Anda di halaman 1dari 8

Setiap orang pasti menginginkan kondisi yang ideal dengan tubuh yang 

sehat dan kuat secara


optimal. Segala cara akan dilakukan demi mencapai kondisi ideal tersebut. Dengan kondisi
tubuh yang sehat, maka seseorang mampu melakukan setiap kegiatan dengan baik. Suatu
istilah yang kerapkali kita jumpai dalam berurusan dengan kesehatan adalah Body, Mind, and
Spirit. Lalu, apa yang dimaksud dengan Kesehatan Holistik?

Kesehatan holistik adalah salah satu disiplin ilmu yang mandiri dan merupakan


gabungan dari berbagai macam pengobatan (termasuk di dalamnya sistem pengobatan
barat/konvensional dan sistem pengobatan timur) yang bisa dipertanggungjawabkan
secara medis dan organ tubuh secara optimal yang melibatkan keseimbangan kerja
fisik, psikis, mental dan emosional dengan mengutamakan makanan/diet
sebagai obat utama.

Konsep kesehatan holistik merupakan usaha yang mencakup keseluruhan usaha preventif,


promotif kuratif dan rehabilitative.

 Preventif adalah usaha pencegahan datangnya penyakit atau usaha untuk menjaga kondisi


agar tetap sehat. Sebagai contoh mencuci tangan sebelum makan untuk mencegah
penyakit diare.
 Promotif adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan, sebagai contoh
pemberian Inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi pemberian ASI eksklusif.
 Kuratif adalah suatu upaya penyembuhan suatu penyakit yang diderita pasien baik fisik
maupun mental.
 Rehabilitative adalah suatu upaya pemulihan kondisi kesehatan agar kembali sehat dan
bugar seperti semula, sebagai contoh balita yang sakit pneumonia perlu diberikan
asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk proses penyembuhan serta pemulihan
dari penyakitnya.

Sejarah pengobatan holistik


Pengobatan holistik ini sebenarnya telah dikenalkan sejak zaman dahulu yaitu pada
peradapan Babilonia di Mesipotamia sekitar 2600 tahun sebelum Masehi pada saat itu tulisan
mengenai pengobatan dituliskan pada lembaran tanah liat mengenai gejala penyakit dan cara
pembuatan obatnya serta doa yang dipanjatkan kepada Tuhan. Metode ini dikenal dengan
menggabungkan praktek kefarmasian, kedokteran dan perawatan secara spiritual dalam
pengobatan suatu penyakit.

Selain itu pengobatan secara holistik juga telah dikenalkan oleh para
tokoh kesehatan diantaranya Ibnu sina, Hipocrates, dan plato. Ibnu sina (980-1037) atau
dikenal dengan avicenna yang mengatakan bahwa kekuatan imunitas bergantung pada 4
faktor yaitu 50% spiritual, 20% mental, 20% emosional dan 10 % fisikal.

Pada konsep pengobatan holistik ini hipocrates juga mengungkapkan bahwa :

Make your food be medicine and your medicine be your food.

Artinya bahwa apa yang dimakan dan diminum adalah obat yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu
berupa sayuran, buah-buahan dan air putih. Plato juga salah satu pendukung pandangan
holistic yang mengatakan bahwa menghormati hubungan antara pikiran dan tubuh adalah
sangat penting bagi kesehatan.

Aspek-aspek pengobatan holistik


Terdapat 4 aspek utama yang merupakan faktor penentu dalam pengobatan holistik yaitu:

1. Aspek spiritual

Aspek spiritual seseorang sangat berpengaruh terhadap pemulihan kesehatannya. Dari sejarah


telah disebutkan bahwa pengobatan suatu penyakit dari sisi spiritualitas pasien sudah
ditanamkan sejak peradaban babilonia sekitar 2600 sebelum Masehi, dimana telah dituliskan
pada lembaran tanah liat gejala penyakit beserta do’a yang harus dipanjatkan kepada Tuhan.

Aspek spiritual yang ingin penulis sampaikan pada makalah ini adalah tentang Do’a. Do’a
merupakan dialog, penyerahan dan permohonan tulus dari seorang hamba kepada Allah
SWT, hal ini sangat penting dilakukan supaya terjadi sinergi yang melibatkan Allah SWT
sebagai Sang Pencipta, dan pasien, dokter, atau ilmu pengetahuan sebagai makhluk, demi
kesembuhan manusia secara total.

