PENDAHULUAN
penanggulangan nyeri menahun. Anastesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu (1)
anastesi lokal , yaitu hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran, (2) anastesi
umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran.1 Istilah ‘anestesi’ berasal
dari Bahasa Yunani an yang artinya tidak, dan aisthesis yang artinya perasaan.
demikian, istilah ini terutama digunakan untuk kehilangan perasaan nyeri yang
Anestesi pada semua pasien yang dilakukan operasi itu bertujuan untuk
yaitu yang lebih dikenal dengan trias anestesia yang meliputi tiga target
1
Pengelolaan anestesi pada pasien diawali dengan persiapan preoperatif.
Lanjutan dari hasil evaluasi pra operatif khususnya anestesi dan animasi
baik fisik maupun psikis agar pasien siap dan optimal untuk menjalani
prosedur anestesi dan operasi yang meliputi persiapan pasien di rumah atau
rencana anestesi atau operasi yang di rencanakan, berikan obat sedatif pada
pasien yang menderita stress yang berlebihan atau tidak kooferatif atau pasien
obat-obat yang dipilih untuk tujuan tertentu sebelum induksi mulai. Kedua
diharapkan bahwa saat memasuki prabedah, pasien akan bebas dari rasa cemas,
Oleh sebab itu, pada referat ini akan dibahas mengenai hal-hal yang perlu
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Istilah ‘anestesi’ berasal dari Bahasa Yunani an yang artinya tidak, dan
perasaan atau sensasi. Walaupun demikian, istilah ini terutama digunakan untuk
operasi, memilih jenis atau teknik anestesi yang sesuai, meramalkan penyulit
yang mungkin akan terjadi selama operasi dan atau pasca bedah, mempersiapkan
untuk dilakukan. Persiapan dimulai sejak sebelum pasien masuk ke dalam ruang
operasi baik di ruang rawat inap maupun rawat jalan. Tujuan utamanya adalah
3
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas selama operasi serta
dipengaruhi oleh kondisi medis pasien sebelum operasi, invasiv atau tidaknya
prosedur yang akan dilakukan, dan jenis obat anestesi yang akan digunakan.
1. Anamnesa
illegal), riwayat alergi dan obat-obatan yang sedang digunakan saat ini.
apakah ada yang memerlukan perhatian khusus seperti alergi terhadap zat
anestesi, mual muntah, nyeri otot, gatal-gatal, atau sesak napas pasca bedah.
2. Pemeriksaan fisik 5
hingga status lokalis organ yang akan dioperasi. Pemeriksaan dasar pada
4
Untuk pasien yang akan menjalani anastesi umum dan melibatkan
terdapat terdapat gigi yang goyang. Nilai luas rongga mulut saat dibuka saat
dibuka dan ukuran lidah. Leher yang pendek dan kaku dapat mempersulit
“LEMON” :
5
mengeluarkan lidah, dan mengatakan “ah”. Setelah itu periksa
6
3. Pemeriksaan penunjang
pasien medis, terapi obat, atau sifat dari prosedur yang diusulkan dan tidak
secara rutin. pasien tanpa masalah medis penyerta mungkin hanya perlu
konsultasi yang tepat dengan pelayanan medis yang tepat harus diperoleh
pada pasien untuk oprasi kecil dan sedang meliputi , darah : Hb, Ht, eritrosit,
leukosit dan hitung jenis, trombosit, masa perdarahn adan masa pembekuan.
4. Puasa
7
2.3 Menentukan prognosis pasien pra-operatif
operatif :
psikiatri
tak terkontrol pada aneurisma yang robek, trauma serebral, emboli paru.
6. ASA 6 Pasien yang sudah dinyatakan mati batang otak dan organnya akan
8
2.4 Stadium Anastesi 7
Stadium Anestesi
Stadium I
Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya
kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat
Stadium II
kesadaran dan refleks bulu mata sampai pernapasan kembali teratur. Pada
stadium ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak,
kadang apne dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensia urin dan
alvi, muntah, midriasis, hipertensi serta takikardia. stadium ini harus cepat
StadiumIII
9
Plana 1: Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan
bola mata yang tidak menurut kehendak pupil miosis, refleks cahaya ada,
lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan belum tercapai
midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring
Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis,
lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum
tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun).
Plana 4: Pernapasan tidat teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total,
pupil sangat midriasis; refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air
mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).
Stadium lV
pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan
darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhimya terjadi
kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan
pernapasan buatan.
