arvin harwansya
Nim : 170610030
Tutor : dr.noviana zara, MKM
7. Penderita dengan PPOM harus diminta untuk berhenti merokok, kalau perlu
diberi ekspektoran dan/atau bronchodilator.
Obat-obat preoperatif pada dasarnya diberikan untuk menurunkan
kecemasan/sekresi mucus dan kecemasan/sekresi mucus dan fasilitas induksi dan
fasilitas induksi dan mempertahank rtahankan anestesi. Ha an anestesi. Hal-
hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Pilih obat yang menyebabkan gangguan minimal terhadap sirkulasi dan
depresi respirasi.
2. Dosis diturunkan sampai 1/2 atau1/3 dosis anak muda dengan bentuk dan
ukuran tubuh sama.
3. Narkotik
Mempunyai efek analgesic dan hipnotik, tetapi sering menyebabkan depresi pusat
respirasi di Susunan Saraf Pusat (SSP) yang merupakan masalah pada lansia
karena cadangan respirasi pada lansia sudah turun, sehingga kompensasi dilakukan
dengan menaikkan laju respirasi.Apabila digunakan narkotik, lansia sulit
melakukan kompensasi terhadap akibat depresi nafas.Narkotik diberikan pada
lansia atas indikasi bila terdapat rasa nyeri yang hebat.
1. Barbiturat
Dipakai untuk sedasi, sering menimbulkan efek depresi berlebihan atau
sebaliknya, justru timbul efek ³excitement ´ atau symptom psikomimetik.
2. Obat antikolinergik
Atropin atau skopolamin lebih baik tidak digunakan pada lansia karena
sering menimbulkan masalah lebih serius disbanding dengan kecemasan
atau hipersalivasi.Lansia sering sensitive terhadap efek SSP dan opthalmik,
terutama dengan terjadinya peningkatan temperature, takhikardi, dan
glaucoma.
3. Obat yang aman untuk preoperative bagi lansia, antara lain:
difenhidramin, paraldehida, kloralhidrat, dan glutemid.
Penatalaksanaan Intraoperatif
Dalam melaksanakan operasi umumnya diperlukan pemberian anestesi. Anastesi
dapat diberikan secara general (umum) atau regional (pada spinal, lumbal, caudal,
epidural, blok syaraf regional, dan infiltrasi lokal). Sebagian besar anestesi general
mendepresi fungsi kardiovaskuler dan pulmonal. Pada pemakaian anestesi lokal
didapatkan banyak keuntungan seperti tidak sering dijumpai disfungsi kognitif dan
delirium, mencegah hambatan fibrinolisis postoperatif, sehingga mencegah
kejadian trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru. Berdasarkan aksinya obat
anestesi ada yang berefek panjang (long acting) ada yang pendek (short acting)
dan ada yang sangat pendek (ultra short acting). Pemilihan tergantung kebutuhan,
namun disarankan untuk usia lanjut lebih baik menggunakan jenis anestesi
regional dan yang bersifat efek sangat pendek, tidak bersifat mendepresi kerja
jantung, tidak toksis terhadap hepar, ginjal apabila hal tersebut memungkinkan.
Penatalaksanaan Postoperatif
Perawatan di rumah sakit mempunyai risiko yang lebih besar pada usia lanjut.
Namun operasi dengan anestesi perlu observasi postoperatif di rumah sakit selama
efek anestesi sudah dapat dikatakan habis serta masa pemulihan keadaan akut yang
diperlukan telah terlampaui. Risiko postoperatif pada usia lanjut antara lain
konfusio, obstipasi, retensio urin, dekubitus dan bertambah panjangnya waktu
pemulihan serta turunnya kemandirian, ditambah lagi apabila terjadi penyulit pasca
operasi. Dikatakan bahwa kecemasan keluarga tertinggi pada saat durante operasi,
tetapi kenyataannya morbiditas dan mortalitas postoperatif pada pasien usia lanjut
justru meningkat dua kali lipat pada 24 jam pertama, dan sepuluh kali lipat pada
minggu pertama posoperatif. Penampilan klinis timbulnya penyulit postoperatif
kadang tidak jelas dan tidak khas. Oleh karena itu perlu diwaspadai timbulnya
gejala-gejala keluhan rasa lelah, gangguan nafas, panas badan, konfusio, dan
kapasitas fungsional yang menurun. Obat-obat untuk mengatasi rasa sakit
merupakan aspek penting pada pasca operasi. Pada durante operasi yang perlu
diperhatikan adalah penyulit infark miokard, gagal jantung kongestif, pnemonia,
trombosis vena dalam, dan lain-lain.
Target utama posoperatif selanjutnya adalah mengembalikan penderita ke
dalam level fungsional yang optimal. Mobilisasi dini mengurangi risiko
tromboemboli, memperbaiki sistem pernapasan dan kardiovaskuler. Waktu yang
diperlukan ke keadaan basal setelah operasi besar lebih panjang sekitar 4-6 bulan.
b. penggunaan obat secara rasional pada usia lanjut
Konsep dasar pemakaian obat
Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam proses pembuatan preskripsi
(peresepan obat):
1. Diagnosis dan patofisiologi penyakit
2. Kondisi dan konstitusi tubuh/organ
3. Farmakologi klinik obat
1. Poliklinik geriatri
• Suatu layanan geriatri dimana diberikan jasa assesmen, tindakan kuratif
sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan.
• Bersifat sub spesialistik
3. Day Hospital
• Layanan geriatri yg dapat melaksanakan semua tindakan yg dilakukan oleh
bangsal akut atau kronik, tetapi tanpa penderita harus rawat inap
• Layanan hanya pd jam kerja
4. Bangsal Geriatri Kronik
• Bangsal untuk merawat penderita dgn penyakit kronik yg memerlukan kuratif
inap jangka waktu lama
6. Rehabilitasi Geriatri
• Rehabiliasti jalur cepat dikerjakan selama penderita masih dirawat di bangsal
geratri
• Rehabilitasi jalur lambat oleh unit rehabilitasi medik atau terintegrasi dlm
pelayanan geriatri
7. Konsultasi Geriatri
• Layanan konsultatif dari bagian lain terhadap seorang penderita lanjut usia. Dari
tindakan konsultatif ini dapat Konsultasi diberikan pengobatan atau pindah
perawatan ke geriatri
PROGRAM
Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial,maka program pokok yang
dilaksakan antara lain:
SASARAN
Sasaran program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia:
1. Lanjut Usia
2. Keluarga
3. ORSOS /LSM
4. Masyarakat.
TUJUAN
a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman .tenteram dan
sejahtera.
b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.
c. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
d. Tewrwujutnya kwalitas pelayanan.
PRISIP PELAYANAN
Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi PBB NO.
46/1991 tentang principles for Older Person ( Prinsip-prinsip bagi lanjut usia) yang
pada dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia yang
meliputi kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat ,
yaitu :
1. Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut usia.
2. Melaksanakan ,mewujutkan hak azasi lanjut usia.
3. Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.
4. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.
5. Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan
masyarakat.
6. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan dengan
perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta meningkatkan
kemitraan dengan berbagai pihak.
7. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar dapat
memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana serta
perlindungan sosial dan hukum.
8. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana
dan prasarana dalam kehidupan keluarga,serta perlindungan sosial dan hukum.
9. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana
pendidikan ,budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia di masyarakat.
10. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat dan
kemampuan.
11. Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya.
12. Kusus untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat
kekeluargaan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan kesejahteraan sosial bagi populasi
lansia
Populasi usia lanjut merupakan populasi yang heterogen :
Tidak semua individu dalam populasi usia lanjut memerlukan pelayanan sosial
dalam bentuk yang sama, dikarenakan populasi usia lanjut nya yang berbeda-beda
misal ada aspek kesehatan, aspek psikologis dan sosial ekonomi
Manfaat :
1. Meningkatkan tingkat akurasi dalam menegakkan diagnosis
2. Mengoptimalkan terapi pengobatan
3. Memperbaiki kondisi lansia yang berkaitan dengan prognosis penyakit
4. Memperbaiki dan mempertahankan fungsi organ tubuh.
5. Meningkatkan kualitas hidup lansia.
a. Faktor Usia
Biologis, terjadi perubahan pada :
1)Kekuatan otot
2)Fungsi jantung
3)Fungsi paru
4)Kapasitas aerobik
5)Kapasitas vital
6)Perubahan ortostatik
7)Tahanan perifer sistim vaskuler
Psikologi:
1)Kelambatan proses belajar
2)Informasi harus diulang-ulang
3)Kepercayaan terhadap program rehabilitasi
4)Kepercayaan tentang penyembuhan
5)Percaya diri
b. Faktor Penyakit
Biologis
1)Penyakit majemuk
2)Sindroma dekondisi
3)Kontraktur
4)Interaksi penyakit
5)Polifarmasi
6) Disfungsi organ subklinik
Psikologis
1) Defisit kognisi
2) Depresi
3)Penampilan yang atipikal
4) Motivasi
STROKE
Adalah kumpulan gejala berupa defisit neurologis (kelemahan anggota gerak 1 sisi,
rasa baal/tebel di anggota gerak 1 sisi, pelo, bahkan sampai penurunan
kesadaran), yang timbul secara tiba-tiba, dan menetap > 24 jam akibat gangguan
pembuluh darah otak (perdarahan atau penyumbatan).
REHABILITASI:
2. DEMENSIA
REHABILITASI:
1. Fisioterapi
3. DIABETES MELITUS
Adalah kumpulan gejala berupa sering makan, sering haus, sering kencing, dan
lambat laun diikuti berat badan menurun dan komplikasi lainnya (kesemutan, mata
kabur, nyeri sendi dll.)
REHABILITASI:
4. PENYAKIT TULANG-SENDI
OSTEOPOROSIS
Adalah kekeroposan tulang, tulang menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah yang
disebabkan kekurangan kalsium dan kehilangan kalsium dari tulang setipa harinya
REHABILITASI:
1. Senam osteoporosis
2. Alat bantu jalan jika diperlukan
3. Edukasi makan makanan yg mengandung kalsium dan vitamin D.
5. OSTEOARTHRITIS
REHABILITASI
6. RHEMATOID ARTHRITIS
Adalah peradangan pada sendi (umumnya jari pergelangan tangan, bahu, lutut, dan
kaki simetris) akibat diserang sistem kekebalan tubuhnya sendiri
REHABILITASI:
7. PARKINSON
REHABILITASI:
8. INKONTINENSIA URIN
REHABILITASI:
9. JATUH
Adalah suatu kejadian dimana seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah bisa dengan atau tanpa
penurunan kesadaran dan luka. Penyebabnya: gangguan gaya berjalan, kelemahan
otot gerak bawah, kaku sendi, pingsan, pusing dsb.
REHABILITASI:
REHABILITASI: