Hasyim Asy'ari
(Pendiri NU), Abu Hasan Al-Asy'ari
hingga Rasulullah
- Mei 21, 2018
KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri NU) & Imam Abu Hasan Al Asy'ari (Aqidah Asy'ariyyah) Punya
Sanad yang bersambung sampai Rasulullah SAW:
{Mohon bagi warga Aswaja/NU untuk di save/simpan/di share sanad mulia ini demi
terwujudnya "Islam Rahmatan Lil Aalamiin"}
3. Muhammad (Putra Sayidina Ali, dari istri kedua Kaulah bin Ja’far)
10. Al Imam Abu Hasan Ala’asyariy (Pendiri Faham “AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH”
ASWAJA) 234 Karangannya : Kitab Maqolatul Islamiyin, Al Ibanah, Al Risalah, Al-Luma’, dll
12. Al Imam Abu Bakar Al Baqilany, karangannya : Kitab At Tamhid, Al Insof, Al bayan, Al
Imdad, dll.
13. Al Imam Abdul Malik Imam Haromain Al Juwainy, karangannya : Kitab Lathoiful Isaroh,
As Samil, Al Irsyad, Al Arba’in, Al kafiyah, dll
14. Al Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al
Ghozali. Karangannya : Kitab Ihya Ulumuddin, Misyakatul Anwar, Minhajul Qowim, Minhajul
Abidin dll.
15. Abdul hamid Assyeikh Irsani. Karangannya: kitab Al Milal Wannihal, Musoro’atul
Fulasifah, dll.
16. Muhammad bin Umar Fakhrur Raazi, Karangannya: Kitab Tafsir Mafatihul Ghoib,
Matholibul ‘Aliyah, Mabahisul Masyriqiyah, Al Mahsul Fi Ilmil Usul, dll
21. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, karangannya: Kitab Sarah jurumiyah, Sarah Al Fiyah, dll.
22. Ahmad Khotib Sambas Kalimantan, Karangannya : Kitab Fathul ‘Arifin, dll.
24. Syech Mahfudz At-Termasi (mursyid Hadist Budhori matan ke-23), muridnya al :–
Syech Arsyad Al-Banjari - Banjarmasin– Syaikhona Kholil - Bangkalan Madura–Abdul
Shomad Al-Palembangi- Palembang
Sejumlah murid yang berhasil dicetak menjadi ulama besar oleh Syaikhona Kholil
bangkalan adalah: Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (Tebu Ireng Jombang), KH. Wahab
Hasbullah (Tambak Beras Jombang), KH. Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), KH As’ad
Syamsul Arifin (Sukorejo Situbondo), Kiai Cholil Harun (Rembang), Kiai Ahmad Shiddiq
(Jember), Kiai Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kiai
Abi Sujak (Sumenep), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Usymuni (Sumenep), Kiai
Abdul Karim (Lirboyo Kediri), Kiai Munawir (Krapyak Yogyakarta), Kiai Romli Tamim
(Rejoso Jombang), Kiai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan).
Dari sekian santri Syaikhona Kholil pada umumnya menjadi pengasuh pesantren dan tokoh
NU seperti Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Hasbullah. Bahkan
Presiden pertama RI Soekarno, juga pernah berguru pada Syaikhona Kholil Bangkalan.
Selain berhasil mencetak para santri-santrinya menjadi kiai, Syaikhona Kholil bangkalan
adalah salah satu kiai yang menjadi penentu berdirinya organisasi terbesar di Indonesia,
yakni Nahdlatul Ulama yang disingkat (NU).
Dalam proses pendiriannya para kiai NU tidak sembarangan mendirikan sebuah organisasi,
dalam jangka dua tahun Kiai Hasyim Asy’ari melakukan shalat istikharah (minta petunjuk
kepada Allah), untuk mendirikan sebuah organisasi yang mewadahi para pengikut ajaran
ahlussunnah wal jama’ah.
Meskipun yang melakukan istkharah adalah Hadratus Syaikh KH Hasyim As’ari, akan tetapi
petunjuk (isyarah) tersebut tidak jatuh ketangan Kiai Hasyim Asy’ari, melainkan isyarah
tersebut melalui Syaikhona Kholil Bangkalan.
Munculnya isyarah sebuah tongkat dan tasbih yang akan diberikan kepada Hadratus
Syaikh KH Hasyim Asy’ari melalui perantara Kiai As’ad Syamsul Arifin, yang merupakan
tanda akan berdirinya sebuah organisasi besar yakni jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).
Para ulama pendiri NU jelas bukan sembarang ulama. Mereka orang-orang khos yang
memiliki kualitas keimanan yang luar biasa di zamannya.
Salah satu pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama, KH Abdul Wahab Hasbullah, selain
pendirian NU kepada kepada KH Hasyim Asy’ari, beliau meminta persetujuan waliyullah
tanah Jawa. Yaitu Kanjeng Sunan Ampel.