Anda di halaman 1dari 18

Nama : mhd.

arvin harwansya
Nim : 170610030
Tutor : dr.noviana zara, MKM

Learning Objective Modul 5 Blok 3.6


1. Penatalaksanaan Perioperative dan Penggunaan Obat secara Rasional pada
Usia Lanjut
2. Pelayanan kesehatan, Pelayanan Social Kesejahteraan dan Program
Rehabilitas Medik pada Usia Lanjut
3. Hukum dan Etika dalam Pelayanan usia lanjut serta meninggal bermatabat
dan perumatan hospis
Jump 7 searching information
LO 1
a. Penatalaksanaan peroperatif

Penderita lansia yang akan menjalani operasi memerlukan perhatian khusus.


Dalam hal ini perlu dilakukan suatu assessment terhadap status kesehatannya.
Assesment yang perlu dilakukan kesehatannya. Assesment yang perlu dilakukan
meliputi:
1. Identifikasi semua penyakit dan kelainan fisiologik / anatomic yang ada,
termasuk gangguan mental (depresi, dukacita yang dalam, kesepian), terutama
gangguan jantung, paru, hipertensi, diabetes mellitus, gangguan ginjal, hati,
disfungsi endokrin, abnormalitas neurologik, arthritis, status nutrisi.
2. Obat-obatan yang didapat (termasuk obat-obat yang dibeli bebas).
3. Status dan attitude terhadap operasi, apakah penderita optimiis atau depresi.
4. Mengupayakan se-mobile mungkin, upayakan balance nitrogen positif, cegah
atrofi otot.
5. Mengupayakan rehabilitasi nutrisional kalau memungkinkan (cegah infeksi luka,
kompensasi proses katabolik pasca operasi), kalau perlu dengan nutrisi enteral/
parenteral.
6. Memperbaiki status medis preoperasi:
 Penderita dengan PPOM harus diminta untuk berhenti merokok, kalau perlu
diberi ekspektoran dan/atau bronchodilator.
 Obat-obat nitrogliserin/digoksin per oral dihentikan, kecuali benar-
benar diperlukan, mengupayakan penggantian dengan patch diperlukan,
mengupayakan penggantian dengan patch perkutan. erkutan.
 Obat-obat anti aritmia peroral digant Obat-obat anti aritmia peroral diganti
dengan yang i dengan yang perenteral. perenteral.
 DM yang mendapatkan OHO / insulin jangka panjang dihentikan, diganti
dengan insulin regular (puasa 5 jam preoperasi, pasang infus D5% + ½
dosisinsulin menjelang operasi).

7. Penderita dengan PPOM harus diminta untuk berhenti merokok, kalau perlu
diberi ekspektoran dan/atau bronchodilator.
Obat-obat preoperatif pada dasarnya diberikan untuk menurunkan
kecemasan/sekresi mucus dan kecemasan/sekresi mucus dan fasilitas induksi dan
fasilitas induksi dan mempertahank rtahankan anestesi. Ha an anestesi. Hal-
hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Pilih obat yang menyebabkan gangguan minimal terhadap sirkulasi dan
depresi respirasi.
2. Dosis diturunkan sampai 1/2 atau1/3 dosis anak muda dengan bentuk dan
ukuran tubuh sama.
3. Narkotik
Mempunyai efek analgesic dan hipnotik, tetapi sering menyebabkan depresi pusat
respirasi di Susunan Saraf Pusat (SSP) yang merupakan masalah pada lansia
karena cadangan respirasi pada lansia sudah turun, sehingga kompensasi dilakukan
dengan menaikkan laju respirasi.Apabila digunakan narkotik, lansia sulit
melakukan kompensasi terhadap akibat depresi nafas.Narkotik diberikan pada
lansia atas indikasi bila terdapat rasa nyeri yang hebat.

1. Barbiturat
Dipakai untuk sedasi, sering menimbulkan efek depresi berlebihan atau
sebaliknya, justru timbul efek ³excitement ´ atau symptom  psikomimetik.
2. Obat antikolinergik 
Atropin atau skopolamin lebih baik tidak digunakan pada lansia karena
sering menimbulkan masalah lebih serius disbanding dengan kecemasan
atau hipersalivasi.Lansia sering sensitive terhadap efek SSP dan opthalmik,
terutama dengan terjadinya peningkatan temperature, takhikardi, dan
glaucoma.
3. Obat yang aman untuk preoperative bagi lansia, antara lain:
difenhidramin, paraldehida, kloralhidrat, dan glutemid.

