Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Perkemihan

1. Definisi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat

terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat

yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih

dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh

larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (Purnomo,2008).

2. Organ Sistem Perkemihan

Ginjal adalah organ yang berbentuk dua buncis yang terletak di

bagian posterior abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis,

di belakang peritonium. Ginjal berada pada ketinggian vertebra torakal

ke-12 sampai vertebra lumbal ketiga. Ginjal kanan biasanya lebih

rendah dari ginjal kiri karena adanya hati. Setiap ginjal memiliki panjang

sekitar 11 cm, lebar enam cm, dan tebal tiga cm dan terbenam dalam

dasar lemak, yang disebut lemak perirenal (Purnomo, 2008).

Fungsi ginjal menurut Purnomo, (2008) adalah pemegang peranan

penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan

suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam

dan basa dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam

dan zat-zat lain dalam tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil

15

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


16

akhir dari protein, ureum, kreatinin dan amoniak, sekresi hormon: renin,

erithropoetin, dihidroksikolekalsiferol.

Ureter merupakan dua saluran yang berfungsi membawa urine dari

ginjal ke kandung kemih. Setiap ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm,

memiliki dinding yang tebal dan saluran yang sempit, yang berlanjut

dengan pelvis ginjal dan terbuka ke dasar kandung kemih. Sebagian dari

ureter ini terletak dalam rongga abdomen dan sebagian lagi terletak

dalam rongga panggul (Purnomo, 2008).

Kandung kemih adalah reservoir urin. Kandung kemih terletak di

belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul dan dapat menahan lebih

dari 500 ml urin, tetapi akan timbul nyeri. Terisinya kandung kemih ini

oleh urin dengan jumlah ± 250 ml akan merangsang stres reseptor yang

terdapat pada kandung kemih sehingga akan menimbulkan keinginan

untuk berkemih (Purnomo, 2008).

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal dari kandung

kemih yang berfungsi menyalurkan urin keluar. Uretra membentang

dari orifisium uretra internal dalam kandung kemih sampai ke orifisium

uretra eksternal. Terdapat sfingter internal dan eksternal pada uretra.

Sfingter internal bersifat involunter dan sfingter eksternal berada dibawah

kontrol volunter. Pada pria, panjang uretranya 18-20 cm dan berfungsi

sebagai saluran untuk sistem reproduksi dan sistem perkemihan. Panjang

uretra pada wanita ± 3-4 cm dan ia hanya berfungsi sebagai sistem

perkemihan. Uretra pada wanita berpangkal dari orifisium uretra internal

kandung kemih dan membentang ke arah bawah di belakang simfisis pubis,

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


17

tertanam di dalam dinding anterior vagina. Muara uretra terletak di sebelah

atas vagina yaitu antara klitoris dan vagina. Kondisi ini menyebabkan

wanita lebih sering terkena infeksi saluran kemih, bakteri akan lebih

mudah masuk ke kandung kemih karena urethra lebih dekat ke sumber

bakteri seperti daerah anus ataupun vagina (Potter dan Perry, 2000).

B. Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang.

Perkembangan manusia berawal dari bayi, anak-anak, dewasa, dan

akhirnya menjadi tua, jadi manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua.

Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial

secara bertahap. Lanjut usia bukanlah suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Azizah,

2011).

Menurut Maryam (2008) usia lanjut sebagai tahap akhir dari

siklus kehidupan adalah suatu tahap perkembangan normal yang akan

dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan

kenyataan yang tidak dapat di hindari. Usia lanjut adalah sekelompok

orang yang mengalami proses perubahan secara bertahap dalam jangka

waktu beberapa dekade.

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


18

2. Batasan Usia Lanjut

Batasan-batasan lansia menurut Organisasi Kesehatan Dunia

atau World Health Organization (WHO) dalam Maryam (2008) yaitu:

a. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun

b. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun

c. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun

d. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Sedangkan kategori lansia menurut Depkes (2003) yaitu:

a. Pra lansia kelompok usia 45-59 tahun

b. Lansia antara lebih dari 60-69 tahun

c. Lansia beresiko kelompok usia > 70 tahun

3. Perubahan Sistem Renal Dan Urinaria Pada Lanjut Usia

Penuaan adalah keadaan normal, dengan perubahan fisik dan

tingkah laku yang akan terjadi pada seseorang pada saat mencapai usia

tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley dan Beare, 2007).

