Abstrak
Tulisan sederhana ini mendeskripsikan tentang pemikiran dari seorang Hasbi ash
Shiddieqi tentang ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Pembahasan ini bersifat telaah
deskriptif-analitif, dengan fokus pada karya tafsirnya yang berjudul Tafsir An-
Nur. Dalam kajian ini penulis ingin menggali pesan-pesan maqashid terhadap
ayat-ayat pada surah Al-Fatihah. maka berdasarkan hasil observasi dan analisis
dapat disimpulkan bahwa Terlihat makna-makna penfasiran dari Hasbi ash
Shiddieqi yang sesuai dengan maqashid al-Qur’an seperti; Mengesakan Allah
karena, Menyampaikan janji Allah berupa ganjaran baik (al-wa’du) dan
ganjaran buruk (al-Wa’id), menjelaskan ibadah yang merupakan cara
menumbuhkembangkan pengesaan Allah di dalam hati dan menanamkannya di
dalam jiwa. dan menjelaskan jalan kebahagiaan dan cara menempuhnya dalam
rangka mencapai kenikmatan dunia dan akhirat.
itu memiliki Maqasid (Tujuan), yang kemudian diajarkan sebagai syariat dan
karna al-Qur’an sendiri adalah petunjuk bagi umat manusia menuju kebahagiaan
dunia ahirat.1
Maka dari itu para ulama membuat istilah yang dinamakan Maqasid al-
digunakan sebagai oleh para ulama sebagai metode sebuah kajian dalam sebuah
ilmu tersendiri dikalangan para ulama, akan tetapi penamaanya Maqasid al-
Qur’an pernah ada ulama salaf yang menyebutnya sebagai istilah. Tulisan ini
bahwa tafsir An-Nur karya Hasbi ini sudah mengalami kemajuan dari karya
karya tafsir sebelumnya, yaitu dari sisi metodologi penulisan dan metodologi
1
A. Halil Thahir, Ijtihad Maqasidi; Rekonstruksi Hukum Islam Berbasis Interkonesitas
Maslahah (Yogyakarta: LKiS, 2015), Hlm. 16.
2
Abdu al-Karim Hamidi, Al Madkhal ila Maqashid al-Qur’an, (Riyadh: Maktabah ar -
Rusyd, 2007), Hlm. 21.
pembahasan. 3 Penelitian lainnya mengenai pemetaan kajian tafsir al-Qur’an di
Indonesia studai atas tafsir an-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy yang ditulis oleh
Ash-Shiddieqy dalam kitab tafsir An-Nur baru pertama kali dan jarang yang
membahas, inilah salah satu yang membedakan artikel ini dengan penelitian
sebelumnya.
Pembahasan
3
Fikri Hamdani, “Hasbi Ash-Shiddieqy dan Metode Penafsirannya”, Jurnal Rausyan
Fikr, Vol. 12, No. 1, Juni 2016
4
Muhammad Anwar Idris, “Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an Di Indonesia Studai Atas
Tafsir An-Nur Karya Hasbi Ash-Shiddieqy”, Jurnal Al-Tadabbur, Vol. 5, No. 1, Juni 2020.
5
Muhammad Faisal, “Kontribusi Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Pengembangan Ilmu Al-
Qur’an Dan Tafsir Di Indonesia”, Jurnal al-Bayan, vol. 4, No. 1, Januari 2021.
Hasbi Ash-Shiddieqy yang merupakan keturunan ke-37 dari Abu Bakar
Ash-Shiddiq.6
Sebagai anak yang lahir di lingkungan yang taat beragama dan
cenderung fanatik, Hasbi mendapatkan pendidikan Islam sejak kanak-
kanak, terutama dari ayahnya. Masa kecil Hasbi sudah melakukan
perantauan untuk nyantri di berbagai dayah/pesantren di kawasan Aceh.
Pertama kali beliau mengaji di pesantren Teungku Abdullah Chik di
Peyeung. Di tempat beliau banyak mempelajari ilmu nahwu dan sharaf.
