahadah sebagai pengakuan dan PUSPA (Persatoean Oelama Seloeroeh Atjeh,
pernyataan bahwa ilmunya telah cukup dan didirikan pada tahun 1939), dimana
berhak untuk membuka pesantren atau organisasi ini melihat bahwa Muhammdiyah
dayah.11 Berdasarkan perjalanan sejarah Aceh di bawah kepemimpinan T.M Hasbi
pendidikannya ini, maka diketahui bahwa merupakan saingan utama dalam
TM. Hasbi telah menghabiskan masa-masa pengembangan ajaran Islam. Akibat
mudanya di lingkungan pesantren. Pada sisi penyekapan yang misterius ini T.M Hasbi
lain, pengetahuan Islam yang telah harus mendekam di dalam penjara di Kamp
diperolehnya tersebut, membuatnya cerdas Burnitelog Aceh selama kurang lebih satu
dan dinamis untuk ia kembangkan. tahun, kemudian pada pertengahan tahun
Pada tahun 1926, T.M. Hasbi bersama 1948 T.M Hasbi di dibebaskan dan diizinkan
Syaikh al-Kalali (Penyusun Kamus Bahasa pulang ke Lhoksumawe akibat desakan
Arab-Indonesia) berangkat ke Surabaya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui
untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Sutan Mansur dan Pemerintah Pusat melalui
al-Irsyad. Setelah di tes, ia dapat diterima di Wakil Presiden Moehammad Hatta, namun
jenjang takhassus.12 Setelah belajar di al- masih berstatus tahanan kota, barulah pada
Irsyad, ia mengembangkan dan memperkaya Februari 1947 Status tahanan kota T.M Hasbi
diri dengan ilmu melalui belajar sendiri dicabut dan dinyatakan bebas Residen Aceh.
(otodidak). Selain mempelajari ilmu-ilmu Selama di Aceh T.M Hasbi selain menjadi
keislaman dan bahasa Arab dengan baik, ia pengajar di kursus-kursus dan sekolah
juga mempelajari bahasa Belanda dari Muhammadiyah beliau juga memimpin SMI
seorang warga Belanda yang belajar bahasa (Sekolah Menengah Islam), selain itu beliau
Arab darinya, sehingga dengan mudah juga aktif berdawah lewat Masyumi dimana
mudah mengakses segala bentuk informasi T.M. Hasbi menjadi Ketua Cabang Masyumi
dari media massa yang pada masa itu dikuasai Aceh Utara. Pada 20-25 Desember 1949
oleh pemerintahan Hindia-Belanda. diadakan Kongres Muslimin Indonesia (KMI)
Pada tahun 1933 T.M Hasbi tiba di di Yogyakarta dimana T.M Hasbi mewakili
Kutaraja, kemudian bergabung dengan Muhammadiyah dan Ali Balwi mewakili
organisasi Nadi Ishlah al-Islam yang PUSPA. Pada kongres tersebut T.M Hasbi
merupakan organisasi pembaru di kota menyampaikan Makalah dengan judul
tersebut dan pada saat yang bersamaan beliau Pedoman Perdjuangan Islam Mengenai Soal
juga dinobatkan sebagai pimpinan redaksi Kenegaraan, disinilah oleh Abu Bakar Aceh
Soeara Atjeh. Disamping itu beliau juga memperkenalkan T.M Hasbi kepada Wahid
mengajar pada kursus-kursus yang Hasyim (Menteri Agama pada masa itu) dan
diselenggarakan oleh JIB (Jong Islamietien K. Fatchurrahman Kafrawy. Setahun

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


J U R N A L ILMU-ILMU KEISLAMAN

Afkaruna 40
kemudian setelah perkenalan tersebut pukul 17.45.18 Dengan demikian, jika kembali
Menteri Agama memanggil T.M Hasbi untuk ditelusuri tahun kelahirannya (1904) dan
menjadi dosen pada PTAIN yang akan tahun wafatnya (1975), maka TM. Hasbi
didirikan, sehingga pada Januari tahun 1951 berpulang ke rahmatullah dalam usia 71
T.M Hasbi berangkat ke Yogyakarta dan tahun. Jenazahnya dimakamkan di
menetap di sana mengkonsentrasikan diri Pemakaman Keluarga IAIN Syarif
dalam bidang pendidikan.13 Hidayatullah Ciputat Jakarta (sekarang UIN
Selanjutnya, pada tahun 1960 TM. Hasbi Syarif Hidayatullah). Pada upacara pelepasan
memperoleh dua gelar Doktor Honoris Causa jenazah, turut memberikan sambutan Buya
sekaligus. Dr. HC, pertama ia peroleh dari Hamka (almarhum), dan pada saat
Unisba (Universitas Islam Bandung) dan Dr. pemakaman, dilepas oleh Mr. Moh. Roem19
HC yang kedua ia terima dari PTAIN Sunan TM. Hasbi dikenal sebagai ulama yang
Kalijaga Yogyakarta,14 yang sekarang ini telah produktif menuliskan ide pemikiran
berubah status menjadi UIN Sunan keislamannya. Karya tulisnya mencakup
Kalijaga.15 Dengan penganugrahan Dr. HC berbagai disiplin ilmu keislaman. Menurut
ini, T.M. Hasbi kemudian mengajar beberapa catatan, karya yang berbentuk buku
mata kuliah di kedua Perguruan Tinggi berjumlah 73 judul (142 jilid). Sebagian besar
Tersebut. karyanya adalah tentang fiqhi (36 judul).
Pada tahun 1966, TM. Hasbi dikukuhkan Bidang bidang lainnya adalah hadits (8 judul),
sebagai Guru Besar di PTAIN Sunan Kalijaga tafsir (6 judul), tauhid; ilmu kalam (5 judul).
(sekarang UIN) dalam bidang keilmuan Hadis Dan selebihnya adalah tema-tema yang
dan Hukum Islam.16 Selanjutnya, ia bersifat umum.20 Selain menulis buku beliau
menjabat Dekan pada Fakultas Syariah juga aktif menulis dalam bentuk artikel.
sampai tahun 1972. Tercatat sekitar 50 artikel dalam bidang
T.M. Hasbi juga mengajar dan memangku tafsir, hadith, fiqh dan pedoman ibadah dan
jabatan struktural pada Perguruan Tinggi beliau hasilkan. Diantara karya ilmiah yang
Perguruan Tinggi Islam Swasta. Dalam hal beliau tulis adalah; dalam bidang Tafsir dan
ini, pada tahun 1961 sampai 1971, dia juga Ilmu al-Qur’an, ia menulis Tafsir al-Nur dan
menjabat Rektor Universitas al-Irsyad Tafsir al-Bayan; dalam bidang Hadis dan Ilmu
Surakarta; pada tahun 1964, ia mengajar di Hadis, ia menulis Sejarah dan Pengantar Ilmu
Universitas Islam Indonesia (UII) di Hadia dan 2002 Mutiara Hadis; dalam bidang
Yogyakarta; pada tahun 1967 ia mengajar dan Fiqh, ia menulis Sejarah Peradilan Islam dan
menjabat Dekan Fakultas Syariah Universitas Pengantar Hukum Islam; dalam bidang
Islam di Sultan Agung di Semarang.17 Tauhid/Kalam, ia menulis Peladjaran Tauhid
Selanjutnya, pada tahun 1975 TM. Hasbi dan Hakikat Islam dan Unsur-Unsur Agama. Di
diundang oleh Menteri Agama RI untuk samping itu, ia juga menulis buku agama yang
menunaikan ibadah haji. Namun dalam bersifat umum misalnya al-Islam dan Pedoman
waktu yang bersamaan, ia menjalani rawat Zikir dan Doa. Tentu saja, masih banyak
inap (opname) di Rumah Sakit Islam Jakarta karya-karya lainnya, baik berupa artikel,
dan di rumah sakit inilah ia meninggal, makalah-makalah dan selainnya yang tidak
tepatnya pada hari Senin, 9 Desember 1975, sempat penulis sebut satu persatu di sini.

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


Vol.9 No.1 Januari - Juni 2013 41
Dengan karya-karyanya tersebut, maka dapat tafsir ini yang diberi lebel “Muqaddimah”
diketahui TM. Hasbi adalah sosok ulama dan secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
intelektual yang sangat produktif menulis. a) Bab I, “Al-Qur’anul Majid” (h. 1-21).
b) Bab II, “Hikmah al-Qur’an Diturunkan
MENGENAL TAFSIR AL-BAYAN Berangsur-Angsur” (h. 23-24).
Identitas Tafsir al-Bayan c) Bab III, “Hukum-Hukum Yang Dikandung
Sepanjang hidupnya T.M. Hasbi al-Qur’an Serta Uslub-Uslub (Susunan)
menghasilkan dua tafsir yang terkenal yaitu, Dakwah al-Qur’an”, (h. 25-32).
yakni Tafsir al-Nur21 yang terbit pada tahun d) Bab IV, “Segi-Segi Kemukjizatan al-
1960; dan Tafsir al-Bayan yang penulisannya Qur’an”, (h. 33-39).
selesai tahun 1966,22 juga pada tahun ini e) Bab V, “Sejarah Nuzul al-Qur’an”, (h. 41-
pertama kali dicetak oleh penerbit al-Ma’arif 46).
Bandung. Selanjutnya pada tahun 2002 atas f) Bab VI, Sejarah Mengumpul al-Qur’an”,
permintaan dari masyarakat di cetak untuk (h. 47-57).
kedua kalinya oleh Pustaka Rizki Putra g) Bab VII, “Penafsiran al-Qur’an”, (h. 59-70).
Semarang, dan kitab cetakan kedua yang h) Bab VIII, “ Hukum Menerjemahkan al-
penulis jadikan sebagai pedoman dalam Qur’an”, (h. 71-72).
mendeskripsikan karya tafsir ini. i) Bab XI, “Teori Nasakh dalam al-Qur’an”,
Tafsir al-Bayan terdiri atas dua jilid dan (h. 73-78).
setiap jilidnya berisi 15 juz. Jilid I memuat j) Bab X, “Adab Membaca al-Qur’an dan
tafsiran ayat-ayat al-Qur’an mulai juz I sampai Mendengarnya”, (h. 79-85).
juz 15 (dari Surah al-Fatihah sampai Surah al- k) Bab XI, “Sekelumit Tentang Pembahasan
Kahfi ayat 74), sedangkan jilid II memuat Qira’ah”, (h. 87-91)
tafsiran ayat-ayat al-Qur’an mulai 16 sampai
juz 30 (Surah al-Kahfi ayat 75 sampai akhir Selanjutnya untuk terjemahan dan
surah al-Nas). Dengan demikian, karya tafsir penafsiran al-Qur’an dimulai lagi dari
ini memuat terjemah dan tafsir ayat-ayat al- halaman 1 yang merupakan halaman sampul
Qur’an secara keseluruhan, yakni 114 surah. yang berjudul “Tafsir Al-bayan Juz I.”
Format penyusunan Tafsir al-Bayan pada Sebelum masuk pada bagian inti atau
jilid I, terdiri atas atas 674 halaman. Secara penerjemahan dan penafsiran, ada bagian
terstruktur dimulai dari halaman vii penjelasan tentang juz yang akan dibahas,
pengantar dari penerbit, halaman ix, sekapur berupa hizib (bagian) dari ayat-ayat dan setiap
sirih dari penyunting yaitu putra T.M. Hasbi hizib dibagi ke dalam beberapa rubu’ (sub
yaitu H.Z. Fuad Hasbi al-Siddiqi. Selanjutnya bagian).
pada halaman xi-xii terdapat kata pengantar Pada halaman 3, baru dimulai penafsiran
dari sang mufassir T.M. Hasbi. Halaman xiii- ayat-ayat pada juz 1 sampai halaman 54,
xv terdapat “Khiththah Penerjemahan” yang Untuk juz 2 dan seterusnya sampai ke juz 15
dijadikan pedoman dalam menerjemahkan dalam jilid I ini, masing-masing memiliki hizib
al-Qur’an. Sedangkan “Daftar Isi” terdapat yang berbeda-beda. Banyak dan atau
pada halaman xix-xlii. sedikitnya jumlah hizib, tergantung pula dari
Mengenai isi pembahasan pendahuluan prosentase banyak dan atau sedikitnya jumlah

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


J U R N A L ILMU-ILMU KEISLAMAN

Afkaruna 42
ayat dalam setiap Juz. Jilid I ini berakhir pada ayat dalam tafsir al-Nur tidak menerjemahkan
halaman 674. Selanjutnya (tanpa halaman) seluruh lafal, apalagi lafal-lafal yang harus
dicantumkan diakhir lembaran “Tanda diungkapkan…. maka setelah saya
Tashhih” dengan No: BD.III/TI.02.1/244/ memperhatikan perkembangan terjemahan
2002 yang ditandatangani oleh Panitia Alquran akhir-akhir ini, serta meneliti secara
Pentashihan al-Qur’an yang diketuai oleh tekun terjemahan-terjemahan itu, nyatalah
Haji Fadhl Abdurrahman Bafadal pada bahwa “banyak terjemahan kalimat” yang
tanggal 28 Oktober 2002. perlu ditinjau dan disempurnakan. Oleh
Kemudian, pada juz II lembarannya di karenanya, dengan memohon taufiq dari
mulai dari halaman vii-xxix yang merupakan pada Allah Swt saya menyusun sebuah
“Daftar Isi”. Selanjutnya sebelum dimulai terjemah yang lain yang meliputi segala lafal,
penafsiran, sama halnya pada jilid I, ada bahkan meliputi terjemah dari lafal-lafal yang
keterangan tentang pembagian hizib Juz 16 diungkapkan menurut pendapat-pendapat
(tanpa halaman). Setelah itu pada halaman ahli tafsir kenamaan. 23
677 dimulailah penafsiran al-Qur’an Juz 16 ….. Tafsir al-bayan merupakan suatu
yang ayatnya dimulai ayat 75 dari surah al- terjemahan dari ma’na-ma’na Al-Qur’an yang
Kahfi. Begitu seterusnya sampai berakhir lebih lengkap dari terjemahan-terjemahan yang
penafsiran Juz 30 pada halaman 1646. telah ber-kembang dalam masyarakat dewasa
Adapun halaman 1647 sampai 1657 berisi ini. 24
glossary. Selanjutnya pada halaman 1659 -
1662 berisi “Sekilas Tentang Penulis.” Dan Dari pernyataan TM. Hasbi di atas, maka
diakhir Jilid II, seperti jilid I terdapat “Tanda dapat dijelaskan bahwa latar belakang
Tashhih”. Mengenai sistematika dan isi penulisan Tafsir al-Bayan disebabkan oleh dua
tafsiran jilid II ini, sama halnya dengan jilid I. faktor: pertama, faktor Internal, yang
dimaksud di sini adalah motivasi dari
Latar Belakang Sejarah Tafsir al-Bayan penulisnya sendiri untuk mengembangkan
Latar belakang penulisan Tafsir al-Bayan, karya tafsirnya yang telah ia tulis sebelumnya.
terinspirasi dari karya tafsir penulisnya yang Dalam hal ini, TM. Hasbi menyadari bahwa
pertama, yakni Tafsir al-Nûr yang mendahului karya tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Nur
Tafsir al-Bayan tersebut. Untuk lebih jelasnya, masih perlu dikembangkan dan
berikut ini dikutip pernyataan TM. Hasbi disempurnakan, khususnya dari aspek
mengenai latar belakang penulisan Tafsir al- metodologi tafsir. Dalam aspek ini, Tafsir al-
Bayan: Nur yang mendahului Tafsir al-Bayan hanya
Dengan ‘inayah Allah dan taufiq-Nya, merupakan karya tafsir yang secara
setelah selesai menyusun tafsir al-Nur yang metodologis menginterpretasikan ayat-ayat al-
menerjemahkan ayat dan menafsirkannya, Qur’an secara singkat. Atau dengan kata lain,
tertariklah pula hati saya menyusun al-Bayan sebagian lafaz atau ayat di dalam Tafsir al-Nur
ini. Di dalam menerjemahkan ayat dalam tersebut tidak terinterpretasi secara tuntas.
tafsir al-Nur, saya menempuh jalan cepat, jalan Karena itu, maka TM. Hasbi sebagai mufassir
yang lazim ditempuh oleh penerjemah- tertarik untuk lebih “mempertajam” makna
penerjemah lain. Karenanya terjemahan ayat- lafa“-lafa“ ayat al-Qur’an, dan ketertarikannya

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


Vol.9 No.1 Januari - Juni 2013 43
itu terwujud dengan lahirnya Tafsir al-Bayan. ayat (lafal) Al-Qur’an dan komentar-
Kedua Faktor Eksternal, yang dimaksud di komentar ringkasnya, ialah :
sini adalah motivasi yang bersumber dari a. Menterjemah ma’na lafal dan
tafsir-tafsir al-Qur’an di luar tafsir al-Nur. meterjemah kalimat-kalimat yang
Dalam hal ini, T.M. Hasbi menyatakan ditaqdirkan, baik di awal ayat, di
bahwa terjemahan-terjemahan atau tafsir- pertengahannya, maupun di akhirnya.
tafsir yang ada ketika itu, masih perlu ditinjau b. Menterjemahkan kalimat-kalimat yang
dan disempurnakan. mempunyai dua terjemahan dengan
Terkait dengan keterangan di atas dan lengkap, dengan menyebut terjemahan
tanpa mengurangi kredibilitas karya-karya kedua dalam (……).
tafsir lainnya, dapatlah dikatakan bahwa c. Menterjemahkan lafal-lafal yang
Tafsir al-Bayan ini merupakan karya tafsir ditaqdirkan, atau yang merupakan kalimat-
yang menafsirkan makna-makna al-Qur’an kalimat pelancar, dalam dua streep -…….-.
yang “lebih lengkap” dari pada karya-karya d. Menterjemahkan makna ayat yang dapat
tafsir lainnnya pada masa itu. Atau dengan diterjemahkan lebih dari satu macam,
kata lain, Tafsir al-Bayan ini, tidak tertandingi lantaran berlainan I’rab dan sebagainya.
kredibilitasnya oleh karya-karya tafsir lainnya Terjemahan yang kedua diletakkan dalam
yang telah disusun oleh mufassir-mufassir di noot, diawali oleh perkataan: “dapat juga
Indonesia pada masa itu, tepatnya dalam diterjemahkan ……”.
kurun waktu tahun 1950-an sampai dengan e. Menerangkan pendapat-pendapat ulama
1970-an. di dalam memaknakan sesuatu ayat, atau
Mengenai latar belakang penamaan Tafsir kalimat yang berbeda-beda, ditempat-
al-Bayan, T.M.Hasbi tidak menjelaskan tempat yang saya pandang perlu dan
dengan pasti tentang penamaan ini. Tetapi penting diberi perhatian, karena kuat
menurut analisa penulis dinamakan dalihnya. Hal ini saya sebut dalam note.
demikian karena dalam tafsirnya sang f. Menterjemahkan lafal-lafal sifat Allah swt
mufassir setelah menerjemahkan ayat-ayat al- yang sewazan “fa’ul” yang memfaedahkan
Qur’an, berusaha menjelaskan lafal ayat-ayat “kebanyakan” dan “kesangatan” dengan
yang sulit dimengerti oleh masyarakat dengan mengawali terjemahannya dengan “yang
penjelasan yang singkat dan padat. sangat” atau “yang sangat banyak” atau “yang
maha”, seperti ghafûr = maha pengampun
Metode Penafsiran Dan Corak Tafsir Al- atau yang sangat pengampun atau yang
Bayan banyak mengampun. Lafal-lafal sifat yang
Untuk mengetahui metode penafsiran sewazan fa’il, yang memfaedahkan tsubut =
dan metode penulisan yang terpakai dalam tetap dan terus menerus, bukan menerangkan
Tafsir al-Bayan, maka terlebih dahulu akan banyak atau sangat, saya awali terjemahannya
ditelusuri sistematika penafsirannya. Dalam dengan “yang senantiasa”, atau “yang
hal ini T.M. Hasbi menyatakan berbagai tetap”.25
langkah dan tahapan yakni: ……… dalam menterjemahkan sighah
Khiththah-khiththah (langkah dan tahapan) mubalaghah dan sifat musyabbahah, saya
yang saya tempuh dalam menterjemahkan memilih pendapat al-Imam Muhammad

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


J U R N A L ILMU-ILMU KEISLAMAN

Afkaruna 44
Abduh dalam mema’nakan sifat-sifat ar- Dengan mencermati sistematika atau
Rahman dan Ar-Rahim. Beliau berkata “ cara-cara yang ditempuh Tafsir al-Bayan dalam
shigah-shigah yang sewazan “fa’lana”, menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an sebagai mana
menunjukkan kepada suatu sifat perbuatan yang telah dipaparkan, maka dapat rumuskan
yang mengandung arti mubalaghah, seperti metode penafsiran dan metode penulisan
lafadh “jau’ana = sangat lapar”. Sifat-sifat ini Tafsir al-Bayan, sebagai berikut.
dipakai buat sifat-sifat yang mendatang,
yakni; kadang-kadang ada, kadang tidak, Metode Penafsiran
seperti “atsyasana = yang sangat haus”, Metode tafsir terdiri atas empat bentuk,
“ghadbana = yang marah”. Sighat-shigat “fail”, yakni tahlili;27 ijmali;28 muqaran29 dan
menunjukkan kepada makna yang tetap maudhu’i.30 Bila keempat bentuk metode
(senantiasa ada pada) manusia. Sighat “fa’il”, tafsir ini, dikaitkan dengan sistematika
ialah seperti “a’lim = yang tetap mengetahui”. penafsiran Tafsir al-Bayan, maka dapat
“hakim = yang tetap mempunyai hikmah, atau disimpulkan bahwa tafsir tersebut
yang senantiasa mengerjakan/menetapkan menggunakan metode tahlili. Pada awalnya
sesuatu sesuai dengan hikmah”, “jamil = yang penulis agak kesulitan menentukan metode
tetap indah”, dan “halim = yang tetap dapat yang digunakan oleh TM. Hasbi dalam
menahan amarah”. menafsirkan al-Qur’an, tetapi setelah
…………untuk membedakan antara ayat- membaca kriteria penafsiran yang dijelaskan
ayat yang sebanding dengan ayat yang ada dalam khittahnya dan membaca ayat-ayat
hubungannya dengan penafsiran ayat, maka yang ditafsirkan, maka penulis cenderung
ayat-ayat yang sebanding itu, diawali dengan: memasukkan tafsir ini dalam kategori tafsir
“ayat ini sebanding dengan ….” Sedang ayat- tahlili.
ayat yang ada hubungannya dengan tafsir Metode tahlili, dikenal pula dengan istilah
ayat, diawali dengan “bacalah (perhatikanlah) metode analitis. Dengan metode seperti ini,
ayat …….”. Dalam menghadapi lafal-lafal yang sang mufassir menjelaskan kandungan ayat
musytarak (yang banyak maknanya) yang dan menerangkan makna-makna yang
dipakai dalam berbagai perngertian, seperti tercakup di dalamnya sesuai keahlian dan
kalimat haq, maka saya menterjemahkan kecenderungan mufassir yang menafsirkan
dengan pengertian yang dimaksud pada ayat-ayat tersebut.31. Dalam hal ini, T.M.
tempatnya masing-masing. Hasbi dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an,
……….. untuk tafsir dan penjelasan dari ia menerangkan makna-makna ayat yang
makna, saya letakkan dalam noot.26 tercakup di dalamnya, dan menguraikannya
secara runtut ayat demi ayat, surah demi
Selanjutnya, sesuai dengan penelusuran surah sesuai dengan urutannya di dalam
penulis diketahui bahwa Tafsir al-Bayan dalam mushaf, yakni mulai dari surah al-Fatihah
menjelaskan ayat-ayat, ia menerangkan sampai surah al-Nas.
tafsirnya dengan cara ringkas tapi padat; Ayat-ayat yang ditafsirkan oleh T.M. Hasbi
menerangkan ayat yang semakna dengannya; tersebut dijelaskan pula aspek-aspek
menerangkan ayat yang ada hubungan munasabah-nya,32 khususnya dalam hal
dengan penafsirannya (munasabah). munasabah antara “kata” dalam satu ayat

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


Vol.9 No.1 Januari - Juni 2013 45
dengan “kata” yang sama pada ayat lainnya salah satu karya tafsir yang menggunakan
dan atau pada surah lainnya. Misalnya, metode tahlili, tentu memiliki metode
tafsiran kata “hudan” pada Q.S. al-Baqarah/2: penulisan yang memiliki corak tersendiri
2 adalah ; yang memberi petunjuk kepada dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
orang-orang yang bersifat taqwa, oleh T.M. Berdasarkan hal ini dan sesuai dengan hasil
Hasbi mengkaitkannya dengan kata “hudan” bacaan penulis, maka Tafsir al-Bayan dapat
pada QS. Yûnus/10: 57; juga “huda” pada dikelompokkan sebagai karya tafsir yang
Q.S. al-An’am/6: 90; juga kata “al-huda” pada penulisannya terbangun atas corak fiqhi.
QS. Fushilat/41: 17.33 Dengan tafsiran seperti Menurut T.M. Hasbi bahwa karya
ini, maka dapat dipahami bahwa kata tafsirnya ini adalah “mengistimewakan
“hudan” pada Q.S. al-Baqarah/2: 2 sama perhatian kepada hukum-hukum yang
maknanya dan kandungannya pada ayat-ayat dikandung oleh ayat”.36 Sesuai dengan
lain yang disebutkan di atas. Di samping pernyataan tersebut, maka jelas bahwa karya
aspek munasabah ayat, maka yang terpenting Tafsir al-Bayan bercorak tafsir fiqhi.
juga dalam tafsir metode tahlili adalah Jadi, ketika TM. Hasbi menafsirkan ayat-
mengemukakan arti kosa kata ayat, asbab al- ayat yang berkenaan dengan fiqhi, maka yang
nuzul pendapat Nabi SAW., atau sahabat, ditonjolkan dalam penafsirannya adalah
atau tabi’in, atau penafsir lain.34 masalah hukum yang terkandung dalam ayat
Selanjutnya, mengenai pengungkapan tersebut. Misalnya, ketika ia menafsirkan
penafsiran yang dilakukan oleh Nabi SAW, Q.S. al-Baqarah/2: 225-228, di dalam Tafsir
atau sahabat, atau para tabi’in atau ahli tafsir al-Bayan ditemukan penjelasan bahwa pada
lainnya. Oleh TM. Hasbi, juga melakukan ayat 225 menerangkan tentang tidak
hal yang demikian. Dalam hal ini, ketika ia wajibnya kaffarat. Kemudian pada ayat
menjelaskan ayat alif, lam, mim, di situ ia selanjutnya, yakni ayat 226 diterangkan
mengatakan bahwa para mufassir bahwa ayat ini mengandung hukum ila’.
mempunyai beberapa pendapat dalam Berikutnya ayat 227, dikaitkan dengan
memberikan makna terhadap ayat ini. hukum hukum talak yang terdapat dalam
Misalnya, ada yang berpendapat ia Q.S. al-Ahzab/33: 49 dan Q.S. al-Thalaq/65:
merupakan ayat mutasyabih dan pendapat lain 4; dan berikutnya ayat 228, dijelaskan
menyatakan ia sebagai pembuka surah.35 Di masalah quru’ lalu, disimpulkan bahwa ayat
sini, secara jelas TM. Hasbi meramu berbagai ini mewajibkan adanya timbal balik dari
pendapat, kemudian ia juga menyatakan masing-masing pihak. Tegasnya, wajib para
pendapatnya sendiri di akhir tafsirannya. isteri melayani kebutuhan-kebutuhan
Berdasar pada uraian-uraian dan hasil suaminya.37
analisis seperti yang dipaparkan di atas, maka Untuk lebih menguatkan bahwa tafsir ini
dapat dirumuskan bahwa Tafsir al-Bayan karya bercorak fiqhi, bisa diteliti bahwa sang
TM. Hasbi tersebut, termasuk sebagai karya mufassir sangat ahli di bidang hukum Islam.
tafsir yang menggunakan metode tafsir tahlili. Karangan beliau tentang fiqhi mendominasi
karya-karya beliau (36 judul). Ini
Metode Penulisan dan Corak membuktikan bahwa T.M Hasbi sangat
Tafsir al-Bayan karya TM. Hasbi sebagai menguasai ilmu ini dan sangat wajar ketika

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


J U R N A L ILMU-ILMU KEISLAMAN

Afkaruna 46
dituangkan pemikiran-pemikiran fikhinya berusaha senantiasa mengkorelasikan antara
dalam penafsiran al-Qur’an. satu ayat dengan ayat lainnya. Sehingga,
praktis bahwa uraian-uraian dalam Tafsir al-
PENGARUH DAN KEDUDUKAN TAFSIR Bayan tersebut mudah dipahami oleh
AL-BAYAN masyarakat yang membacanya.
Pengaruh Tafsir al-Bayan di Tengah-
tengah Masyarakat Kedudukan Tafsir al-Bayan dalam Sejarah
Dengan munculnya Tafsir al-Bayan di Perkembangan Tafsir
tengah-tengah masyarakat, maka tidak Untuk mengetahui keberadaan atau
dipungkiri bahwa karya Tafsir al-Bayan ini kedudukan karya Tafsir al-Bayan karya T.M.
telah turut serta memberikan pengaruh yang Hasbi al-Siddiqi ini dalam sejarah
sangat siginifikan di tengah-tengah pekembangan tafsir di Indonesia, maka
masyarakat. Antara lain pengaruhnya yang terlebih dahulu harus dipahami periodesasi
sangat nampak adalah masyarakat (Islam) sejarah perkembangan tafsir di Indonesia itu
lebih mudah memahami ajaran agamanya sendiri, sebab melalui pemahaman terhadap
dengan membaca Tafsir al-Bayan. Dikatakan hal ini akan diperoleh suatu kejelasan bahwa
demikian, karena Tafsir al-Bayan di periode mana karya tulis tersebut berada.
menggunakan metode tahlili sehingga Secara sepintas telah disinggung pada
memudahkan untuk memahaminya, juga uraian terdahulu bahwa sejarah
sangat relavan dengan kebutuhan perkembangan tafsir al-Qur’an di Indonesia,
masyarakat. terdiri atas empat periodesasi perkembangan
Sebenarnya, metode Tahlili dalam tafsir yaitu :
menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an a) Periode klasik (abad VIII – XV M)
merupakan suatu metode yang telah lama b) Periode tengah (abad XVI – XVIII M)
digunakan para mufassir. Hanya saja, TM. c) Periode Pramodern (abad XIX M)
Hasbi menggunakan metode tahlili tersebut d) Periode Modern (abad XX) M)39
dengan gaya baru. Hal ini, sesuai dengan
pernyataannya, yakni: “Sesuai dengan gaya Periode yang disebut terakhir ini
baru dalam mentafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, disebutkan periode modern, karena abad ini
maka di samping saya menerangkan maksud memberikan kontribusi yang cukup
ayat, saya menerangkan pula ayat-ayat yang menggembirakan dalam upaya penafsiran al-
sebanding dengan ayat yang sedang dihadapi Qur’an, jika dibandingkan dengan periode-
dan ayat-ayat yang ada hubungannya dengan periode sebelumnya.40 Selanjutnya, sejarah
tafsir ayat.”38 perkembangan tafsir pada periode modern
Berdasarkan pernyataan T.M. Hasbi di ini dibagi lagi atas tiga kurun waktu, yaitu
atas, maka dipahami bahwa gaya baru yang kurun waktu pertama (1990-1950), kurun
dimaksudkannya adalah menerangkan ayat- waktu kedua (1951-1980) dan kurun waktu
ayat yang “sebanding” dengan ayat dan ayat- ketiga (1981-2000).41
ayat yang ada hubungannya dengan tafsir. Melihat pembagian kurun waktu dari
Kata “sebanding” yang dimaksud di sini periode modern yang dipaparkan di atas,
adalah terkait dengan munasabah, yakni ia sudah jelas bahwa karya Tafsir al-Bayan yang