Pada lanjut usia terjadi kemunduran fisik pada semua sistem, termasuk

sistem renal dan sistem urinaria. Proses penuaan mempengaruhi sistem

renal dan system urinaria dalam berbagai cara. Proses penuaan secara

tidak langsung menyebabkan masalah inkontinensia (Stanley dan

Beare, 2007).

Setiati, (2007) dan Smeltzer dan Bare (2006) juga menyatakan

bahwa inkontinensia lebih sering dijumpai pada lanjut usia, khususnya

perempuan. Faktor resiko yang menyebabkan kejadian inkontinensia

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


19

lebih sering dialami wanita adalah usia, jenis kelamin, dan persalinan

pervaginam.

Perubahan anatomi sistem berkemih pada lanjut usia

berhubungan dengan inkontinensia urine pada lanjut usia dapat

berkaitan dengan perubahan struktur anatomi pada sistem urinaria,

yaitu :

1) Ginjal (Ren) merupakan unit fungsional dari ginjal adalah nefron.

Pada masa dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang

setengahnya dari jumlah nefron dewasa muda. Selain itu nefron

yang tersisa memiliki lebih banyak ketidaknormalan (Stanley dan

Beare, 2007). Menurut Maryam, (2008) pada lanjut usia ginjal

mengalami pengecilan dan nefron menjadi atrofi.

2) Kandung kemih (Vesica Urinaria) terjadi perubahan yang pada

umumnya menyertai penuaan, termasuk kapasitas kandung kemih

yang lebih kecil (Stanleydan Beare, 2007).

Frekuensi inkontinensia urine merupakan kekerapan pengeluaran

urin oleh lansia dalam waktu 24 jam dengan kategori sebagai berikut :

frekuensi sering bila berkemih / ngompol lebih dari 10 kali / 24 jam,

frekuensi sedang bila berkemih / ngompol antara 6-10 kali / 24 jam,

frekuensi ngompol jarang bila lansia mengalami ngompol kurang dari 5

kali / 24 jam (Johnson, 2002).

Otot-otot kandung kemih melemah, sehingga kapasitasnya

menurun hingga 200 ml yang menyebabkan frekuensi berkemih

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


20

meningkat (Maryam, 2008). Pola berkemih, frekuensi berkemih, dan

volume berkemih pada setiap orang sangat bervariasi yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: diet dan intake, respon

keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress psikologi, tingkat

aktifitas, tingkat perkembangan, dan kondisi patologis. Frekuensi

berkemih orang normal rata-rata sebanyak 5-6 kali atau 4 jam sekali

dengan volume kurang lebih 300 ml setiap miksi atau sekitar 1500 ml

per hari (Purnomo, 2011).

Stanley dan Beare (2007) frekuensi berkemih normal adalah

setiap 3 jam sekali atau tidak lebih dari 8 kali dalam sehari. Tidak

normalnya berkemih pada seseorang lanjut usia adalah apabila

frekuensi berkemih lanjut usia sebanyak 1 kali per 2 jam tanpa bisa

ditahan atau bisa dikatakan berkemih sebanyak 12 kali dalam 24 jam

(Meiner dan Lueckenotte, 2006). Observasi frekuensi berkemih

dilakukan selama satu hari dan akan mendapatkan hasil yang

maksimal jika observasi dilakukan selama 7 hari (Kincade, et al,

2005).

C. Konsep Inkontinensia Urine pada Lanjut Usia

1. Definisi Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine didefinisikan oleh International

Continence Society (ICS) sebagai keluhan atas kebocoran urin yang

tidak disadari. Inkontinensia urine menyebabkan masalah sosial dan

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


21

higienis bagi penderitanya. Penting untuk mengetahui penyebab dari

inkontinensia urine sehingga penatalaksanaanya dapat dilakukan

dengan tepat. Empat penyebab pokok dari inkontinensia urine pada

pasien usia lanjut, yaitu: gangguan urologik, gangguan neurologis,

gangguan fungsional atau psikologis, dan gangguan lingkungan

(Setiati, 2007).

Penulis menyimpulkan bahwa inkontinensia adalah suatu

kondisi pengeluaran atau kebocoran urin tanpa disadari, tidak

terkendali, terjadi di luar keinginan, dalam jumlah dan frekuensi yang

cukup sering.

2. Etiologi Inkontinensia Urine

Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan

pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain disebabkan

melemahnya otot dasar panggul, kebiasaan mengejan yang salah

ataupun karena penurunan esterogen. Kelemahan otot dasar panggul

dapat terjadi karena kehamilan, setelah melahirkan, kegemukan

(obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina.