 Penatalaksanaan Intraoperatif
Dalam melaksanakan operasi umumnya diperlukan pemberian anestesi. Anastesi
dapat diberikan secara general (umum) atau regional (pada spinal, lumbal, caudal,
epidural, blok syaraf regional, dan infiltrasi lokal). Sebagian besar anestesi general
mendepresi fungsi kardiovaskuler dan pulmonal. Pada pemakaian anestesi lokal
didapatkan banyak keuntungan seperti tidak sering dijumpai disfungsi kognitif dan
delirium, mencegah hambatan fibrinolisis postoperatif, sehingga mencegah
kejadian trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru. Berdasarkan aksinya obat
anestesi ada yang berefek panjang (long acting) ada yang pendek (short acting)
dan ada yang sangat pendek (ultra short acting). Pemilihan tergantung kebutuhan,
namun disarankan untuk usia lanjut lebih baik menggunakan jenis anestesi
regional dan yang bersifat efek sangat pendek, tidak bersifat mendepresi kerja
jantung, tidak toksis terhadap hepar, ginjal apabila hal tersebut memungkinkan.
 Penatalaksanaan Postoperatif
Perawatan di rumah sakit mempunyai risiko yang lebih besar pada usia lanjut.
Namun operasi dengan anestesi perlu observasi postoperatif di rumah sakit selama
efek anestesi sudah dapat dikatakan habis serta masa pemulihan keadaan akut yang
diperlukan telah terlampaui. Risiko postoperatif pada usia lanjut antara lain
konfusio, obstipasi, retensio urin, dekubitus dan bertambah panjangnya waktu
pemulihan serta turunnya kemandirian, ditambah lagi apabila terjadi penyulit pasca
operasi. Dikatakan bahwa kecemasan keluarga tertinggi pada saat durante operasi,
tetapi kenyataannya morbiditas dan mortalitas postoperatif pada pasien usia lanjut
justru meningkat dua kali lipat pada 24 jam pertama, dan sepuluh kali lipat pada
minggu pertama posoperatif. Penampilan klinis timbulnya penyulit postoperatif
kadang tidak jelas dan tidak khas. Oleh karena itu perlu diwaspadai timbulnya
gejala-gejala keluhan rasa lelah, gangguan nafas, panas badan, konfusio, dan
kapasitas fungsional yang menurun. Obat-obat untuk mengatasi rasa sakit
merupakan aspek penting pada pasca operasi. Pada durante operasi yang perlu
diperhatikan adalah penyulit infark miokard, gagal jantung kongestif, pnemonia,
trombosis vena dalam, dan lain-lain.
Target utama posoperatif selanjutnya adalah mengembalikan penderita ke
dalam level fungsional yang optimal. Mobilisasi dini mengurangi risiko
tromboemboli, memperbaiki sistem pernapasan dan kardiovaskuler. Waktu yang
diperlukan ke keadaan basal setelah operasi besar lebih panjang sekitar 4-6 bulan.
b. penggunaan obat secara rasional pada usia lanjut
Konsep dasar pemakaian obat

Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam proses pembuatan preskripsi
(peresepan obat):
1. Diagnosis dan patofisiologi penyakit
2. Kondisi dan konstitusi tubuh/organ
3. Farmakologi klinik obat

Farmakologi klinik obat


Diagnosis → pemetaan proses patofisiologi → tentukan titik-titik titik -titik
sasaran obat dgn cermat → secara farmakologik pilih obat yg pas dgn kondisi
organ pasien & secara farmakokinetik tentukan dosis, cara, frekuensi, dan lama
pemakaian serta cara penghentian obat
Paradigma dasar dlm farmakoterapi
Utk mendapat efek terapi optimal + ESO minimal + biaya terjangkau → pemberian
obat harus rasional Risiko ESO pd geriatri sangat ↑ & kemungkinan sembuh me↓
→ pemberian obat secara rasional (PSOR) berfungsi sebagai benteng thdp
kemungkinan menghadapi tuntutan malpraktek
Lo 2 Pelayanan kesehatan, Pelayanan Social Kesejahteraan dan Program
Rehabilitas Medik pada Usia Lanjut
A. Pelayanan Kesehatan
Seperti telah dikemukakan terdahulu, penyakit pada populasi usia lanjut
berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang terdapat pada populasi
lain. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pada usia lanjut:
 Penyakit bersifat multipatologik atau mengenai multi organ/sistem,
bersifat degeneratif, saling terkait.
 biasanya juga mengandung komponen psikologis dan sosial.
Brocklenhurst dan Allen (1987) menambahkan satu hal lagi yang
penting, yaitu :
 usia lanjut juga lebih sensitif terhadap penyakit akut.
Mengingat hal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa pelayanan
kesehatan pada usia lanjut dengan sendirinya berbeda dengan pelayanan
kesehatan pada golongan populasi lain.
Bahasan berikut akan mengemukakan konsep pelayanan kesehatan pada
usia lanjut di Indonesia dengan di beberapa tempat dikemukakan pula
berbagai keadaan di luar negeri.
Prinsip pelayanan kesehatan pada lanjut usia
Mengingat berbagai kekhususan perjalanan dan penampilan pasien pada
usia lanjut seperti dikemukakan di atas, terdapat 2 prinsip utama yang harus
dipenuhi guna melaksanakan pelayanan kesehatan pada lansia, yaitu
pendekatan HOLISTIK serta tatakerja dan tatalaksana secara TIM.
a. Prinsip holistik pada pelayanan kesehatan lanjut usia sangat unik karena
menyangkut berbagai aspek, yaitu :
 Seorang penderita lanjut usia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya,
meliputi juga lingkungan kejiwaan (psikologi) dan sosial ekonomi. Hal ini
ditunjukkan antara lain bahwa aspek diagnostik penyakit pada penderita
lansia, menggunakan tata cara khusus yang disebut sebagai asesmen geriatri,
yang bukan saja meliputi seluruh organ dan sistem, akan tetapi menyangkut
aspek kejiwaan dan lingkungan sosial ekonomi

 Pelayanan holistik juga berarti bahwa pelayanan harus mencakup aspek


pencegahan (preventif), promotif, penyembuhan (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitatif). Begitu pentingnya aspek pemulihan ini, sehingga WHO
menganjurkan agar diagnosis penyakit pada lanjut usia harus meliputi 4
tingkatan penyakit, sebagai berikut :

o Disease (penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada penderita misalnya


penyakit jantung iskemik.
o Impairment (kerusakan atau gangguan), yaitu adanya gangguan atau
kerusakan dari organ akibat penyakit, misalnya pada keadaan : infark
miokard akut atau kronis.
o Disability (ketidak-mampuan), yaitu akibat objektif pada kemampuan
fungsional dari organ atau individu tersebut. Pada kasus di atas
misalnya terjadi dekompensasi jantung.
o Handicap (hambatan) yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada ahq
nkasus tersebut di atas adalah ketidak-mampuan penderita untuk
melakukan aktivitas sosial baik di rumah, maupun di lingkungan
sosialnya.

Jenis Pelayanan Kesehatan Lansia

1. Poliklinik geriatri
• Suatu layanan geriatri dimana diberikan jasa assesmen, tindakan kuratif
sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan.
• Bersifat sub spesialistik

2. Bangsal Geriatri Akut


• Bangsal penderita geriatri dengan penyakit akut atau sub akut dirawat
• Contoh : pneumonia, KAD, HONK, MCI akut,dll

3. Day Hospital
• Layanan geriatri yg dapat melaksanakan semua tindakan yg dilakukan oleh
bangsal akut atau kronik, tetapi tanpa penderita harus rawat inap
• Layanan hanya pd jam kerja
4. Bangsal Geriatri Kronik
• Bangsal untuk merawat penderita dgn penyakit kronik yg memerlukan kuratif
inap jangka waktu lama

5. Panti rawat wredha


• Suatu institusi yang menyelenggarakan pelayanan bagi penderita lansia dengan
masalah medis kronis yg sdh tdk memerlukan perawatan rs, tetapi masih terlalu
berat utk dirawat di rumah sendiri

6. Rehabilitasi Geriatri
• Rehabiliasti jalur cepat  dikerjakan selama penderita masih dirawat di bangsal
geratri
• Rehabilitasi jalur lambat  oleh unit rehabilitasi medik atau terintegrasi dlm
pelayanan geriatri

7. Konsultasi Geriatri
• Layanan konsultatif dari bagian lain terhadap seorang penderita lanjut usia. Dari
tindakan konsultatif ini dapat Konsultasi diberikan pengobatan atau pindah
perawatan ke geriatri

8. Pendidikan dan Riset


• Bagian implisit dari pelayanan geriatri Pendidikan • Berguna utk memperbaiki
pelayanan itu sendiri dan riset

b. Pelayanan kesejahteraan sosial pada usia lanjut

PROGRAM
Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial,maka program pokok yang
dilaksakan antara lain:

1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti


2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti
3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia
4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

SASARAN
Sasaran program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia:
1. Lanjut Usia
2. Keluarga
3. ORSOS /LSM
4. Masyarakat.

TUJUAN
a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman .tenteram dan
sejahtera.
b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.
c. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
d. Tewrwujutnya kwalitas pelayanan.

PRISIP PELAYANAN
Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi PBB NO.
46/1991 tentang principles for Older Person ( Prinsip-prinsip bagi lanjut usia) yang
pada dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia yang
meliputi kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat ,
yaitu :

1. Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut usia.
2. Melaksanakan ,mewujutkan hak azasi lanjut usia.
3. Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.
4. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.
5. Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan
masyarakat.
6. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan dengan
perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta meningkatkan
kemitraan dengan berbagai pihak.
7. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar dapat
memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana serta
perlindungan sosial dan hukum.
8. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana
dan prasarana dalam kehidupan keluarga,serta perlindungan sosial dan hukum.
9. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana
pendidikan ,budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia di masyarakat.
10. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat dan
kemampuan.
11. Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya.
12. Kusus untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat
kekeluargaan.

Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan kesejahteraan sosial bagi populasi
lansia
 Populasi usia lanjut merupakan populasi yang heterogen :
Tidak semua individu dalam populasi usia lanjut memerlukan pelayanan sosial
dalam bentuk yang sama, dikarenakan populasi usia lanjut nya yang berbeda-beda
misal ada aspek kesehatan, aspek psikologis dan sosial ekonomi

 Jenis Pelayanan yang dibutuhkan sangat bervariasi :


Mengingat heterogenitas populasi usia lanjut yang ada disertai kenyataan bahwa
aspek fungsional seorang individu usia lanjut tergantung dengan ( fisik, Psikis, dan
sosial-ekonomi)

 Pelayanan kesejahteraan sosial pada usia lanjut membutuhkan keterikatan


antara semua bidang kesejahteraan, diantara nya kesehatan, sosial,
ekonomi, agama, olahraga, kesenian dan koperasi

c. Program rehabilitasi medik

Rehabilitasi merupakan semua tindakan yang bertujuan untuk mengurangi


dampak disability serta handicap, agar individu lansia (lanjut usia) dapat
berintegrasi dalam masyarakat di lingkungannya. Sedangkan rehabilitasi medik
adalah proses pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan fungsional dan psikologik, serta bila memungkinkan dengan
mengembangkan mekanisme kompensasi agar indi vidu tersebut dapat mandiri.
Sedangkan pengertian rehabilitasi medik bertitik tolak dari kerangka pemikiran
upaya pelayanan medik komprehensif terpadu dengan pendekatan medik,
psikososial, edukasional, dan vokasional.

 Tujuan rehabilitasi medik komprehensif pada lansia.


Secara umum penanganan lansia mempunyai tujuan yang diharapkan
oleh lansia maupun keluarganya, bahkan di lingkungan masyarakat, antara
lain:
1. Pemulihan kesehatan secara fungsional
2. Tingkat kemandirian yang optimal
3. Mencegah kemungkinan terjadinya disabilitas dan stres.

 Manfaat :
1. Meningkatkan tingkat akurasi dalam menegakkan diagnosis
2. Mengoptimalkan terapi pengobatan
3. Memperbaiki kondisi lansia yang berkaitan dengan prognosis penyakit
4. Memperbaiki dan mempertahankan fungsi organ tubuh.
5. Meningkatkan kualitas hidup lansia.

 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Program dan Hasil Rehabilitasi


Banyak alasan yang menyebabkan program rehabilitasi pada Lanjut
Usia, berbeda dan lebih sulit dibandingkan dengan usia muda. Perbedaan
ini meliputi 2 faktor yaitu

a. Faktor Usia
 Biologis, terjadi perubahan pada :
1)Kekuatan otot
2)Fungsi jantung
3)Fungsi paru
4)Kapasitas aerobik
5)Kapasitas vital
6)Perubahan ortostatik
7)Tahanan perifer sistim vaskuler

 Psikologi:
1)Kelambatan proses belajar
2)Informasi harus diulang-ulang
3)Kepercayaan terhadap program rehabilitasi
4)Kepercayaan tentang penyembuhan
5)Percaya diri

b. Faktor Penyakit
Biologis
1)Penyakit majemuk
2)Sindroma dekondisi
3)Kontraktur
4)Interaksi penyakit
5)Polifarmasi
6) Disfungsi organ subklinik

 Psikologis
1) Defisit kognisi
2) Depresi
3)Penampilan yang atipikal
4) Motivasi

 Sosial ”social prejudice”


1) Kurang pelayanan
2) Kurang asesibilitasi
3) Masalah asuransi Faktor-faktor tersebut diatas harus mampu
dideteksi sejak dini, akan menjadi pertimbangan dalam menyusun
program rehabilitasi medik.

Masalah (penyakit) pada Geriatri:

STROKE
Adalah kumpulan gejala berupa defisit neurologis (kelemahan anggota gerak 1 sisi,
rasa baal/tebel di anggota gerak 1 sisi, pelo, bahkan sampai penurunan
kesadaran), yang timbul secara tiba-tiba, dan menetap > 24 jam akibat gangguan
pembuluh darah otak (perdarahan atau penyumbatan).

REHABILITASI:

1. Fisioterapi (melatih gerakan dasar)


2. Terapi wicara
3. Terapi okupasi (melatih aktivitas sehari-hari: makan, minum, berpakaian, ke
kamar mandi)
4. Psikolog (menguatkan mental)
5. Alat bantu jalan

2. DEMENSIA

Adalah kumpulan gejala berupa penurunan fungsi intelektual, gangguan ingatan,


gangguan lainnya (bahasa, motorik, persepsi, perilaku, dll.) sehingga terganggu
fungsi sosial dan aktivitas sehariannya.

REHABILITASI:

1. Fisioterapi

2. Terapi okupasi (melatih aktivitas sehari-hari: makan, minum, berpakaian, ke


kamar mandi)
3. Psikolog (menenangkan hati pasien)
4. Alat bantu jalan jika perlu

3. DIABETES MELITUS
Adalah kumpulan gejala berupa sering makan, sering haus, sering kencing, dan
lambat laun diikuti berat badan menurun dan komplikasi lainnya (kesemutan, mata
kabur, nyeri sendi dll.)

REHABILITASI:

1. Fisioterapi (terapi panas, latih gerakan)


2. Edukasi mengontrol gula darah

4. PENYAKIT TULANG-SENDI

OSTEOPOROSIS

Adalah kekeroposan tulang, tulang menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah yang
disebabkan kekurangan kalsium dan kehilangan kalsium dari tulang setipa harinya

REHABILITASI:

1. Senam osteoporosis
2. Alat bantu jalan jika diperlukan
3. Edukasi makan makanan yg mengandung kalsium dan vitamin D.

5. OSTEOARTHRITIS

Adalah sendi-sendi besar (umumnya lutut) terasa nyeri akibat kurangnya pelumas


sendi sehingga terjadi peradangan akibat antartulang saling bergesekan

REHABILITASI

1. Fisioterapi (terapi panas, penguatan otot)


2. Terapi okupasi (latihan aktivitas sehari-hari)
3. Obat penghilang nyeri

6. RHEMATOID ARTHRITIS
Adalah peradangan pada sendi (umumnya jari pergelangan tangan, bahu, lutut, dan
kaki simetris) akibat diserang sistem kekebalan tubuhnya sendiri

REHABILITASI:

1. Fisioterapi (terapi panas, latih gerakan, korset, traksi dsb)


2. Terapi okupasi (Latihan dg stress minimal pada punggung spti jalan kaki,
naik sepeda, berenang)
3. Edukasi cara mengangkat beban berat yang benar

7. PARKINSON

Adalah penyakit yang ditandai tremor (gemetar) pada tangan, sulit memulai


pergerakan dan kekakuan otot.

REHABILITASI:

1. Fisioterapi (latihan gerak dasar)


2. Terapi okupasi (latihan aktivitas sehari-hari)
3. Psikologi (support mental)

8. INKONTINENSIA URIN

Adalah ketidakmampuan menahan air kencing disebabkan perubahan otot dan fasia


di dasar panggul

REHABILITASI:

1. Fisioterapi (latihan otot dasar panggul)


2. Terapi okupasi (latihan berkemih)

9. JATUH
Adalah suatu kejadian dimana seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah bisa dengan atau tanpa
penurunan kesadaran dan luka. Penyebabnya: gangguan gaya berjalan, kelemahan
otot gerak bawah, kaku sendi, pingsan, pusing dsb.