Setelah itu beliau kemudian pindah ke Pesantren Teungku Chik di Bluk
Bayu. Setelah itu masih banyak pesantren-pesanteran atau dayah7 yang
menjadi tempat persinggahan Hasbi dalam rangka pengembaraan
intelektualnya. Pengembaraannya berlanjut sampai ke pulau jawa yakni di
Surabaya (Jawa Timur), beliau diterima dikelas khusus Madrasah al-Irsyad
Surabaya yang dididik langsung oleh Syaikh Ahmad as-Syurkati selama
satu setengah tahun. Sepulang dari Surabaya Teungku Hasbi benar-benar
memulai berkiprah di dunia pendidikan, khususnya bidang pendidikan
Islam dan penyebaran ide-ide pembaharuan. Penyebaran tersebut
dilakukan dengan mendirikan beberapa madrasah-madrasah/sekolah dan
mengajar di madrasah-madrasah yang lainnya.8
Pada tahun 1928, T.M. Hasbi kembali ke Aceh. Bersama dengan
al-Kalali, yang merupakan sahabat sekaligus gurunya mendirikan sebuah
madrasah yang diberi nama dengan madrasah al-Irsyad di Lhokseumawe.
Hanya saja secara administratif madrasah ini tidak memiliki hubungan
dengan madrasah al-Irsyad Surabaya, tempat di mana T.M. Hasbi pernah
menimba ilmu, tetapi secara idealis madrasah ini mengikuti kurikulum dan
6
Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama Nusantara “Riwayat Hidup, karya dan Sejarah
Perjuangan Ulama Nusantara, (Jakarta: Gelegar Media Indonesia, 2009), hlm. 369
7
. Dayah, seperti halnya surau atau pesantren, berpusat di daerah-daerah terpencil. Dayah
menjadi faktor yang berkontribusi besar dalam perkembangan Islam di Aceh seperti halnya surau
dan pesantrem di Minangkabau dan Jawa. dan juga melalu dayah, proses islamisasi masyarakat
pedesaan di pedalaman Aceh dapat berlangsung. Ulama dayah mengajarkan Islam yang telah
disesuaikan dengan bentuk kehidupan pedesaan penduduk Aceh, dan secara perlahan membimbing
mereka mempraktikkan Islam dalam kehidupan sehari-hari.
8
Ibid. hlm. 371
proses belajar mengajar yang dikembangkan di perguruan al-Irsyad yang
ada di Jawa. Namun, madrasah yang didirikan T.M. Hasbi bersama dengan
al-Kalali ini kemudian kehabisan murid karena tuduhan yang dihembuskan
oleh Abdullah TB, bahwa madrasah yang didirikannya tersebut adalah
madrasah sesat dan belajar di dalamnya adalah menyesatkan disebabkan
karena T.M. Hasbi menggunakan sistem belajar mengajar ala kolonial.
Akhirnya, sekolah al-Irsyad terpaksa ditutup.9
Pada tahun 1933, T.M. Hasbi tiba di Kutaraja dan mulai bergabung
dengan organisasi Nadi Ishlahil Islam yang merupakan organisasi
pembaharu di kota tersebut dan pada saat yang bersamaan ia juga
dinobatkan sebagai pimpinan redaksi Soeara Atjeh. Disamping itu, ia juga
mengajar pada kursus-kursus yang diselenggarakan oleh JIB (Jong
Islamietien Bond) Aceh dan menjadi pengajar pada sekolah HIS dan
MULO Muhammadiyah. 10
T.M. Hasbi pernah memimpin Muhammadiyah Aceh sehingga
pada bulan Maret 1946, T.M. Hasbi disekap oleh Gerakan Revolusi Sosial
yang digerakkan oleh PUSPA (Persatoean Oelama Seloeroeh Atjeh,
didirikan pada tahun 1939), dimana organisasi ini melihat bahwa
Muhammdiyah Aceh di bawah kepemimpinan T.M. Hasbi merupakan
saingan. Akibat penyekapan yang misterius ini, T.M. Hasbi harus
mendekam di dalam penjara di Kamp Burnitelog Aceh selama kurang
lebih satu tahun. Sampai kemudian Hasbi dimasukkan kerumah sakit di
Takengon, karena terserang paru-paru (1947) kemudian dibebaskan pada
tahun 1948, tak ada proses peradilan dilaluinya. Hasbi tak pernah
diinterogasi, tak pernah dibawa ke pengadilan untuk diadili dan bebas
9
http://melayuonline.com. Tokoh Melayu-Indonesia Yang Telah Wafat-Teungku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, 21 Maret 2023.