Semakin bertambahnya usia seseorang semakin besar kemungkinan

mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur

kandung kemih dan otot dasar panggul. Ini mengakibatkan seseorang

tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan)

abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung

kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih

(Widiastuti, 2011).

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


22

3. Dampak Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine juga memiliki efek terhadap kualitas

hidup, bahkan pada kegiatan sehari-hari sederhana, seperti bekerja,

berjalan, kegiatan interpersonal, aktifitas fisik, fungsi seksual, dan

tidur. Pasien dengan inkontinensia urine juga memiliki kualitas hidup

yang lebih rendah disetiap domain (fungsi fisik, peran, sosial,

kesehatan mental, persepsi kesehatan dan nyeri) (Grimm, et. al, 2003).

4. Tipe Inkontinensia

Ada beberapa tipe dari inkontinensia urine yaitu: inkontinensia

dorongan, inkontinensia total, inkontinesia stress, inkontinensia

refleks, inkontinensia fungsional (Hidayat, 2006).

a. Inkontinensia Dorongan

Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana

seseorang mengalami pengeluaran urin tanpa sadar, terjadi segera

setelah merasa dorongan yang kuat setelah berkemih. Inkontinensia

dorongan ditandai dengan seringnya terjadi miksi (miksi lebih dari

2 jam sekali) dan spame kandung kemih (Hidayat, 2006). Pasien

Inkontinensia dorongan mengeluh tidak dapat menahan kencing

segera setelah timbul sensasi ingin kencing. Keadaan ini

disebabkan otot detrusor sudah mulai mengadakan kontraksi pada

saat kapasitas kandung kemih belum terpenuhi. Frekuensi miksi

menjadi lebih sering dan disertai dengan urgensi. Inkontinensia tipe

ini meliputi 22% dari semua inkontinensia pada wanita (Purnomo,

2008).

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


23

Beberapa penyebab terjadinya inkontinensia urine

dorongan disebabkan oleh penurunan kapasitas kandung kemih,

iritasi pada reseptor rengangan kandung kemih yang menyebabkan

spasme (inspeksi saluaran kemih), minuman alkohol atau kafein,

peningkatan konsentrasi urin, dan distensi kandung kemih yang

berlebihan. (Hidayat, 2006).

b. Inkontinensia Total

Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang

mengalami pengeluaran urin yang terus menerus dan tidak dapat

diperkirakan. Kemungkinan penyebab inkontinensia total antara

lain: disfungsi neorologis, kontraksi independen dan refleks

detrusor karena pembedahan, trauma atau penyakit yang

mempengaruhi saraf medulla spinalis, fistula, neuropati (Hidayat,

2006).

c. Inkontinensia Stress

Menurut Hidayat (2006) inkontinensia tipe ini ditandai

dengan adanya urin menetes dengan peningkatan tekanan

abdomen, adanya dorongan berkemih, dan sering miksi.

Inkontinensia stress terjadi disebabkan otot spingter uretra tidak

dapat menahan keluarnya urin yang disebabkan meningkatnya

tekanan di abdomen secara tiba-tiba. Peningkatan tekanan

abdomen dapat terjadi sewaktu batuk, bersin, mengangkat benda

yang berat, tertawa.

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


24

Keluar urin dari uretra pada saat terjadi tekanan intra

abdominal, merupakan jenis inkontinensia yang paling banyak

prevalensinya 8-33%. Pada pria kelainan uretra yang menyebabkan

inkontinensia biasanya adalah kerusakan sfingter uretra eksterna

pasca prostatektomi. Inkontinensia stress jarang ditemukan pada

laki-laki. Namun apabila hal ini ditemukan maka membutuhkan

tindakan pembedahan untuk penanganannya (Purnomo, 2008).

Inkontinensia stress ini paling sering ditemukan pada wanita dan

dapat disebabkan oleh cidera obstetrik, lesi kolum vesika urinaria,

kelainan ekstrinsik pelvis, fistula, disfungsi detrusor dan sejumlah

keadaan lain (Smeltzer dan Bare, 2001).

d. Inkontinensia Refleks

Inkontinensia refleks merupakan keadaan di mana

seseorang mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan,

terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung

kemih mencapai jumlah tertentu. Inkontinensia tipe ini

kemungkinan disebabkan oleh adanya kerusakan neurologis (lesi

medulla spinalis). Inkontinensia refleks ditandai dengan tidak

adanya dorongan untuk berkemih, merasa bahwa kandung kemih

penuh, dan kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat

pada interval teratur (Hidayat, 2006).

e. Inkontinensia Fungsional

Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang

yang mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari dan tidak

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


25

dapat diperkirakan. Keadaan inkontinensia ini ditandai dengan

tidak adanya dorongan untuk berkemih, merasa bahwa kandung

kemih penuh, kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk

mengeluarkan urin (Hidayat,2006).

