Anda di halaman 1dari 13

Pemikiran Hadis di Nusantara

Pemikiran Hadis Lembaga Nahdhatul Ulama (NU)

Disusun Oleh:

Andika Yusuf Yordan

2220080061

Dosen Pengampu :

Dr. Irwan, M.A

FAKULTAS ILMU HADIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022
Abstrak

Dalam perkembangan Islam di Nusantara, para ulama Islam telah mengalami banyak
tantangan yang menerpa sejak dimulainya dakwah tersebut pada awal abad ke-10, adapula
yang mengatakan dari abad ke-7 dan ke-8.

Berabad-abad setelahnya, yang bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriyyah atau 31
Januari 1926 Masehi lahirlah sebuah organisasi Islam yang saat ini menjadi organisasi
terbesar di Indonesia yang Bernama Nahdhatul Ulama (NU). Organisasi ini didirikan oleh
seorang ulama terkemuka, Hadhratusyeikh KH. Hasyim Asy’ari di kota Surabaya.

Manhaj organisasi Nahdhatul Ulama adalah ahlussunnah wal jamaah. Ia adalah golongan
yang konsisten mengikuti tradisi dan metode yang dipraktekan oleh Nabi SAW dan para
Sahabat nya ridhwanullah ‘alaihim. Konteks dan lingkup negara Indonesia, mayoritasnya
mengikuti Imam Syafi’I dalam bidang Fiqih, Abu Hasan Al-Asy’ari pada bidang Aqidah,
Imam Al-Ghazali dan Imam Asy-Syadzili dalam bidang Tasawuf.

Sumber dasar dan utama dalam pencetusan hukum Nahdhatul Ulama adalah Al-Qur’an,
Hadis, Ijma’ dan Qiyas.

Pemikiran dan pengkajian hadis perspektif Nahdhatul Ulama (NU) yang digunakan sebagai
salah satu alat untuk mencetuskan hukum ataupun pengaplikasian sebuah perbuatan,
mengikuti sebagaimana yang telah disusun oleh para ulama hadis. Seperti; hadis mutawatir,
ahad, shahih, hasan, dan dhaif.

Kata Kunci : Hadis, Hukum, Nahdhatul Ulama.


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hadis Nabi SAW adalah salah satu perangkat utama yang digunakan untuk merumuskan
sehingga melahirkan hukum dari sebuah permasalahan. KH Hasyim Asy’ari sebagai pencetus
organisasi Nahdhatul Ulama mengikuti para ulama hadis dalam pemikiran serta metode hadis
Nabi SAW dalam pengaplikasian serta pencetusan sebuah hukum. Maka, hadratusyeikh
secara tidak langsung ingin mengungkapkan bahwa Lembaga Nahdhatul Ulama tidak
sembarangan dan serampangan dalam membuat sebuah keputusan hukum agama Islam.

Rumusan Masalah

1. Sejarah Nahdhtul Ulama


2. Biografi KH. Hasyim Ay’ari
3. Pemikiran Hadis Nahdhatul Ulama (NU)

Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka kita akan mengetahui pemikiran Lembaga
Nahdhatul Ulama (NU) dalam konteks hadis sebagai sumber dasar kedua untuk mencetuskan
sebuah hukum agama. Serta menguatkan kita bahwa pengambilan hukum yang bersumber
dari hadis Nabi SAW tidak dilakukan dengan tanpa landasan ilmu yang berdasarkan teori dan
metode dari para ulama hadis.
BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Nahdhatul Ulama

Secara makna Bahasa, nahdhah berarti kebangkitan dan ‘ulama adalah bentuk plural dari
‘alim (orang yang pintar), dan ungkapan untuk kata ‘alim identic dengan orang pintar dalam
perkara agama. Lembaga organisasi Nahdhatul Ulama (NU) didirikan pada 16 Rajab 1344
Hijriyyah atau 31 Januari 1926 Masehi oleh komite dari kalangan para ulama pesantren
ahlusunnah wal jamaah di kediaman KH Wahab Chasbullah di Kertopaten Surabaya, dan
nama Nahdhatul Ulama tersebut atas usulan KH Mas Alwi Abdul Aziz. Para anggota komite
tersebut ialah; KH Hasyim Asy’ari (Jombang, Jawa Timur), KH Bishri Syansuri (Jombang,
Jawa Timur), KH Abdul Wahab Chasbullah (Tambak Beras, Jombang Jawa Timur), KH
Asnawi (Kudus, Jawa Tengah), KH Nawawi (Pasuruan, Jawa Timur), KH Maksum (Lasem,
Jawa Tengah), KH Nahrawi (Malang, Jawa Timur), KH Abdul Halim Leuwimunding
(Cirebon, Jawa Barat), KH Ridwan Abdullah (Jawa Timur), H Ndoro Munthaha (Menantu
KH Khalil) (Bangkalan, Madura), KH Abdul Hamid Faqih (Gresik, Jawa Timur), KH Mas
Alwi (Jawa Timur), KH Abdullah Ubaid (Surabaya, Jawa Timur), Syeikh Ahmad Ghanaim
Al-Misri (Mesir).