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


Vol.9 No.1 Januari - Juni 2013 47
ditulis oleh TM. Hasbi tampaknya eksis pada Qur’an menjadi obyek tafsirannya. Tafsir al-
kurun waktu kedua (1951-1980) dalam Bayan ini, dilengkapi dengan uraian tentang
periode modern dari sejarah perkembangan sejarah jazirah Arabia; Muhammad saw;
tafsir di Indonesia. Namun, dengan eksisnya sejarah al-Qur’an; penafsiran dan
Tafsir al-Bayan pada masanya itu, oleh TM. penterjemahan al-Qur’an. Latar belakang
Hasbi mengakui bahwa karyanya tersebut munculya disebabkan dua faktor. Pertama,
belum terlalu sempurna. Hal ini dapat faktor intern, yakni sebagai upaya
disimak pernyataannya, yakni sebagai berikut: pengembangan Tafsir al-Nur. Kedua, faktor
“Akan tetapi, walaupun saya telah berusaha ekstern, yakni sebagai upaya dalam rangka
menyusun terjemahan yang lengkap dengan penyempurnaan karya-karya tafsir lain. Tafsir
jalan: menterjemahkan setiap lafadz dan al-Bayan merupakan tafsir ayat-ayat al-Qur’an
menyebut terjemahan dari kalimat-kalimat secara utuh (30 juz 114 surah), dengan
yang ditaqdirkan, namun saya belum menggunakan metode penafsiran yang
mengatakan bahwa terjemahan ini sudah bersifat analitis, yakni metode tafsir al-tahlili.
benar-benar sempurna.”42 Adapun bentuk penulisannya bercorak fiqhi
Dengan pernyataan di atas, maka dapat (hukum). Tafsir al-Bayan merupakan salah
dipahami bahwa pada aspek lain ternyata satu kitab tafsir periode modern dan dengan
Tafsir al-Bayan memiliki keterbatasan. beredarnya karya tafsir ini secara luas,
Keterbatasan yang dimaksud di sini adalah tampaknya memiliki pengaruh yang sangat
dari aspek metodologis yang belum signifikan di tengah-tengah masyarakat
sempurna. Misalnya, dalam masalah ayat-ayat (Islam) Indonesia. Pada sisi lain karya tafsir ini
yang mutasyabihat yang memiliki banyak telah memperkaya khazanah keilmuan tafsir,
kalimat-kalimat (tafsiran) yang ditaqdirkan. khususnya dalam priode modern
Memang harus diakui bahwa men-taqdir-kan perkembangan tafsir di Indonesia.
atau mengkira-kirakan interpretasi ayat-ayat
mutasyabihat pada makna tertentu sangat sulit CATATAN AKHIR
1
Lihat Abu al-Fadhl Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi
dan hal inilah yang dihindari oleh TM. ‘Ulum al-Qur’an, Vol. 2. cet. 2. (Beirut: Dar al-Kutub al-
Hasbi. Berdasarkan periodesasi di atas, maka Ilmiyah, 1991) h. 381-386
dapat dipahami bahwa Tafsir al-Bayan, 2
Lihat Q.S. al-Baqarah/2: 185; Q.S. ‘Ali Imran /3: 4; Q.S.
al-Nisa/4: 174.
sesungguhnya telah menambah khasanah 3
Lihat Q.S. al-Baqarah /2: 4; Q.S. al-A’raf/7: 203; Q.S. al-
kepustakaan tafsir di Indonesia sejak kurun Anfal/8: 2.
waktu kedua periode modern.
4
Lihat Q.S. al-Baqarah /2: 2; Q.S. al-Isra’/17: 9; Q.S. al-
Nur/24: 34
5
Masa al-Mutaqaddimin, bermula dari abad II sampai
KESIMPULAN abad VII H, atau tepatnya mulai dari tahun 150 H/782
M sampai tahun 656 H/1258 M. Karya-karya tafsir
Karya Tafsir al-Bayan yang ditulis oleh
yang lahir pada saat ini antara lain adalah; Tafsir al-
TM. Hasbi al-Siddiqie, pertama kali dicetak Muqatil karya Muqatil Ibn Sulaiman (w. 150 H); Tafsir
tahun 1966 oleh penerbit al-Ma’arif al-Kabir karya Imam al-Bukhari (w. 256 H); Tafsir Jami’
al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an karya al-Tabari (w. 310 H);
Bandung. kemudian dicetak lagi pada tahun
Tafsir. Lihat Muhammad Husain al-¯ahabi, al-Tafsir wa
2002 oleh Penerbit Pustaka Rizki Putra al-Mufassirun, Vol. I. cet. 2. (Beirut: Dar al-Kutub al-
Semarang. Karya tafsir ini terdiri dari dua ‘Ilmiyah, 1976), h. 204.
6
Masa al-Muta’akhirin, bermula dari abad VII sampai
jilid dan keseluruhan juz serta surah dalam al-
abad XII H, atau tepatnya mulai tahun 656 H/1258 M

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


J U R N A L ILMU-ILMU KEISLAMAN

Afkaruna 48
sampai tahun 1286 H/1888 M. Karya-karya tafsir 12
Nourouzzaman Siddiqi, Fiqh Indonesia: Pengagas dan
yang lahir pada saat ini antara lain adalah; Tafsir Anwar Gagasannya, h. 13-14.
al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya al-Baidawi (w. 692 H); 13
Lihat www.oRido.wordpress.com., Ibnu Mubhar.
Tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fakhr al-Razi (w. 606); Kontribusi TM. Hasbi al-Siddiqi dalam Kajian Hadis di
Tafsir Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayah wa al-Suwar Indonesia, diakses pada tanggal 3 Desember 2010
karya al-Biqa’i (w. 885); Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al- 14
Baso Midong, Riwayat Hidup TM. Hasbi Ash-Shiddieqy.
Alûsi (w. 1270 H). Selengkapnya, lihat Muhammad 15
Peralihan status PTAIN Sunan Kalijaga ke IAIN Sunan
Husain al-¯ahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirûn, h. 280- Kalijaga yang dilakukan berdasar-kan Keputusan
294. Bandingkan dengan Ahmad al-Syirbasi, Qissat al- Presiden No. 11 Tahun 1960, tiga jurusan (Syari’ah,
Tafsir, (Beirut: Dar al-Jil, 1978), h. 58-67 Tarbiyah, Dakwah) pada PTAIN masing-masing dijadikan
7
Masa al-‘Ashr (modern), bermula dari abad XIV H/XIX M fakultas. Hanya Dakwah tetap berstatus jurusan pada
sampai sekarang, atau tepatnya mulai tahun 1287 H/ Fakultas Ushuluddin. Selanjutnya, peralihan status IAIN
1896 M sampai sekarang. Karya-karya tafsir yang Sunan Kalijaga menjadi UIN sekarang ini
lahir pada saat ini antara lain adalah; Tafsir al-Manar sepengetahuan penulis pada tahun 2003.
karya Muhammad Abduh (w. 1905 M) dan Muhammad 16
Baso Midong, Riwayat Hidup TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, h.
Rasyid Ria (w. 1935 M); Tafsir Mahasin al-Ta’wil karya 28
al-Qasimi (w. 1914 M); Tafsir al-Maraghi karya Ahmad 17
Nourouzzaman Siddiqi, Fiqh Indonesia: Pengagas dan
Musmafa al-Maragi (w. 1952 M); Tafsir al-Qur’an al- Gagasannya, h. 28-29
Karim karya Mahmud Syaltut (w. 1952 M). 18
Nourouzzaman Siddiqi, Fiqh Indonesia: Pengagas dan
Selengkapnya, lihat Muhammad Husain al-¯ahabi, al- Gagasannya, h. 60. Lihat pula Baso Midong, Riwayat
Tafsir wa al-Mufassirun. Hidup TM. Hasbi Ash-Shiddieqy.
8
Lihat Islah Gusmian, Khazanah Tafsir di Indonesia; dari 19
Lihat www.oRido.wordpress.com., Ibnu Mubhar.
Hermeneutika Hingga Ideologi. cet. I, (Jakarta: Teraju, Kontribusi TM. Hasbi al-Siddiqi dalam Kajian Hadis di
2003), h. 65; Ferry Muhammadsyah Siregar, The Role of Indonesia, diakses pada tanggal 3 Desember 2010
Religious Leaders in the Study of Tafsir in Indonesia: 20
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir al-Bayan, Vol. II. cet.I.
Case Study of Three Pesantrens in Yogyakarta from edisi 2. (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) , h.
Sociological and Exegetical Perspective, Dissertation, 1660.
(Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM), h. 164-165. 21
Tafsir al-Nûr merupakan karya tafsir yang disusun oleh
Juga bandingkan Howard M. Federspiel, Popular TM. Hasbi al-Siddiqi yang terinspirasi oleh Tafsir al-
Indonesian Literature of Al-Qur’an, terjemah oleh Drs. Maraghi. Sistematikan penafsiran Tafsir al-Nûr adalah
Tajul Arifin, MA, Kajian al-Qur’an di Indonesia, cet. I, dengan mengemukakan ayat-ayat yang akan
(Bandung: Penerbit Mizan, 1996), h. 137 ditafsirkan satu, dua, tiga dan kadang-kadang lebih
9
Nama atau istilah “Tengku” di sini merupakan laqab dengan urutan sesuai dengan susunan kitab Mushaf
(gelar) terhormat yang hanya boleh dipakai oleh Uœmani. Lihat TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Nur,
keturunan Maharaja Mangkubumi di Lohokseumawe. cet.I. (Jakarta: Bulan Bintang, 1965), h. 8-9
Dengan laqab ini, maka dapat diketahui bahwa TM. 22
Lihat Islah Gusmian, Khazanah Tafsir di Indonesia; dari
Hasbi Ash-Shiddieqy adalah termasuk keturunan raja Hermeneutika Hingga Ideologi, h. 32 dan 49.
dan bangsawan yang terpandang. Sedangkan “Ash- 23
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, “Pembuka Kata” dalam Tafsir
Shiddieqy” merupakan nisbat (sandaran) dari Khalifah al-Bayan, vol. I. h. xi
Abû Bakar Ash-Shiddiq. Dalam hal ini, TM. Hasbi Ash- 24
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, “Pembuka Kata” dalam Tafsir
Shiddieqy berhak menyandarkan namanya pada “Ash al-Bayan, vol. I. h. Xi
Shiddieqy” karena dari silsilahnya, ia merupakan 25
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan, Vol. II. h. 9
keturunan ke-37 dari Abû Bakar Ash-Shiddieqy. Lihat, 26
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan, Vol. II. h. 10-
Baso Midong, Riwayat Hidup TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, 11
Tesis magister, Kualitas Hadis Tafsir Al-Nur Karya TM. 27
Metode Tahlili adalah suatu metode tafsir yang
Hasbi Ash-Shiddieqy, (Ujungpandang: PPS IAIN bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-
Alauddin, 1994), h. 27. Qur’an dari seluruh aspeknya dengan memperhatikan
10
Nama asli Sri Maharaja Mangkubumi adalah Abdul runtut ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana yang
Hamid. Ia mendirikan dan menjadi ketua pertama tercantum dalam mushaf, misalnya dari aspek
cabang Sarikat Islam sejak didirikan di Lhokseumawe pengertian kosa kata, asbab al-nuzul, munasabah, syarh
pada tahun 1916. Lihat Nourouzzaman Siddiqi, Fiqh ayat dan selainnya. Lihat Abd. al-Hayy al-Farmawi, al-
Indonesia: Pengagas dan Gagasannya, cet. I. Bidayat fi al-Tafsir al-Maudhu’i, terjemah oleh Siryan A.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 3. Jamrah, Metode Tafsir Maudhu’i, cet. I. (Jakarta: LSIK dan
11
Nourouzzaman Siddiqi, Fiqh Indonesia: Pengagas dan PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 12.
Gagasannya, h. 14 28
Metode Iijmali adalah suatu metode tafsir yang