Inkontinensia fungsional merupakan inkontinensia dengan

fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi ada faktor

lain, seperti gangguan kognitif berat yang menyebabkan pasien

sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi (misalnya, demensia

Alzheimer) atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit

atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk melakukan urinasi

(Smeltzer dan Bare, 2001).

D. Bladder Training

1. Definisi Bladder Training

Bladder training merupakan latihan kandung kemih sebagai

salah satu upaya mengembalikan fungsi kandung kemih yang

mengalami gangguan (Lutfie, 2008). Orzeck dan Ouslander (Hariyati

2000) mengatakan bahwa bladder training merupakan upaya

mengembalikan pola buang air kecil dengan menghambat atau

merangsang keinginan buang airkecil. Bladder training merupakan

tindakan yang bermanfaat dalam mengurangi frekuensi dari

inkontinensia.

Bladder training banyak digunakan untuk menangani

inkontinensia urine di komunitas. Latihan ini sangat efektif dan

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


26

memiliki efek samping yang minimal dalam menangani masalah

inkontinensia urine. Dengan bladder training diharapkan pola

kebiasaan disfungsional, memperbaiki kemampuan untuk menekan

urgensi dapat diubah dan secara bertahap akan meningkatkan kapasitas

kandung kemih dan memperpanjang interval berkemih (Glen, 2003).

Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel

exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar

panggul), delay urination (menunda berkemih), dan scheduled

bathroom trips (jadwal berkemih) Suryahanto (2008). Latihan kegel

(kegel exercises) merupakan aktivitas fisik yang tersusun dalam suatu

program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan

kebugaran tubuh.

2. Tujuan Bladder Training

Tujuan dari bladder training (melatih kembali kandung kemih)

adalah mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat

atau menstimulasi pengeluaran air kemih (Potter dan Perry, 2000).

Bladder training bertujuan untuk mengembangkan tonus otot dan

spingter kandung kemih agar berfungsi optimal. Latihan ini dilakukan

pada pasien setelah kateter terpasang dalam jangka waktu yang lama

(Suharyanto, 2008). Tujuan dilakukan bladder training adalah:

1. Membantu klien mendapat pola berkemih rutin.

2. Mengembangkan tonus otot kandung kemih sehingga dapat

mencegah inkontinensia.

3. Memperpanjang interval waktu berkemih.

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


27

4. Meningkatkan kapasitas kandung kemih.

5. Melatih kandung kemih untuk mengeluarkan urin secara periodic

6. Mengontrol faktor-faktor yang mungkin meningkatakan jumlah

episode inkontinensia.

3. Metode Bladder Training

a) Pengertian Otot Dasar Panggul (Kegel Exercise)

Bagian dasar panggul terdiri dari lapisan-lapisan otot dan

jaringan lainnya. Lapisan-lapisan ini merentang sperti tempat tidur

gantung dari tulang ekor dibelakang, sampai ke tulang kemaluan di

depan. Saluran air seni dan saluran buang air besar keduanya

melewati otot-otot dasar panggul. Otot-otot dasar panggul

menolong untuk mengendalikan kandung kemih dan usus. Otot-

otot tersebut juga membantu fungsi seksual. Penting sekali

mempertahankan otot-otot dasar panggul agar tetap kuat. (An.

Australian Government Initiative, 2013)

b) Pengertian Kegel Exercise/ Latihan Otot Dasar Panggul

Kegel exercise adalah serangkaian latihan otot panggul yang

dirancang untuk memperkuat otot-otot dasar panggul. Kegel

exercise adalah latihan-latihan pada otot-otot pelvis dengan cara

mengerutkan (kontraksi) dan mengendurkan (relaksasi) yang

dilakukan secara kontinyu atau berulang-ulang. (Puspasari, 2011).

Kegel exercise merupakan salah satu cara paling efektif untuk

mengontrol inkontinensia tanpa obat-obatan maupun pembedahan.