Sejumlah riset membuktikan, antara lain bahwa orang yang tidak religius ataupun tidak
mendapatkan intervensi doa, lebih tinggi resikonya untuk melakukan bunuh diri, lebih rendah
tingkat kesembuhan dari penyakit, lebih tinggi resikonya untuk mengalami sakit, dan lebih
rentan terhadap penyakit.

Sebuah riset longitudinal (8-10 tahun) yang dilakukan oleh Robbins dan Metzner terhadap
2.700 orang membuktikan bahwa angka kematian pada kelompok yang rajin berdoa atau
beribadah lebih rendah dibanding dengan kelompok yang tidak rajin.

Riset yang dilakukan oleh Zuckerman, Kals, dan Ostfield terhadap warga lanjut usia pun
membuktikan hal yang sama: kelompok lanjut usia yang rajin berdoa terbukti lebih
panjang umur dibandingkan dengan yang tidak rajin berdoa

Penelitian yang dilakukan Cancerellaro, Larson, dan Wilson terhadap para pecandu alkohol,
narkotika, dan pasien gangguan jiwa skizofrenia, membuktikan rendah/tidak
adanya komitmen terhadap agama. Riset juga membuktikan bahwa terapi atau pengobatan
yang diberikan kepada mereka berhasil secara optimal bila disertai terapi doa.

Barry Rosenfeld dan kawan-kawan dari Fordham University dan William Breitbart dari
Memorial Sloan Kettering Cancer dalam riset yang dipublikasikan tahun 2003 membuktikan
adanya efek spiritualis menawarkan proteksi atau memberikan efek penyangga dalam
melawan keputusasaan pada pasien yang menganggap hidupnya akan segera berakhir.

Riset lain juga membuktikan adanya kaitan antara sistem imun dengan tingkat spiritualis dan
kondisi emosi. Tiga ilmuwan mengukur tingkat spiritualis dan interleukin-6 (IL-6)
pada darah pasien penyakit kanker terminal. Terbukti adanya kaitan antara tingkat fungsi
imun tubuh dengan suasana hati yang baik dan IL-6. Sebagai catatan, IL-6
adalah protein pada sel-sel yang bekerja untuk mengatur fungsi sistem imun tubuh. Tahun
1998 sebuah studi di California menemukan bahwa 6 bulan setelah didoakan secara diam-
diam ternyata tingkat kesehatan pasien AIDS terbukti membaik secara signifikan bila
dibandingkan tingkat kesehatan kelompok pasien AIDS yang tidak didoakan.

Tahun 2002, hasil studi yang dilakukan terhadap 39 pasien ICU membuktikan, mereka yang
didoakan bisa keluar dari rumah sakit lebih cepat dibandingkan pasien yang tidak didoakan,
walaupun mendapatkan pengobatan yang sama. Banyak ilmuwan semakin yakin
manfaat doa bagi kesehatan, dan riset masih terus dilakukan dengan mencermati dari
berbagai sisi

2. Aspek mental dan emosional Berpikir positif

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kazuo Murokami yang menghubungkan antara pengaruh
faktor psikologis dengan gen, menemukan bahwa daya pikir dapat mengatur fungsi genetik
dalam penyembuhan suatu penyakit. Kekuatan cara berpikir positif atau negatif sering terlihat
pada saat seseorang jatuh sakit.

Contohnya jika seorang dokter member tahu pasiennya bahwa ia menderita kanker maka


seseorang yang sangat stabil emosinya akan depresi dan akan menambah keparahan
penyakitnya. Hingga para dokter biasanya tidak memberi tahu kepada pasien
tentang penyakit yang diderita karena kebanyakan pasien menerima informasi tersebut
sebagai hal yang traumatis. Sehingga para ilmuwan mengakui kebenaran peribahasa bahwa
“penyakit datang dari pikiran”

Menurut Dr. Husein Ahmad Bajry bahwa tubuh anda adalah dokter yang terbaik. Tubuh
sudah diciptakan oleh Allah denga sangat sempurna bahkan mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan diri sendiri ketika sakit.

Konsep penyembuhan diri sendiri telah muncul sejak zaman dahulu kala. Kazoo murokami
mengatakan bahwa penyembuhan diri sendiri berhubungan dengan adanya gen yang
memerintahkan tubuh untuk sembuh. Dengan kata lain , tubuh dilengkapi dengan sebuah
program penyembuhan yang tersembunyi. Tidak ada yang terjadi dalam tubuh kecuali jika
hal tersebut telah tersurat dalam gen manusia.

Kazoo murokami mengatakan bahwa gen manusia dilengkapi dengan tombol nyala/padam
yang dapat mengubah fungsi gen tersebut. Sebagai contoh olahraga secara teratur akan
menyalakan genyang bermanfaat yang berakibat meningkatnya
kekuatan otot dan kesehatan dan pada saat yang sama juga memadamkan gen yang
merugikan. Begitu juga dengan proses penyembuhan jika pikiran seseorang optimis untuk
sembuh maka gen akan memerintahkan untuk sembuh.

Manusia semua memiliki gen yang berpotensi dapat menimbulkan penyakit, dan pada saat
yang sama gen juga dapat mencegah penyakit. Baik gen penyebab kanker maupun gen
penghambat kanker telah ditemukan, bila mereka muncul bersama-sama maka keseimbangan
akan terjadi. Penyakit-penyakit lainpun sama halnya. Yang penting adalah keseimbangan.
Begitu eseimbangan terganggu maka penyakit akan menyebar dengan cepat (murokami,
2007).

Menurut kazuo murokami faktor lingkungan termasuk kondisi psikologis seseorang


merupakan variable penting yang menentukan gen berbahaya tengah padam atau tidak.
Bahkan jika dua orang yang memiliki gen sama persis-sepasang kembar identik- dan yang
satu jatuh sakit, yang satu lagi mungkin tidak akan jatuh sakit karena masing-masing mereka
terkena dampak dari faktor lingkungan ( kondisi psikologis) yang berbeda.

3. Pola makan dan gaya hidup

Diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa

“sumber  penyakit adalah perut. Perut adalah gudang penyakit dan berpuasa adalah
obatnya” (HR.Muslim)

Dari hadis tersebut dapat diambil suatu makna bahwa sumber dari segala penyakit dimulai
dari pencernaan, apa yang dicerna atau dimakan menentukan datangnya penyakit. Hadis ini
secara tidak langsung dibuktikan oleh dokter Hiroshi Shinya asal jepang dalam bukunya
“The Miracle of Enzyme Self-Healing Program” yang meneliti ribuan usus (terutama usus
besar) orang Amerika dan orang Jepang.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa sebagaian besar, hampir 100% usus mereka
dalam keadaan tidak sehat yang berhubungan dengan pola atau makan mereka yang tidak
sehat. Pola makan yang tidak sehat menyebabkan adanya sisa makanan yang tidak dapat
diserap tubuh dan juga tidak bisa diekresikan melalui feses dan menempel diusus besar
sehingga sisa kotoran akan menjadi toksin yang dapat diserap oleh tubuh dan akan
menimbulkan berbagai macam penyakit, diantaranya kanker usus besar.

 Pola makan yang teratur


Makanan merupakan sumber energy bagi tubuh agar semua organ tubuh dapat berfungsi
dengan optimal. Pola makan yang sehat dapat menjadikan tubuh kita sehat, sebaliknya
dengan pola makan yang tidak sehat akan membuat tubuh kita rentan terhadap penyakit.

Diriwayatkan bahawa Rosulullah pernah bersabda “makanlah sebelum engkau lapar dan
berhentilah sebelum kenyang”.

Dari hadist tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang harus
kita perhatikan dalam pola makan yaitu (1) jumlah makanan yang kita konsumsi (2) jenis
makanan dan (3) jadwal makan.

Banyaknya makanan yang dikonsumsi seharusnya seimbang antara jumlah makan yang
masuk dan energi yang dikeluarkan. Pengukuran yang paling mudah sebagai parameter
apakah makanan yang dikonsumsi sudah cukup atau belum bagi tubuh adalah berat badan.
Berat badan yang ideal sangat penting dipertahankan agar tubuh tidak rentan
terhadap penyakit.

Jenis makanan yang dikonsumsi hendaknya mempunyai proporsi yang seimbang


antara karbohidrat protein dan lemak. Komposisi yang disarankan adalah 55-
65% karbohidrat, 10-15% protein, 25-35% lemak.

Menurut dr.lenny mengatakan bahwa jadwal makan yang ideal perlu dijalankan agar
seseorang mempunyai pola makan yang baik adalah 5 sampai 6 kali sehari yaitu sarapan
pagi, snack, makan siang, snack sore, makan malam dan bilamana perlu snak malam.
Untuk menghindari sakit maag sebaiknya mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil tapi
sering.

 Gaya hidup yang sehat


Stress yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga tubuh rentan
terhadap penyakit. Managemen stress yang baik sangat diperlukan agar gaya hidup
kita sehat, yaitu dengan tidak menunda pekerjaan, bekerja dengan senang hati, istirahat
cukup dan manajemen waktu dengan baik.
 Olah raga yang cukup
Olah raga merupakan faktor yang sangat penting bagi kesehatan. Olah raga dapat menjaga
seseorang dari berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2,
penyakit jantung dan osteoporosis. Olah raga bahkan
mengurangi risiko stroke, sakit punggung bawah (LBP), kanker usus besar,
kanker payudara, kanker paru dan endometrium. Jogging, bermain tenis atau berenang
bermanfaat mencegah stroke pada kaum pria.

Sebuah riset baru menemukan bahwa pria yang berolah raga secara teratur dengan
intensitas sedang dan berat lebih kecil kemungkinannya terkena stroke dibandingkan pria
yang kurang aktif. Riset tersebut meneliti 3.298 orang dengan usia rata-rata 69 tahun yang
tinggal di Manhattan Utara, New York. Pria yang berolah raga 63% lebih kecil
kemungkinannya terkena stroke dibandingkan mereka yang tidak berolah raga.

4. Obat

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia atau hewan.

Obat juga sudah dikenal sejak zaman dahulu. Pada tahun 2000 sebelum masehi telah
dilakukan praktek kefarmasin di Cina yang dikenal dari legenda Shen Nung dimana
dilakukan infestegasi dan pengenalan beberapa ribu jenis tanaman yang memiliki khasiat
dalam pengobatan. Shen Nung dikenal dari reputasinya mencoba beberapa ramuan tersebut
pada dirinya sendiri dan menuliskannya dalam tulisan yang memuat 365 obat.

Shen Nung melakukan percobaan terhadap beberapa herba, kulit pohon, dan akar dari


ladangnya dan Ephedra. Beberapa ramuannya hingga kini masih digunakan dalam praktek
kefarmasian.

Yang juga sangat penting dalam perkembangan dunia kefarmasian adalah penulisan Papirus
Ebers sekitar 1500 sebelum masehi yang menuliskan 800 ramuan pengobatan. Selanjutnya
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia barat pada masa yunani menempatkan dasar-dasar
pengobatan dengan pendekatan yang ilmiah.

Beberapa filsuf terkemuka pada zaman tersebut mulai mencari hubungan antara
kondisi kesehatan seseorang dengan gejala alam disekitarnya. Sebagian melakukan dengan
pendekatan filosofis dan masih jauh dari taraf aplikasi
menyembuhkan penyakit di masyarakat.

Peletak dasar pengobatan yang terkenal pada zaman tersebut adalah Galen (130-200
M) yang mengkhususkan pada ilmu mengenai bahan-bahan yang memberikan khasiat. Ilmu
galenika ini menjadi bidang kajian yang penting selama ratusan tahun.
Sumber : Dr. Christyaji Indratmojo, Konsep Pengobatan Holistik.
Referensi :

 Agustian A.R, 2009. Emotional  Spiritual Quotion, edisi indonesi penerbit Arga


Publishing
 Murokami.K., 2007, The Divine Massage Of The DNA, Mizan
 Wasito H dan Herawati D.2008. Etika farmasi dalam Islam. Graha Ilmu

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-kesehatan-holistik/116563/2

Anda mungkin juga menyukai