1326
Ahmad Solahuddin
Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga
Solahuddin.purwodadi@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan
Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Mayoritas muslim
1
Indonesia menganut Ahli Sunah wa al- . Mayoritas penganut Ahli
Sunahwa al-
Nahdlotul Ulama (NU). Sedangkan NU sendiri adalah sebuah organisasi yang
didirikan oleh Ḥadratusy Shaykh
yang tersebar di Indonesia, pada 16 Rajab 1344 H/ 31 Januari 19262. Hal
unik dari NU dan Mbah Hasyim adalah, warga NU di era sekarang lebih
3
dikenal dengan ahli ; sedang Mbah Hasyim sendiri dalam Risalah Ahli
Sunah Wa Al-Jamaah Fi Hadis Al-Mauta Wa Asyrot Al- ani
Mafhum Ahli Sunah Wa Al-Jamaah dengan tegas mengatakan bahwa umat
Islam seharusnya memegang teguh sunah dan menjauhkan diri dari
.Man ahdasa fi amrina haza ma laisa minhu fahuwa radd, (barang siapa
yang membuat hal baru dalam urusan-ku (Muhammad) yang tidak pernah ada
sebelumnya, maka ia tertolak), Hadis ini dikutip oleh Mbah Hasyim dalam
Risalah Ahli Sunah Wa Al-Jamaah4, sebagai dasar dalam kehidupan, baik
maka ia akan dianggap sesat. Dengan begini, pada dasarnya, terminologi sesat di
Indonesia, pada dasarnya terbatas pada selaras dan tidak selaras dengan ideologi Ahli
Sunah wa al- -1983, dia
dianggap sebagai paham yang menghawatirkan ideologi bangsa karena bertolak
belakang dengan Ahli Sunah wa al-Jamaah. Baca Abdul Majid Khon, Paham Ingkar
Sunah Di Indonesia: Studi Tentang Pemikirannya. Teologia, Vol. 23, No. 1., 2012.
H. 57. Baca juga Zarkasih, Inkar Sunah: Asal Usul dan Perkembangan Pemikiran
Inkar Sunah di Dunia Islam, Toleransi, Vol. 4, No. 1, 2012. Selain pada faham Inkar
Sunah, pembaharuan definisi sunah juga akan mengalami polemik yang sama,
bahkan butuh usaha untuk diklarifikasi lebih jauh, seperti faham Sunah yang diusung
Hadits dan Sunah dalam Perspektif
Fazlur Rahman, Riwayah, Vol. 1, No. 2, 2015
2
Fahrur Razi, NU dan Kontinuitas Dakwah Kultural, Jurnal Komunikasi Islam,
Vol. 01, No. 02, 2011. H. 162
3
Penyebutan ini pada dasarnya karena orang-orang NU terus merawat tradisi,
seperti tahlil 40 hari setelah kematian, maulid, dst. Dari bentuk tidak verbal yang
menyudutkan, bahkan sampai membangun stigma negatif, Fahrur Razi memberi
sebuah pembelaan dalam tulisannya, bahwa faham yang dianut oleh NU pada
dasarnya merujuk pada walisongo. Bahkan, menurut Razi, NU berdiri dilatarbelakangi
oleh berdirinya faham yang berusaha membersihkan virus TBC ( dan
khurafat) yang diusung oleh Muhammad bin Abd al-Wahab dan Muhammad Abduh.
Baca Fahrur Razi, NU dan Kontinuitas Dakwah Kultural, Jurnal Komunikasi Islam,
Vol. 01, No. 02, 2011.
4
Risalah Ahli Sunah wa al- -Mauta wa
Asyrot al- -Jamaah (Jombang: Maktabah al-
Turots al-Islami) H. 5
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1327
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
5
Pada penelitian sebelumnya, ada usaha untuk memberi genealogi terkait
dengan aqidah ahli sunah wa al-Jamaah, hanya saja, penelitian tersebut terbatas pada
tokoh NU, bukan pendiri NU, yaitu: K. Luthfi Basori Malang, K. Muhyiddi
Abdsussomad Jember dan K. Asrori Surabaya. Maksum, Aqidah Ahli Sunah wa al-
Jamaah Lada Masyayikh , Journal of
Indonesian Islam, Vol. 05, No. 1. 2011.