10
Nourouzzaman Shiddieqy, Fiqhi Indonesia: Penggagas dan Gagasannya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 14
karena ada desakan dari Pimpinan Muhammadiyah di Yogyakarta dan
Wakil Presiden Muhammad Hatta.11
T.M. Hasbi pensiun dari jabatannya pada tahun 1972, ia wafat pada
tanggal 9 Desember 1975 di Jakarta dalam usia 71 tahun. Undangan
Pemerintah pada Desember 1975 untuk Hasbi dan isteri dapat menunaikan
ibadah haji tak sempat dipenuhi, karena beberapa hari menjelang
keberangkatan ia berpulang ke rahmatullah di rumah sakit Islam Jakarta.
Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga IAIN Ciputat Jakarta
(sekarang UIN Syarif Hidayatullah). Pada upacara pelepasan jenazah, turut
memberikan sambutan Buya Hamka (almarhum) dan pada saat
pemakaman, dilepas oleh Mr. Moh. Rum (almarhum). 12
B. Karya-Karya Hasbi Ash-Shiddieqy
Dalam dunia keilmuan dan keulamaan, Hasbi Ash-Shiddieqy sudah
tidak diragukan lagi kemampuannya. Semua pihak telah mengakui
keulamaannya. Beliau adalah ulama pembaharu yang berfikir kritis dan
bebas dari pengaruh yang lain, yang tampak pada karya-karya ilmiahnya.
Aktivitas Hasbi menulis telah dimulai sejak awal tahun 1930-an. Karya
tulisnya yang pertama adalah sebuah booklet yang berjudul Penoetoep
Moeloet. Pada tahun 1933 disamping menduduki jabatan wakil redaktur.
Hasbi juga menulis artikel dalam Soeara Atjeh.13 Sebagai ulama dan
penulis, Hasbi Ash-Shiddieqy tercatat sebagai penulis yang produktif dan
berkualitas tinggi. Puluhan buku dan lebih seratus artikel serta karya
semacamnya telah beliau tulis. karya tulis yang telah dihasilkannya
11
Sulaiman al-Kumayi, Inilah Islam: Telaah Terhadap Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy
dalam Bidang Tafsir, Feminisme, Teologi, neo-Sufisme, dan Gagasan Menuju Fiqhi Indonesia
(Cet. I; Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2006), hlm. 27.
12
http://yayasanhasbi.blogspot.com/2008/07. Diakses pada tanggal 21 Maret 2023 pukul 10.24
wita. Blog dibuat pada bulan Juli tahun 2008 oleh masyarakat Aceh. Sesuai dengan nama blognya,
akses jaringan sosial ini berisi berbagai informasi baik itu mengenai Hasbi sendiri maupun
aktifitas-aktifitas yang terkait dengan yayasan ini. Nama Hasbi sendiri dijadikan nama beberapa
bangunan untuk mengenang jasanya dalam dunia agama, pemerintahan dan pendidikan. Beberapa
diantaranya yaitu Pusat Studi Islam dan Perpustakaan T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Gedung Hasbi
Ash Shiddieqy.
13
Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia “Penggagas dan Gagasannya”, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 53
berjumlah 73 judul buku, terdiri dari 142 jilid, dan 50 artikel. Sebagian
besar karyanya adalah buku-buku fiqh yang berjumlah 36 judul.
Sementara bidang-bidang lainnya, seperti hadis berjumlah 8 judul, tafsir 6
judul, dan tauhid 5 judul, selebihnya adalah tema-tema yang bersifat
umum. Karya terakhirnya adalah Pedoman Haji Karyanya banyak
membahas seputar ilmu-ilmu keislaman dan pemikiran Islam. Jumlah
karya-karya Hasbi Ash-Shiddieqy yang terbanyak adalah dalam bidang
ilmu fikih, tercatat sebanya kurang lebih 40 karya-karya dalam bidang
fiqhi yang dihasilkannya diantaranya adalah:
Pengantar Hukum Islam; Hukum-hukum Fiqhi Islam, Pengantar
Ilmu Fiqhi; Sumber-sumber dan Penggunaan Keuangan Negara menurut
syari’at Islam; Asas-asas Hukum Tata Negara menurut Syari;at Islam;
Syari’at Islam menjawab Tantangan Zaman; Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Hukum Islam; Hukum antargolongan dalam Fiqhi Islam;
Ushul Fiqhi; Sebab-sebab Perbedaan Faham para Ulama dalam
Menetapkan Hukum Islam; Falsafah Hukum Islam dan lain-lain
sebagainya. 14
Sedangkan karya ilmiahnya dalam bidang tafsir dan ulumul Qur’an
antara lain: Tafsir al-Qur’anul Majid atau Tafsir An-Nur 30 juz; Sejarah
dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir; Tafsir al-Bayan; Mu’jizat al-Qur’an;
Ilmu-Ilmu al-Qur’an; Media Pokok dalam Menafsirkan al-Qur’an; dan
Tarjamah al-Qur’an yang merupakan karya bersama Lajnah Penerjemah
al-Qur’an Departemen Agama. Dalam bidang hadis dan Mustholah Hadis
karya dari Hasbi adalah diantaranya: Beberapa Rangkuman Hadis; 2002
Mutiara Hadis; Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis; Pokok-Pokok Ilmu
Dirayah Hadis; Koleksi Hadis-Hadis Hukum Ahkamun Nabawiyah;
Problematika Hadis sebagai Dasar Pembinaan Hukum Islam; Rijalul hadis;
dan Perjuangan Perkembangan Hadis. 15 Dari karya-karya di atas sangat
jelas mengambarkan sosok Hasbi yang sangat peduli dengan Ilmu
14
Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama Nusantara “Riwayat Hidup, karya dan Sejarah
Perjuangan Ulama Nusantara, (Jakarta: Gelegar Media Indonesia, 2009), hlm. 373.
15
Ibid. hlm, 374.
Pengetahuan. Yang begitu sangat produktif dalam mengasilkan sebuah
karya dalam rangka memajukan ilmu-ilmu keislaman di Indonesia.
16
Ishlah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia “Dari Hermeneutika hingga Ideologi”,
(Jakarta: Teraju, 2003), hlm 60
17
Nor Huda, Islam Nusantara “Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indnesia”
(Yogyakarta: Arruz Media, 2013), hlm 361
18
Ishlah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia “Dari Hermeneutika hingga Ideologi”,
(Jakarta: Teraju, 2003), hlm 60
urutan surah dalam mushaf Utsmani. Di samping itu, banyak nama-nama
lain yang menulis tafsir bukan dengan model runtut, tetapi dengan model
tematik.19 Penafsirannya menggunakan metode campuran antara bi al
riwayah dan bi al dirayah. Selain itu di dalam kitab tafsir ini dimuat
masalah asbabunnuzul. Kontribusi Hasbi terhadap tafsir al-Qur’an di
Indonesia lebih banyak menyajikan fakta-fakta dari pada Hamka. Karya
tafsir Hasbi yang berjilid-jilid satu jilid dikhususkan untuk untuk satu juz
al-Qur’an difokuskan dan disusun secara cermat sesuai dengan format.20
Metode yang digunakan dalam penulisan kitab tafsirnya,Hasbi
menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Menyebut satu, dua atau tiga ayat yang difirmankan Allah, untuk
membawa sesuatu maksud menurut tertib Mushaf
2. Menerjemahkan makna ayat kedalam Bahasa Indonesia dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dan dengan memperhatikan
makna-makna yang dikehendaki masing-masing lafadz.
3. Menafsirkan ayat-ayat itu dan menunjuk kepada makna asli (Original
Meaning).21
Dari perjalanan/proses penulisan sampai kepenerbitan, Hasbi banyak
menerima anggapan-anggapan miring terkait dengan karya tafsirnya.
Berdasarkan kabar-kabar yang sampai ditelinga beliau, bahwa ada diantara
orang-orang yang membaca atau melihat secara sepintas tafsir an-Nur,
mengatakan bahwa tafsir an-Nur adalah merupakan terjemahan murni dari
suatu tafsir yang berbahasa Arab yang ditulis oleh ulama mutaqaddimin yaitu
tafsir al-Maraghy. Karena metode penafsiran yang digunakan Hasbi dalam
buku ini adalah paragraf per paragraf seperti yang terdapat dalam tafsir al-
Maraghi. 22 Mungkin kata beliau hal demikian dimaksudkan untuk mengurangi
19
Ibid. hlm. 55
20
Nor Huda, Islam Nusantara “Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indnesia”(Yogyakarta:
Arruz Media, 2013), hlm 361.
21
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Madjied “An-Nur”, (jakarta: Bulan Bintang,
1965), hlm. 5-6
23
Ibid, hlm. 7-8
lillahi rabbil ‘aalamiin ini adalah
semua puji yang indah hanyalah
kepunyaan Allah semata, karena dialah
summber segala alam. Dialah yang
mengendalikan, mendidik, dan
mengasuh alam ini sejak awal sampai
akhir. Dia pulalah yang mengilhami
seseorang untuk berbuat baik dan
kebaikan. Hanya untuknya segala puji
dan syukur.
24
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir an-Nur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2000), Hlm. 17-19.
25
Ibid. Hlm. 20.
berpegang kepadanya.
Ayat ke-4 Menjelaskan ibadah Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin
yang merupakan cara : hanya engkau yang kami sembah dan
hanya kepada engkau kami memohon
menumbuhkembangkan
pertolongan.
pengesaan Allah di Dengan ayat ini Allah memerintahkan
dalam hati dan kita hanya menyembah Allah semata,
tidak boleh menyembah selain dia.
menanamkannya di
Karena Allah sendirilah yang memiliki
dalam jiwa. kekuasaaan, maka tidak selayaknya kita
mempersekutukannya dengan siapapun
dalam peribadatan. Janganlah kita kita
menggunakan sesuatu ayau seseorang
seperti kita mengagungkan Allah . dan
Allah juga memerintah kita untuk
memohon pertolongan dan bantuan
kepadanya. Tuhanlah yang dapar
menyempurnakan amalan dan
menyampaikan hasilnya dalam segala
urusan sebagaimana yang diharapkan
jika apa yang kita kerjakan tidak
terselesaikan. 26
Ayat ke-5-7 Menjelaskan jalan Ihdinash shiraathal mustaqiim :
kebahagiaan dan cara Tumjukilah klami jalan yang lurus.
Berilah hidayah (taufik) kepada kami
menempuhnya dalam
agar kami menempuh jalan yang lurus.
rangka mencapai Hidayah adalah petunjuk yang
kenikmatan dunia dan membawa kita kepada yang diinginkan.
Adapun makna dari jalan yang lurus
akhirat.
adalah jalan yang tidak membelokkkan
kita dari tujuan.
26
Ibid. Hlm. 21.
Ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladh
dhaalliin : Bukan jalan orang-orang
yang dimurkai dan bulan pula
ialanrrya orang-orang yang sesat.
Berilah kami petunjuk menuju jalan
orang-orang yang engkau ridhai, yang
selamat Dario kesesatan dan kemurkaan
mu. Jelasnya, janganlah engkau
memberikan kepaada kami jalan-jalan
yang ditempuh oleh para pendusta dan
jahil. 27
27
Ibid. Hlm. 22-25.
Kesimpulan
Huda, Nor. 2013, Islam Nusantara “Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indnesia”
(Yogyakarta: Arruz Media, 2013).