10
2.5 Premedikasi Anestesi 8
d. Memperkuat relaksasi otot selama narkosa, hal ini dapat dicapai dengan
premedikasi yang akan digunakan. Untuk penentuan ini ada beberapa hal yang
- Macam operasi
11
Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi ialah untuk memberikan
sedasi psikis, mengurangi rasa cemas dan melindungi keadaan basal fisiologis
dalam melawan bahaya stress mental atau faktor-faktor yang tidak ada
hubungannya dengan anestesi yang spesifik. Hasil akhir yang diharapkan dari
dan anestesi ialah untuk melindungi pasien terhadap akibat segera dari trauma
Mengapa masalah takut dan nyeri ini harus diperhatikan betul pada prabedah,
Reaksi fisiologis terhadap nyeri dan rasa takut terdiri atas 2 bagian :
- Somatik (voluntary)
- Simpatetik (involuntary)
12
Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut atau nyeri tidak dapat
disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri mengaktifkan saraf simpatis
sistem dalam tubuh. Banyak dari perubahan ini yang disebabkan oleh suplai
Impuls adrenergik dari rasa takut timbul di korteks serebri dan dapat
ditekan dengan tidur atau dengan sedatif yang mencegah kemampuan untuk
dengan rasa takut, karena arkus refleks yang tersangkut seluruhnya ada di
batang otak di bawah level sensoris thalamus. Ini berarti bahwa pendekatan
meningkatnya detak jantung dan tekanan darah. Maka tujuan pemberian obat
1. Menghilangkan kecemasan
2. Mendapatkan sedasi
3. Mendapatkan analgesi
4. Mendapatkan amnesi
13
Disamping itu pada keadaan tertentu juga :
harus berdasar pada keadaan psikis dan fisiologis pasien yang ditetapkan
memperhitungkan :
1. Umur pasien
2. Berat badan
3. Status fisik
4. Derajat kecemasan
14
9. Macamnya operasi (misalnya terencana, darurat pasien rawat inap
analgetik.
pramedikasi adalah :
nafas.
- Mencegah bradikardi.
15
Mekanisme kerja. Menghambat kerja asetil kolin pada organ yang
asetil kolin pada sel efektor organ terutama pada kelenjar eksokrin,
otot polos dan jantung. Khaisat sulfas atropine lebih dominan pada
16
Efek terhadap saluran cerna. Menghambat sekresi kelenjar liur
mengandung 0,25 dan 0,50 mg tidak berwarna dan larut dalam air.
17
Tujuan pemberian obat golongan ini adalah untuk memberikan
suasana nyaman bagi pasien prabedah, bebas dari rasa cemas dan takut,
adalah :
a. Derivate fenothiazin
antikolinergik.
18
antiemetic, antikolinergik, antihistamin, bronkodilator, dan anti
pretika.
b. Derivate benzodiazepin
19
tidak serius. Bila dikombinasikan dengan narkotik
dengan dosis 0,2 mg/kg BB atau peroral dengan dosis 5-10 mg.
suntikan.
20
Kemasan. Kemasan injeksi berbentuk larutan emulsi dalam
c. Derivate butirofenon
pasien asma.
21
Tekanan darah akan turun tetapi perfusi dapat dipertahankan
anestesi.
2,5 mg/ml tidak berwarna dan bisa dicampur dengan obat lain.
d. Derivate barbiturat
anak.
e. Antihistamin
22
Khasiat yang diiharapkan adalah sedative, antimuntah
kelompok :
c. Derivate sintetik :
- Morfinans : lavorvanol
- Propionanilides : metadon
- Tramadol
- Reseptor Mu
depresi nafas.
23
- Reseptor kappa
- Reseptor signa
- Reseptor delta
sedasi.
pada bayi dan orang tua. Efek ini semakin manifes pada keadaan
24
menyebabkan dilatasi bronkus sedangkan morfin menimbulkan
ditempat suntikan.
25
Kontra indikasi. Pemberian harus hati-hati pada pasien orang
tua atau bayi dan keadaan umum yang buruk. Tidak boleh
mengenakkan pasien.
26
BAB III
KESIMPULAN
pada umumnya dilakukan pada satu atau lebih obat-obatan. Beberapa macam obat
disesuaikan pada setiap pasien Premedikasi ini tidak boleh diberikan secara
otomatis/rutin, tetapi harus berdasar pada keadaan psikis dan fisiologis pasien yang
beberapa faktor yang telah dicantumkan dalam referat ini. Sebab hal tersebut akan
masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut dan nyeri harus diperhatikan betul
kepada pasien tentang masalah yang dihadapi, maka pasien dapat dibantu dalam
riwayat penyakit pasien melalui anamnesa, kondisi pasien saat ini melalui
pemeriksaan fisik dan penunjang. Beberapa hal juga diperhatikan seperti penentuan
27
Anesthesiologists (ASA) dan mengetahui stadium anasthesi yang akan dilakukan,
nyeri, dan mencegah mual atau muntah, memudahkan dan memperlancar induksi,
dosis obat premedikasi yang tepat merupakan permulaan dari keamanan tindakan
anestesia . pemberian obat premedikasi harus tepat indikasi, tepat waktu, tepat cara
pemberian dan tepat dosis untuk menghindari efek yang tidak diinginkan sehingga
28
DAFTAR PUSTAKA
Sebelas Maret.
2. Utama Dian Yuanita. 2010. Anastesi Lokal dan Regional untuk Biopsi Kulit.
3. Mangku Gde dan Tjokoda Gde Agung Senapathi. 2010. Buku Ajar Ilmu
7. Jong, Wim de, dan Syamsuhidayat R. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.
EGC : Jakarta.
29
PatientsUndergoing Elective Procedures Vol 5 no.3 . 2011. American Society
30