Lembaga keagamaan dengan nama Nahdhatul Ulama ini dibuat, selain untuk melanjutkan
estafet dakwah Islam dari para pendahulu di Nusantara secara rapi dan teratur, juga karena
mulai adanya problem keagamaan global ketika Dinasti Saud di Arab Saudi ingin
membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena menjadi tujuan ziarah kaum muslimin
yang datang dari seluruh penjuru dunia yang dianggap oleh mereka sebagai bid’ah, juga
dikarenakan kebijakan yang ingin diterapkan untuk menolak praktik bermadzhab di wilayah
kekuasaan Dinasti Saud, karena hanya ingin pemahaman wahabi yang diterapkan secara
resmi oleh pihak Kerajaan. 1

1
NU Online, Sejarah Singkat Berdirinya Nahdhatul Ulama. 31 Januari 2020.
Biografi KH Hasyim Asy’ari

Beliau lahir bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 Masehi atau 24 Dzulqa’dah 1287
Hijriyyah di Kabupaten Jombang. Silsilah beliau dari jalur ayah adalah; Muhammad Hasyim
bin Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim (Pangeran Benawa) bin Abdul Rahman (Jaka
Tingkir : Sultan Hadiwijaya) bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fattah bin Maulana
Ishaq bin Ainul Yaqin (Sunan Giri). Dari jalur ibu adalah Hasyim Asy’ari bin Halimah binti
Layyinah bin Sihah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa
bin Jaka Tingkir bin Lembu Peteng (Prabu Brawijaya IV). 2

Pada masa anak-anak, beliau mendapat didikan langsung dari orang tua dan kakeknya di
Pesantren Gedan. Beliau mendapat Pelajaran dasar-dasar Fiqih, Tauhid, Tafsir dan Hadis.
Ketika beliau berumur 5 tahun, ayahandanya mendirikan pesantren yang diberi nama
Pesantren Keras di sebelah Selatan Kota Jombang. Lalu beberapa tahun kemudian, beliau
mengembara untuk menuntut ilmu di beberapa pesantren di Jawa dan Madura, diantaranya;
Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggalis dan
Kademangan (Bangkalan, Madura) dan pesantren lainnya.

Di tahun 1893 Masehi, beliau hijrah ke Kota Makkah untuk menimba ilmu dan itu
berlangsung selama 7 tahun di bawah asuhan dan bimbingan dari Syeikh Mahfudz dari
3
Termas, ulama Indonesia pertama yang mengajar kitab Shahih Bukhari di Makkah. Beliau
inilah salah seorang motivator bagi KH Hasyim muda dalam mempelajari Ilmu Hadis,
bahkan KH Hasyim Asy’ari mendapatkan ijazah mengajar kitab Shahih Bukhari dari Syeikh
Mahfudz, sampai sekembalinya ke Indonesia dibangun lah pesantren yang di dalamnya
dipelajari Ilmu Hadis yang dikenal dengan Pesantren Tebu Ireng. Beliau pulang Kembali ke
tanah air pada tahun 1899 Masehi.

Kh Hasyim Asy’ari selama hidupnya telah menikah sebanyak 7 kali. Pada umur 21 tahun,
menikahi seorang Perempuan yang bernama Nafisah (putri dari Kiyai ya’kub dari Pesantren
Siwalan Panji, Sidoarjo). Dan meninggal saat ia berhaji dengan KH Hasyim Asy’ari, dan
setahun setelahnya KH Hasyim pulang ke Indonesia. Lalu beliau menikah lagi dengan
seseorang yang Bernama Khadijah dari Karangkates (Kediri), namun pernikahan ini tidak
bertahan lama karena istri kedua beliau tersebut meninggal. Lalu beliau menikah lagi dengan
2
NU Online. Trah Bangsawan dan Elite Agama dari KH Hasyim Asy’ari. 14 Februari 2021.
3
Badiatul Roziqin . 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia. Yogyakarta : e Nusantara, 2009. Hal 247.
Perempuan yang Bernama Nafiqah dari Sewulan (Madiun), dari pernikahan beliau yang
ketiga terlahir 10 anak; Hannah, Khairiyah, Asiyah, Azzah, Abdul Wahid (terkenal dengan
sebutan Wahid Hasyim), Abdul Hakim, Abdul Karim, Ubaidillah, Mashuroh, dan Muhammad
Yusuf. Istri beliau (Nafiqah) meninggal di tahun 1920 Masehi. Kemudian Hadhratussyeikh
menikah lagi dengan Perempuan yang Bernama Masrurah asal Kapurejo, Pagu (Kediri), dari
pernikahan ini terlahir 4 orang anak; Abdul Qodir, Fatimah, Khadijah dan Muhammad
4
Ya’kub. Istri kelima beliau adalah Nyai Amini, ia merupakan janda dari adik
Hadhratussyeikh yang telah meninggal lebih dahulu. Dari pernikahan ini KH Hasyim Asy’ari
tidak memiliki keturunan, namun Nyai Amini memiliki anak dari suaminya terdahulu, yang
5
Bernama; Syarofah, Ali, Nafisah dan Ulyatun. Dua istri lainnya yang dinikahi oleh
Hadhratussyeikh masih belum diketahui.

Dari sisi keilmuan dan produktivitas, KH Hasyim Asy’ari tidak dipertanyakan lagi
kealimannya. Sedari muda Ketika masih di bawah didikan orang tua dan kakeknya, beliau
sudah mengajarkan santri-santri, begitupun Ketika beliau berada di Makkah di bawah asuhan
dan pengajaran Syeikh Mahfudz.

Karya tulis KH Hasyim Asy’ari termasuk banyak sehingga beliau termasuk ulama yang
berdakwah melalui kalam dan qalam. Diantara karya tulis beliau ialah;

a. Muqaddimah Al-Qanun Al-Asasi Li Jam’iyyah Nahdhah Al-‘Ulama


b. Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’allim
c. Risalah Fii Ta’kid Al-Akhdz Bi Al-Madzhab
d. At-Tibyan Fi An-Nahyi ‘An Muqatha’ah
e. Arba’in Haditsan Tata’allaq Bi Mabadi’ Jam’iyyah
f. An-Nur Al-Mubin Fi Mahabbah Sayyid Al-Mursalin
g. At-Tanbihat Al-Wajibat Liman Yashna’Al-Maulid Bi Al-Munkarat
h. Risalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah Hadis Al-Mauta
i. Mawaidz
j. Ziyadat Ta’liqat ‘Alaa Mandzumah As-Syeikh ‘Abdullah bin Yasin Al-Fasuruani
k. Dhau Al-Mishbah Fi Bayan Ahkam An-Nikah
l. Ad-Darrah Al-Muntasyirah Fi Masail Tis’a ‘Asyarah
m. Ar-Risalah Fi Al-Aqaid
4
Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH Hasyim Asy’ari Tentang Ahl As-Sunnah Wa Al-Jamaah. (Surabaya :
Khalista, 2010). Hal 74-75.
5
Portal Majalengka.com. 5 Istri KH Hasyim Asy’ari Merupakan Putri Orang Terpandang. 16 Juli 2022.
n. Ar-Risalah Fi At-Tasawuf
o. Ar-Risalah At-Tawhidiyah
p. Ar-Risalah Al-Jamaah
q. Al-Qalaid Fi Bayan Maa Yajib Min Al-‘Aqaid
r. Tamyiz Al-Haqq Min Al-Bathil
s. Al-Jasus Fii Ahkam An-Nuqus
t. Hasyiyah ‘Alaa Fath Ar-Rahman Bi Syarh Risalah Al-Wali Ruslan Lii Syaikh Al-
Islam Zakariya Al-Anshari
u. Manasik Shugra 6

Pemikiran Hadis Nahdhatul Ulama (NU)

Sebagaimana disebutkan di Sejarah berdirinya organisasi Nahdhatul Ulama (NU) sebelumnya


oleh komite yang berkomposisikan ulama ahlussunnah wal jama’ah dari pulau Jawa
kemudian terpilihnya KH Hasyim Asy’ari sebagai ketua Lembaga organisasi ini, maka bisa
kita track dan lacak pemikiran hadis NU ini, melalui sang pemimpinnya; Hadhratusyeikh KH
Hasyim Asy’ari.

Sejak kecil, beliau sudah mengenyam Pendidikan dasar Islam di pesantren dari orang tua dan
kakeknya. Lalu hijrah untuk menimba ilmu ke Makkah Al-Mukarramah dan belajar lalu
mendalami berbagai disiplin ilmu, khususnya Ilmu Hadis. Ilmu itu beliau pelajari dari Syeikh
Mahfudz, bahkan mendapat izin dan ijazah dari gurunya tersebut untuk mengajar kitab
Shahih Bukhari di sana. Dan sekembalinya Hadhratusyeikh ke Indonesia, beliau melanjutkan
dakwah Islam dan pengajaran disiplin Ilmu Hadis ini dengan mendirikan Pesantren Tebu
Ireng di Jombang Jawa Timur sebagai wadahnya.

Setelah pulangnya Hadhratusyeikh ke tanah air, beliau melihat banyak perubahan yang cukup
signifikan dari segi amaliah kaum muslimin, seperti mulai munculnya dan tersebarnya
pemahaman Syi’ah dan Wahabi. Maka, hal ini menggugah diri KH Hasyim Asy’ari untuk
membuat sebuah karya yang meluruskan pemahaman kaum muslimin agar tidak keluar dari
jalur Ahlussunnah Wal Jama’ah serta menyerang balik pemikiran dan pemahaman yang sesat
dan menyesatkan. Kitab tersebut bernama Risalah Ahlusunnah Wal Jamaah. Diantara isi di
dalam tersebut membahas dan menjelaskan pemikiran Hadhratusyeikh yang mengklaim
bahwa beliau termasuk golongan Ahlussunnah Wal Jamaah melalui perspektif hadis. Dan ini
6
Tebuireng Online. Inilah 21 Karya Hadhratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. 11 Agustus 2022.
menegaskan bahwa lembaga organisasi Nahdhatul Ulama tidak keluar dari koridor
Ahlussunnah Wal Jamaah.

KH Hasyim Asy’ari berujar : “wahai ulama dan para pemimpin yang bertaqwa di kalangan
ahlussunnah wal jamaah dan keluarga madzhab imam empat, kalian telah menimba ilmu-
ilmu dari orang-orang sebelum kalian, orang-orang sebelum kalian menimba ilmu dari orang-
orang sebelum mereka, dengan jalan sanad yang bersambung sampai kepada kalian dan
kalian selalu meneliti dari siapa kalian menimba ilmu agama kalian. Maka dengan demikian,
kalian adalah penjaga-penjaga ilmu dan pintu gerbang pintu-pintu ini, kalian tidak memasuki
rumah-rumah kecuali melalui pintu-pintunya. Maka barang siapa yang memasukinya namun
tidak melalui pintunya, ia adalah seorang pencuri” . 7

Umat Islam yang mendiami wilayah Jawa (Nusantara) sejak zaman dahulu telah bersepakat
dan menyatu pandangan keagamaannya. Di bidang Fiqih, mereka berpegang teguh kepada
madzhab Imam Syafi’i. di bidang Ushuluddin, berpegang kepada madzhab Abu Al-Hasan Al-
Asy’ari. Di bidang Tasawuf, berpegang kepada madzhab Abu Hamid Al-Ghazali dan Abu
Hasan Al-Syadzili. Kemudian pada tahun 1330 Hijriyyah timbul pendapat yang saling
bertentangan, isu bertebaran, dan pertikaian di kalangan para pemimpin di antara mereka. 8

Di antara mereka (sekte yang muncul kisaran tahun 1330 Hijriyyah) terdapat kelompok yang
mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Mereka melakukan kebid’ahan
Muhammad bin Abdul Wahab An-Najdy, Ahmad bin Taimiyyah seta kedua muridnya; Ibnul
Qayyim dan Abdul Hadi. Mereka mengharamkan hal-hal yang telah disepakati oleh orang-
orang Islam sebagai sebuah kesunnahan, yaitu; bepergian untuk menziarahi makam
Rasulullah SAW. 9

Maksud dari propaganda ini adalah munculnya permusuhan dan kericuhan dengan menguasai
jaringan teknologi mereka membuat kerusakan di muka bumi. Mereka berbohong atas nama
Allah SWT padahal mereka menyadari kebohongan tersebut. Menganggap dirinya
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, merecoki Masyarakat dengan mengajak untuk
mengikuti syariat Islam dan mencegah kebid’ahan padahal Allah SWT Maha Mengetahui

7
KH Hasyim Asy’ari, Muqaddimah Qanun Asasi Lembaga Nahdhatul Ulama. Pusataka Al-Muqsith. Bekasi, Jawa
Barat, Hal 30.
8
KH Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlusunnah Wal Jama’ah. 2001. Pusataka Al-Muqsith. Bekasi, Jawa Barat.Hal 35-
36.
9
Ibid, hal 37-38.
bahwa mereka berbohong. Dan menurutku (KH Hasyim Asy’ari) mereka adalah ahli bid’ah
dan mengikuti hawa nafsu. 10

Ada pula kelompok Rafidhah yang selalu mencela Abu Bakar dan Umar radhiyallahu
‘anhuma namun fanatik terhadap sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib dan para ahlul beyt
radhiyallahu ‘anhum lainnya. 11

‫ َع ْن‬، ‫ َح َّد َثَنا َع ِبيَد ُة ْبُن َأِبي َر اِئَطَة‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َح َّد َثَنا َيْع ُقوُب ْبُن ِإْبَر اِهيَم ْبِن َس ْع ٍد‬: ‫ َقاَل‬، ‫َح َّد َثَنا ُمَح َّم ُد ْبُن َيْح َيى‬
‫ َهَّللا َهَّللا ِفي‬: ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَل‬، ‫َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُم َغ َّفٍل‬
‫ َع ْن‬، ‫َع ْبِد الَّرْح َمِن ْبِن ِز َياٍد‬
‫ َو َم ْن‬، ‫ َو َم ْن َأْبَغ َض ُهْم َفِبُبْغ ِض ي َأْبَغ َض ُهْم‬، ‫ َفَم ْن َأَح َّبُهْم َفِبُحِّبي َأَح َّبُهْم‬،‫ اَل َتَّتِخ ُذ وُهْم َغ َر ًضا َبْع ِد ي‬،‫َأْص َح اِبي‬
‫ َو َم ْن آَذ ى َهَّللا َفُيوِش ُك َأْن َيْأُخَذ ُه‬،‫ َو َم ْن آَذ اِني َفَقْد آَذ ى َهَّللا‬،‫آَذ اُهْم َفَقْد آَذ اِني‬

Artinya : “mengabarkan kami Muhammad bin Yahya, ia berkata : mengabarkan kami Ya’kub
bin Ibrahim bin Sa’d, ia berkata : mengabarkan kami ‘Abidah bin Abi Raithah, dari
‘Abdurrahman bin Ziyad, dari ‘Abdullah bin Mughaffal, ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : takutlah kepada Allah SWT (untuk mencela) para sahabatku, janganlah
kalianmencela sahabatku sepeninggalku. Barang siapa mencintai mereka maka aku
mencintaiya sepenuh cintaku, dan barang siapa yang membenci mereka maka aku
membencinya sepenuh kebencianku. Barang siapa yang menyakiti mereka, maka telah
menyakiti Allah SWT, dan barang siapa yang menyakiti-Nya SWT maka Allah lah yang akan
menyiksanya”. 12

‫ ُيَح ِّد ُث َع ْن َأِبي َسِع يٍد اْلُخ ْد ِرِّي‬، ‫ َسِم ْع ُت َذْك َو اَن‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َع ِن اَأْلْع َمِش‬، ‫ َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة‬، ‫َح َّد َثَنا آَد ُم ْبُن َأِبي ِإَياٍس‬
‫ " اَل َتُسُّبوا َأْص َح اِبي ؛ َفَلْو َأَّن َأَح َد ُك ْم َأْنَفَق ِم ْثَل ُأُح ٍد‬: ‫ َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَل‬،‫َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه‬
‫ َو اَل َنِص يَفُه‬، ‫ َم ا َبَلَغ ُم َّد َأَح ِدِهْم‬،‫َذ َهًبا‬

