Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF PADA PASIEN


DENGAN HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Komplementer

Disusun oleh:
Febri Trisaputra
PN200843

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2021
A. Konsep Holistik dalam Keperwatan

1. Definisi Terapi Komplementer

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan


dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern (Andrews et al, 2011). Terminologi ini dikenal sebagai
terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2013). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al,
2014).

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer


adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.

Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan
Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang
bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari
seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non- konvensional. Di
Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non- konvensional, termasuk pengobatan
komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non
– konvensional di berbagai media. Fokus Terapi Komplementer yaitu :

a. Pasien dengan penyakit jantung.


b. Pasien dengan autis dan hiperaktif
c. Pasien kanker

2. Tujuan Terapi Komplementer


a. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.
b. Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system
kekebalan dan pertahanan tubuh.
c. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan.
3. Prinsip Dasar
a. Mind (Pikiran)
Kita semua sudah tau fikiran itu sangat erat kaitannya dengan akal.
System memory atau ingatan, kemampuan intelektual, kecerdasan dan lain
sebagainya. Kesehatan akal pun sangat berpengaruh dengan kesehatan jiwa dan
fisik juga. Jika manusia selalu berfikir positif maka dapat mennghasilkan
energy positif juga yang dapat memengaruhi kesehatran jiwa dan fisiknya pula.
Tingkat kecerdasan manusia dapat diukur denga tes IQ, atau tes potensi
akademik (TPA). Dari uraian di atas maka kita tahu tentang perbedaan antara
tubuh (body) secara fisik, jiwa (soul), dan fikiran (mind), semua saling
berkaitan walaupun itu hal yang berbeda. Yang perlu kita pahami yaitu
bagaimana caranya untuk mencapai keseimbangan supaya dirti kita sehat
secara jasmani dan rohani (Cushman, 2013).

b. Body (tubuh/fisik)
Secara biologis tubuh manusia terdiri dari kumpulan organ-organ tubuh
yang membentuk suatu sub system yang bekerja seacara kusus, seperti system
pernapasan, system pencernaan, system pengideraan, sisten saraf, system
peredaran darah, system gerak, dan lain sebagainya sehingga membentuk tubuh
manusia seacar utuh. Tubuh secara fisik mudah dikenali karena kita mampu
mengamati secara langsung. Untuk mengetahui apakah fisik sedang sakit atau
tidak dapat dilakukan tes kesehatan, jika tidak ada gangguan kesehatan pada
masing-masing sub system dan pada organ-organ terkait berarti fisik orang
tersebut dapat dikatakan sehat (Cushman, 2013).

c. Soul (jiwa)
Definisi dari jiwasangatlah banyak ada yang mengatakan, roh, nyawa,
nafsu, perasaan, hati, qalb dan lain sebagainya. Dalam ilmu psikologi pun jiwa
tidak dapat diketahui secara pasti, karena dari esensi jiwa itu tidak terukur
seperti halnya fisik manusia. Dalam hal ini akan membahas pengertian jiwa
dari berbagai sudut pandang. Jiwa dalam bahasa arab disebut (An nafs), jiwa
itu sangat erat kaitannya dengan perasaan, keiinginan, penilaian baik buruk,
senang, sedih, tenang, gelisah dan sebagainya. Karena sifatnya yang labil maka
jiwa tidak bisa dikur secara pasti, tetapi dapat diketahui dengan gejala-gejala
atau gangguan-gangguan yang tampak. Dalam ilmu psikologi untuk
mengetahui kondisi kejiwaan seseorang dapat dilakukan test kepribadian
sehingga jika seseorang mengalami gangguan jiwa dapat diketahui dari hasil
diagnosis melalui test kepribadian tersebut. Orang yang sehat jiwanya akan
mampu mengatasi semua problem yang dihadapinyta dan mampu berinteraksi
dengan lingkungan sosial secara baik (Cushman, 2013).

B. APLIKASI TERAPI KOMPLEMENTER

1. Terapi herbal medic


Yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal
terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal
terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan
coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan
herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.

c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat
izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan
pemantauan terus menerus.

C. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto, 2014).

2. ETIOLOGI

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan
tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi menurut Aspiani
(2016) yaitu :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :


a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita oleh seitar 95% orang. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut
ini.
1) Faktor keturunan Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau
makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin).

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah
tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan
reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila
ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu
tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan
CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer
(peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang
berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder
(Aspiani, 2016)

3. KLASIFIKASI

No Kategori Sistolik Diastolic


.
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi

Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (berat) 180- 209 100-119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Khairunnisa, 2019

4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis menurut Black (2014)
a. Sakit kepala (rasa berat di tengkuk)
b. Palpitasi
c. Kelelahan
d. Nausea
e. Epitaksis
f. Pandangan kabur atau ganda
g. Tinnitus (telinga berdengung)
5. PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan


dengan pekerjaan)
Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian tangisan
yang meledak

2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata),


gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan


menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
4) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit


jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol

D. KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER TERKAIT KASUS

1. Konsep Labu Siam (Sechium edul.)


a. Pengertian Labu Siam (Sechium Edul)

Tanaman ini berasal dari Meksiko dan telah dibudidayakan sejak

zaman pra-Kolombia. Labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.)

merupakan tanaman subtropis dan termasuk ke dalam spesies

cucurbitaceus yang sering digunakan sebagai bahan makanan.

Labu siam termasuk salah satu komoditas yang sangat mudah

ditemukan, hal ini sesuai dengan data statistik yang menyatakan

bahwa produksi labu siam dari tahun 2000 hingga tahun 2012

mengalami peningkatan yaitu dari 158.654 ton menjadi 428.083

ton (BPS, 2013). Buah labu siam.

b. Sistem klasifikasi tanaman labu siam adalah


(Putri, 2012)

Kerajaan : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Sechium
Jenis : Sechium edule (Jacq.) Sw

c. Manfaat buah Labu

Dalam pengobatan labu siam memiliki aktivitas diuretik,


aintihiperlipidemia, antiinflamsi dan penurunan tekanan darah

dan (Putri, 2012). Labu siam sangat bermanfaat dalam mencegah

dan menghambat penyerapan kolesterol dalam tubuh. Alkaloid

mampu meperlancar peredaran darah sehingga dapat mencegah

stroke, menurunkan risiko penyakit jantung, menurunkan tekanan

darah, membantu mencegah kanker, dan membantu

menghentikan proses inflamasi, sedangkan tanin memiliki

aktivitas antimikroba. Senyawa polifenol, antosianin, dan

flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, (Higgins, 2004; Mélo et

al., 2006). Kandungan gizi buah labu siam dalam 100 gram

daging buah labu siam dapat dilihat pada Tabel Kandungan Gizi

Buah Labu Siam.

Kandungan Jumlah Kandungan Jumlah


Gizi Gizi
Kalori 26-31 Kalsium 12-19
kkal mg
Gula larut air 3,30% Fosfor 4-30 mg
Protein 0,9-1,1% Seng 2,77 mg
Lemak 0,1-0,3% Mangan 0,38 mg
Karbohidrat 3,5-7,7% Besi 0,2-0,6
mg
Serat 0,4-1% Tembaga 0,25 mg
Hemiselulosa 7,55 mg Vitamin A 5 mg
Selulosa 16,42 mg Thiamin 0,03 mg
Lignin 0,23 mg Riboflavin 0,04 mg
Natrium 36 mg Niasin 0,4-0,5
mg
Kalium 3378,62 Asam askorbat 11-20
mg mg
Magnesium 147 mg Saponin 1,65%
Alkaloid 1,57 Flavonoid 0,95%
Polifenol 5,93 mg Proantosianin 75,73
mg

Standart Operasional Pelaksanaan (SOP) Pemberian Terapi

Komplementer: Perasan Labu siam


Pengertian Terapi non farmakologi adalah sebagai terapi tambahan selain

hanya mengonsumsi obat-obatan.

Tujuan meningkatkan efikasi obat, mengurangi efek samping, serta

memulihkan keadaan pembuluh darah dan jantung.

Prosedur Waktu yang di butuhkan untuk pemberian terapi komplementer:

perasan labu siam

Pelaksanaan pemberian terapi komplementerL perasan Labu


siam:

1. Persiapan

a. Siapkan lingkungan yang aman dan tenang

b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan

2. Pelaksanaan

a. Persiapan sebelum terapi

1) Alat-alat:

- Pemarut keju

- Gelas

- Sendok

- Tapisan teh

2) Bahan

- Labu siam (500gram)

-
b. Pelaksanaan

1) Kupas kulit labu siam

2) Cuci labu siam sampai bersih

3) Dalam keadaan segar labu siam di parut

4) Pisahkan labu siam yang telah diparut

menggunakan tapisan teh untuk

mendapatkan airnya.

5) Perasan labu siam dapat di konsumsi


Pemberian Di konsumsi 2x shari selama tekanan darah tinggi < 140/90

mmHg.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa.
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Djaelani, P. (2015). Pengaruh Sari Buah Labu Siam Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi di PSTW Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi di Ruang Angsoka di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Kristiana, Erlisa Candrawati, R. C. A. w. (2018). PENGARUH LABU SIAM (Cucurbitaceae)
TERHADAP TEKANAN DARAH DAN KOLESTEROL PADA PASIEN HIPERTENSI
DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG. 3, 785–790.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2011). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nadirawati, 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga : Teori dan Aplikasi Praktik. Bandung :
Refika Aditama
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Trianto, (2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi Aksara.
Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai