1. Edukasi'
42
3. Obat-Obatan
Bronkodilator:21
Golongan Xantin
Dikutip da (22)
46
Petlynkit Par Obslruktif Krotik (PPOK)
Diagnosis & Penatildksat nan
ffi)
\er-
Tabel 15. Formulasi dan Dosis Obat-obatan PPOK
0t,0tl
:rlb!tamol (!lbulerol) 51ns (Pjll)
0 021% (StruD)
ll0'50 LDPI)
-ihcop\rronnun bro,nidc
Sr b!tanrollllnalropiunr *
100-600 mg (ln]ll
lnhalcd Co(icosl.roid
50/t00,250,500 (DPr)
25/50.125.250 (MDl)
Slstcmic Corticostcmids
Phosphodi.stcmsea inhibitors
. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi,
dipilih golongan metilprednisolon atau prednison (Bukti A).
Digunakan pada PPOK stabil mulai Kelompok C dan D dalam
bentuk glukokorlikoid, kombinasi LABACs (BuktiA) dan PDE4I
(Bukti B). Penambahan kortikosteroid inhalasi jangka panjang
direkomendasikan pada PPOK derajat berat dan sangat berat
sefta eksaserbasi yang tidak bisa dikontrol dengan bronkodilator
kerja lama (Bukti A). Penggunaan monoterapi oral dan
inhalasi korlikosteroid tidak direkomendasikan (Bukti A). Pada
kelompok A dan B risiko rendah, penggunaan kortikosteroid
inhalasi secara reguler tidak direkomendasikan karena akan
meningkatkan kejadian pneumonia dan osteoporosis.22
. Antibiotik
Hanya diberikan bila terdapat eksaserbasi (Bukti A).
. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup,
digunakan N-asetilsistein (Bukti B). Dapat diberikan pada
PPOK dengan eksaserbasi yang seriag, tidak dianjurkan sebagai. r
pemberian yang rutin.
4. Rehabilitasi PPOK
Latihan Fisis
50
l'e ynktl lnru Obstrutfy'Kroart TPPOAt
Dinyrcsis & lonloloksntnar
ffi
\#
Sesak napas bukan satu-satunya keluhan yang menyebabkan
pasien PPOK menghentikan latihanny:i, faktor lain yang mempe-
ngaruhi ialah kelelahan otot kaki. Pada pasien PPOK berat, kele-
lahan kaki mungkin merupakan faktor yang dorninan untuk meng-
hentikan latihannya. Berkurangnya aktivitas sehari-hari akan me-
nyebabkan penurunan fungsi otot skeletal. Imobilisasi selama 4-6
minggu akan menyebabkan penurunan kekuatan otot, diameter serat
otot, penyimpangan energi dan aktivitas enzim metabolik. Berbaring
di tempat tidur dalam jangka waktu yang Iama menyebabkan
menurunnya ambilan oksigen dan kontrol kardiovaskuler.
Program latihan setiap harinya l5-30 menit selama 4-7 hari per
minggu. Tipe latihan diubah setiap hari. Pemeriksaan denyut nadi,
lama latihan dan keluhan subyektif dicatat. Pernyataan keberhasilan
latihan oleh pasien lebih penting dari pada hasil pemeriksaaan
subjektif atau objektif. Pemeriksaan ulang setelah 6-8 minggu di
laboratori.um dapat memberikan informasi yang objektif tentang
beban latihan yang sudah dilaksanakan.
Dua bentuk latihan dinamik yung turnp{knyu cocok untuk
pasien di rumah adalah ergometri dan walking-joggfug Ergornetri
lebih baik daripada walking-jogging. Begitu jenis latihan sudah
ditentukan, latihan dimulai selama 2-3 menit, yang cukup untuk
menaikkan denyut nadi sebesar 40o maksimal. Setelah itu dapat
Lalihan Pernapasan
Koenzirn Ubiquinon
5. Terapi Oksigen
54
Petryakit Paru Obsh'uktif Kra ik (PPOK)
Dingllosis & Pett al alaksa nno n
fim
\s/
6. Ventilasi Mekanis
56
,
"
rO rO, r r rr;
{ f:::;tt:#fl m
r?rf::lO
Kesukaran dalarn proses penyapihan dapat diatasi dengan:
. Keseimbangan antara kebutuhan respirasi dan kapasitas mus-
kulus respirasi
. Bronkodilator dan obat-obatan lain adekuat
. Nutrisi seimbang
. Dibantu dengan NIPPV
7. Nutrisi
Penatalaksanaan di rumah:
Penatalaksanaan di rumah ditujukan untuk mempertahankan
PPOK stabil. Beberapa hal harus diperhatikan selama di rumah, baik
oleh pasien sendiri maupun keluarganya. Penatalaksanaan di rumah
ditujukan }uga bagi pasien PPOK berat yang harus menggunakan
oksigen atau ventilasi mekanis.
