keagamaan yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H
Tujuan Organisasi ini adalah berlakunya ajaran Islam haluan Ahlu ‘l-Sunnah
wa ‘l-Jama’ah dan penganut salah satu mazhab yang empat, yaitu : Hanafi,
Maliki, Syafi’I dan Hambali. Dalam kenyataannya yang dianut adalah mazhab
Syafi’i.
1
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 10
15
Jombang, Jawa Timur, pada tahun 1876. Ayahnya, Kiai Asy’ari, pendiri
Pesantren Keras, nama sebuah desa dekat Jombang, pada 1876. Hasyim
adalah anak laki-laki ketiga dari sebelas orang bersaudara : 7 orang laki-laki
dasar keagamaannya dari orang tuanya langsung. Sejak umur 15 tahun, secara
belajar di sana selama 7 tahun, di antaranya kepada Syekh Ahmad Khatib dari
Minangkabau. Pada tahun 1899 ia kembali ke Indonesia dan pada tahun yang
termasyhur. Karenanya, bukan saja para santri yang datang dan belajar di
sana, tetapi juga para kiai. Bahkan, yang sebelumnya pernah menjadi Kiai
masyarakat pesantren.
pesantren besar yang terkenal, terutama yang berkembang di Jawa Timur dan
Jawa Tengah, dikembangkan oleh para Kiai hasil didikan Kiai Hasyim. Di
Hasyim sangat dipengaruhi oleh salah seorang guru utamanya, Syekh Mahfuz
langsung, tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama besar dan imam mazhab,
hanya akan menghasilkan pemahaman yang keliru tentang ajaran Islam. Latar
Hasyim menjadi salah seorang pendiri dan pemimpin utama NU. Tidak
Tradisional bukan saja sentral, tetapi juga menjadi tipe utama seorang
bantuan apa pun dari Belanda. Bahkan, perjuangan menentang Belanda adalah
Jihad, perang suci. Selain itu, ia pun melarang kaum muslimin Indonesia
sebagai Kepala kantor Urusan Agama (Shumubu) untuk wilayah Jawa dan
18
Madura pada tahun 1944. Namun karena Kiai Hasyim tidak dapat
Organisasi Sosial Keagamaan masyumi dijadikn parpol pada tahun 1945, Kiai
wafat.2
teguh pada salah satu dari 4 madzhab, yaitu Imam Syafi’i, Imam Hambali,
ajaran ahlus sunnah wal jama’ah (aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-
Secara rinci ajaran ini, seperti dikutip oleh Marijan dari KH. Mustafa
Bisri, ada tiga substansi, yaitu (1) dalam bidang hukum-hukum Islam,
menganut salah satu ajaran dari empat madzhab, yang dalam prakteknya para
kyai NU menganut kuat madzhab Imam Syafi’i; (2) dalam soal tauhid,
2
IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1992), h.
309-310.
3
H. M. Solikhin, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : RaSAIL, 2005), h. 161-162.
19
menganut ajaran Abu hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi;
dan (3) dalam bidang tasawuf, menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qasim
Al-Junaidi.4
seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, dan para sahabatnya. Oleh karena
munculnya Islam itu sendiri. Menurut terminolog ini, maka penganut Sunni
tidak hanya NU saja tetapi hampir semua umat Islam Indonesia adalah Sunni.
muslim lainya, yaitu bahwa ajaran aswaja yang dikembangkan berporos pada
tiga ajaran pokok dalam Islam yang meliputi bidang aqidah, Fiqh dan
Tasawwuf.
dalam prakteknya, dimensi ajaran fiqh (hukum Islam) jauh lebih dominan di
menjadi dua besaran, yaitu hukum yang bersifat iqtidha (sesuatu yang sudah
4
S. Sinansari Ecip, NU, Khittah dan Godaan Politik, (Bandung : Mizan, 1994), h. 16.
20
ada ketentuannya secara eksplisit dalam nash) dan hukum Allah yang bersifat
Ketentuan hukum yang secara eksplisit tidak diatur jumlahnya jauh lebih
banyak dan ini merupakan wilayah hukum yang bersifat ijtihadiyah dan
pada kaidah fiqh al-hukmu ma’al al-‘illat dengan mendasarkan pada logika
madharat.
justru sebagai bagian dari tanggung jawab pelestarian dan pemurnian ajaran
keagamaan ini berporos pada dua kubu, yaitu kubu yang cenderung
alternatif.
NU, maka pada tataran prakteknya sangat dipengaruhi oleh model pemikiran
dan prilaku dalam pembumian ajaran Islam yang bertumpu pada tiga sikap
hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah
akal dalam konteks aqidah tidak gampang memberikan vonis kafir, sesat
kepada orang lain. Mengambil sikap tengah antara wahyu dan akal, Taqdir
munkar.
ukhuwwah Islamiyah.
5
Anang Luqman Afandi, Gerakan-Dakwah-Kultural-NU-di-Indonesia dalam
http://anank.wordpress.com/2009/01/26/.
23
tahun 1953 di Al-Quds, Palestina. Organisasi ini diakui oleh pendirinya dan
berdasarakan ayat Al-Qur’an 104 dari Surat Ali Imron yang berbunyi :
Artinya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung”.
6
Afadhal, et.al., Awani Irewati, Islam dan Radikalisme di Indonesia, (Jakarta : LIPI Press,
2005), h. 265-266.
24
keadaan dunia politik secara global. Oleh karena itu, Hizbut Tahrir dalam
lingkup nasional, HTI dipimpin oleh seorang Juru Bicara (Jubir) yang
penerimaan uang dari pihak luar. Untuk menjaga menjaga kemandirian dan
7
prinsip-penting-dakwah-hizbut-tahrir-2 dari Manhaj Hizbut Tahrir fit Tughoyyir dalam
http://hizbut-tahrir.or.id., 05 Desember 2008
25
indepensi inilah, maka setiap sumbangan yang diberikan kepada HTI harus
Tetapi, berbeda dengan organisasi politik lainnya yang dikenal selama ini,
HTI tidak mendaftarkan diri secara formal sebagai partai politik dalam pesta
demokrasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pemilu. Hal ini karena
menurut seorang mereka, dalam situasi sekarang ini banyaknya partai politik
Islam justru membingungkan umat Islam. Oleh karena itu kelompok ini tidak
mengikuti jejak partai-partai politik lain yang berdasarkan asas Islam untuk
ikut andil dalam pemilu yang kemudian dapat menjadi anggota legislatif di
1909. Beliau mendapat didikan ilmu dan agama di rumah dari ayah beliau
sendiri, seorang syaikh yang faqih fid din. Ayah beliau seorang pengajar ilmu-
beberapa cabang ilmu syariah, yang diperolehnya dari ayahnya, Syaikh Yusuf
bin Ismail bin Yusuf An Nabhani. Beliau ini adalah seorang qadhi (hakim),
Utsmaniyah.
8
Afadhal, et.al., Awani Irewati, Islam dan Radikalisme di Indonesia, Op.Cit., h. 266-267.
26
kepada kabilah Bani Nabhan, satu kabilah Arab penghuni padang sahara di
seluruhnya dalam usia yang amat muda, yaitu di bawah usia 13 tahun.
Nabhani, dan menimba ilmu beliau yang luas. Syaikh Taqiyuddin juga sudah
ilmu syariah dari ayah dan kakek beliau, yang telah mengajarkan hafalan Al
Tsanawiyah Al Azhar pada tahun 1928 dan pada tahun yang sama beliau
studinya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al Azhar.