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


28

Kegel exercise merupakan latihan yang mudah untuk

membantu meningkatkan control bowel dan kandung kemih.

Apabila dilakukan dengan baik dan teratur, latihan ini dapat

membangun dan menguatkan otot dasar panggul untuk membantu

menahan urin dan feses. Selain itu juga dapat meningkatkan

kepuasan selama melakukan hubungan seksual. Latihan otot dasar

panggul dapat menguatkan otot yang menyokong kandung kemih

dan uretra pada laki-laki (An Australian Government Initiative,

2013).

c) Masalah Yang Dapat Diatasi Dengan Kegel Exercise

Masalah yang dapat diatasi dengan kegel exercise yaitu

Inkontinensia urine, ada rembesan urin ketika duduk, berdiri, batuk

atau bersin (Stres Incontinence), tiba-tiba ingin buang air kecil

dengan segera (urgency) dan kadang-kadang merembes sebelum

sampai di toilet (urge incontinence), ingin buang air kecil lebih

sering dari biasanya (frequency) termasuk saat malam hari

(nocturia), ada urin yang menetes setelah selesai buang air kecil

(after dribble) (Prostat Cancer UK, 2014).

d) Manfaat Kegel Exercise

Dasar latihan adalah kontraksi otot dengan hasil akhir otot

dasar panggul menjadi kuat serta memberikan manfaat :

(1) Membantu meningkatkan control kandung kemih dan

mengurangi kebocoran kandung kemih

(2) Mengurangi frekuensi miksi

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


29

(3) Mengurangi frekuensi inkontinensia urine

(4) Mengurangi volume urin pada inkontinensia urine

(5) Menguatkan otot yang menyokong kandung kemih

(6) Meningkatkan kekuatan dan ketahanan kontraksi otot dasar

panggul

(7) Meningkatkan sensasi seksual.

e) Cara Menentukan Otot Dasar Panggul

Hal pertama yang perlu dilakukan ketika melakukan Kegel

exercise adalah menemukan otot mana yang perlu dilatih :

(1) Duduk atau berbaringlah dengan mengendurkan otot paha dan

pantat. Menggunakan cermin genggam mungkin akan

menolong dalam mengamati otot-otot dasar panggul saat

menegang.

(2) Kencangkan lingkaran otot disekitar saluran buang air besar

seolah-olah responden sedang berusaha untuk menahan kentut.

Sekarang kendurkan otot ini. Kencangkan dan kendurkan

beberapa kali sampai responden yakin sudah menemukan otot

yang tepat, jangan mengencangkan pantat.

(3) Ketika responden kekamar mandi untuk mengosongkan

kandung kemih, coba hentikan aliran air kencing, kemudian

lepaskan lagi. Lakukan ini untuk mempelajari otot-otot mana

yang tepat untuk digunakan, tapi hanya sekali seminggu.

Kandung kemih mungkin tidak kosong sebagaimana mestinya

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


30

jika responden menghentikan dan melepaskan aliran kencing

lebih dari sering dari itu.

E. Kerangka Teori

Perubahan sistem renal dan urinaria


pada lanjut usia
1. Ginjal
2. Kandung kemih

(Stanley dan Beare, 2007)


Kriteria inklusi :

-Wanita lanjut usiadengan


Inkontinensia Urine
keluhan inkontinensia urine

-Tidak mengalami
Mengembalikan fungsi berkemih
kelemahan tubuh

-Dapat berkomunikasi

efektif Bladder Training (kegel exercise)

-Dapat membaca atau

menulis Tidak terjadi gangguan pada system perkemihan

Gambar 2.1: Kerangka Teori

Sumber: (Stanley dan Beare, 2007) dan (Smeltzer dan bare,2001)

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017


31

F. Kerangka Konsep

Wanita Lanjut usia yang termasuk dalam


kriteria inklusi

Inkontinensia urine

Kegel Exercise

Gambar 2.2: Kerangka Konsep


Keterangan gambar :
Kegel Exercise
: yang akan di uji

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan suatu Hipotesis penelitian ini yaitu:

Ha :Terdapat efektivitas bladder training kegel exercise terhadap

inkontinensia urine pada wanita lansia di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja

Banyumas Jawa Tangah

Ho :Tidak terdapat efektivitas bladder training kegel exercise terhadap

inkontinensia urine pada wanita lansia di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja

Banyumas Jawa Tangah

Efektivitas Bladder Training..., Suyatni , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Anda mungkin juga menyukai