REHABILITASI:

1. Fisioterapi (latihan gerak, kekuatan, ketahanan)


2. Terapi okupasi (latihan aktivitas sehari-hari)
3. Alat bantu jalan

10. ULKUS DEKUBITUS

Adalah kerusakan atau kematian jaringan dari bawah kulit akibat penekanan suatu


area tubuh dalam waktu yang lama sehingga gangguan peredaran darah di area
tersebut

REHABILITASI:

1. Fisioterapi (terapi panas, gerakan, kekuatan)


2. Terapi okupasi (latihan aktivitas sehari-hari)
3. Psikologi (support mental)
4. Alat bantu jalan

11. LOW BACK PAIN (LBP)

Adalah nyeri punggung bawah yang dapat disebabkan oleh kelainan pada tulang


belakang seperti: HNP (syaraf terjepit), tumor, infeksi, fraktur (patah
tulang), osteoporosis, spondilosis lumbalis (osteoarthriris tulang belakang) dsb.

1. Fisioterapi (latihan gerak, kekuatan, dan ketahanan)


2. Terapi okupasi (latihan aktivitas sehari-hari)
3. Obat penghilang nyeri
LO 3. Hukum dan Etika dalam Pelayanan usia lanjut serta meninggal
bermatabat dan perumatan hospis
 Prinsip etika pelayanan kesehatan pada lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada
penderita usia lanjut adalah :
 Empati : Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric
harus memandang seseorang lansia yang sakit dengan pengertian,
kasih saying dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh
penderita tersebut. Petugas geriatric harus memahami proses
fisiologis dan patologik dari penderita lansia.
 Yang harus dan yang “jangan” : prinsip ini sering dikemukakan
sebagai non-maleficence dan beneficence. Pelayanan geriatric
selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik
untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah
penderitaan bagi penderita. Dalam pengertian inni, upaya
pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri,
pemberian analgesic yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan
merupakan contoh berbagai hal yang mungkin mudah untuk
dikerjakan.
 Otonomi : yaitu prinsip bahwa seseorang individu mempunyai hak
untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya
sendiri. Dalam etika ketimuran, seringkali hal ini dibantu oleh
pendapat keluarga dekat.
 Keadilan : yaitu prinsip pelayanangeriatri harus memberikan
perlakuan yang sama bagi semua penderita.
 Kesungguhan Hati : yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi
semua janji yang diberikan pada seorang penderita.
Dengan melihat prinsip diatas tersebut, aspek etika pada pelayanan geriatric
berdasarkan prinsip otonomi kemudian di titik-beratkan pada berbagai hal sebagai
berikut :
1. Penderita harus ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan dan pembuatan keputusan.
2. Penderita harus telah mendapatkan penjelasan cukup tentang
tindakan atau keputusan yang akan diambil secara lengkap dan
jelas.
3. Keputusan yang diambil hanya dianggap sah bila penderita secara
mental dianggap kapabel.
 Hukum Di Indonesia

Berbagai produk hkum dan perundang-undangan yang langsung mengenai Lanjut


Usia atau yang tidak langsung terkai dengan kesejahteraan Lanjut Usia telah
diterbitkan sejak 1965. beberapa di antaranya adalah :
1. Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang
Jompo (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 nomor 32 dan
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 2747).

2. Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai


Tenaga Kerja.

3. Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Kesejahteraan Sosial.

4. Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi


Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.

5. Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional.

6. Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian.

7. Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

8. Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

9. Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang PErkembangan


Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.]

10.Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

11.Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.

12.Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan


Pembangunan Keluarga Sejahtera.

13.Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan


Perkembangan Kependudukan.
14.Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(Tambahan lembaran Negara nomor 3796), sebagai pengganti undang-
Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang jompo.

Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :


1. Hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan
kelembagaan.
2. Upaya pemberdayaan.
3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia potensial dan tidak
potensial.
4. Pelayanan terhadap Lanjut Usia.
5. Perlindungan sosial.
6. Bantuan sosial.
7. Koordinasi.
8. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.
9. Ketentuan peralihan.

Anda mungkin juga menyukai