Hidhir Husain seperti yang pernah disarankan oleh kakek beliau. Hal itu
Haifa.
besar dari pada bidang peradilan, terutama peradilan syar'i. Oleh karena itu,
peradaban Barat yang relatif lebih sedikit. Beliau tak mendapatkan pekerjaan
politik sudah terlihat pada saat beliau masih remaja, hal ini dikarenakan
pengaruh yang belia terima dari kakeknya Syeikh Yusuf An-Nabhani yang
ditemuinya, mengenai situasi yang ada pada saat itu. Beliau juga
membangkitkan perasaan geram dan benci terhadap penjajah Barat dalam jiwa
topik yang beliau sodorkan, hujjah beliau senantiasa kuat. Beliau memang
Perwakilan.
para ulama tersebut, maka secara perlahan terbentuklah sebuah partai, yang
secara resmi tersiar pada tahun 1953, pada saat Syaikh Taqiyuddin An-
surat itu terdapat permohonan izin agar Hizbut Tahrir dibolehkan melakukan
mereka yang mana bersifat non kekerasan, tapi bukan berarti mereka tidak
mengajarkan ajaran jihad, namun yang lebih penting adalah pendekatan yang
bersifat damai. Untuk itu penyelesaian masalah tersebut, maka Hizbut Tahrir
seluruh negara di dunia ini, yang mana mereka selalu menjalin komunikasi
kekhalifahan di muka bumi ini. Namun, kegiatan dakwah seperti ini sangatlah
diperlukan kesabaran yang tinggi, waktu yang cukup panjang dan selalu
Rasulullah Saw, sebab thariqah itu wajib diikuti. Sebagaimana firman Allah
Artinya :
10
Afadhal, et.al., Awani Irewati, Islam dan Radikalisme di Indonesia, Loc. Cit., h. 276.
32
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
kedatangan Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan membaca
dzikir dan mengingat Allah)”.
SWT., maka keadaan negeri mereka serupa dengan Makkah ketika Rasulullah
saw diutus (menyampaikan risalah Islam). Untuk itu fase Makkah wajib
Rasulullah saw.
tujuan-tujuannya.
perjalanan dakwahnya.
partai.
GLOBAL
11
Syabab Muslim, Mengenal Hizbut Tahrir, dalam http://www.mail-archive.com., 10 Desember
2004
34
)ﺍﻠﺸﻬﺭ.
oleh para Ahli Fiqih atau masyarakat luas untuk pengertian melihat
12
Kamus Munjid fil Lughati wal I’lami, (Lebanon : Darul Masyriq, 1986), h. 243.
13
Ibid, h. 869.
35
saat matahari terbenam tersebut hilal dapat di lihat, maka pada malam
itu dan keesokan harinya merupakan tanggal satu dari bulan baru
tersebut. Sedangkan apabila hilal tidak tampak, maka malam itu dan
Saw, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang bersumber dari Abu
ﺤﺪﺜﻨﺎ ﺁﺪﻡ ﺤﺪﺜﻨﺎ ﺸﻌﺒﻪ ﺤﺪﺜﻨﺎ ﻤﺤﻤﺪ ﺒﻦ ﺯﻴﺎﺪ ﻘﺎﻞ ﺴﻤﻌﺖ ﺃﺒﺎ ﻫﺮﻴﺮﺓ ﺮﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ
: ﻴﻗﻮﻞ ﻗﺎﻞ ﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﺃﻮ ﻗﺎﻞ ﺃﺒﻮ ﺍﻠﻗﺎﺴﻢ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ
ﺼﻮﻤﻮ ﺍﻠﺮﯚﻴﺘﻪ ﻮﺃﻔﻂﺮ ﻮ ﺍﻠﺮﯚﻴﺘﻪ ﻔﺈﻦ ﻏﺒﻲ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻔﺎﻜﻤﻠﻮ ﺍﻋﺪﺓ ﺸﻌﺒﺎﻦ ﺜﻼ ﺜﻴﻦ
﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯ۰﴾
Artinya :
14
Al-Imam Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz
II, (Beirut-Lebanon : Al-Maktab Al-Ashariyah, 1997), h. 567.
36
tidak hanya dilakukan pada akhir Sya’ban dan Ramadhan saja, namun
hanya dilakukan pada awal bulan Ramadhan dan Syawal saja namun
15
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 222.
16
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1999), h. 320
37
global itu sendiri adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah
yang menganut prinsip bahwa jika satu penduduk negeri melihat hilal,
maka penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki
bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya.
Artinya :
qomariyah.17
berbentuk seperti tandan tua yang digambarkan oleh ayat tersebut di atas.
seperti tandan tua adalah bentuk bulan yang terjadi pada awal bulan
Qomariyah.
langit dan yang menyangkut dengan awal bulan Qomariyah antara lain Al
17
Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al Qur’an 30 Juz Huruf Arab dan Latin, (Bandung : PT.
Firma Sumatera bandung, 1978), h. 417.
39
Baqarah : 189, Al Isra : 12, At Taubah : 36, An Nahl : 16, Al Anbiya : 33,
rukyatul hilal dalam hal penetapan awal dan akhir bulan Qomariyah dapat
kita temukan dengan jelas dan tegas unuk melakukan rukyatul hilal.
ﺤﺪﺜﻨﺎ ﻴﺤﻴﻰ ﺒﻦ ﺒﻜﻴﺭ ﻗﺎﻞ ﺤﺪﺜﻨﻲ ﺍﻠﻠﻴﺚ ﻋﻥ ﻋﻗﻴﻞ ﻋﻦ ﺍﺒﻦ ﺸﻬﺎﺏ ﻗﺎﻞ ﺃﺨﺒﺭﻨﻲ ﺴﺎﻠﻢ
ﺒﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺒﻦ ﻋﻤﺭ ﺃﻦ ﺍﺒﻦ ﻋﻤﺭ ﺭﻀﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻞ ﺴﻤﻌﺕ ﺮﺴﻮﻝ ﺍﷲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ
ﻋﻠﻴﻪ ﻮ ﺴﻠﻢ ﻴﻗﻮﻞ ﺇﺬﺍ ﺮﺃﻴﺘﻤﻮﻩ ﻔﺼﻮﻤﻮﺍ ﻮ ﺇﺬﺍ ﺮﺃﻴﺘﻤﻮﻩ ﻔﺄﻔﻂﺮﻮﺍ ﻔﺈﻦ ﻏﻢ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻔﺎﻗﺪﺮﻮﺍ
۰﴾ ﴿ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺒﺨﺎﺭﻯ۰ ﻠﻪ ﻮ ﻗﺎﻞ ﻏﻴﺮﻩ ﻋﻦ ﺍﻠﻠﻴﺚ ﺤﺪﺜﻨﻲ ﻋﻗﻴﻞ ﻮ ﻴﻮﻨﺲ ﻠﻬﻼﻞ ﺭﻤﻀﺎﻦ
Artinya :
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair, dari Laits dari
‘Uqail dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah bin ‘Umar bahwasanya
Ibnu ‘Umar r.a., ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW,
berkata : Apabila kalian melihatnya (hilal), maka berpuasalah kalian,
dan apabila kalian melihatnya, maka berbukalah (berhari raya), dan jika
terlindung awan (mendung), maka genapkanlah baginya. Dan berkata
pula yang lainnya dari riwayat Laits, telah menceritakan kepada saya,
yaitu ‘Uqail dan Yunus bahwasanya ini untuk menentukan awal bulan
Ramadhan”. (H.R. Al Bukhari).
