Anda di halaman 1dari 3

FARMASI KLINIK

Dra.AlfinaRianti, M.Pharm, Apt


Dra. Maria S. Lesilolo, M.Pharm, Apt

1. Sifat2 sediaan sitostatika?


 Karsinogenik (yang berarti dapat menyebabkan kanker)
 Mutagenik (yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik)
 Teratogenik (yang berarti dapat membahayakan janin)

Mekanisme cara terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh?


 Inhalasi : terhirup padasaat rekonstitusi
 Absorbsi : masuk dalam kulit, jika tertumpah
 Ingesti : kemungkinan masuk, jika tertelan

2. Hal yg harus diperhatikan/Pertimbangan pharmeceutical nutrisi parenteral:


 Interaksi obat-nutrisi Contoh : ketercampuran fisika/kimia
 Obat atau formula obat berinteraksi dengan lemak
 Stabilitas obat dalam cairan nutrisi parenteral Contoh : degradasi karena perubahan ph,oksidasi
dll
 Adsorpsi atau absorbsi obat terhadap wadah

3. Hubungan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab dengan farmasi klinik?


Informasi subjektif dan objektif yang diperoleh dari riwayat dan pemeriksaan fisik sangat penting
untuk penilaian khasiat dan toksisitas dari suatu obat. Keduanya, baik penemuan positif dan negatif
harus dicatat. Pemahaman dasar tentang fisiologi manusia dan anatomi diperlukan sebelum
pemeriksaan diagnostik secara rinci dapat dilakukan, dan referensi tertulis untuk hal tersebut harus
dapat diakses. Sebuah tes laboratorium klinis dapat menghasilkan petunjuk untuk diagnosa dan
membantu penilaian terapeutik.

4. Mengapa apoteker perlu mengetahui mengenal dasar-dasar pemeriksaan fisik pasien?


Karena hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab bermanfaat bagi farmasis:
 Dapat mengetahui kondisi pasien secara umum
 Dapat memutuskan terapi yang tepat untuk pasien tersebut
 Dapat memilih sediaan yang cocok untuk keadaan pasien tersebut

Apa yang termasuk dalam pemeriksaan fisik.


Pemeriksaan fisik menggunakan empat teknik utama: inspeksi, palpitasi, perkusi, dan auskultasi.
Inspeksi adalah pengamatan visual terhadap pasien dengan mata telanjang (misalnya, pemeriksaan
kulit), meskipun instrumen (pemeriksaan otooptalmoskopik) sering digunakan. Palpitasi adalah
penggunaan sentuhan untuk mendeteksi penemuan fisik baik normal maupun abnormal (misalnya,
palpasi pembesaran kelenjar getah bening). Perkusi adalah mengetuk-ngetuk permukaan tubuh dengan
ujung jari untuk menghasilkan suara yang dapat membantu menentukan apakah struktur yang
mendasarinya berisi udara, cairan, atau padat (misalnya, perkusi dada). Auskultasi, dengan bantuan
stetoskop, adalah mendengarkan suara-suara baik normal maupun abnormal (misalnya, jantung nada,
suara napas, pengukuran tekanan darah).
A. Penampilan Umum
Bagian dari pemeriksaan fisik yang memberikan gambaran singkat mengenai penampilan pasien
secara menyeluruh. Pada pasien geriatri, ini merupakan penilaian penting dan menggambarkan
kesehatan umum seseorang, status gizi, dan fungsi umum kognitif. Postur pasien, ekspresi wajah,
kebersihan, tingkat penderitaan, dan status mental dapat juga dicatat di sini.
B. Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital pasien penting dalam menilai status klinis pasien dan ketajaman dari masalah
yang diberikan. Tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan
pernafasan. Di samping itu, tinggi dan berat badan umumnya dicatat juga dalam bagian ini
C. Kulit, Rambut, dan Kuku
D. Kelenjar Getah Bening
E. HEENT/Head,Eyes,Ears,Nose, Throat (Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Tenggorokan)
F. Leher
G. Tulang Belakang (punggung)
H. Dada (secara umum, paru-paru, dan pemeriksaan payudara)
I. Sistem Kardiovaskular
J. Abdomen
K. Sistem Kemih dan Dubur
L. Sistem Vaskular Perifer
M. Sistem Otot
N. Sistem Neurologis

5. Syarat petugas ruang steril :


 Petugas yang sedang sakit atau mempunyai penyakit tidakboleh bekerjadalamruang steril
 Memakai pakaian steril, topi, penutup sepatu, masker dan sarung tangan
 Cuci tangan dengan cairan aseptik setiap mau masuk ruang steril

6. Jelaskan Interaksi obat secara farmakodinamik dan Farmakokinetik jelaskan dengan contoh?
Menurut jenis mekanisme kerja, interaksi obat dibedakan menjadi 2 bagian :
1. Interaksi farmakodinamik
Interaksi ini terjadi jika zat berkhasiat yang saling mempengaruhi bekerja sinergis atau antagonis
pada suatu reseptor, pada suatu organ membran atau pada suatu rangkaian pengaturan.
Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat
dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat, baik melalui penghambatan
penyerapannya atau dengan mengganggu metabolisme atau distribusi obat tersebut di dalam
tubuh. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang
serius, karena meningkatnya efek samping dari obat-obat tertentu. Risiko kesehatan dari interaksi
obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.
Contoh :
Obat asma kelompok epinefrin dan teofilin. Keduanya merupakan stimulan sistem saraf pusat. Bila
obat jenis ini diberikan bersama stimulan sistem saraf pusat lainnya, dapat terjadi rangsangan
berlebihan

2. Interaksi Farmakokinetika
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika
obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat.
Contoh:
Pil KB jika diberikan bersama antibiotika golongan penisislin, tertasiklin, sulfonamid, dan antibiotik
tunggal (kloramfenikol, Neomisin, rifampin), maka antibiotik tersebut akan mengurangi absorpsi
hormon yang terkandung dalam pil KB, sebagian lagi akan menyebabkan tubuh lebih cepat
menghilangkan zat tersebut.
7. Diktetahui pasien dengan TD, menurut anda penyakit apa yg diderita, bagaimana rekomendasi’a?
8. Bagaimana cara/ langkah2 yg dilakukan untuk penegakkan diagnosa pasien?
Subjektiv
Mengidentifikasi masalah pasien yang ada yang berpotensi menimbulkan masalah medis.
Data ini tidak bisa diukur dengan tepat
• Keluhan utama : sakit kepala,sesak
• Status mental : senang,depresi, gelisah
• Kebiasaan2 : makan, tidur
Objektiv
Mengidentifikasi secara lebih lengkap masalah pasien untuk mengetahui seberapa besar kondisi
pasien telah dipengaruhi oleh penyakit atau pengobatan. Data bisa diukur
• TB,BB, suhu , TD,RR,
• Asupan cairan & urine output
• Data laboratorium
• Cultur/sensivity test
Assessment
Analisa data yang telah terkumpul untuk mengetahui respons pasien terhadap pengobatan
Tentukan DRUG RELATED PROBLEM (DRP)
Plan
Membuat rekomendasi terhadap setiap masalah obat yang ada.
Komunikasikan dan follow up

Anda mungkin juga menyukai