58
Penyahit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Diagnosis & Penatal. .,sanaafi @
Tujuan penatalaksanaan di rumah:
. Menjaga PPOK tetap stabil
. Melaksanakan pengobatan pemeliharaan jangka panjang
. Mengevaluasi dan mengatasi eksaserbasi dini
. Mengevaluasi dan mengatasi efek samping pengobatan
. Menjaga penggunaan ventilasi mekanis
. Meningkatkan kualitas hidup.
Penatalaksanaan di rumah meliputi:
. Penggunaan obat-obatan dengan tepat
Obat-obatan sesuai klasifikasi. Pemilihan obat dapat dalam
.
bentuk handihaler, diskhaler, nebuhaler, turbuhaler atau
breezhaler karena pasien FPOK biasanya berusia lanjut,
koordinasi neurologis dan kekuatan otot sudah berkurang
sehingga penggunaan bentuk IDT menjadi kurang efektif.
Nebuliser sebaiknya tidak digunakan secara terus menerus,
hanya bila timbul eksaserbasi.
. Terapi oksigen
Dibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat. Pada PPOK
derajat sedang oksigen hanya digunakan bila timbul sesak
yang disebabkan pefiambahan aktivitas. Pada PPOK derajat
berat yang menggunakan terapi oksigen di rumah pada waktu
aktivitas atau terus menerus selama l5 jam terutama pada waktu
tiriur. Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter per menit.
. Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya
Beberapa pasien PPOK dapat menggunakan mesin bantu napas
di rumah.
. Rehabilitasi
- Menyesuaikanaktivitas
- Latihan ekspektorasi atau batuk yang efektrf thuff cough)
- Lrtihan eksrremitas atas dan otot banru nafias.
. Evaluasi dan pemantauan
- Tanda eksaserbasi
.- Efek samping obat .. ,.
- Kecukupan dan efek samping penggunaan oksigen.
60
Penyakit Patu Obstruktif Kronik (PPOK)
Diagfiosis & Penatnl.rksanaan
ffi
\w
saluran napas bawah, hal ini menunjukkan bukti kolonisasi
bakteri'
Penanganan eksaserbasi akut dapat dilaksanakan di rumah
(untuk
eksaserbasi yang ringan) atau di rumah sakit (untuk eksaserbasi
. Terdapat kornPlikasi
. tnfeksi saluran naPas berat
. .Gagal napas akut pada gagaltrapas kronik
. Gagal jantung kanan
* *-
62 " ";,:;;::lr*f#:l :#:;l @
Memerlukan ventilasi mekanis (invasif atau non invasif)
Hemodinamik tidak stabil yang menierlukan vasopresor.
(Dikutip dari: Soepandi dkk, Pola Kuman PPOK RS Persahobcttan 2007 dan
GOLD 2013)
Pengobatan perenteral :
70
Petltakif Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Dilgltosis & Pefi nl nlaksan nn
ffi
\v
Ventilasi Mekanis
72
Pcnylkit Pafu Obstrukty Xronif
'eeOXt ffi
Diagnosis & Penatalaksaloa Wy'
perawatan, pasien harus mulai menggunakan bronkodilator kerja
lama (baik B2 agonis maupun anrikolinergik) dengan rnaupun tanpa
kortikosteroid inhalasi.22 Pada pasien yang sebelumnya mengalami
hipoksemia selama eksaserbasi, perlu dilakukan evaluasi analisis
gas darah dan/atau pulse oximetry sebelum keluar perawatan dan
evaluasi dalam 3 bulan berikutnya. Kondisi hipoksemia yang
berlanjut merrandakan perlunya terapi oksigen jangka panjang.
Kriteria untuk pasien dapat keluar dari perawatan antara Iain:
- Dapat menggunakan bronkodilator, baik beta-2 agonis dan/atau
antikolinergik dengan ataupun tanpa kortikosteroid inhalasi.
- Penggunaan inhalasi beta-2 agonis kerja singkat tidak lebih
dari setiap 4 jam
- Kondisi pasien stabil selama l2-24jam
- Pasien (atau yang menangani di rurnah) sudah memaharri
penggunaan terapi dengan benar
- Ada perencanaan observasi lanjutan (kunjungan perawat,
pemberian oksigen, nutrisi)
- Pasien, keluarga dan tenaga medis cukup yakin bahwa pasien
dapat dikelola dengan baik di rumah.
-
Hal yang perlu diperhatikan sesudah keluar dari perawatan
kurang lebih sama seperti penatalaksanaan PPOK stabil, yaitu
pemantauan efektivitas terapi, usaha berhenti rnerokok, serta
perr.rbahan parameter spirometri. Beberapa hal dapat digunakan
untuk rnemprediksi kemungkinan rawat Lllang yaitu penggunaan
kortikosteroid oral, pernakaian terapi oksigen jangka panjang, status
kesehatan yang buruk darr kurangnya aktivitas fisis yang rutin.22