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1328
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
Biogr
Ḥadratusy SyaikhK.H. Mohammad Hasyim Asy'arie, lahir di Pondok
Gedang, Jombang, Jawa Timur, pada Selasa Kliwon6, 24 Dzulkaidah 1207
H/ 14 Januari 18717.Beliau merupakan pendiri organisasi masyarakat, yaitu
Nahdlatul Ulama (NU). Di kalangan Nahdliyin (sebutan untuk pengikut NU)
beliau dijuluki dengan sebutan Ḥadratusy Shaykh yang berarti maha guru. K.H
Hasyim Asy'ari adalah putra ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama K.
Asy'ari8, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang.
Ibunya bernama Halimah. Sementara kesepuluh saudaranya antara lain:
Nafi'ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum,
Nahrawi dan Adnan9.
Hasyim kecil belajar dasar agama dari kakeknya, K. Utsman yang juga
pemimpin Pesantren Gedang10, Jombang sampai usia 6 tahun11. Lalu, usia 15
tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren:1) Pesantren
Siwalayan, Sidoarjo, selama 5 (lima) tahun, 2) Pesantren Langitan12,Tuban,
menimba ilmu kepada K. Langitan13, 3) Pesantren Kademangan, Bangkalan,
Madura, menimba ilmu kepada KH. Khalil Bangkalan di sini, Hasyim Muda
menikah dengan Nyai Nafisah-, 4) Pestanren Trengilin,
Madura, dan 5)Pesantren Wonokoyo,Probolinggo. Pada 1892, di usia 21
tahun, Hasyim muda pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada:
(1) Imam Nawawi Banten (w. 1897), (2) Syekh Ahmad Khatib Minangkabau
(1860-1916), (3) Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi (w. 1919), (4) Syekh
Ahmad Amin Al-Aththar, (5) Syekh Ibrahim Arab, (6) Syekh Said Yamani, (7)
Syekh Rahmaullah, (8) Syekh Sholeh Bafadlal, (9) Sayyid Abbas Maliki, (10)
Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan (11) Sayyid Husein Al-Habsyi14.
6
Rofiq Nur Hadi, Pendidikan Nasionalisme-Agamis dalam Pandangan KH.
, Cakrawala, Vol. XII, No. 2 2017. H. 124
7
Solichin Salam, K.H. Mohammad Hasyim Asy'arie Ulama Besar Indonesia
(Jakarta: Diaya Murni, 1963) H. 19.
8
Berasal dari Demak, keturunan ke-8 dari Jaka Tingkir. Fatimatu Zahro,
15
Selain ahli dalam bidang fikih, Shaikh Khatib juga ahli dalam bidang
astronomi Islam (ilmu falak).
16
Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasjim Asy'ari, hlm. 30
17
Rofiq Nur Hadi, Pendidikan Nasionalisme-Agamis dalam Pandangan KH.
, H. 125
18
Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasjim Asy'ari, hlm. 32
19
Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasjim Asy'ari, hlm. 50
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1330
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
20
ZuhairiMisrawi, Hadratussaikh Hasyim Asy'ari Moderasi, Keumatan, dan
Kebangsaan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara 2010) Hlm. 17
21
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 5
22
Risalah Ahli Sunah wa al- , hlm. 7
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1331
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
23
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 8
24
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 10
25
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 13
26
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 14
27
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 16
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1332
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
Hum Ahli Sunah Wa Al-Jama : Pada bagian ini Mbah Hasyim mengutip
hadis tentang perpecahan umat Islam yang menjadi 73 golongan; sedang satu
golongan yang masuk surga adalah golongan yang disebut sebagai Ahli Sunah
wa al- -Hasan al-Basri28.
(9) Fi Dzikri Amarat Iqtirab Al-Sa : pada bagian ini, Mbah Hasyim
memaparkan hadis tentang tanda-tanda hari kiamat. Dari hadis ini, Mbah
Hasyim memaknainya secara literal atau harfiah, bukan secara hermeneutis.
Dengan kata lain, Mbah hasyim percaya bahwa apa yang digambarkan oleh
hadis-hadis tanda kiamat, akan benar-benar terwujud secara empiris. Mbah
Hasyim menganggap bahwa orang-orang yang memaknai hadis ini bukan
berdasar literal teks, mereka tergolong ke dalam orang-orang ahli . Dari
sini, kita bisa tahu bagaimana mazhab Mbah Hasyim dalam pemaknaan
hadis29.
(10) Fi Zikri Hadis Al-Mauta Fi Al-Sima -Kala atuhu
Biman Yaghsiluhu Wa Man Yahmiluhu Wa Yukfinuhu Wa Man Yuẓillihi Fi
Qabrihi Wa Al-Idrak Wa Al-Ḥayah Wa Aud Al-Ruh Ila Al-Jasad: bagian akhir
dari kitab ini adalah
Hasyim mengutip hadis-hadis yang menceritakan bahwa mayyit itu sekalipun
mereka sekedar jasad yang tidak bernyawa, mereka tetap bisa mendengar dan
berkata; para mayyit tau siapa yang memandikannya, membawanya,
mengkafaninya, menguburkannya dan orang-orang yang datang ke upara
penguburan. Lebih jauh, Mbah Hasyim percaya bahwa segala doa, sodaqoh
dan hajji yang kita panjatkan bagi mayyit akan sampai pada mayyit. Sedang
orang-orang yang tidak percaya dengan ini, mereka adalah orang-orang yang
30
termasuk ke dalam ahli .
Pada dasarnya, menurut penulis, sepuluh bab ini sesungguhnya disusun
bertolak dari satu hadis yaitu hadis tentang sunah dan barang siapa
yang membuat inovasi dalam urusanku ini yang belum pernah ada
sebelumnya, maka inovasi tersebut ditolak
sebenarnya ingin menjelaskan hadis tersebut secara komprehensif dan luas.
Oleh karenanya, dalam kitab ini, Mbah Hasyim menyebutkan orang-orang
yang termasuk dalam kategori mengamalkan sunah dan menjauhkan diri dari
. Ringkasnya, kitab ini, menjadi representasi pemikiran hadis tentang
sunah dan bagi Mbah Hasyim khususnya dan Umat Islam Indonesia
pada umumnya.
28
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 17
29
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 19
30
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 25
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1333
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
adalah sebuah nomenklatur untuk jalan dalam agama Islam- yang diridloi
yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang mengetahui
agama -secara komprehensif- sepertihalnya para sahabat.
Setelah menyebutkan definisi sunah di atas, lalu Mbah Hasyim
menuturkan sunah secara cultural (urf):
32 ما واظب عليه مقتدي نبيا اكن أو وليا
Dari definisi ini, pada dasarnya, yang ingin disampaikan oleh Mbah
Hasyim adalah sebuah pemaknaan yang lebih luas dari pada sunah. Mengapa
penulis menyebut demikian? karena pada dasarnya, sunah identik hanya
sebatas yang dilakukan oleh nabi saja; sedang definisi ini, mengisyaratkan
bahwa, sunah bukanlah sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh nabi saja,
namun juga orang-orang yang memiliki pemahaman agama secara
komprehensif sepertihalnya para wali. Dari keunikan definisi ini, lalu nantinya
kita akan bisa melihat betapa cakupan hadis tentang sunah dan yang
dipahami oleh Mbah Hasyim secara khusus dan oleh warga NU secara umum,
Pada kitab Risalah Ahli Sunah yang kita kaji ini, Mbah Hasyim memberi
sebuah standarisasi (mazayin bentuk jamak dari mizan) atau barometer untuk
menentukan suatu perkara yang termasuk dalam ketegori sunah atau .
31
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 5
32
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 5
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1334
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
tidak secara praktis menentukan mana yang sunah dan mana yang ?
alasannya adalah merupakan sebuah inovasi yang tentu akan hadir
disetiap zaman. Setiap zaman memiliki nya sendiri-sendiri. Bertolak dari
definisi sunah dan di atas menurut Mbah Hasyim-, pada dasarnya,
sunah sendiri bersifat dinamis, karena sunah tidak melulu tentang yang
dicontohkan oleh rasul saja, namun segala yang dicontohkan oleh orang-
orang ahli agama yang memiliki pemahaman agama secara komprehensif.
Dengan begitu, akan ada sebuah ke an-ke an baru yang
bertransformasi menjadi sunah yang merupakan inovasi dari orang-orang
soleh masa kini dan masa yang akan datang.
Sedang standarisasi yang dirumuskan oleh Mbah Hasyim adalah :
a. Meninjau suatu inovasi dengan kaca mata syariat. Apabila suatu inovasi
asl pondasi- syariat, maka inovasi tersebut
dapat digolongkan dalam kategori sunah. Sedang apabila inovasi
tersebut bertentangan dengan asli al-Syariah, maka secara otomatis
inovasi tersebut ditolak dan tergolong sebagai .
b. Merujuk pada kaedah-kaedah yang telah dirumuskan oleh para salaf
soleh dan para pemuka agama ( ).
c. Meninjau suatu inovasi dengan hukum syariat yang enam: (1) wajib, (2)
nadb, (3) tahrim, (4) makruh, (5) khilaf al-Aula memilih yang lebih baik-
, dan (6) ibahah33.
33
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 8
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1335
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
b. Iẓafiyyah
Adalah yang dapat diterima sebagai sunah tanpa khilaf dan tanpa
ada pertentangan.
c. Khilafiyyah
Adalah
tersebut35.
Kemudian, setelah memaparkan pembagian tersebut, Mbah
Hasyim memaparkan diskusi tentang yang dikemukakan oleh ulama
sebelumnya, yaitu Waliyuddin al-Syibsyiri dan al-Izz bin Abd al-Salam.
Menurut Waliyuddin al-Syibsyiri, bahwasanya yang termasuk dalam cakupan
hadis sunah- yang tertera di kitab Arbain al-Nawawi tersebut adalah
34
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 5
35
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 7
36
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 8
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1336
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
Suatu dapat bernilai wajib karena tidak ada pada era rasul namun
dibutuhkan oleh umat. misalnya adalah mempelajari nahwu (gramatika
arab), dll.
b. Haram
Suatu bernilai haram misalnya adalah mazhab qodariyyah,
jabariyyah dan mujassamah.
c. Mandub
Suatu bernilai mandub misalnya adalah mendirikan lembaga
pendidikan, dll.
d. Makruh
Suatu bernilai makruh misalnya adalah memberi ornamen hiasan
berupa gambar-gambar- pada masjid atau mushaf al-Quran, dll.
e. Mubah
Suatu bernilai mubah misalnya adalah bersalaman setelah solat,
37
dll .
Sedang mazhab fikih selain empat mazhab ini bukanlah mazhab yang dapat
diikuti, karena tidak memegang teguh sunah. Jauh dari pada itu, Mbah
37
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 8
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1337
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
berbagai disiplin ilmu, baik metodologi dan yang lainnya saja tidak berani
berijtihad, apalagi orang sekarang. Alasan ini sering digunakan oleh warga
nahdliyyin pada umumnya untuk menyerang orang-orang yang berkampanye
pentingnya berijtihad.
Sedang dalam perkara aliran kalam (theologi), menurut Mbah Hasyim,
aliran theologi yang merepresentasikan sebagai mazhab teologi yang
memegang sunah adalah aliran ahli sunah wa al-
sunah wa al- Qodariyyah, Jabariyyah, Jahmiyyah, rofidloh
(syiah), jismiyyah, dll., bukanlah aliran yang memegang teguh sunah. Oleh
karenanya, satu golongan yang akan masuk surga, dari 73 golongan
terpecahnya umat Islam39 adalah golongan ahli sunah wa al-Jamaah.
Sedang dalam perkara sufisme, Mbah Hasyim berkiblat pada Imam
Ghozali dan Imam Abu Hasan al-Syadzili. Menurut Mbah Hasyim, aliran sufi
ini adalah aliran yang merepresentasikan diri sebagai aliran yang memegang
teguh sunah40. Sedang mazhab lain, seperti mazhab orang-orang yang
berfaham hulul41, ittihad42 dan mazhab sufi lain yang anti syariat, merupakan
38
Hasy Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 8
39
Mbah Hasyim di sini menambahkan bahwa terpecahnya umat Islam hingga
73 golongan, secara embrionik dimunculkan oleh enam golongan, yaitu (1) al-
) rofidliyyah dan (6)
jabariyyah. Setiap firqoh dari enam firqoh ini akan terpecah menjadi 12 firqoh; oleh
karenanya, ketika dikumpulkan (6x12) nantinya akan mencapai angka 72 firqoh
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 7 dan 11.
40
Hasyim Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 8.
41
yaitu mazhab sufi yang dipegang oleh al-Hallaj.
42
yaitu mazhab sufi yang dipegang oleh Abu Yazid Bustomi.
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1338
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
mazhab sufi yang sesat dan tidak merepresentasikan diri sebagai mazhab sufi
yang memegang sunah.
Dalam perkara memahami tanda-tanda hari kiamat, Mbah Hasyim
memahaminya sebagai gejala empiris yang akan muncul apa adanya
sepertihalnya yang diceritakan oleh hadis. Menurut Mbah Hasyim ini adalah
cara pandang yang benar. Mbah Hasyim menolak orang-orang yang
mentakwilkan literal teks hadis ini dan lebih memahami sebagai bentuk
gambaran konotasi saja, tidak empiris.
Di bagian akhir, Mbah Hasyim menjelaskan tentang masalah hal ihwal
orang mati. Pada bagian ini, Mbah Hasyim menjelaskan bahwasanya orang
mati pada dasarnya masih bertingkah seperti orang hidup; mereka masih bisa
mendengar, mereka tahu siapa saja yang datang bertakziah pada mereka,
mereka tahu siapa yang memandikan, mengkafani, menyolati, mentalqin,
mengubur dan orang-orang yang mulai meninggalkannya sendirian di dalam
kuburan. Jauh dari pada itu, menurut Mbah Hasyim, doa, haji dan sedekah
yang kita hadiahkan pada mereka, sesungguhnya sampai pada mereka. Mbah
Hasyim menjelaskan bahwa, orang-orang yang tidak meyakini hal ini adalah
orang-orang yang sesat dan tidak berpegang pada sunah. Orang-orang yang
bermazhab ini adalah Muhammad Abduh dkk., Muhammad bin Abdul Wahab
dkk. dan Ibn Taimiyyah dkk.43
Penutup
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendefinisian Mbah
Hasyim terhadap sunah bukanlah hanya hal baik yang dicontohkan oleh nabi
saja, namun juga hal baik yang dicontohkan oleh salaf saleh dan orang-orang
yang memiliki pemahaman terhadap agama secara komprehensif. Sedang
, menurut Mbah Hasyim adalah suatu inovasi dalam perkara agama
yang bertentangan dengan bentuk fisik atau nilai-nilai syariat. Perkara-perkara
di luar perkara agama tidak termasuk dalam kriteria pembahasan yang
dilarang.
Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa Mbah Hasyim sangat
memegang teguh sunah dan menjauhkan diri dari . Sedang representasi
sunah dalam hal fikih menurut Mbah Hasyim adalah emapt mazhab fikih yang
al-Jamaah; sedang dalam hal sufi adalah sufi mazhab Ghozali dan Mazhab
Abu al-Hasan al-Syadzili. Lebih Jauh Mbah Hasyim menjelaskan bahwa orang
mati pada dasarnya memiliki hal ihwal sepertihalnya orang hidup; mereka
43
Bahkan dalam kasus ini, mereka mengharamkan ziarah kubur nabi
Risalah Ahli Sunah wa al- hlm. 7
Revitalisasi Keilmuan Pesantren 1339
Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018
Daftar Pustaka
al-Bani al-, Muhammad Nasir al-Din. Tt. Sahih Jami al-Saghir wa
Ziyadatuh. T.tp: al-Maktab al-Islami.
Amrulloh. 2016. Eksistensi Kritik Matan Masa Awal: Membaca Temuan dan
Kontribusi Jonathan Brown. Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu
Ushuluddin 4, No. 1.
Etika Pendidikan Islam. Yogyakarta: Titian Wacana, 2007.
Risalah Ahli Sunah wa al- -Mauta wa
Asyrot al- an Mafhum Ahli Sunah wa al-Jamaah.
Jombang: Maktabah al-Turots al-Islami
Adab al- im wa al- i ma Yahtaju Ilayh
al- i i -
i Maqa imihi. Jombang: Maktabah At Turas Al
Islami.
Aulassyahied, Qaem. 2015. Studi Kritis Konsep Sunah Muhammad
Shahrur. Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam
13. No. 1.
Azami al-, Muhammad Musṭafa. Isnad and its Significancel ith
Malik Ibrahim.
Zarkasih. 2012. Inkar Sunah: Asal Usul dan Perkembangan Pemikiran Inkar
Sunah di Dunia Islam. Toleransi, Vol. 4, No. 1.