Artinya : “mengabarkan kami Adam bin Abi Iyas, mengabarkan kami Syu’bah dari Al-
A’masy, ia berkata : aku mendengar Dzakwan memberikan hadis dari Abi Sa’id Al-Khudri
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Nabi SAW bersabda : janganlah kalian cela para sahabatku,

10
Ibid, hal 40-41.
11
Ibid,hal 42.
12
Ibid, hal 43. HR At-Tirmidzi. Hadis no 16803. Status hadis ini adalah Hadis Hasan Gharib, tidak diketahui
kecuali melalui jalur Riwayat ini.
karena seandainya salah seorang dari kalian menginfakan emas sebesar gunung Uhud, maka
tidak akan mampu menandingi satu mud atau setengahnya salah seorang dari mereka”. 13

Nahdhatul Ulama (NU) sebagai organisasi kelembagaan agama Islam menyatakan dan
bersikap bahwa :

a. Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran primer dan produk-produk hasil
istinbath hukum dengan berbagai metodologinya termasuk Ijma’ dan Qiyas sebagai
sumber sekunder operasional.
b. Cenderung menganggap bahwa istinbath hukum melalui pendapat ulama-ulama
dalam kitab-kitab klasik itu merepresentasikan istinbath hukum dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
c. Tidak semua orang punya kompetensi dan kemampuan untuk melakukan istinbath
hukum langsung dari Al-Qur’an dan Hadis.
d. NU punya pilihan yang jelas dalam menentukan dan menggunakan metodologi dalam
istinbath hukum seperti Ijma’, Qiyas dan yang lainnya. 14

Dari beberapa poin tersebut, tersirat makna bahwa para kaum Nahdhiyyin lebih
cenderung ittiba’ dalam bertindak dan mengambil keputusan kepada para ulama
terdahulu.