Artinya :
Selain itu pula, terdapat ijtihad Ibnu Abbas, r.a, yang digunakan
untuk penetapan awal dan akhir bulan Qomariyah. Ijtihad Ibnu Abbas, r.a,
dapat dilihat dari uraian hadits di bawah ini yang diriwayatkan oleh
.ﺤﺪﺜﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺒﻦ ﺤﺠﺮ ﺃﺨﺒﺭﻨﺎ ﺇﺴﻤﺎﻋﻴﻞ ﺒﻦ ﺠﻌﻔﺭ ﺃﺨﺒﺭﻨﺎ ﻤﺤﻤﺩ ﺒﻦ ﺃﺒﻲ ﺃﺨﺒﺭﻨﻲ ﻜﺭﻴﺐ
ﻔﻘﺪﻤﺖ ﺍﻠﺸﺎﻢ ﺤﺎﺠﺘﻬﺎ ﻮﺍﺘﻬﻞ: ﻘﺎﻞ٬ﺍﻦ ﺃﻢ ﺍﻠﻔﻀﻞ ﺒﻨﺖ ﺍﻠﺤﺎﺭﺚ ﺒﻌﺜﺘﻪ ﺇﻠﻰ ﻤﻌﺎﻮﻴﺔ ﺒﺎﻠﺸﺎﻢ
ﺜﻢ ﻘﺪﻤﺖ ﺍﻠﻤﺪﻴﻨﺔ ﻔﻰ ﺃﺨﺭ،ﻋﻠﻲ ﻫﻼﻞ ﺮﻤﻀﺎﻦ ﻮﺍﻨﺎ ﺒﺎﻠﺸﺎﻢ ﻔﺮﺃﻴﻨﺎ ﺍﻠﻬﻼﻞ ﻠﻴﻠﺔ ﺍﻠﺠﻤﻌﺔ
ﺃﻨﺖ ﺭﺃﻴﺘﻪ ﻠﻴﻠﺔ ﺍﻠﺠﻤﻌﺔ؟ ﻔﻘﻠﺖ ﺭﺁﻩ:ﺍﻠﺸﻬﺭ ﻔﺴﺄﻠﻨﻰ ﺍﺒﻦ ﻋﺒﺎﺲ ﺜﻢ ﺬﻜﺭﺍ ﺍﻠﻬﻼﻞ ﻔﻘﺎﻞ
ﻠﻜﻦ ﺮﺃﻴﻧﺎﻩ ﻠﻴﻠﺔ ﺍﻠﺴﺒﺖ ﻔﻼ ﻧﺰﺍﻞ ﻧﺼﻮﻢ ﺤﺘﻰ: ﻔﻘﺎﻞ٬ﺍﻠﻨﺎﺲ ﻔﺼﺎﻤﻮﺍ ﻮﺼﺎﻢ ﻤﻌﺎﻮﻴﺔ
ﺃﻻ ﺘﻜﺘﻔﻰ ﺒﺮﺆﻴﺔ ﻤﻌﺎﻮﻴﺔ ﻮﺼﻴﺎﻤﺔ؟ ﻻ ﻫﻜﺬﺍ ﺃﻤﺭﻨﺎ: ﻔﻘﻠﺖ٬ﻧﻜﻤﻞ ﺜﻼﺜﻴﻦ ﻴﻮﻤﺎ ﺃﻮﻧﺮﺍﻩ
Artinya :
18
Al-Imam Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz
II, (Beirut-Lebanon : Al-Maktab Al-Ashariyah, 1997), h. 565 dan 567
41
artian, di tiap negeri boleh saja berbeda-beda dalam menentukan awal dan
19
Muhammad Isa bin Surah Al-Mutawwaf, Sunan At-Tarmidzi, Juz II, (Beirut – Lebanon :
Dar El-Fikr), h. 161.