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49


Vol.9 No.1 Januari - Juni 2013 49
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara DAFTAR PUSTAKA
mengemukakan makna-makna global. Dalam
‘Attar Al-, Dawud. 1994. Mu’jaz ‘Ulûm al-Qur’an,
sistematika uraiannya, penafsir membahas ayat-ayat
diterjemahkan oleh Afif Muhammad dan Ahsin
demi ayat sesuai dengan susunan yang ada dalam
Muhammad dengan judul Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an.
mushaf. Lihat Abd. al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayat fi
cet. I. Bandung: Pustaka Hidayah
al-Tafsir al- Maudhu’i, h. 29
Baidan, Nashruddin. 2003. Perkembangan Tafsir Al-Qur’an
29
Metode Muqaran adalah suatu metode tafsir yang
di Indonesia. cet. I. Solo: Tiga Serangkai.
mengemukakan penasiran ayat-ayat al-Qur’an yang
Departemen Agama RI, 1992. Al-Quraan dan Terjemahnya.
ditulis oleh sejumlah mufassir, kemudian ia
Surabaya: Mahkota
membandingkan arah dan kecenderungan masing-
Farmawi, Al- 1994. Abd. al-Hayy. al-Bidayat fi al-Tafsir al-
masing mufassir. Lihat Abd. al-Hayy al-Farmawi, al-
Maudû’i, terjemah oleh Siryan A. Jamrah dengan judul
Bidayat fi al-Tafsir al- Maudhu’i, h. 30
Metode Tafsir Maudhui. cet. I. Jakarta: LSIK dan PT. Raja
30
Metode Maudhu’i adalah suatu metode tafsir yang
Grafindo Persada
menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai
Federspiel, Howard, 1996. Popular Indonesian Literature of
maksud sama dalam arti sama-sama membicarakan
the Qur’an, terjemah oleh Drs. Tajul Arifin, MA. Dengan
satu topik masalah dan menyusunnya berdasarkan
judul Kajian Al-Qur’an di Indonesia. cet I. Bandung:
kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut.
Penerbit Mizan
Lihat Abd. al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayat fi al-Tafsir
Gusmian, Islah. 2003. Khazanah Tafsir di Indonesia; dari
al- Maudhu’i, h.36. Lihat juga Ferry Muhammadsyah
Hermeneutika Hingga Ideologi. cet. I. Jakarta: Teraju
Siregar. Nasr Hamid Abu Zayd on Tafsir, Ta’wil, and
Midong, Baso. 1994. Riwayat Hidup TM. Hasbi Ash-Shiddieqy
Quranic Hermeneutic Discourses: A Linguistic Perspec-
dalam “Tesis Magister” yang berjudul, Kualitas Hadis
tive, Germany LAP. (2011), h. 27-36.
Tafsir Al-Nur Karya TM. Hasbi Ash-Shiddieqy.
31
Lihat Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an
Ujungpandang: PPS IAIN Alauddin
di Indonesia, cet. I. (Solo: Tiga Serangkai, 2003), h. 31
Qattan, Al- Manna’. 1973. Mabahis Fi ‘Ulum al-Qur’an.
32
Munasabah adalah kemiripan-kemiripan yang terdapat
Beirut: Mansyurat li al-Asr al-Hadiœ
pada hal-hal tertentu dalam al-Qur’an baik surah
Shiddieqy, TM. Hasbi Ash-. 1993. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an;
maupun ayat-ayat-ayatnya yang menghubungkan
Media-media Pokok dalam Menafsirkan Al-Qur’an. Cet.
uraian satu dengan lainnya. Aspek munasabah dalam
III; Jakarta: Bulan Bintang
berbagai ayat dalam al-Qur’an dapat ditemui dalam
———————. 2002. Tafsir al-Bayan. Jilid I dan II.
hal-hal berikut: (a) hubungan antara satu kalimat lain
Semarang: Pustaka Rizki Putra
dalam satu ayat; (b) hubungan antara satu ayat dengan
———————. 1962. Tafsir al-Nur. Bandung: PT. Al-
ayat yang lain dalam banyak ayat; hubungan antara
Ma’arif
satu ayat dalam surah dengan ayat pada surah yang
Shiddiqi, Nourouzzaman. 1997. Fiqh Indonesia: Pengagas
lain. Uraian lebih lanjut, lihat Manna’ al-Qattan,
dan Gagasannya Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mabahis Fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Mansyurat li al-Asr
Shihab, H.M. Quraish. 1997. Tafsir al-Qur’an al-Karim. Cet.I;
al-Hadis, 1973), h. 61.
Bandung: Pustaka al-Hidayah
33
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan, vol. II, h. 1096.
Syirbasi, Ahmad Al-. 1978. Qissat al-Tafsir. Beirut: Dar al-Jil
34
Abd. al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayat fi al-Tafsir al-
Siregar, Ferry Muhammadsyah. 2011. Nasr Hamid Abu
Maudhu’i, h. 12.
Zayd on Tafsir, Ta’wil and Quranic Hermeneutic
35
Abd. al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayat fi al-Tafsir al-
Discourses: A Linguistic Perspective. Germany: LAP
Maudhu’i, h. 185.
———————. 2014. “The Role of Religious Leader in the
36
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan., vol.I. h. xv
Study of Tafsir in Indonesia: Case Study of Three
37
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan., vol.I. h. 86-87.
Pesantrens in Yogyakarta from Sociological and
38
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan, vol.I. dalam
Exegetical (Tafsir) Perspective.” Dissertation.
“Pembuka Kata”, h. xi
Yogyakarta: ICRS-The UGM Graduate School
39
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di
Zahabi, Muhammad Husain, Al-. 1976. al-Tafsir wa al-
Indonesia, h. 32-81.
Mufassirun, Vol. I. cet. II. (t.t). Beirut: Dar al-Kutub al-
40
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di
‘Ilmiyah
Indonesia, h. 81
41
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di
Indonesia, h. 82
42
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan., vol. I. dalam
“Pembuka Kata”, h. xi

DOI 10.18196/AIIJIS.2013. 0018. 37-49

Anda mungkin juga menyukai