Kesimpulan

1. Lembaga organisasi Nahdhatul Ulama (NU) didirikan pada 16 Rajab 1344 Hijriyyah
atau 31 Januari 1926 Masehi oleh komite dari kalangan para ulama pesantren
ahlusunnah wal jamaah di kediaman KH Wahab Chasbullah di Kertopaten Surabaya,
dan nama Nahdhatul Ulama tersebut atas usulan KH Mas Alwi Abdul Aziz.
2. Lembaga keagamaan dengan nama Nahdhatul Ulama ini dibuat, selain untuk
melanjutkan estafet dakwah Islam dari para pendahulu di Nusantara secara rapi dan
teratur, juga karena mulai adanya problem keagamaan global ketika Dinasti Saud di
Arab Saudi ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena menjadi tujuan
ziarah kaum muslimin yang datang dari seluruh penjuru dunia yang dianggap oleh
mereka sebagai bid’ah, juga dikarenakan kebijakan yang ingin diterapkan untuk
13
Imam Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari. Hadis no 3673. Daar Ibnu Al-Katsir. Beirut, Lebanon. 2002. Hal 903.
14
Dr. H. Ilman Nafi’a, M.Ag, Dinamika Relasi Nahdhatul Ulama (NU) dan Negara. CV. Zenius Publisher. Juli
2022.hal 38.
menolak praktik bermadzhab di wilayah kekuasaan Dinasti Saud, karena hanya ingin
pemahaman wahabi yang diterapkan secara resmi oleh pihak Kerajaan.
3. KH Hasyim Asy’ari lahir bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 Masehi atau 24
Dzulqa’dah 1287 Hijriyyah di Kabupaten Jombang.
4. Pada masa anak-anak, beliau mendapat didikan langsung dari orang tua dan kakeknya
di Pesantren Gedan. Beliau mendapat Pelajaran dasar-dasar Fiqih, Tauhid, Tafsir dan
Hadis. Beberapa tahun kemudian, beliau mengembara untuk menuntut ilmu di
beberapa pesantren di Jawa dan Madura, diantaranya; Pesantren Wonokoyo
(Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggalis dan Kademangan
(Bangkalan, Madura) dan pesantren lainnya.
5. Di tahun 1893 Masehi, beliau hijrah ke Kota Makkah untuk menimba ilmu dan itu
berlangsung selama 7 tahun di bawah asuhan dan bimbingan dari Syeikh Mahfudz
dari Termas, ulama Indonesia pertama yang mengajar kitab Shahih Bukhari di
Makkah. Beliau inilah salah seorang motivator bagi KH Hasyim muda dalam
mempelajari Ilmu Hadis. Lalu sekembalinya ke tanah air, dibangun lah sebuah
pesantren yang terletak di Jombang Jawa Timur pada tahun 1899 Hijriyyah dengan
nama Tebu Ireng.
6. Karya tulis KH Hasyim Asy’ari termasuk banyak sehingga beliau termasuk ulama
yang berdakwah melalui kalam dan qalam. Diantara karya tulis KH Hasyim Asy’ari;
Muqaddimah Al-Qanun Al-Asasi Li Jam’iyyah Nahdhah Al-‘Ulama, Adab Al-‘Alim
Wa Al-Muta’allim, Risalah Fii Ta’kid Al-Akhdz Bi Al-Madzhab, At-Tibyan Fi An-
Nahyi ‘An Muqatha’ah.
7. KH Hasyim Asy’ari melihat banyak perubahan yang cukup signifikan dari segi
amaliah kaum muslimin sepulangnya beliau menuntut ilmu di Makkah, seperti mulai
munculnya dan tersebarnya pemahaman Syi’ah dan Wahabi. Maka, hal ini
menggugah diri KH Hasyim Asy’ari untuk membuat sebuah karya yang meluruskan
pemahaman kaum muslimin agar tidak keluar dari jalur Ahlussunnah Wal Jama’ah
serta menyerang balik pemikiran dan pemahaman yang sesat dan menyesatkan. Kitab
tersebut bernama Risalah Ahlusunnah Wal Jamaah.
8. Umat Islam yang mendiami wilayah Jawa (Nusantara) sejak zaman dahulu telah
bersepakat dan menyatu pandangan keagamaannya. Di bidang Fiqih, mereka
berpegang teguh kepada madzhab Imam Syafi’i. di bidang Ushuluddin, berpegang
kepada madzhab Abu Al-Hasan Al-Asy’ari. Di bidang Tasawuf, berpegang kepada
madzhab Abu Hamid Al-Ghazali dan Abu Hasan Al-Syadzili.
9. Di antara mereka (sekte yang muncul kisaran tahun 1330 Hijriyyah) terdapat
kelompok yang mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Mereka
melakukan kebid’ahan Muhammad bin Abdul Wahab An-Najdy, Ahmad bin
Taimiyyah seta kedua muridnya; Ibnul Qayyim dan Abdul Hadi. Maksud dari
propaganda ini adalah munculnya permusuhan dan kericuhan dengan menguasai
jaringan teknologi mereka membuat kerusakan di muka bumi.
10. Para ulama kalangan NU cenderung menganggap bahwa istinbath hukum melalui
pendapat ulama-ulama dalam kitab-kitab klasik itu merepresentasikan istinbath
hukum dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, diantara sebabnya karena tidak semua orang
punya kompetensi dan kemampuan untuk melakukan istinbath hukum langsung dari
Al-Qur’an dan Hadis sehingga berdominan ittiba’ dalam bertindak dan mengambil
keputusan kepada para ulama terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA

NU Online. Sejarah Singkat Berdirinya Nahdhatul Ulama. 2020.

NU Online. Trah Bangsawan dan Elite Agama dari KH Hasyim Asy’ari. 2021.

Roziqin, Badiatul. 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia. 2009. Yogyakarta : e Nusantara.

Zuhri, Achmad Muhibbin. Pemikiran KH Hasyim Asy’ari Tentang Ahl As-Sunnah Wa Al-
Jamaah. 2010. Khalista, Surabaya.

Portal Majalengka.com. 5 Istri KH Hasyim Asy’ari Merupakan Putri Orang Terpandang.


2022.

Tebuireng Online. Inilah 21 Karya Hadhratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. 2022.

Asya’ri, KH Hasyim. Muqaddimah Qanun Asasi Lembaga Nahdhatul Ulama. 2022.


Pustaka Al-Muqsith. Bekasi, Jawa Barat.

Asy’ari, KH Hasyim. Risalah Ahlusunnah Wal Jama’ah. 2001. Pustaka Al-Muqsith.


Bekasi, Jawa Barat.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih Al-Bukhari. 2002. Daar Ibnu Al-Katsir.
Beirut, Lebanon.

Dr. H. Ilman Nafi’a, M.Ag, Dinamika Relasi Nahdhatul Ulama (NU) dan Negara. 2022.
CV. Zenius Publisher.

Anda mungkin juga menyukai