42
Artinya :
Artinya :
Tahrir adalah hadits marfu’ Nabi Muhammad SAW, dari Ibnu Abbas, r.a,
ﻋﺒﺎﺱ ﻘﺎﻞ ׃ ﻘﺎﻞ ﺮﺴﻮﻞ ﺍﷲ ﺼﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ׃ ﻻ ﺘﻘﺪﻤﻮﺍ ﺍﻠﺸﻬﺮ ﺒﺼﻴﺎﻢ ﻴﻮﻢ
ﻔﺈﻦ ﺤﺎﻞ ﻏﻤﺎﻤﺔ٬ﻮﻻ ﻴﻮﻤﻴﻦ ﺇﻻ ﺃﻦ ﻴﻜﻮﻦ ﺸﺊ ﻴﺼﻮﻤﻪ ﺃﺤﺪﻜﻢ ﻮﻻ ﺘﺼﻮﻤﻮﺍ ﺤﺘﻰ ﺘﺮﻮﻩ
Artinya :
“Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali dari husein dari Zaa
idah dari Simak dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, r.a, ia berkata: Rasulullah
SAW, bersabda : Janganlah memajukan bulan dengan puasa satu hari,
dan tidak pula dua hari, kecuali suatu hari yang memang menjadi
kebiasaan seseorang diantara kamu berpuasa. Janganlah berpuasa
hingga kamu melihatnya (hilal), jika hilal itu terlindung awan, maka
hendaklah kamu sempurnakan tiga puluh hari, kemudian berbukalah, dan
bulan itu sebanyak dua puluh sembilan hari. (telah meriwayatkan at-
Tarmidzi dan an-Nasai). 21
20
Hasil wawancara Penulis dengan Ketua Hizbut Tahrir Indonesia Samarinda, Bapak Rudi
Harianto, ST, di Samarinda tanggal 15 Mei 2009.
21
Muhammad Abdul Aziz Al-Khalidy, Sunan Abi Daud, Juz II, (Beirut – Lebanon : Dar al-
Kotob al-Ilmiyah, 1996), h. 166.
44
dapat digunakan untuk menetapkan awal dan akhir bulan Qomariyah dan
Ibnu Abbas yang langsung tersambung oleh Nabi Saw, yang seperti di
ﺤﺪﺜﻨﺎ ﻤﺤﻤﻮﺪ ﺒﻦ ﺨﺎﻠﺪ ﻮﻋﺒﺪﺍﷲ ﺒﻦ ﻋﺒﺪﺍﻠﺮﺤﻤﻦ ﺍﻠﺴﻤﺮﻘﻨﺪﻱ ﻮﺇﻨﺎ ﻠﺤﺪﻴﺜﻪ ﺃﺘﻘﻦ ﻘﺎﻞ׃
ﻋﻦ ﺃﺒﻴﻪ ﻋﻦ ﺍﺒﻦ ﻋﻤﺮ ﻘﺎﻞ׃ ﺘﺮﺃﻯ ﺍﻠﻨﺎﺲ ﺍﻠﻬﻼﻞ ﻔﺄﺨﺒﺮﺖ ﺍﻠﻨﺒﻲ٬ﺃﺒﻲ ﺒﻜﺮ ﺒﻦ ﻨﺎﻔﻊ
﴿ﺮﻮﺍﻩﺃﺒﻮﺪﺍﻮﺪ. ﺇﻨﻰ ﺮﺃﻴﺖ ﺍﻠﻬﻼﻞ ﻔﺼﺎﻢ ﻮ ﺃﻤﺮﺍﻠﻨﺎﺲ ﺒﺼﻴﺎﻤﻪ: ﴾ﺼﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻡ
Artinya :
“Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Khalid dan Abdullah bin
Abdurrahman As-Samarkandi, dan sesungguhnya kami telah menegaskan
haditsnya, dia berkata : Telah bercerita Marwan, yaitu anak Muhammad,
dari Abdullah bin Wahab dari Yahya bin Abdullah bin Salim dari Abi
Bakr bi Nafi’ dari bapaknya dari Ibnu Umar r.a, dia berkata : ”Telah
kukabari Nabi Saw, bahwasanya aku melihat hilal (bulan) Ramadhan,
maka puasalah Nabi Saw, dan disuruhnya akan sekalian manusia untuk
berpuasa”. 22
bahwa “Bila hilal telah nampak pada suatu daerah, maka seluruh
22
Muhammad Abdul Aziz Al-Khalidy, Sunan Abi Daud Juz II, (Beirut-Lebanon : Dar al-
Ilmiyah), h. 171.
45
dan dekat, dan tidak perlu lagi beranggapan adanya perbedaan munculnya
hilal”.23
23
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab : Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i,
Hambali, (Jakarta : Lentera, 1996), h. 170.